Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BULLYING DI SEKOLAH

A. Definisi Bulliying

Bullying merupakan masalah yang banyak dialami anak sekolah. Bullying


merupakan bentuk penganiayaan beraneka ragam, yang ditandai dengan kegiatan yang
dilakukan berulang kali kepada seseorang terhadap agresi fisik atau emosional termasuk
menggoda, menyebut nama, mengejek, mengancam, melecehkan, mengejek,
mengaburkan, pengucilan sosial atau rumor (WHO, 2010).
School bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut, yaitu dengan menciptakan
suasana yang tidak menyenangkan bagi korban, bahkan dilakukan dengan tidak
beralasan dan bertujuan untuk menyakiti orang lain, dan hal ini adalah bentuk agresi
yang paling umum di sekolah dan pada umumnya membuat korban merasa tertekan
(Fink etal, 2018).
B. Bentuk-bentuk Bullying
Untuk menentukan bentuk bullying perlu diperhatikan jenis bullying, dilihat dari
kontak pelaku dengan korban (Fink etal, 2018) yaitu:

a. Langsung, yaitu perilaku menyerang yang tampak dan dapat diamati terhadap
korban.
b. Tidak langsung, yaitu perilaku menyerang dengan rahasia, sembunyi- sembunyi
dan tidak tampak.
Sedangkan (Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2005) mengelompokkan perilaku
bullying ke dalam lima kategori (dalam Salsabiela, 2010) :
1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga
termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain).
2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan,
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip). Pelecehan
seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
3. Bullying secara relasional ( hubungan pertemanan) bullying jenis ini melibatkan
banyak pelaku. Biasanya dilakukan di kelompok. Bullying tipe ini cenderuung
melakukan pelemahan harga diri korban dengan cara melihat dengan sinis,
menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek,
atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).
4. Bullying secara elektronik (meliputi berkata kasar atau gambar yang tidak
senonoh dimana pelaku mengirimkan gambar-gambar melalui media elektronik).
C. Faktor-faktor penyebab bullying
Supani & Sari (2017) dalam bukunya menjelaskan bahwa ada beberapa faktor
yang menyebabkan bullying, diantaranya yaitu:
1. Faktor Individu
a) Tempramen
Temperamen anak adalah faktor yang signifikan terhadap bullying.
Tempramen dapat didefinisikan sebagai campuran unsur- unsur atau kualitas
yang membentuk kepribadian seorang individu. Watak secara permanen
mempengaruhi cara seseorang bertindak, merasa, dan berpikir. Misalnya,
seorang anak dengan temperamen "pemarah", yang aktif dan impulsive lebih
cenderung menjadi agresif dibandingkan anak yang memiliki temperamen
tenang.
2. Faktor sosial
Seseorang dapat memperoleh dampak positif maupun negatif mulai dari orang tua,
teman-teman, media, maupun dari guru dan pihak lain tempat mereka berinteraksi.
a) Media
Media memiliki dampak yang luar biasa pada anak-anak saat ini.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang melihat banyak
kekerasan di televisi, video,video game, dan film menjadi lebih agresif dan
kurang empati terhadap orang lain. Banyak acara-acara yang secara terus
menerus menunjukkan ejekan, komentar kejam, dan penolakan. Jumlah
kekerasan di televisi semakin meningkat, bahkan dalam film kartun. Anak-
anak pada usia yang sangat muda melihat agresi dan kekerasan terhadap
orang lain sebagai perilaku yang dapat diterima. Efek lainnya dari kekerasan
di televisi adalah anak menjadi takut, khawatir, curiga dan agresif.
Selain itu, video game dan siaran olahraga yang sering di tayangkan oleh
media juga menjadi contoh yang mengajarkan kekerasan pada anak. Beberapa
bentuk kekerasan oleh raga tim diantaranya seperti ice hockey, sepak bola,
dan rugby. Seringkali media memperlihatkan pemain yang melakukan
kekerasan, kontroversial dan agresif.
b ) Prasangka
Salah satu penyebab yang paling nyata bullying adalah prasangka.
Prasangka adalah sikap kita kepada situasi tertentu atau ke arah sekelompok
