Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK ANALISIS PENCEMAR LINGKUNGAN

ANALISIS CHEMICAL OXYGEN DEMAND,


PERMANGANATE VALUE, DISSOLVED OXYGEN
DAN BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND

Nama : Artia Anandea R


NRP : 03211740000082
Dosen : Bieby Voijant Tangahu, S.T., M.T., Ph. D.
Harmin Sulistyaningsih Titah, S.T., M.T., Ph.D.
Welly Herumurti., S.T., M.Sc.
Aslab : Citra Nur Fadilah

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1. 1 TUJUAN ................................................................................................ 1

1. 2 PRINSIP ................................................................................................ 1

1. 3 DASAR TEORI ...................................................................................... 2

BAB II METODOLOGI........................................................................................... 7

2.1 SKEMA KERJA...................................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 13

3.1 TABEL PENGAMATAN ......................................................................... 13

3.2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 37

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 55

4.1 KESIMPULAN ........................................................................................ 54

4.2 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 57

BAB V PERTANYAAN DAN JAWABAN .............................................................. 58

LAMPIRAN............................................................................................................ 60

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai “Analisis Chemical Oxygen
Demand, Permanganate Value, Dissolved Oxygen dan Biochemical Oxygen
Demand” adalah:

1. Untuk menentukan besarnya kandungan oksigen kimiawi (COD) dalam sampel air

2. Untuk menentukan besarnya nilai Permanganat (KMnO4) dalam air.

3. Untuk menentukan besarnya oksigen terlarut (DO) di dalam air.

4. Untuk menentukan besarnya kadar kebutuhan oksigen biologis (BOD) dalam


air.

1.2 Prinsip
Prinsip dari Praktikum “Analisis Chemical Oxygen Demand,
Permanganate Value, Dissolved Oxygen dan Biochemical Oxygen Demand” ini
adalah:

Eksperimen ini dilakukan berdasarkan empat prinsip. Dalam analisis


COD, prinsipnya adalah untuk mengoksidasi zat organik dalam sampel air
dengan menggunakan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam kondisi asam dan suhu
150 ° C. K2Cr2O7 yang berlebihan kemudian dititrasi dengan Ferro Alumunium
Sulphate (FAS), dengan menggunakan ferroin sebagai indikator. Proses oksidasi
melalui persamaan:

CaHbOc + Cr2O72- + H+  CO2 + H2O + Cr23+

Dalam analisis nilai permanganat (PV), zat organik dalam sampel air
dioksidasi menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan oksidator ini
berkurang oleh asam oksalat yang berlebihan, yang sekali lagi akan dititrasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan:

2 MnO4- + 5 C2O4 + 16 H+  2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

Dalam analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD) analisis, prinsipnya


adalah untuk menguraikan atau mengoksidasi hampir semua bahan organik
terlarut dan zat organik yang ditangguhkan.

Prinsip analisis oksigen terlarut (DO) adalah titrasi iodometrik. Pada


awalnya, sampel ditambahkan oleh larutan bereaksi oksigen, membentuk
sedimentasi MnO2. Penambahan H2SO4 akan melarutkan sedimen dan
melepaskan molekul yodium yang setara dengan oksigen terlarut. Yodium ini
dititrasi dengan natrium tiosulfat, menggunakan amilum sebagai indikator. Reaksi
terjadi melalui persamaan ini:
2

MnCI2 + NaOH  Mn(OH)2 + 2 NaCI


2 Mn(OH)2 + O2  2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3  Na2S4O6 + 2 NaI

1.3 Dasar Teori


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang
dikonsumsi oleh senyawa organik dan bahan organik yang teroksidasi dalam air.
Permintaan Oksigen Biologi-kal (BOD5) adalah jumlah oksigen yang dikonsumsi
oleh senyawa organik dan anorganik yang dioksidasi oleh efek oksidasi biologis
dalam kondisi tertentu. Keduanya mencerminkan tingkat pencemaran air, dan
merupakan indeks komprehensif dari kandungan relatif organik. Sebagai indeks
komprehensif utama dari pencemaran organik, COD dan BOD5 penting dalam
pengendalian total konsentrasi pencemaran dan pengelolaan lingkungan air. Jadi
penting untuk penelitian lebih jauh dan mengembangkan metode sederhana dan
cepat untuk penentuan COD dan BOD5.

Saat ini, metode Kalium Dikromat umumnya digunakan untuk


menentukan nilai COD di rumah dan di luar negeri dan metode lain seperti
spektrofotometri dan metode koulometrik dilaporkan. Metode penentuan BOD5
berisi pengukuran rutin, pengukuran biosensor dan analisis spectral.

(Yang, et.al., 2009)

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perhatian telah


dicurahkan untuk menghilangkan kontaminan organik dari air limbah. Dengan
polusi air menjadi masalah serius, penilaian kualitas air dan pengendalian
polutan telah menjadi keharusan global. Permintaan oksigen kimia (COD) adalah
parameter yang digunakan secara luas untuk menentukan jumlah polutan
organik dalam air limbah. COD didefinisikan sebagai jumlah ekivalen oksigen
yang dikonsumsi dalam oksidasi senyawa organik oleh zat pengoksidasi kuat,
seperti dikromat dan permanganat, dan merupakan indikasi jumlah polutan
organik yang ada dalam sampel yang diuji.

Metode konvensional untuk menentukan konsentrasi dikromat mengalami


beberapa kelemahan yang melekat. Misalnya, mereka memakan waktu,
menunjukkan sensitivitas deteksi rendah, melibatkan prosedur yang kompleks,
membutuhkan penggunaan bahan kimia mahal (Ag2SO4) dan beracun (Cr dan
Hg), dan menghasilkan oksidasi polutan yang tidak lengkap. Akibatnya, polusi
sekunder tidak dapat dihindari ketika metode ini digunakan.

(Yao,Na.et.al., 2014)
3

Permintaan oksigen kimia (COD) adalah parameter analitik penting untuk


penilaian kualitas air. COD mewakili tingkat polusi organik dalam badan air.
Namun, metode analitik standar untuk COD memakan waktu dan memiliki
efisiensi oksidasi yang rendah, gangguan klorida, dan polusi sekunder yang
parah. Pekerjaan yang dilakukan selama dua dekade terakhir telah menghasilkan
beberapa teknologi, termasuk metode standar yang dimodifikasi (misalnya,
metode berbantuan gelombang mikro) dan teknologi atau metode baru
(misalnya, metode elektro dan foto-oksidatif berdasarkan proses oksidasi
lanjutan) yang lebih sedikit waktu- mengkonsumsi, ramah lingkungan, dan lebih
dapat diandalkan.

Dampak pencemaran yang paling relevan dari air limbah adalah bahan
organik. Tingkat polusi bahan organik dalam badan air diperkirakan secara kasar
dengan menganalisis permintaan oksigen kimia (COD) atau permintaan oksigen
biologis (BOD), yang masing-masing memperkirakan tingkat oksidasi kimia dan
biologis. COD lebih mewakili bahan organik daripada BOD karena BOD sulit
distandarisasi dan membutuhkan waktu yang lama (lima hari).

Sebaliknya, COD dapat mengatasi kelemahan yang diperoleh oleh BOD.


Dengan demikian, COD dianggap sebagai parameter kualitas air yang penting
untuk mewakili tingkat polusi organik dan dikontrol secara ketat oleh badan
pengatur lingkungan. [4] COD didefinisikan sebagai ukuran setara oksigen dari
kandungan bahan organik sampel yang rentan terhadap oksidasi oleh oksidan
kimia yang kuat (kalium 3ermanganate [KmnO4], atau kalium dikromat
[K2Cr2O7]). Secara konvensional, indeks COD memiliki dua jenis, yaitu CODcr
dan CODMn.

(Li, Ji. el.al., 2017)

Nilai permanganat (PV) adalah metode kuantifikasi bahan organik yang


dicatat sebagai ukuran oksigen yang diserap dari kalium permanganat
diasamkan selama 4 jam pada 27 ° C. Sampel dengan volume 10 ml diencerkan
sampai 100 ml menggunakan air suling dalam tabung pengukur kemudian
ditambahkan ke 250 ml labu berbentuk kerucut. Untuk masing-masing labu,
volume 50 ml 0,0125 M kalium permanganat dipindahkan, diikuti dengan
menambahkan 10 ml 25% (v / v) H2SO4. Labu ditutup rapat dan diinkubasi
dalam lemari gelap pada suhu 27 ° C selama 4 jam. Setelah inkubasi 5,0 ml
kalium iodida ditambahkan dan campuran yang dihasilkan dalam masing-masing
labu kemudian dititrasi terhadap 0,025 M natrium tiosulfat. Indikator pati pada
1,0% (b / v) digunakan untuk mendeteksi titik akhir, yang dicatat oleh hilangnya
warna pati-iodin biru-hitam. Titrasi kosong dilakukan dengan menggunakan 100
ml air suling alih-alih sampel.

(Manhokwe. et. al., 2015)

Padatan tersuspensi dan nilai permanganat adalah karakteristik polusi


yang digunakan untuk menilai kekuatan polusi limbah domestik. Nilai
permanganat adalah ukuran jumlah oksigen yang diperoleh dari kalium
4

permanganat yang dibutuhkan untuk oksidasi polutan anorganik dan organik


yang mudah teroksidasi hadir dalam sampel limbah.

