Tugas Makalah Asuransi
Tugas Makalah Asuransi
ASURANSI JIWA
N a m a : YONNI LENSA
NIM : 1674201093
Kelas : IV.05 B
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern seperti saat ini banyak sekali hal-hal yang harus
diperhatikan dan diperhitungkan dengan baik, tidak terkecuali perencanaan-
perencanaan mengenai hidup dan kehidupan kita sebagai seorang manusia.
Tuntutan zaman yang segalanya memerlukan uang menuntut setiap manusia
bekerja agar dapat hidup dan memberikan penghidupan bagi keluarganya
masing-masing, hal tersebut berarti manusia bekerja dengan kerasnya agar
mencapai tujuan meski terkadang tanpa memperdulikan kesehatan mereka.
pada zaman dahulu ketika ada orang atau keluarga yang sakit cukup dengan
mengobatinya menggunakan obat tradisional yang didapat dari alam, tetapi
saat ini ketika ada orang atau keluarga yang sakit haruslah berobat kepada
dokter atau rumah sakit.
Selain penyakit pada era saat ini beragam dan semakin banyak,
kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan terhadap seseorangpun
semakin tinggi karena adanya alat transportasi seperti mobil, motor, kereta,
pesawat dan lain sebagainya. Hal itu menyebabkan kemungkinan seseorang
untuk sakit ataupun celaka semakin bertambah, bahakan kemungkinan
kematianpun semakin tinggi, meski takdir mengenai mati dan hidupnya
seseorang tetap berada di tangan Allah SWT tetap saja manusia haruslah
waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi,
karena pada hakikatnya manusia telah diberikan akal pikiran agar digunakan
sebaik-baiknya demi kemanfaatan bersama.
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Penulis berharap dengan adanya makalah mengenai asuransi jiwa ini dapat
A. Tinjauan Teoritis
Menurut Robert I. Mehr, asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi
resiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar
kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat
diprediksi tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional
di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.1[1]
Menurut kacamata psikologi, jiwa merupakan cerminan dari perilaku
yang dimunculkan oleh seseorang dalam bentuk tindakan dan perbuatan nyata
yang meliputi tindakan yang dapat teramati (perilaku terbuka) maupun
tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung (perilaku tertutup) dalam
hubungannya dengan realitas ekternal di luar dirinya.2[2]
Menurut Purwosujipto asuransi jiwa adalah perjanjian timbal balik antara
penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung, dimana penutup
(pengambil) asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan
membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai
akibat langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan
atau telah lampaunya suatu jangka watu yang diperjanjikan, mengikatkan diri
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh
penutup (pengambil) asuransi sebagai penikmatnya.3[3]
1[1]
http://www.pengertianahli.com
1[2]
http://hakamabbas.blogspot.co.id
1[3]
http://www.pengertianpakar.com
B. Tinjauan Yuridis
4[4]
Sentosa Sembiring, “Hukum Asuransi”, (Nuansa Aulia: Bandung 2015), hlm 80
B. Polis Asuransi Jiwa
1. Bentuk dan isi Polis
Sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD, asruransi jiwa harus
diadakan secara tertulis dengan bentuk akta yang disebut polis. Menurut
ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat:
a. Hari diadakan asuransi
Dalam polis harus dicantumkan hari dan tanggal diadakan asuransi.
Hal ini penting untuk mengetahui kapan asuransi itu mulai berjalan
dan dapat diketahui pula sejak hari dan tanggal itu risiko menjadi
beban penanggung.
b. Nama tertanggung
Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak
yang wajib membayar premi dan berhak menerima polis. Apabila
terjadi evenemen atau apabila jangka waktu berlakunya asuransi
berakhir, tertanggung berhak menerima sejumlah uang santunan atau
pengembalian dari penanggung. Selain tertanggung, dalam praktik
asuransi jiwa dikenal pula penikmat (beneficiary). yaitu orang yang
berhak menerima sejumlah uang tertentu dan penanggung karena
ditunjuk oleh tertanggung atau karena ahli warisnya, dan tercantum
dalam polis. Penikmat berkedudukan sebagai pihak ketiga yang
berkepentingan.
c. Nama orang yang jiwanya diasuransikan
Objek asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu
kesatuan. Jiwa tanpa badan tidak ada, sebaliknya badan tanpa jiwa
tidak ada arti apa-apa bagi asuransi Jiwa. Jiwa seseorang merupakan
objek asuransi yang tidak berwujud, yang hanya dapat dlkenal
melalui wujud badannya. Orang yang punya badan itu mempunyai
nama yang jiwanya diasuransikan, baik sebagai pihak tertanggung
ataupun sebagai pihak ketiga yang berkepentingan. Namanya itu
harus dicantumkan dalam polis. Dalam hal ini, tertanggung dan
orang yang jiwanya diasuransikan itu berlainan.