orang, sikap yang kita adopsi tanpa pertimbangan yang cukup fakta tentang
situasi atau kelompok. Orang yang berprasangka membuat penilaian tentang
orang lain pada keyakinan tidak berdaya. Perbedaan individu dalam
penampilan, perilaku, atau bahasa dapat memicu terjadinya prasangka dan
dapat menyebabkan bullying.
c) Kecemburuan
Kecemburuan merupakan pendorong yang kuat untuk bullying, terutama
di kalangan anak-anak perempuan. Teman perempuan lainnya bisa menjadi
sangat cemburu dan mencoba untuk menyakiti anak perempuan yang populer.
Anak-anak sering menyerang orang- orang yang dianggap lebih baik daripada
rata-rata: terlalu menarik, terlalu kaya, terlalu populer, dan sebagainya.
Terkadang guru tidak sengaja mendatangkan kecemburuan dengan memuji
beberapa anak lebih dari yang lain. Anak-anak sangat sensitif terhadap
tindakan pilih kasih ini akan menjadi cemburu.
d) Kelompok Pertemanan
Anak-anak mungkin ditolak bukan karena perilaku atau karakteristik
yang mereka miliki, namun karena peer group membutuhkan target untuk
ditolak. Penolakan tersebut membantu kelompok menentukan batas-batas
penerimaan mereka dengan membawa kesatuan dalam kelompok. Dengan
kata lain, individu- individu yang ditargetkan menjadi kambing hitam
berfungsi untuk kepentingan kepaduan kelompok. Ini adalah salah satu alasan
siswa begitu bersemangat untuk bergabung di dalam kelompok bahkan ketika
mereka tidak sama seperti orang yang ada di dalam.
D. Ciri-ciri pelaku dan korban bulliying
a) Ciri-ciri anak yang menjadi pelaku bulliying menurut (Yusuf & Fahrudin, 2012)
yaitu :
1. Anak yang menunjukkan agresivitas dalam mengharapkan sesuatu ataupun
perhatian
2. Kurang memiliki empati dan sulit bertenggang rasa terhadap anak lain
3. Tidak ada rasa bersalah
4. Merasa diri lebih unggul, mengharapkan kemenangan disetiap situasi
5. Memiliki orang tua atau orang terdekat yang menjadi model perilaku agresif
6. Memiliki jalan pikiran yang tidak realistik.
b) Ciri-ciri anak yang berpotensi sebagai korban bullying :
1. Terisolasi dan tak punya teman disekolah
2. Mudah mengalami kecemasan, merasa tidak aman, dan kurang mampu dalam
berteman
3. Kurang mampu bahkan tidak punya keberanian dalam membela diri sendiri
4. Mudah menangis, mudah menyerah (terutama saat di bully)
5. Mengalami kekerasan dirumah
6. Mengalami kesulitan dalam belajar (Yusuf & Fahrudin, 2012)
E. Indikator bullying
Carter (2012) mengatakan bahwa terdapat indikator bullying yang dapat di
temui di sekolah terdiri dari dua jenis yaitu:
a) Verbal, meliputi:
1) Memberi julukan nama
2) Mengeritik teman dengan tajam
3) Mengolok-olok teman
b) Non-verbal, meliputi:
1) Memukul.
2) Menjegal.
3) Menjitak.
4) Menghasut teman.
5) Pengerusakan hubungan pertemanan.
F. Dampak Bullying
Bullying merupakan permasalahan yang dampaknya harus ditanggung oleh
semua pihak. Baik itu korban, pelaku, maupun bystander ( Prasetyo, 2011).
a) Dampak terhadap Pelaku
Bagi pelaku bullying gangguan sosial-psikologis yang sering muncul adalah
depresi, kesepian, dan isolasi social.
b) Dampak terhadap Korban
Bagi korban bullying sangat berkaitan dengan depresi, kesepian, dan
kepercayaan diri yang rendah. Korban bullying, khususnya korban yang kronis
mengalami peningkatan pada masalah kesehatan, keuangan, dan sosial pada
masa dewasa . Bahkan dampak terparah dari bullying dapat menyebabkan
depresi yang berujung pada bunuh diri.
c) Dampak sebagai pelaku maupun korban
Anak-anak yang terlibat dalam bullying baik menjadi korban maupun pelaku
memiliki risiko lebih tinggi secara signifikan terhadap masalah psikosomatis dan
psikososial daripada anak-anak yang tidak terlibat. Seseorang yang berperan
sebagai pelaku sekaligus korban maupun korban mengalami permasalahan
internal seperti tingkat gejala depresi yang lebih tinggi, rendah diri, dan
berperilaku menyakiti diri sendiri.
d) Dampak terhadap bystander
Bagi bystander, gangguan yang muncul adalah kecemasan.
G. Cara untuk terhindar dari perilaku bulliying
Astuti (2008) mengatakan bahwa terdapat cara-cara yang dapat digunakan untuk