Dalam larutan asam atau basa, kalium permanganat melepaskan oksigen


untuk keperluan oksidasi. Ketika sampel terpapar ke larutan encer kalium
permanganat diasamkan (KMn04) dalam botol stopper, larutan asam KMn04
melepaskan oksigen yang mengoksidasi limbah yang mudah teroksidasi dalam
sampel.

Oleh karena itu, kalium permanganat yang tidak digunakan dapat ditentukan
dengan menambahkan larutan kalium iodida berlebih dari mana jumlah yang
setara dari iodida kemudian dititrasi terhadap larutan natrium tiosulfat standar.

(Uwidia I.E dan Ademoroti C.M.A., 2012)

Permintaan Oksigen Biokimia (BOD) adalah parameter umum dalam


pemantauan lingkungan air dan air limbah. Dalam metode konvensional, oksidasi
bahan mineral seperti sulfida dan besi besi serta proses nitrifikasi dapat
mengkonsumsi oksigen terlarut dan menyebabkan gangguan dalam pengukuran
BOD. Berdasarkan turbidimetri karbonat, metode sederhana baru untuk
penentuan BOD dalam sampel air dikembangkan untuk menghilangkan
gangguan ini.

Dalam metode ini, BOD ditentukan oleh pengukuran tidak langsung


karbon dioksida yang dihasilkan dari degradasi senyawa organik yang dapat
terbiodegradasi oleh mikroorganisme. Kesederhanaan, biaya rendah dan
ketersediaan peralatan yang diperlukan di sebagian besar laboratorium air
adalah kelebihan dari metode yang disajikan. Pada bagian eksperimental,
optimasi parameter yang mempengaruhi, termasuk pH dan muatan organik awal
dari solusi sintetis dilakukan. Hasil analisis BOD untuk sampel air limbah kota
dan industri dengan metode yang diusulkan dapat dibandingkan dengan metode
manometrik standar.

Permintaan oksigen biokimiawi (BOD) adalah parameter empiris yang


merujuk pada jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
mengoksidasi bahan organik dalam air limbah, limbah, dan sampel air yang
tercemar [3]. Metode pengenceran dan manometrik adalah dua metode paling
konvensional untuk mengukur BOD. Dalam metode ini, BOD dihitung melalui
perubahan jumlah DO dalam sampel air atau dengan penurunan tekanan, yang
merupakan hasil dari konsumsi oksigen dalam botol yang berisi sampel

(Pour. H.L .et. al., 2014)

Penentuan permintaan oksigen biokimia 5-d (BOD5) adalah prosedur


eksperimental standar untuk menentukan kebutuhan oksigen relatif bagi mikroba
5

air untuk mengkonsumsi bahan organik dalam air limbah, limbah pabrik
pengolahan air limbah (WWTP), atau perairan alami. BOD5 telah digunakan
sebagai indikator untuk jumlah polutan organik di sebagian besar sistem akuatik,
terutama indikator yang baik untuk senyawa organik yang dapat terurai secara
hayati. Namun, karena periode uji 5-d, BOD5 tidak dianggap sebagai parameter
yang cocok untuk kontrol proses proses pengolahan air dan untuk sistem
pemantauan kualitas air waktu-nyata, di mana umpan balik cepat sangat penting.
Uji biodegradasi berbasis BOD5 yang mengandalkan keberadaan komunitas
mikroba yang layak memiliki kesulitan dalam mendapatkan pengukuran yang
akurat secara konsisten. BOD5 umumnya memiliki ketidakpastian 15% -20%.

Sebagian besar biosensor BOD5 mengandalkan pengukuran aktivitas


pernapasan sel oleh transduser yang sesuai. Selain itu, yang menggunakan
elektroda oksigen, penganalisa karbon dioksida, transduser optik atau sel bahan
bakar mikroba baru-baru ini dilaporkan. Biosensor memungkinkan para peneliti
untuk dengan mudah dan cepat (15 menit) memperoleh hasil BOD5,
dibandingkan dengan metode BOD5 resmi.

(Kwak. J. et. al., 2013)

Metode titrasi Winkler dengan akurasi tinggi telah dikembangkan untuk


menentukan konsentrasi oksigen terlarut. Analisis yang cermat terhadap sumber
ketidakpastian yang relevan dengan metode Winkler dilakukan dan metode ini
dioptimalkan untuk meminimalkan semua sumber ketidakpastian sejauh praktis.
Perbaikan yang paling penting adalah: pengukuran gravimetri dari semua solusi,
pra-titrasi untuk meminimalkan efek volatilisasi yodium, deteksi titik akhir
amperometrik yang akurat dan perhitungan oksigen terlarut secara hati-hati
dalam reagen. Akibatnya, metode yang dikembangkan mungkin merupakan
metode penentuan oksigen terlarut yang paling akurat yang tersedia. Tergantung

Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu gas terlarut terpenting dalam air.
Konsentrasi DO yang memadai sangat penting untuk kelangsungan hidup
sebagian besar tanaman dan hewan air serta dalam pengolahan air limbah.
Konsentrasi DO adalah parameter kunci yang mencirikan alam dan air limbah
dan untuk menilai keadaan lingkungan secara umum. Selain CO2 terlarut,
konsentrasi DO adalah parameter penting yang membentuk iklim kita. Semakin
jelas bahwa konsentrasi DO di lautan semakin menurun. Bahkan perubahan kecil
dalam konten DO dapat memiliki konsekuensi serius bagi banyak organisme laut,
karena konsentrasi DO mempengaruhi siklus nitrogen dan elemen sensitif-redoks
lainnya. Berkurangnya konsentrasi DO menyebabkan pembentukan daerah
hipoksia di laut pesisir, di sedimen, atau di lautan terbuka, yang dapat dihuni bagi
sebagian besar organisme laut. Konsentrasi DO berhubungan dengan
perubahan sirkulasi laut dan penyerapan CO2 (termasuk antropogenik) oleh laut.
Semua perubahan ini pada gilirannya terkait dengan perubahan iklim.

(Helm, Irja. et. al., 2012)


6

Pemantauan oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk pengolahan air,


pengolahan limbah, akuakultur dan penelitian biologi. Metode tradisional untuk
deteksi DO adalah metode elektrokimia yang disebut elektroda Clark. Metode
elektrokimia ini telah banyak digunakan karena sederhana dan murah; Namun,
kelemahan kritis untuk sensor jenis ini adalah mudah dipengaruhi oleh variasi
pH, dan oleh konsentrasi H2S dan SO2.

Penentuan konsentrasi oksigen terlarut (DO) sangat penting dalam


bidang industri, pengendalian lingkungan, dan penelitian biologi. Juga, jumlah
DO dapat langsung digunakan untuk menunjukkan kualitas air. Penurunan
jumlah ini biasanya menunjukkan adanya polusi. Di bawah tekanan atmosfer
standar 101,325 kPa, konsentrasi oksigen dalam air adalah 9,2 ppm pada 20º C.
Untuk sebagian besar spesies ikan, konsentrasi DO tidak boleh turun di bawah 5
ppm, jika tidak mereka tidak dapat bertahan hidup karena kekurangan oksigen.
Selain itu, dalam penelitian biologi, sangat penting untuk memantau kadar DO
dalam darah, karena darah adalah media transportasi untuk oksigen ke sel dan
jaringan di seluruh. tubuh. Secara tradisional, ada dua teknik utama yang
digunakan untuk mendeteksi DO, metode Winkler dan metode amperometrik.
Metode Winkler memerlukan langkah rumit, volume sampel besar dan tidak
cocok untuk deteksi cepat. Metode amperometrik adalah metode elektrokimia
yang disebut elektroda Clark; metode ini sangat cepat, tetapi mengonsumsi
oksigen analit dalam reaksi elektrokimia dan mudah terkorosi. Karena alasan ini,
metode ini tidak cocok untuk operasi di lingkungan korosif jangka panjang.

(Feng, Weiwei. et. al., 2013)


7

BAB II
METODOLOGI

2. 1 SKEMA KERJA

A. ANALISIS COD

Kristal Hg2SO4

● Dimasukkan 0,4 gr kristal Hg2SO4 ke dalam


masing-masing erlenmeyer COD.

Air sample dan


Aquadest

● Dituangkan 20 mL air sampel dan 20 mL air


aquadest (sebagai blanko) ke dalam masingmasing
erlenmeyer COD.

Kalium Dikromat
(K2Cr2O7) 0,1 N.

● Ditambahkan 10 mL larutan Kalium Dikromat


(K2Cr2O7) 0,1 N.

H2SO4 dan Ag2SO4

● Ditambahkan 30 mL larutan campuran H2SO4 dan


Ag2SO4.
● Dialirkan air pendingin pada kondenser dan pasang
erlenmeyer COD.
● Dinyalakan alat pemanas dan refluks larutan tersebut
selama 2 jam.
Aquadest

● Dibiarkan erlenmeyer dingin dan tambahkan air


aquadest melalui kondensor sampai volume 150 mL.
● Dilepaskan erlenmeyer dari kondensor dan tunggu
sampai dingin.
Feroin

● Ditambahkan 3-4 tetes indikator feroin.

Larutan standart
Fero Amonium
Sulfat 0,05 N
8

● Dititrasi kedua larutan di erlenmeyer tersebut dengan


larutan standart Fero Amonium Sulfat 0,05 N hingga warna
menjadi merah-coklat.
● Dihitung COD sampel dengan rumus berikut:

dimana: a = mL FAS titrasi blanko


b = mL FAS titrasi sampel
N = normalitas larutan FAS
F = faktor (20 : titran blanko ke dua)
p = pengenceran

HASIL

B. ANALISIS PV
Sample Air

● Dituangkan sampel air sebanyak 100 mL dengan


gelas ukur.

