Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Radioisotop
Radioisotop adalah isotop suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif.
Isotop suatu unsur baik stabil maupun yang radioaktif memiliki sifat kimia yang sama.
Penggunaan radioisotop digunakan dalam berbagai bidang, misalnya pada industri, teknik,
pertanian, kedokteran, ilmu pengetahuan, hidrologi dan lain-lain. Tujuan penggunaan radioisotop
bagi kehidupan manusia adalah untuk kesejahteraan manusia dan memudahkan keberlangsungan
hidup manusia.
Sifat-sifat khas radioisotop:
1. Radioisotop senantiasa memancarkan radiasi di manapun dan keberadaannya mudah
dideteksi
2. Laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas) hanya merupakan fungsi jumlah atom
radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur,
tekanan, pH dan sebagainya
3. Waktu paro radioisotop bervariasi dari kisaran milidetik sampai ribuan tahun
4. Intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk kimia atau senyawa yang disusunnya
2. Manfaat radioisotope dalam bidang biologi dan pertanian
2. 1 Peranan Radioisotope Bidang Biologi
Penggunaan radioisotop dapat dibagi ke dalam penggunaan sebagai perunut dan
penggunaan sebagai sumber radiasi. Radioisotop sebagai perunut digunakan untuk
mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau sekelompok
senyawa. Radioisotop dapat digunakan sebagai sumber sinar, misalnya sinar-x. Tujuan
penggunaan radioisotop bagi kehidupan manusia adalah untuk kesejahteraan manusia dan
memudah kan keberlangsungan hidup manusia.

Peranan radioisotope dalam bidang biologi diantaranya adalah :


1. Rekayasa genetika
Merupakan salh satu penggunaan radioisotop pada bidang biologi yang bertujuan
untuk memperbaiki sifat sifta gen tertentu yang diinginkan, baik pada tumbuhan maupun
hewan. Secara sederhana proses rekayasa genetika dapat meliputi tahapan-tahapan
berikut ini:
 Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan,
 Membuat DNA/AND salinan dari RNAd,
 Pemasangan cDNA pada cincin plasmid,
 Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri,
 Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan,
 Pemanenan produk.

2. Pengukuran Usia Bahan Organik


Dalam bidang biologi, radioisotop dapat digunakan untuk mempelajari
mekanisme reaksi fotosintesis. Radioisotope ini, berupa karbon-14 (C-14) atau
oksigen-18 (O-18). Keduanya dapat digunakan untuk mengetahui asal-usul atom
oksigen (dari CO2 atau dari H2O) yang akan membentuk senyawa glukosa atau
oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis (Sutresna, 2007 dan Abdul Jalil Amri
Arma, 2009).
6CO 2 + 6H 2 O C6 H 12O 6 + 6O 2
Radioisotop karbon-14, terbentuk di bagian atas atmosfer dari penembakan atom
nitrogen dengan neutron yang terbentuk oleh radiasi kosmik. Karbon radioaktif
tersebut di permukaan bumi sebagai karbon dioksida dalam udara dan sebagai ion
hidrogen karbonat di laut. Oleh karena itu karbon radioaktif itu menyertai
pertumbuhan melalui fotosintesis. Lama kelamaan terdapat kesetimbangan antara
karbon-14 yang diterima dan yang meluruh dalam tumbuh-tumbuhan maupun hewan,
sehingga mencapai 15,3 dis/menit gram karbon. Keaktifan ini tetap dalam beberapa
ribu tahun. Apabila organisme hidup mati, pengambilan C-14 terhenti dan keaktifan
ini berkurang. Oleh karena itu umur bahan yang mengandung karbon dapat
diperkirakan dari pengukuran keaktifan jenisnya dan waktu paruh C-14. (12 T = 5.730
tahun).
3. Mekanisisme Fotosintesis
Radioisotop dapat dimanfaatkan untuk melakukan penelitian dalam proses
biologi. Misalnya mempelajari mekanisme dan laju reaksi fotosintesis yang
membutuhkan air dan karbondioksida sehingga menghasilkan makanan bagi
tumbuhan. Penelitian laju reaksi fotosintesis pada tumbuhan dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
Tanaman yang digunakan sebagai sampel ditempatkan dalam ruangan yang
mengandung karbon dioksida radioaktif. Ruangan tersebut mengandung radioisotop C-
14. Setelah selang waktu tertentu tanaman tersebut dianalisis jenis serta kadar senyawa
yang mengandung C-14 untuk mengetahui mekanisme dan laju reaksinya.