5[5]
hukumasuransi.blogspot.co.id
Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi
evenemen, niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam
perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah
uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak
terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka
waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang
kepada tertanggung.
c) Karena Asuransi Gugur
Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD:
“Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi
ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun
tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika
diperjanjikan lain”
Kata-kata bagian akhir pasal ini “kecuali jika diperjanjikan lain”
memberi peluang kepada pihak-pihak untuk memperjanjikan menyimpang
dari ketentuan pasal ini, misalnya asuransi yang diadakan untuk tetap
dinyalakan sah asalkan tertanggung betul-betul tidak mengetahui telah
meninggalnya itu. Apablia asuransi jiwa itu gugur, bagaimana dengan
premi yang sudah dibayar karena penanggung tidak menjalani risiko? Hal
ini pun diserahkan kepada pihak-pihak untuk memperjanjikannya. Pasal
306 KUHD ini mengatur asuransi jiwa untuk kepentingan pihak ketiga.
Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan:
“Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi
hukuman mati, maka asuransi jiwa itu gugur”
Apakah masih dimungkinkan penyimpangan pasal ini? Menurut
Purwosutjipto, penyimpangan dari ketentuan ini masih mungkin, sebab
kebanyakan asuransi jiwa ditutup dengan sebuah klausul yang
membolehkan penanggung melakukan prestasinya dalam hal ada peristiwa
bunuh diri dan badan tertanggung asalkan peristiwa itu terjadi sesudah
lampau waktu 2 (dua) tahun sejak diadakan asuransi. Penyimpangan ini
akan menjadikan asuransi jiwa lebih supel lagi.
d) Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka
waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak
melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena
permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi
sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut
jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada
masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau
beberapa kali pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara
penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka
penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang
dicantumkan dalam polis.
6[6]
http://www.mag.co.id/asuransi-kesehatan-perorangan/
cacat tetap keseluruhan atau sebagian sebagai akibat langsung dari
kecelakaan yang dijamin polis.
c) Jaminan C
Biaya perawatan rumah sakit atau pengobatan karena kecelakaan (max. 10% dari
harga pertanggungan) cover yang diberikan adalah penggantian biaya perawatan
atau pengobatan apabila tertanggung yang tercantum di dalam polis mengalami
kecelakaan yang dijamin polis.7[7]
3. Asuransi Sosial
Asuransi sosial, atau secara umum disebut SJSN (sistem jaminan sosial
nasional) adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib
berdasarkan suatu undang-undang, dengan tujuan untuk memberikan
perlindungan dasar bagi kesejahteraan masyarakat. Asuransi sosial adalah
program asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu
undangundang, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi
kesejahteraan masyarakat.
Asuransi sosial secara umum:
a) Asuransi sosial ditawarkan melalui beberapa bentuk oleh pemerintah
dan bersifat wajib (compulsory basis);
b) Asuransi sosial didesain untuk memberikan manfaat kepada seseorang
yang pendapatannya terputus karena kondisi sosial dan ekonomi atau
karena ketidakmampuan mengendalikan solusi secara individu.
Jenis asuransi sosial di indonesia:
a) Asuransi Sosial Tenaga Kerja;
b) Untuk Pegawai Negeri;
c) Dikelola oleh PT tabungan dan asuransi pegawai negeri;
d) Untuk pegawai perusahaan swasta;
e) Dikelola oleh PT jaminan asuransi sosial tenaga kerja;
f) Untuk anggota ABRI / TNI;
g) Dikelola oleh Perum asuransi sosial ABRI;
h) Asuransi kesehatan;
7[7]
http://www.aswata.co.id/id/asuransi-kecelakaan-diri
i) Dikelola oleh PT asuransi kesehatan (dulu PHB);
j) Asuransi kecelakaan;
k) Dikelola oleh PT asuransi Jasa Raharja
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk
dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk
memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan
menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan
salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan
bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi
yang stabil dan berkeadilan.
Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.
Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan
sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut
secara transparan.
Fungsi
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4
program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai
apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit
akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk
menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti. Sedangkan
program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Tugas
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas
untuk:
a) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
e) Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
f) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
g) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan
pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk
menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial,
pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas
penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan
keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti
menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS
berwenang:
a) Menagih pembayaran Iuran;
b) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
e) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya;
g) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran
dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,
kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi
administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai
badan hukum publik.8[8]
8[8]
www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/268
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pengaturan tentang asuransi (pertanggungan) jiwa dalam KUHD cukup
singkat, hanya 7 (tujuh) pasal, yakni dari Pasal 302 sampai 308. Apabila
diperhatikan ketujuh pasal tersebut tidak ada rumusan tentang apa yang dimaksud
dengan asuransi jiwa.