Asam Sulfat

● Ditambahkan 2,5 mL Asam Sulfat 4 N bebas


organik.

Kalium
Permanganat
(KMnO4)

● Ditambahkan bebrapa tetes larutan Kalium


Permanganat (KMnO4) 0,01 N hingga terjadi warna
merah muda.
● Dipanaskan hingga mendidih selama 1 menit.
● Ditambahkan 10 mL larutan Kalium Permanganat
(KMnO4) 0,01 N.
● Dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit.

Asam Oksalat
0,1 N

● Ditambahkan 1 mL larutan Asam Oksalat 0,1 N dan tunggu


sampai air menjadi jernih.

dengan Kalium
Permanganat
(KMnO4)

● Dititrasi dengan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01 N


sampai timbul warna merah muda.
● Dihitung nilai Permanganat dengan menggunakan rumus
berikut:
9

dimana:
a = mL titrasi larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
N = normalitas larutan Kalium Permanganat
P = pengenceran

HASIL

C. ANALISIS DO

Sample

● Diambil sampel langsung dari lokasi sampel dengan


cara memasukkan botol winkler ke dalam air sampai
botol penuh dan tutup.

Mangan Sulfat

● Ditambahkan 1 mL larutan mangan sulfat.

larutan Pereaksi
Oksigen

● Ditambahkan 1 mL larutan Pereaksi Oksigen.


● Botol ditutup lagi dengan hati-hati agar tidak ada udara
terperangkap dari luar, kemudian balik-balikkan botol beberapa
kali.
● Dibiarkan gumpalan mengendap selama 5-10 menit.

Asam Sulfat
pekat

● Ditambahkan 1 mL Asam Sulfat pekat, tutup dan balik-


balikkan botol beberapa kali sampai endapan hilang.
● Dituangkan air dalam botol sebanyak 100 mL dengan
menggunakan gelas ukur 100 mL, masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL.

Natrium Tiosulfat
0,0125 N

● Dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N hingga


warna menjadi coklat muda.

Indikator amilum

● Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum


10

Natrium Tiosulfat
0,0125 N

● Dititrasi lagi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N


Tiosulfat sampai warna biru hilang yang pertama kali (setelah
beberapa menit akan timbul lagi).
● Dihitung Oksigen Terlarut dengan menggunakan rumus
berikut:

dimana:
OT= oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Tiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Tiosulfat

HASIL

D. ANALISIS BOD

1. Pembuatan Air Pengencer

Buffer Fosfat,
Magnesium Sulfat,
Kalium Klorida, dan
Feri Klorida

Air pengencer ini tergantung banyaknya sampel yang akan


dianalisis dan pengencerannya, prosedurnya:
● Ditambahkan 1 mL larutan Buffer Fosfat per liter air
● Ditambahkan 1 mL larutan Magnesium Sulfat per liter air
● Ditambahkan 1 mL larutan Kalium Klorida per liter air
● Ditambahkan 1 mL larutan Feri Klorida per liter air

Bubuk Inhibitor

● Ditambahkan 10 mg bubuk inhibitor


● Di-Aerasi minimal selama 2 jam

1 mL larutan benih

● Ditambahkan 1 mL larutan benih per liter air

HASIL
11

2. Prosedur BOD

a. Menentukan Pengenceran

Angka KMn04

● Untuk menganalisis BOD harus diketahui besarnya


pengenceran melalui angka KMnO4 sebagai berikut:

HASIL

b. Prosedur BOD dengan winkler

Sample

● Disiapkan 1 buah labu takar 500 mL dan tuangkan sampel


sesuai dengan perhitungan pengenceran

Air

● Ditambahkan air pengencer sampai batas labu.


● Disiapkan 2 buah botol winkler 300 mL dan 2 buah botol
winkler 150 mL.
● Dituangkan air dalam labu takar tadi ke dalam botol winkler
300 mL dan 150 mL sampai tumpah.
● Dituangkan air pengencer ke botol winkler 300 mL dan 150
mL sebagai blanko sampai tumpah.
● Dimasukkan kedua botol winkler 300 mL ke dalam inkubator
20°C selama 5 hari.
● Kedua botol winkler 150 mL yang berisi air dianalisis oksigen
terlarutnya dengan prosedur sebagai berikut:
- Tambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat
- Tambahkan 1 mL larutan Pereaksi Oksigen
- Botol ditutup dengan hati-hati agar tidak ada gelembung
udaranya lalu
balik-balikkan beberapa kali.
- Biarkan gumpalan mengendap selama 5-10 menit.
- Tambahkan 1 mL Asam Sulfat pekat, tutup dan balik-balikkan
- Tuangkan 100 mL larutan ke dalam erlenmeyer 250 mL
- Titrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat 0,0125 N sampai
warna menjadi coklat muda
- Tambahkan 3-4 tetes indikator amilum dan titrasi dengan
Natrium Tiosulfat hingga warna biru hilang
12

● Setelah 5 hari, dianalisis kedua larutan dalam botol


winkler 300 mL dengan analisis oksigen terlarut.
● Dihitung Oksigen Terlarut dan BOD dengan rumus
berikut:

HASIL
13

BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 TABEL PENGAMATAN

A. ANALISIS COD
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Dimasukkan sebanyak Karakteristik padatan
0,4 gram kristal Hg2SO4 Kristal Hg2SO4 :
menggunakan spatula - berwujud padat/ kristal
ke dalam masing- - berwarna putih keruh
masing labu erlenmeyer - bersuhu normal
- sedikit berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah padatan
Hg2SO4 :
- berwujud cair Gambar 1.1
- berwarna putih keruh Ditambahkan
- bersuhu normal padatan Hg2SO4
- berbau kedalam masing-
masing erlenmeyer
2. Dituangkan 20 mL air Karakteristik aquades :
sampel inlet dan outlet - berwujud cair
serta 20 mL air aquadest - tidak berwarna
(sebagai blanko) ke - bersuhu normal
dalam masing - masing - tidak berbau
labu erlenmeyer
Karakteristik sampel :
- berwujud cair
- keruh
- bersuhu normal Gambar 2.1
- berbau tidak sedap Dituang semua
- berwarna kecoklatan- sampel dan
kehijauan aquades pada
masing-masing
Karakteristik sample tabung COD
setelah diberi
aquades: semua
karakteristik tetap,
tidak ada perubahan,
hanya saja sedikit
lebih bening
14

3. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Kalium Dikromat Kalium Dikromat :
(K2Cr2O7) 0,1 N - berwujud cair
menggunakan pipet ukur - berwarna orange tidak
dengan bantuan pekat (Orange bening)
propipet ke dalam - bersuhu normal
masing - masing labu - sedikit berbau
erlenmeyer menyengat
Gambar 3.1
Karakteristik sample Ditambahkan
setelah ditambah larutan Kalium
larutan Kalium Dikromat
Dikromat: Tidak ada menggunakan
perubahan fisik yang pipet ukur
terjadi kecuali warna
yang berubah menjadi
orange.

4. Ditambahkan 3 mL Karakteristik Larutan


larutan campuran H2SO4 campuran H2SO4 dan
dan Ag2SO4 Ag2SO4: bening, tidak
menggunakan pipet ukur berwarna, bau tidak
dengan bantuan sedap, larutan cair, dan
propipet ke dalam bersuhu ruang
masing - masing labu
erlenmeyer Karakteristik sample
setelah ditambahkan
Larutan campuran Gambar 4.1
H2SO4 dan Ag2SO4: Penambahan
suhu sedikit meningkat larutan campuran
dan endapan berwarna H2SO4 dan Ag2SO4
putih terbentuk.
5. Dinyalakan alat Karakteristik sample
pemanas, kemudian setelah di- Refluks
refluks masing - masing adalah: Sampel
larutan sampel pada berubah menjadi jernih,
labu erlenmeyer tersebut berwarna kecoklatan,
selama 2 jam. bersuhu tinggi, dan
terbentuk sedimen
berwarna putih

Gambar 5. 1
Larutan sampel
COD yang akan
direfluk
menggunakan alat
15

6. Ditambahkan aquadest Karakteristik aquades :


pada masing - masing - berwujud cair
sampel sampai volume - tidak berwarna
mencapai 15 mL - bersuhu normal
menggunakan pipet ukur - tidak berbau
dengan bantuan
propipet dan kemudian Karakteristik setelah
dibiarkan untuk menurun ditambahkan aquades:
suhu pada masing- Sampel berubah
masing larutan sampel menjadi kuning Gambar 6.1
kecoklatan, lebih jernih, Ditambahkan
dan suhu menurun. aquades pada
masing-masing
sampel COD
7. Dituangkan sampel COD
masing-masing ke labu
erlenmeyer

Gambar 7.1
Dituangkan larutan
sampel COD ke
labu erlenmeyer
8. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik Indikator
indikator feroin ke dalam ferroin: berwarna merah
masing - masing larutan pekat, larutan kental,
sampel menggunakan tidak berbau, dan
pipet tetes. bersuhu ruang

Karakteristik sample
setelah penambahan
Indikator ferroin:
sampel berubah Gambar 8. 1
menjadi berwarna abu- Penambahan
abu gelap, tidak indicator ferroin
berbau, cair pada suhu pada masing-
kamar. masing sampel
COD
9. Dititrasi masing-masing Karakteristik FAS: FAS
larutan sampel di berbentuk larutan, dan
erlenmeyer dengan tidak berwarna, sedikit
larutan standar Fero berbau, bersuhu ruang.
Amonium Sulfat 0,05 N
menggunakan biuret Karakteristik setelah
hingga warna larutan titrasi dengan FAS:
menjadi merah-coklat. sampel berubah
menjadi merah
kecoklatan, tidak Gambar 1.9
16

berbau pada suhu Penambahan


kamar. larutan Standar
FAS pada masing-
Volume Titrasi yang masing sampel
diperlukan : COD
•Sampel outlet : 4,6 mL
•Sampel inlet : 4,2 mL
•Blanko : 3,1 mL

B. ANALISIS PERMANGANATE VALUE


No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Dituangkan sample air Karakteristik air sampel
(inlet dan outlet) Inlet dan Oulet:
sebanyak 100mL - berwujud cair
menggunakan gelas - berwarna putih keruh
ukur kehijauan
- bersuhu normal
- berbau

Air sample diambil di Gambar 1.1


depan pintu keluar Diambil air sample
perumahan Galaxy
(outlet) dan didepan
Pom Bensin (Inlet).