mengatasi bulliying pada anak yaitu :
1. Percaya diri
Kekuatan dalama diri kita adalah kepercayaan diri kita sendiri. Apabila kita
tidak mempunyai rasa percaya diri sehingga selalu merasa rendah, malu dan
bahkan membenci diri kita sendiri maka orang lain juga akan mudah untuk
merendahkan diri kita oleh sebab itu kita harus percaya diri dan harus menunjukkan
kepada orang lain bahwa kalian mencintai diri kalian sendiri sehingga orang lain
juga akan mencintai diri anda.
2. Berani melawan
Apabila kalian telah mengalami pembullyan kalian harus berani melawan
karena para pembully akan merasa senang jika orang yg mereka bully terus diam,
karena diam lah yang mereka inginkan agar mereka tetap bisa terus membully.
Kalian harus bangkit dan berani melawan mereka secara verbal dengan mengatakan
mereka bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan membuat merea menjadi lebih
baik dari anda.
3. Laporkan kepada pihak yang berewenang.
Jika kamu mengalami bullying di sekolah maka anda harus melaporkan ke
pihak sekolah seperti guru konseling, wali kelas dan kepala sekolah.
4. Lapor kepada orang tua.
Apabila kamu mengalami bully di sekolah atau kampus namun pihak sekolah
tidak dapat menanganinya maka laporlah kepda orang tua karena orang akan lebih
bisa menekankan kepada pihak sekolah untuk menangani kasus bully yang anda
alami.
5. Berbagi pengalaman bersama teman yang juga mengalami bullying
Hal ini dapat membantu anda dan teman mu untuk bisa sama sama bangkit dan
berbagi pengalaman untuk mengatasai masalah bullying.
H. Terapi Anger management
Cautin etal (2001) mengatakan pengelolaan marah adalah suatu proses, cara dan
perbuatan untuk mengendalikan emosi. Namun ada cara yang positif untuk melakukan
marah, yaitu :
1. Melakukan time out
Berusahalah menenagkan diri dengan menghitung satu sampai sepuluh dan
lakukan tarik nafas maka anda akan lebih tenang sehingga emosi tidak labil dan
berefek negatif.
2. Fokuslah pada “saya”
Luapkan amarah dengan fokus pada diri anda sendiri dari pada mengatakan
“kamu tidak becus!” lebih baik mengatakan “saya sedih kaena kamu tidak
melakukan tugasmu”
3. Pikirkan langkah atau solusi
Untuk menyelesaikan masalah dari pada marah berlarut dan mengulang amarah
itu-itu saja.
4. Gunakan humor dan jangan menyimpan dendam
Saat amarah mendera, cobalah memikirkan hal lucu dan tertawa. Jangan juga
mengomel dan merasa menyesal
5. Cari bantuan
Jika anda merasa marah sudah emmpengaruhi hidup anda dalam artian negatif,
maka carilah bantuan. Ceritakan masalah anda kepada orang yang anda percaya
atau psikiatri.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. R. (2008). Meredam bullying. 3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak.
Jakarta: Gramedia Widiaswara Indonesia.
Carter S. (2012) The Bully at School: An Interdisciplinary Approach.Journal of Issues in
Comprehensive Pediatric Nursing, Vol 35, No. 3.
Cautin, Robin L., Overholser, James C. & Goetz Patricia. 2001. Assesment of Mode of
Anger Expression In Adolescent Psychiatric Inpatients. Proquest Sociology. Vol. 3,
No 141.
Fink, Elian; Patalay, Praveetha; Sharpe, Helen; Wolpert, Miranda. (2018). Child- and
school-level predictors of children’s bullying behavior: A multilevel analysis in 648
primary schools. Journal of Educational Psychology Vol. 110, No. 117-26.
DOI:10.1037.
Prasetyo, A. B. K. (2011). Bullying di sekolah dan dampaknya bagi masa depan anak. El-
Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam, Vol. V, No 1.
Supriani, Eva Purnama Sari (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada Anak Usia
Sekolahdi Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.Idea Nursing Journal
Vol VIII. No 3.
WHO. 2010. Prevention of bullying-related morbidity and mortality: a call for public health
policies. Diperoleh dari: https://www.who.int/bulletin/volumes/88/6/10-077123/en/.
Pada 20 November 2019 pukul 20.30wib.
Yusuf, H dan Fahrudin. (2012). Perilaku bullying: Asessmen multidimensi dan intervensi
sosial. Jurnal psikologi undip, Vol 11, No 2

Anda mungkin juga menyukai