2.2. Penerapan radioisotope dalam bidang pertanian


Aplikasi sinar radioaktif dalam bidang pertanian adalah sebagai berikut.
1. Efisiensi pemupukan
Radioisotop 32, P mempunyai waktu pruh 14,26 hari, merupakan pemancar dengan
energi 1,71 MeV (E max) dan 0,6949 MeV (E av) yang dihasilkan dari reaksi nuklir 32
S(n,p) 32P, dari bahan sasaran sulfur alam. Dalam bidang pertanian radioisotop ini dapat
digunakan dalam perunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur. Gerakan
pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan
mencampurkan radioisotop 32P ke dalam senyawa fosfat dalam pupuk. Kemudian,
dilakukan pendeteksian radiasi pada tanaman tersebut. Dengan cara ini, dapat diketahui
pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Dari data efektifitas pemupukan
tersebut dapat ditentukan jumlah pupuk yang diserap dilingkungan dan yang dibuang ke
lingkungan.
2. Penemuan tanaman varietas baru
Untuk menemukan tanaman varietas baru dilakukan penelitiam pemuliaan tanaman.
Macam-macam metode pemuliaan tanaman, yaitu metode introduksi, seleksi, hibridisasi,
biotekologi dan mutasi. Mutasi merupakan metode pemuliaan tanaman yang
menggunakan sinar radioaktif. Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu
makhluk secara tiba-tiba dan acak dan merupakan dasar bagi variasi organisme yang
bersifat terwariskan (
heritable). Mutasi terbagi menjadi dua macam, yaitu mutasi alami dan mutasi induksi.
Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu
terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batangan, serbuk sari, akar rhizome,
kultur jaringan dan sebagainya. Pada umumnya bahan mutagen bersifat radioaktif dan
memiliki energi tinggi yang berasal dari hasil reaksi nuklir. Mutagen terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu mutagen kimia dan mutagen fisika. Mutagen fisika bersifat sebagai
radiasi pengion dan termasuk diantaranya sinar-X, sinar gamma, radiasi beta, neutrons
dan partikel asselerators. Mutagen fisika bersifat radiasi pengion yang dapat melepas
energi begitu melewati atau menembus materi. Begitu materi reproduksi tanaman
diradiasi, proses ionisasi akan terjadi dalam jaringan dan dapat menyebabkan perubahan
pada jaringan itu sendiri, sel, genom, kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan materi
genetik pada tingkat genom, kromosom, dan DNA atau gen dikenal dengan istilah mutasi
yang sering diekspresikan dengan peningkatan keragaman genetik tanaman yang menjadi dasar
proses seleksi dalam pemuliaan tanaman. Untuk mendukung penelitian pemuliaan
tanaman dengan teknik mutasi diperlukan fasilitas berupa gamma chamber, gamma cell,
gamma room, laboratorium, laboratorium kultur jaringan, ruang tumbuh, rumah kaca, dan
kebun percobaan. Gamma chamber model 4000A memiliki sumber sina gamma dari
Cobalt-60 dengan aktivitas awal sebesar 3474.6632 Curie. Gamma cell model GC-220
memiliki sumber sinar gamma dari Cobalt-60 dengan aktivitas awal sebesar 10.697
Curies. Pada umumnya gamma chamber dan gamma cell digunakan untuk penelitian
yang memerlukan radiasi akut, yaitu radiasi dengan laju dosis tinggi seperti pada biji-
bijian atau materi reproduktif tanaman lainnya yang berukuran kecil. Sedangkan untuk
penelitian yang memerlukan perlakuan radiasi kronik, yaitu radiasi dengan laju radiasi
rendah seperti pada tanaman pot atau tanaman dalam media kultur jaringan dapat
digunakan gamma room. Setelah perlakuan radiasi dengan sinar gamma, materi reproduktif
tanaman kemudian ditumbuh-kembangkan di ruang tumbuh, rumah kaca, atau langsung
di kebun percobaan. Analisa mutan tanaman dilakukan di labpratorium, biasanya dengan
membandingkan sifat-sifat genetik, biologi dan agronominya terhadap tanaman kontrol.
Analisa mutan dapat juga dilakuakn baik secara visual fenotipa maupun secara biologi
molekuler seperti dengan teknik RAPID atau bioteknologi lainnya. Berikut adalah contoh
prosedur kerja pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi khusus untuk tanaman serelia
berserbuk sendiri.

Anda mungkin juga menyukai