Gambar 1.2
Dituang air sample
kedalam gelas
ukur

Gambar 1.3
Dituang air sample
dari gelas ukur
kedalam
Erlenmeyer glass
17

2. Ditambahkan 2,5 mL Karakteristik larutan


asam sulfat 4N bebas Asam Sulfat :
organik - berwujud cair
- berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Asam Gambar 2.1
Sulfat : Ditambahkan 2,5
- berwujud cair mL asam sulfat 4N
- berwarna putih keruh Bebas Organik
- bersuhu normal
- berbau

3. Ditambahkan beberapa Karakteristik larutan


tetes larutan kalium Kalium Permanganat :
Permanganate (KMnO4) - berwujud cair
0,01N hingga terjadi - berwarna ungu pekat
perubahan warna - bersuhu normal
menjadi merah muda - berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Kalium Gambar 3.1
Permanganat : Ditambahkan
- berwujud cair beberapa tetes lar.
- berwarna merah muda Kalium
pertama Permanganat
- bersuhu normal sampai warna
- berbau larutan menjadi
merah muda
pertama
4. Dipanaskan hingga Karakteristik larutan
mendidih selama 1 sampel setelah
menit pemanasan :

AIR INLET (POM


BENSIN)

- berwujud cair
- berwarna orange
kemerahan Gambar 4.1
- bersuhu normal Dipanaskan
- sedikit berbau hingga mendidih
selama 1 menit
AIR OUTLET (PERUM. menggunakan
GALAXY): kompor listrik
- berwujud cair
- berwarna orange
kemerahan
18

- bersuhu normal
- sedikit berbau

5. Ditambahkan 10mL Karakteristik larutan


larutan kalium Kalium Permanganat :
Permanganate (KMnO4) - berwujud cair
0,01N - berwarna ungu pekat
- bersuhu normal
- berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Kalium Gambar 5.1
Permanganat : Ditambah masing-
- berwujud cair masing
- berwarna keunguan Erlenmeyer glass
- bersuhu normal dengan larutan
- berbau KMnO4 0,01N
sebanyak 10mL
6. Dipanaskan kembali Karakteristik larutan
hingga mendidih selama sample POM (inlet)
10 menit setelah pemanasan :
- berwujud cair
- warna menjadi pudar/
hilang
- bersuhu normal
- berbau

Karakteristik larutan Gambar 6.1


sample Galaxy (outlet) Air sample (POM)
setelah pemanasan : Dipanaskan
- berwujud cair hingga mendidih
- warna menjadi selama 10menit
kecoklatan pekat menggunakan
- bersuhu normal kompor listrik
- berbau

Gambar 6.1
Air sample (perum.
Galaxy)
Dipanaskan
hingga mendidih
selama 10menit
menggunakan
19

kompor listrik

7. Ditambahkan 1mL Karakteristik larutan


larutan asam oksalat Asam Oksalat :
0,1N dan tunggu hingga - berwujud cair
air menjadi jernih - berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- berbau

Karakteristik larutan
sample Inlet dan Outlet
setelah ditambah larutan Gambar 7.1
Asam Oksalat : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Asam
- berwarna jernih atau Oksalat, kemudian
bening ditunggu sampai
- bersuhu normal
larutan sampel
- sedikit berbau menjadi jernih

Gambar 7.2
Ditambahkan 1 mL
larutan Asam
Oksalat, kemudian
ditunggu sampai
larutan sampel
menjadi jernih

8. Titrasi dengan Kalium Karakteristik larutan


Permanganate (KMnO4) Kalium Permanganat :
0,01N hingga timbul - berwujud cair
warna merah muda - berwarna ungu pekat
- bersuhu normal
- berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah dititrasi
larutan Kalium Gambar 8.1
Permanganat : Dititrasi larutan
- berwujud cair sampel dengan
- berwarna merah muda larutan Kalium
(pink) Permanganat
- bersuhu normal menggunakan
- berbau buret
20

Volume Titrasi pada


sampel :
Air Inlet (POM Bensin)=
10,8mL
Air Outlet
(Perum.Glaxy)= 7 mL
Gambar 8.2
Dititrasi larutan
sampel dengan
larutan Kalium
Permanganat
sampai timbul
warna merah
muda pertama
9. Dihitung nilai Rumus perhitungan dan
permanganate dengan lampiran perhitungan:
menggunakan rumus Terdapat di
pembahasan

C. ANALISIS DO
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Diambil sample langsung Karakteristik air sampel:
dari lokasi sample - berwujud cair
dengan cara - berwarna putih keruh
Dimasukkan larutan berwarna kehijauan
sampel masing-masing - bersuhu normal
ke botol winkler 150 mL - sedikit berbau
sampai tumpah dan
kemudian botol winkler
ditutup perlahan.

2. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Mangan Sulfat Mangan Sulfat :
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - berwarna merah muda
150 mL menggunakan - bersuhu normal
pipet volumetrik dengan - berbau
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 2.1
Mangan Sulfat : Ditambahkan
- berwujud cair larutan Mangan
- berwarna putih keruh Sulfat pada
- bersuhu normal sampel
- berbau
21

3. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Pereaksi Oksigen Pereaksi Oksigen :
pada semua larutan berwujud cair, berwarna
sampel di botol winkler orange muda agak
150 mL menggunakan kental, bersuhu
pipet volumetrik dengan normal, tidak berbau
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambahkan larutan Gambar 3. 1
Pereaksi Oksigen : Ditambahkan
berwujud cair, berwarna larutan pereaksi
orange keruh oksigen pada
kecoklatan, bersuhu sampel
normal, dan tidak
berbau

Gambar 3. 2
Hasil setelah
ditambahkan
pereaksi oksigen

4. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan Gambar 4.1


perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak Tidak ada perubahan
masuk serta yang terjadi pada
terperangkap, dan sample
dibolak-balikkan masing
- masing botol winkler

5. Didiamkan 5-10 menit Karakteristik larutan


agar gumpalan pada Sampel setelah
larutan sampel didiamkan :
mengendap berwujud cair, bagian
atas berwarna putih
keruh dengan gumpalan
yang berada pada Gambar 5.1
bagian bawah berwarba Didiamkan 5-10
orang kecoklatan, menit agar
bersuhu normal, dan gumpalan pada
berbau larutan sampel
mengendap

6. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


22

larutan Asam Sulfat pada Asam Sulfat :


semua larutan sampel di - berwujud cair
botol winkler 150 mL - tidak berwarna
menggunakan pipet - bersuhu normal
volumetrik dengan - berbau menyengat
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Asam
Sulfat :
- berwujud cair
- berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- berbau
- terdapat padatan
melayang

7. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan


perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna putih keruh
balikkan masing - - bersuhu normal
masing botol winkler - berbau
- mulai terlihat endapan

8. Dituangkan masing - Karakteristik larutan


masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke Tidak ada perubahan
dalam labu erlenmenyer yang terjadi
250 mL
Karakteristik larutan
Sampel :
- berwujud cair
- berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau

9. Dititrasi masing-masing Karakteristik larutan


larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat :
Natrium Thiosulfat - berwujud cair
menggunakan biuret - tidak berwarna
sampai berubah warna - bersuhu normal
cokelat muda - tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- berwarna kekuningan
- bersuhu normal
23

- tidak berbau

Volume Titrasi yang


diperlukan :
 Sampel outlet :
 Sampel inlet :
 Blanko :

10. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik larutan


indikator amilum indikator amilum :
menggunakan pipet tetes - berwujud cair
pada masing - masing - berwarna putih keruh
sampel - bersuhu normal
- tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
indikator amilum :
- berwujud cair
- berwarna biru pekat
- bersuhu normal
- tidak berbau

11. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan


masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru hilang - tidak berbau
pada larutan sampel
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau

Volume Titrasi yang


diperlukan :
 Sampel outlet :
 Sampel inlet :
 Blanko :
24

D. ANALISIS BOD
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Dituangkan sampel air Karakteristik larutan
sesuai dengan sampel :
banyaknya perhitungan - berwujud cair
ke dalam labu takar 500 - berwarna coklat keruh
mL dengan - bersuhu normal
menggunakan gelas - berbau tidak sedap
ukur

Gambar 1. 1
Penambahan
sampel ke labu ukur
500 mL
2. Ditambahkan air Karakteristik air
pengencer yang telah pengencer :
dibuat sebelumnya - berwujud cair
sampai batas labu ukur - tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau

Gambar 2. 1
Ditambahkan air
pengencer yang
telah dibuat
sebelumnya sampai
batas labu ukur

3. Dimasukkan masing- Karakteristik larutan


masing larutan sampel sampel setelah
ke botol winkler 300 mL ditambah air
dan botol winkler 150 pengencer:
mL sampai tumpah - berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- berbau tidak sedap

Gambar 3. 1
Pemindahan larutan
sampel ke botol
winkler
Pemindahan larutan
dari labu pengencer
ke botol winkler 300
mL
4. Dimasukkan larutan Karakteristik air
25

pengencer masing- pengencer :


masing ke botol winkler - berwujud cair
300 mL dan botol - tidak berwarna
winkler 150 mL sampai - bersuhu normal
tumpah dan kemudian - tidak berbau
botol winkler ditutup
perlahan

Gambar 4. 1
Dimasukkan larutan
pengencer masing-
masing ke botol
winkler 300 mL dan
botol winkler 150
mL sampai tumpah
dan kemudian botol
winkler ditutup
perlahan

5. Dimasukkan semua Karakteristik larutan


larutan pada botol sampel setelah
winkler 300 mL ke ditambah air
dalam inkubator dengan pengencer:
suhu 20 ̊ C - berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau

Gambar 5. 1
Dimasukkan semua
larutan pada botol
winkler 300 mL ke
dalam inkubator
dengan suhu 20 ̊ C

6. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Mangan Sulfat Mangan Sulfat :
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - berwarna merah
150 mL menggunakan muda
pipet volumetrik dengan - bersuhu normal
bantuan propipet - berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah Gambar 6. 1
ditambah larutan Ditambahkan
Mangan Sulfat : larutan Mangan
- berwujud cair Sulfat pada sampel
26

- berwarna putih keruh


- bersuhu normal
- berbau

7. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Pereaksi Pereaksi Oksigen :
Oksigen pada semua - berwujud cair
larutan sampel di botol - berwarna orange
winkler 150 mL muda agak kental
menggunakan pipet - bersuhu normal
volumetrik dengan - tidak berbau
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah Gambar 7. 1
ditambah larutan Ditambahkan 1 mL
Pereaksi Oksigen : larutan Pereaksi
- berwujud cair Oksigen
- berwarna orange
keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau

8. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan


perlahan agar Sampel : Gambar 8. 1
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna orange
balikkan masing - keruh
masing botol winkler - bersuhu normal
- tidak berbau

9. Didiamkan 5-10 menit Karakteristik larutan


agar gumpalan pada Sampel setelah
larutan sampel didiamkan :
mengendap - berwujud cair
- berwarna orange
keruh
- bersuhu normal
- tidak berbau Gambar 9. 1
Didiamkan 5-10
menit agar
gumpalan pada
larutan sampel
mengendap

10. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan


larutan Asam Sulfat Asam Sulfat :
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - tidak berwarna
150 mL menggunakan - bersuhu normal
pipet volumetrik dengan - berbau menyengat
bantuan propipet
Karakteristik larutan
27

sampel setelah Gambar 10. 1


ditambah larutan Asam Ditambahkan 1 mL
Sulfat : larutan Asam Sulfat
- berwujud cair pada semua larutan
- berwarna putih keruh sampel di botol
- bersuhu normal winkler 150 mL
- berbau menggunakan pipet
- terdapat padatan volumetrik dengan
melayang bantuan propipet

11. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan


perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna putih keruh
balikkan masing - - bersuhu normal
masing botol winkler - berbau
- mulai terlihat endapan

Gambar 11. 1
Ditutup botol
winkler perlahan
agar gelembung
udara tidak masuk
dan dibolak-
balikkan masing -
masing botol
winkler

Gambar 11. 2
Proses
pengendapan pada
larutan sampel
12. Dituangkan masing - Karakteristik larutan
masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke - berwujud cair
dalam labu erlenmenyer - berwarna putih keruh
250 mL - bersuhu normal
- tidak berbau
28

Gambar 12. 1
Pengukuran
banyaknya larutan
sampel yang
dipindah
menggunakan
gelas ukur

Gambar 12.2
Proses dituang
larutan sampel ke
labu erlenmeyer

13. Dititrasi masing-masing Karakteristik larutan


larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat :
Natrium Thiosulfat - berwujud cair
menggunakan biuret - tidak berwarna
sampai berubah warna - bersuhu normal
cokelat muda - tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Gambar 13. 1
Natrium Thiosulfat :
Dititrasi masing-
- berwujud cair
masing larutan
- berwarna kekuningan
sampel dengan
- bersuhu normal
Natrium Thiosulfat
- tidak berbau
menggunakan
biuret sampai
Volume Titrasi yang
berubah warna
diperlukan :
cokelat muda
• Sampel outlet
: 3,7 mL
• Sampel inlet
: 5,1 mL
• Blanko
: 3,5 mL
29

14. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik larutan


indikator amilum indikator amilum :
menggunakan pipet - berwujud cair
tetes pada masing - - berwarna putih keruh
masing sampel - bersuhu normal
- tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 14. 1
indikator amilum : Ditambahkan 3-4
- berwujud cair tetes indikator
- berwarna biru pekat amilum
- bersuhu normal menggunakan pipet
- tidak berbau tetes pada masing -
masing sampel

Gambar 14. 2
Ditambahkan 3-4
tetes indikator
amilum
menggunakan pipet
tetes pada masing -
masing sampel

15. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan


masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru - tidak berbau
hilang pada larutan
sampel Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 15. 1
Natrium Thiosulfat : Dititrasi lagi masing
- berwujud cair - masing sampel
- tidak berwarna dengan larutan
- bersuhu normal Natrium Thiosulfat
- tidak berbau 0,0125 N
menggunakan
Volume Titrasi yang biuret sampai
30

diperlukan : warna biru hilang


• Sampel outlet pada larutan
: 0,9 mL sampel
• Sampel inlet
: 1,5 mL
• Blanko
: 1,5 mL

16. Diambil larutan sampel Karakteristik larutan


pada botol winkler 300 sampel :
mL dari lemari inkubator - berwujud cair
- tidak berwarna
- bersuhu normal
- berbau

Gambar 16. 1
Diambil larutan
sampel pada botol
winkler 300 mL dari
lemari inkubator
17. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Mangan Sulfat Mangan Sulfat :
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - berwarna merah
300 mL menggunakan muda
pipet volumetrik dengan - bersuhu normal
bantuan propipet - berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 17. 1
Mangan Sulfat : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Mangan
- berwarna putih keruh Sulfat
- bersuhu normal
- berbau
18. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Pereaksi Pereaksi Oksigen :
Oksigen pada semua - berwujud cair
larutan sampel di botol - berwarna orange
winkler 300 mL muda agak kental
menggunakan pipet - bersuhu normal
volumetrik dengan - tidak berbau
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 19. 1
Pereaksi Oksigen : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Pereaksi
- berwarna orange Oksigen
keruh
31

- bersuhu normal
- tidak berbau

Gambar 18. 2
Hasil setelah
penambahan
pereaksi oksigen

19. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan


perlahan agar Sampel : Gambar 19. 1
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna orange
balikkan masing - keruh
masing botol winkler - bersuhu normal
- tidak berbau

20. Didiamkan 5-10 menit Karakteristik larutan


agar gumpalan pada Sampel setelah
larutan sampel didiamkan :
mengendap - berwujud cair
- berwarna orange
keruh
- bersuhu normal Gambar 20. 1
- tidak berbau Proses
pengendapan
larutan sampel
21. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Asam Sulfat Asam Sulfat : Gambar 21. 1
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - tidak berwarna
300 mL menggunakan - bersuhu normal
pipet volumetrik dengan - berbau menyengat
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Asam
Sulfat :
- berwujud cair
- berwarna putih keruh
- bersuhu normal
- berbau
- terdapat padatan
melayang
32

22. Ditutup botol winkler Karakteristik larutan


perlahan agar Sampel :
gelembung udara tidak - berwujud cair
masuk dan dibolak- - berwarna putih keruh
balikkan masing - - bersuhu normal
masing botol winkler - berbau
- mulai terlihat endapan Gambar 22. 1
Proses membolak-
balikkan botol
sampel

Gambar 22.2
Proses
pengendapan pada
larutan sampel

23. Dituangkan masing - Karakteristik larutan


masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke - berwujud cair
dalam labu erlenmenyer - berwarna putih keruh
250 mL - bersuhu normal
- tidak berbau

Gambar 23. 1
Pengukuran
banyaknya larutan
sampel yang
dipindah
menggunakan
gelas ukur
33

Gambar 23. 2
Proses dituang
masing-masing
larutan sampel ke
labu erlenmeyer
24. Dititrasi masing-masing Karakteristik larutan
larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat :
Natrium Thiosulfat - berwujud cair
menggunakan biuret - tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Gambar 24. 1
Natrium Thiosulfat :
Proses titrasi pada
- berwujud cair
larutan sampel
- berwarna kekuningan
dengan Natrium
- bersuhu normal
Thiosulfat
- tidak berbau
menggunakan
biuret
Volume Titrasi yang
diperlukan :
• Sampel outlet
: 1,5 mL
• Sampel inlet
: 1,8 mL
• Blanko
: 1 mL

25. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik larutan


indikator amilum indikator amilum :
menggunakan pipet - berwujud cair
tetes pada masing - - berwarna putih keruh
masing sampel - bersuhu normal
- tidak berbau

Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
indikator amilum : Gambar 25. 1
- berwujud cair Ditambahkan
34

- berwarna biru pekat indicator amilum


- bersuhu normal pada larutan
- tidak berbau sampel

Gambar 25. 2
Ditambahkan
indicator amilum
pada larutan
sampel

26. Dititrasi lagi masing - Karakteristik larutan


masing sampel dengan Natrium Thiosulfat :
larutan Natrium - berwujud cair
Thiosulfat 0,0125 N - tidak berwarna
menggunakan biuret - bersuhu normal
sampai warna biru - tidak berbau
hilang pada larutan
sampel Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat : Gambar 26. 1
- berwujud cair Proses titrasi pada
- tidak berwarna larutan sampel
- bersuhu normal dengan larutan
- tidak berbau Naatrium Thiosulfat

Volume Titrasi yang


diperlukan :
Volume Titrasi yang
diperlukan :
• Sampel outlet
:1,1 mL
• Sampel inlet
:1,3 mL
• Blanko
:0,4 mL
35

3. 2 PEMBAHASAN
Praktikum ke- 4 bab 11 sampai 14 ini berlangsung di Laboratorium
Pemulihan Air, Departemen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember pada tanggal 2 April 2019 pukul 09.00 – 15.00 WIB. Praktikum ini
berjudul “Analisis Chemical Oxygen Demand, Permanganate Value, Dissolved
Oxygen Dan Biochemical Oxygen Demand” yang bertujuan:
1. Untuk menentukan besarnya kandungan oksigen kimiawi (COD) dalam sampel air
2. Untuk menentukan besarnya nilai Permanganat (KMnO4) dalam air.
3. Untuk menentukan besarnya oksigen terlarut (DO) di dalam air.
4. Untuk menentukan besarnya kadar kebutuhan oksigen biologis (BOD) dalam
air
Prinsip dari Praktikum ini adalah: Eksperimen ini dilakukan berdasarkan
empat prinsip. Dalam analisis COD, prinsipnya adalah untuk mengoksidasi zat
organik dalam sampel air dengan menggunakan kalium dikromat (K2Cr2O7)
dalam kondisi asam dan suhu 150 ° C. K2Cr2O7 yang berlebihan kemudian
dititrasi dengan Ferro Alumunium Sulphate (FAS), dengan menggunakan ferroin
sebagai indikator. Proses oksidasi melalui persamaan:

CaHbOc + Cr2O72- + H+  CO2 + H2O + Cr23+

Dalam analisis nilai permanganat (PV), zat organik dalam sampel air
dioksidasi menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan oksidator ini
berkurang oleh asam oksalat yang berlebihan, yang sekali lagi akan dititrasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan:

2 MnO4- + 5 C2O4 + 16 H+  2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

Dalam analisis Biochemical Oxygen Demand (BOD) analisis, prinsipnya


adalah untuk menguraikan atau mengoksidasi hampir semua bahan organik
terlarut dan zat organik yang ditangguhkan.

Prinsip analisis oksigen terlarut (DO) adalah titrasi iodometrik. Pada


awalnya, sampel ditambahkan oleh larutan bereaksi oksigen, membentuk
sedimentasi MnO2. Penambahan H2SO4 akan melarutkan sedimen dan
melepaskan molekul yodium yang setara dengan oksigen terlarut. Yodium ini
dititrasi dengan natrium tiosulfat, menggunakan amilum sebagai indikator. Reaksi
terjadi melalui persamaan ini:

MnCI2 + NaOH  Mn(OH)2 + 2 NaCI

2 Mn(OH)2 + O2  2 MnO2 + 2 H2O

MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3  Na2S4O6 + 2 NaI

Menurut (Yang, et. al., 2009) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh senyawa organik dan bahan organik yang
36

teroksidasi dalam air. Permintaan Oksigen Biologi-kal (BOD5) adalah jumlah


oksigen yang dikonsumsi oleh senyawa organik dan anorganik yang dioksidasi
oleh efek oksidasi biologis dalam kondisi tertentu. Keduanya mencerminkan
tingkat pencemaran air, dan merupakan indeks komprehensif dari kandungan
relatif organik. Sebagai indeks komprehensif utama dari pencemaran organik,
COD dan BOD5 penting dalam pengendalian total konsentrasi pencemaran dan
pengelolaan lingkungan air. Jadi penting untuk penelitian lebih jauh dan
mengembangkan metode sederhana dan cepat untuk penentuan COD dan
BOD5.

(Yao,Na.et.al., 2014) juga berpendapat bahwa Chemical Oxygen Demand


(COD) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menentukan jumlah
polutan organik dalam air limbah. COD didefinisikan sebagai jumlah ekivalen
oksigen yang dikonsumsi dalam oksidasi senyawa organik oleh zat pengoksidasi
kuat, seperti dikromat dan permanganat, dan merupakan indikasi jumlah polutan
organik yang ada dalam sampel yang diuji.

(Li, Ji. el.al., 2017) berpendapat bahwa dampak pencemaran yang paling
terlihat dari air limbah adalah bahan organik. Tingkat polusi bahan organik dalam
badan air diperkirakan secara kasar dengan menganalisis (COD) atau (BOD),
yang masing-masing memperkirakan tingkat oksidasi kimia dan biologis. COD
lebih mewakili bahan organik daripada BOD karena BOD sulit distandarisasi dan
membutuhkan waktu yang lama (lima hari).

Sebaliknya, COD dapat mengatasi kelemahan yang diperoleh oleh BOD.


Dengan demikian, COD dianggap sebagai parameter kualitas air yang penting
untuk mewakili tingkat polusi organik dan dikontrol secara ketat oleh badan
pengatur lingkungan. COD didefinisikan sebagai ukuran setara oksigen dari
kandungan bahan organik sampel yang rentan terhadap oksidasi oleh oksidan
kimia yang kuat (kalium permanganate [KmnO4], atau kalium dikromat
[K2Cr2O7]).

Menurut (Uwidia I.E dan Ademoroti C.M.A., 2012), Nilai permanganat


adalah jumlah oksigen yang diperoleh dari (KMn04) yang dibutuhkan untuk
oksidasi polutan anorganik dan organik yang mudah teroksidasi hadir dalam
sampel limbah.

Dalam larutan asam atau basa, kalium permanganat melepaskan oksigen


untuk keperluan oksidasi. Ketika sampel terpapar ke larutan encer kalium
permanganat diasamkan dalam botol stopper, larutan asam KMn04 melepaskan
oksigen yang mengoksidasi limbah yang mudah teroksidasi dalam sampel
dengan reaksi berikut:
37

Oleh karena itu, kalium permanganat yang tidak digunakan dapat ditentukan
dengan menambahkan larutan kalium iodida berlebih dari mana jumlah yang
setara dari iodida kemudian dititrasi terhadap larutan natrium tiosulfat standar.

(BOD) adalah parameter umum dalam pemantauan lingkungan air dan air
limbah. Dalam metode konvensional, oksidasi bahan mineral seperti sulfida dan
besi besi serta proses nitrifikasi dapat mengkonsumsi oksigen terlarut dan
menyebabkan gangguan dalam pengukuran BOD. Berdasarkan turbidimetri
karbonat, metode sederhana baru untuk penentuan BOD dalam sampel air
dikembangkan untuk menghilangkan gangguan ini.

(BOD) adalah parameter empiris yang merujuk pada jumlah oksigen


yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air
limbah, limbah, dan sampel air yang tercemar. Metode pengenceran dan
manometrik adalah dua metode paling konvensional untuk mengukur BOD.
Dalam metode ini, BOD dihitung melalui perubahan jumlah DO dalam sampel air
atau dengan penurunan tekanan, yang merupakan hasil dari konsumsi oksigen
dalam botol yang berisi sampel (Pour. H.L .et. al., 2014).

Menurut (Kwak. J. et. al., 2013), Penentuan permintaan oksigen biokimia


day-5 (BOD5) adalah prosedur eksperimental standar untuk menentukan
kebutuhan oksigen relatif bagi mikroba air untuk mengkonsumsi bahan organik
dalam air limbah, limbah pabrik pengolahan air limbah (WWTP), atau perairan
alami. BOD5 telah digunakan sebagai indikator untuk jumlah polutan organik di
sebagian besar sistem akuatik, terutama indikator yang baik untuk senyawa
organik yang dapat terurai secara hayati. Namun, karena periode uji 5-d, BOD5
tidak dianggap sebagai parameter yang cocok untuk kontrol proses proses
pengolahan air dan untuk sistem pemantauan kualitas air waktu-nyata, di mana
umpan balik cepat sangat penting.

(Helm, Irja. et. al., 2012) berpendapat bahwa, Metode titrasi Winkler
dengan akurasi tinggi telah dikembangkan untuk menentukan konsentrasi
oksigen terlarut. Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu gas terlarut terpenting
dalam air. Konsentrasi DO yang memadai sangat penting untuk kelangsungan
hidup sebagian besar tanaman dan hewan air serta dalam pengolahan air
limbah. Konsentrasi DO adalah parameter kunci yang mencirikan alam dan air
limbah dan untuk menilai keadaan lingkungan secara umum. Selain CO2 terlarut,
konsentrasi DO adalah parameter penting yang membentuk iklim kita. Perubahan
kecil dalam konten DO dapat memiliki konsekuensi serius bagi banyak
organisme laut, karena konsentrasi DO mempengaruhi siklus nitrogen dan
elemen sensitif-redoks lainnya.

Penentuan konsentrasi oksigen terlarut (DO) sangat penting dalam


bidang industri, pengendalian lingkungan, dan penelitian biologi. Juga, jumlah
DO dapat langsung digunakan untuk menunjukkan kualitas air. Penurunan
jumlah ini biasanya menunjukkan adanya polusi. Di bawah tekanan atmosfer
38

standar 101,325 kPa, konsentrasi oksigen dalam air adalah 9,2 ppm pada 20º C.
Untuk sebagian besar spesies ikan, konsentrasi DO tidak boleh turun di bawah 5
ppm, jika tidak mereka tidak dapat bertahan hidup karena kekurangan oksigen.
Secara tradisional, ada dua teknik utama yang digunakan untuk mendeteksi DO,
metode Winkler dan metode amperometrik (Feng, Weiwei. et. al., 2013).

Sample yang digunakan pada praktikum ini diambil pada saluran Inlet
(Pom Bensin Arief Rachman Hakim) dan saluran Outlet (Pintu keluar perumahan
Galaxy) dengan lokasi detail:
39

A. ANALISIS COD
Pada praktikum COD kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Kalium Dikromat K2Cr2O7, Kristal Perak Sulfat (Ag2SO4)
dicampur dengan Asam Sulfat (H2SO4), Kristal Merkuri Sulfat (Hg2SO4),
Larutan Standart Fero Amonium Sulfat 0,05 N, Larutan Indikator Fenantrolin Fero
Sulfat (Feroin), Buret 50 mL 1 buah, Erlenmeyer COD 2 buah, Alat refluks dan
pemanasnya, Pipet 10 mL, 5 mL, dan Beker glass 50 mL 1 buah.
.Langkah pertama dari praktikum ini adalah, Dimasukkan sebanyak 0,4
gram kristal Hg2SO4 menggunakan spatula ke dalam masing-masing labu
erlenmeyer glass. Fungsinya adalah Untuk menghilangkan ion Cl-, yang
merupakan zat pengotor yang dapat mengganggu reaksi oksidasi, dengan
membentuk HgCl. Karakteristik padatan Kristal Hg2SO4 : berwujud padat/ Kristal,
berwarna putih keruh, bersuhu normal, sedikit berbau. Karakteristik larutan
40

sampel setelah ditambah padatan Hg2SO4 :, berwujud cair, berwarna putih


keruh, bersuhu normal, berbau. Lalu dituangkan 20 mL air sampel inlet dan outlet
serta 20 mL air aquadest (sebagai blanko) ke dalam masing - masing labu
erlenmeyer. Karakteristik aquades : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu
normal, dan tidak berbau. Karakteristik sampel yaitu : berwujud cair, keruh,
bersuhu normal, berbau tidak sedap , dan berwarna kecoklatan-kehijauan.
Karakteristik sample setelah diberi aquades: semua karakteristik tetap, tidak ada
perubahan, hanya saja sedikit lebih bening. Fungsi dari langkah ini adalah untuk
sample dalam menganalisis kandungan COD dalam sample. Setelah itu,
Ditambahkan 1 mL larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 0,1 N menggunakan
pipet ukur dengan bantuan propipet ke dalam masing - masing labu Erlenmeyer.
Karakteristik larutan Kalium Dikromat : berwujud cair, berwarna orange tidak
pekat (Orange bening), bersuhu normal, sedikit berbau menyengat. Karakteristik
sample setelah ditambah larutan Kalium Dikromat: Tidak ada perubahan fisik
yang terjadi kecuali warna yang berubah menjadi orange. Fungsi langkah ini
adalah untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam masing-masing
sampel air. Lalu ditambahkan 3 mL larutan campuran H2SO4 dan Ag2SO4
menggunakan pipet ukur dengan bantuan propipet ke dalam masing - masing
labu Erlenmeyer. Larutan campuran berfungsi sebagai katalis dalam reaksi, atau
mempercepat jalannya reaksi kimia yang terbentuk. Adanya H2SO4 untuk
membuat suasana asam dan pemanasan yang dilakukan karena KMnO4 dapat
mengoksidasi dalam keadaan asam dan panas. Asam sulfat adalah asam yang
paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.
Karakteristik Larutan campuran H2SO4 dan Ag2SO4: bening, tidak berwarna,
bau tidak sedap, larutan cair, dan bersuhu ruang. Karakteristik sample setelah
ditambahkan Larutan campuran H2SO4 dan Ag2SO4: suhu sedikit meningkat
dan endapan berwarna putih terbentuk. Setelah itu, nyalakan alat pemanas,
kemudian refluks masing - masing larutan sampel pada labu erlenmeyer tersebut
selama 2 jam. Karakteristik sample setelah di- Refluks adalah: Sampel berubah
menjadi jernih, berwarna kecoklatan, bersuhu tinggi, dan terbentuk sedimen
berwarna putih. Fungsi dari alat pemanas dan refluks adalah untuk membuat
suatu kondisi di mana proses oksidasi terjadi, karena reaksi oksidasi terjadi
ketika mencapai suhu tinggi. Lalu Ditambahkan aquadest pada masing - masing
sampel sampai volume mencapai 15 mL menggunakan pipet ukur dengan
bantuan propipet dan kemudian dibiarkan untuk menurun suhu pada masing-
masing larutan sampel. Karakteristik aquades : berwujud cair, tidak berwarna ,
bersuhu normal, dan tidak berbau. Karakteristik setelah ditambahkan aquades:
Sampel berubah menjadi kuning kecoklatan, lebih jernih, dan suhu menurun.
Fungsi penambahan aquades adalah untuk mengencerkan sampel, sehingga
konsentrasi tidak terlalu pekat, karena jika terlalu pekat akan membuat
percobaan sulit dilakukan dan akan menggunakan lebih banyak reagen. Setelah
itu, dituangkan sampel COD masing-masing ke labu Erlenmeyer, dan
Ditambahkan 3-4 tetes indikator feroin ke dalam masing - masing larutan sampel
menggunakan pipet tetes. Fungsinya adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Karakteristik Indikator ferroin: berwarna merah pekat, larutan kental, tidak
berbau, dan bersuhu ruang. Karakteristik sample setelah penambahan Indikator
41

ferroin: sampel berubah menjadi berwarna abu-abu gelap, tidak berbau, cair
pada suhu kamar. Langkah terakhir adalah Dititrasi masing-masing larutan
sampel di erlenmeyer dengan larutan standar Fero Amonium Sulfat 0,05 N
menggunakan biuret hingga warna larutan menjadi merah-coklat. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui K2Cr2O7 yang berlebih, maka kita bisa menentukan
berapa banyak oksigen (COD) yang sudah digunakan. Karakteristik FAS: FAS
berbentuk larutan, dan tidak berwarna, sedikit berbau, bersuhu ruang.
Karakteristik setelah titrasi dengan FAS: sampel berubah menjadi merah
kecoklatan, tidak berbau pada suhu kamar.

Volume Titrasi yang diperlukan :

•Sampel outlet : 4,6 mL

•Sampel inlet : 4,2 mL

•Blanko : 3,1 mL

Berdasarkan data hasil pengukuran praktikum dapat dihitung jumlah BOD


dengan rumus di bawah ini :
𝑚𝑔 𝑎𝑥𝑁𝑋8000
OT ( 𝑂2 ) =
𝐿 100 𝑚𝐿

dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran

Perhitungan sampel inlet (SPBU) dengan titrasi 1,5 mL.


𝑚𝑔 1,5𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 1,5 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿 =

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃
42

Perhitungan sampel outlet (Galaxy) dengan titrasi 1,5 mL.


𝑚𝑔 1,5𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 1,5 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( ) =
𝐿 𝑃

Perhitungan sampel blanko dengan titrasi 0,9 mL.


𝑚𝑔 0,9𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 0,9 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Setelahnya botol winkler 300Ml


𝑚𝑔 𝑎𝑥𝑁𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿

dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran

Perhitungan sampel inlet (SPBU) dengan titrasi 0,4 mL.


𝑚𝑔 0,4𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 0,4 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
43

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Perhitungan sampel outlet (Galaxy) dengan titrasi 1,3 mL.


𝑚𝑔 1,3𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 1,3 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃
Perhitungan sampel blanko dengan titrasi 1,1 mL.
𝑚𝑔 1,1𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝑂2 ) = = 1,1 mL
𝐿 100 𝑚𝐿

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( ) =
𝐿 𝑃

B. ANALISIS PERMANGANATE VALUE


Pada praktikum PV kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 4 N yang bebas organik, Larutan Asam
Oksalat 0,1 N, Larutan Kalium Permanganat (KMnO4), Pemanas Listrik, Buret 25
mL atau 50 mL, Erlenmeyer 250 mL 1 buah, Gelas ukur 100 mL, dan Pipet 10
mL, 1 mL.
Langkah pertama pada praktikum ini adalah Dituangkan sample air (inlet
dan outlet) sebanyak 100mL menggunakan gelas ukur. Karakteristik air sampel
Inlet dan Oulet: berwujud cair, berwarna putih keruh kehijauan, bersuhu normal,
dan berbau. Air sample diambil di depan pintu keluar perumahan Galaxy (outlet)
dan didepan Pom Bensin (Inlet). Air (inlet dan outlet) digunakan sebagai sample
untuk mengetahui jumlah Permanganate yang terkandung. Lalu, ditambahkan
2,5 mL asam sulfat 4N bebas organik. Penambahan asam sulfat ini berfungsi
untuk memberikan kondisi asam, maka reaksi oksidasi akan terjadi. Karakteristik
larutan Asam Sulfat : berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan
berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Asam Sulfat
:berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan berbau. Setelah itu,
Ditambahkan beberapa tetes larutan kalium Permanganate (KMnO4) 0,01N
hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Fungsinya adalah untuk
Mengoksidasi zat organik yang terkandung dalam sampel air. Karakteristik
larutan Kalium Permanganat :berwujud cair, berwarna ungu pekat, bersuhu
normal, dan sedikit berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan
Kalium Permanganat : berwujud cair, timbul warna merah muda pertama,
bersuhu normal, berbau. Lalu dipanaskan hingga mendidih selama 1 menit
lamanya diatas pemanas listrik. Pemanasan berfungsi untuk mendapatkan
kondisi suhu tinggi sehingga reaksi oksidasi akan terjadi. Karakteristik larutan
sampel setelah pemanasan :
44

AIR INLET (POM BENSIN) : berwujud cair, berwarna orange


kemerahan, bersuhu normal, dan sedikit berbau.
AIR OUTLET (PERUM. GALAXY) : berwujud cair, berwarna orange
kemerahan, bersuhu normal, dan sedikit berbau
Kemudian, Ditambahkan 10mL larutan kalium Permanganate (KMnO4) 0,01N.
Langkah ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua zat organik
teroksidasi.Karakteristik larutan Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna
ungu pekat, bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna keunguan,
bersuhu normal, sedikit berbau. Lalu dipanaskan kembali hingga mendidih
selama 10 menit lamanya diatas pemanas. Karakteristik larutan sample POM
(inlet) setelah pemanasan 10 menit: berwujud cair, warna menjadi pudar/ hilang,
bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik larutan sample Galaxy (outlet) setelah
pemanasan : berwujud cair, warna menjadi kecoklatan pekat, bersuhu normal,
dan berbau.
Pada langkah dipanaskan 10 menit, terlihat bahwa sample POM dan Galaxy
berbeda sifat fisik pada akhir pemanasan dengan detail sebagai berikut:
AIR POM BENSIN : add 10mL permanganate > menjadi merah >
pemanasan 10 menit > WARNA HILANG (dan akhirnya di tambahkan lagi
KMnO4 sebanyak 10 mL karena warna dari KMnO4 hilang > lalu
dipanaskan 10 menit yang terkahir.
AIR PINTU EXIT GALAXY : add 10mL permanganate > menjadi pink >
pemanasan 10 menit > warna menjadi coklat pekat

Setelah itu, Ditambahkan 1mL larutan asam oksalat 0,1N dan tunggu
hingga air menjadi jernih. Asam Oksalat berfungsi untuk mengurangi kelebihan
KMnO4, Sampel berubah menjadi tidak berwarna menunjukkan bahwa semua
kelebihan KMnO4 sudah berkurang oleh asam oksalat. Karakteristik larutan
Asam Oksalat : berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan sedikit
berbau. Karakteristik larutan sample Inlet dan Outlet setelah ditambah larutan
Asam Oksalat : berwujud cair, berwarna jernih atau bening, bersuhu normal,
sedikit berbau.
Langkah terakhir adalah, titrasi dengan larutan Kalium Permanganate
0,01N sampai timbul warna merah muda pertama. Hal ini berfungsi untuk
mengoksidasi kelebihan asam oksalat, dan menentukan titik akhir titrasi.
Karakteristik larutan Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna ungu pekat,
bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik larutan sampel setelah dititrasi larutan
Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna merah muda (pink), bersuhu
normal, dan berbau.

Volume Titrasi pada sampel :


Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL
Air Outlet (Perum.Glaxy)= 7 mL

Setelah titrasi kita tahu bahwa volume titrasi dengan KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi sampel adalah Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL, dan Air Outlet
45

(Perum.Glaxy)= 7 mL, Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai
Permanganat dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L

P = 34,128 / 3 = 11,376 ≈11,4 mg / L

PV = 1000 / (V ) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P


= 1000 / 100mL [{(10 + 7) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 22, 12 mg / L

P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L

Dari perhitungan, jumlah PV dalam sampel air adalah 34, 128 mg / L untuk Air
Inlet (Pom Bensin) dan . 22, 12 mg / L untuk air Outlet (Pintu keluar perum.
Galaxy). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 1990,
jumlah maksimum KMnO4 dalam air adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan bahwa
sampel air TIDAK memenuhi peraturan ini.

C. ANALISIS DISSOLVED OXYGEN


Pada praktikum DO kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Mangan Sulfat (MnSO4), Larutan Alkali-Iodida-Azida atau
Larutan Pereaksi Oksigen, Indikator Amilum 0,5%, Larutan Natrium Tiosulfat
0,0125 N, Larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat, Botol winkler 1 buah, Buret 25
mL atau 50 mL, Pipet 10 mL, 5 mL, Gelas ukur 100 mL 1 buah, dan Erlenmeyer
250 mL 1 buah.

Langkah pertama yaitu, diambil sample langsung dari lokasi sample


dengan cara Dimasukkan larutan sampel masing-masing ke botol winkler 150 mL
sampai tumpah dan kemudian botol winkler ditutup perlahan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah aerasi dan penurunan oksigen yang mengandung dalam air.
Karakteristik air sampel: berwujud cair, berwarna putih keruh berwarna
kehijauan, bersuhu normal, dan sedikit berbau. Setelah itu, ditambahkan 1 mL
larutan Mangan Sulfat pada semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet. Karakteristik larutan
Mangan Sulfat : berwujud cair, berwarna merah muda, bersuhu normal, dan
berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Mangan Sulfat
:berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan berbau. Hal ini
dilakukan untuk mengikat oksigen menjadi Mn (OH) 2 yang nantinya akan
teroksidasi menjadi MnO2 hidrat. Lalu Ditambahkan 1 mL larutan Pereaksi
Oksigen pada semua larutan sampel di botol winkler 150 mL menggunakan pipet
volumetrik dengan bantuan propipet. Karakteristik larutan Pereaksi Oksigen :
berwujud cair, berwarna orange muda agak kental, bersuhu normal, tidak berbau
46

Karakteristik larutan sampel setelah ditambahkan larutan Pereaksi Oksigen :


berwujud cair, berwarna orange keruh kecoklatan, bersuhu normal, dan tidak
berbau. Penambahan reagen oksigen adalah untuk mempercepat reaksi, karena
zat organik adalah jenis zat yangsulit bereaksi. Kemudian Ditutup botol winkler
perlahan agar gelembung udara tidak masuk serta terperangkap, dan dibolak-
balikkan masing - masing botol winkler. Karakteristik larutan Sampel : Tidak ada
perubahan yang terjadi pada sample. Penutupan botol Winkler ditujukan untuk
menghindari udara yang terperangkap dalam botol yang dapat mengganggu
percobaan.

Setelah itu didiamkan 5-10 menit agar gumpalan pada larutan sampel
mengendap. Karakteristik larutan Sampel setelah didiamkan : berwujud cair,
bagian atas berwarna putih keruh dengan gumpalan yang berada pada bagian
bawah berwarba orang kecoklatan, bersuhu normal, dan berbau. Lalu
ditambahkan 1 mL larutan Asam Sulfat pada semua larutan sampel di botol
winkler 150 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet. Hal ini
dilakukan untuk melarutkan dan menghilangkannya sedimen yang terkadung
pada air sample. Karakteristik larutan Asam Sulfat : berwujud cair, tidak berwarna
, bersuhu normal, dan berbau menyengat. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Asam Sulfat : berwujud cair, berwarna putih keruh,bersuhu
normal, berbau, dan terdapat padatan melayang. Kemudian Ditutup botol winkler
perlahan agar gelembung udara tidak masuk dan dibolak-balikkan masing -
masing botol winkler. Karakteristik larutan Sampel : berwujud cair, berwarna
putih keruh, bersuhu normal, berbau, dan mulai terlihat endapan.

Langkah selanjutnya, Dituangkan masing - masing larutan sampel


sebanyak 100 mL ke dalam labu erlenmenyer 250 mL. Karakteristik larutan
Sampel : Tidak ada perubahan yang terjadi. Karakteristik larutan Sampel :
berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah percobaan karena masih proses titrasi akan
dilakukan. Lalu Dititrasi masing-masing larutan sampel dengan Natrium
Thiosulfat menggunakan biuret sampai berubah warna cokelat muda.
Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu
normal, dan tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan
Natrium Thiosulfat : berwujud cair, berwarna kekuningan, bersuhu normal dan
tidak berbau.

Volume Titrasi yang diperlukan :

• Sampel outlet : 13,5

• Sampel inlet : 13,5

• Blanko : 13,5

Pada penambahan titrasi tidak ada perubahan warna, sehingga tidak ada
oksigen terlarut yang terkandung dalam sample.
47

Setelah itu, ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum menggunakan pipet tetes
pada masing - masing sampel. Penambahan indicator dilakukan mengetahui titik
akhir titrasi (menggunakan indikator). Karakteristik larutan indikator amilum :
berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan indikator amilum : berwujud
cair, berwarna biru pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Langkah terkahir
adalah Dititrasi lagi masing - masing sampel dengan larutan Natrium Thiosulfat
0,0125 N menggunakan biuret sampai warna biru hilang pada larutan sampel.
Langkah ini berfungsi untuk mengoksidasi iodium. Karakteristik larutan Natrium
Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Natrium Thiosulfat :
berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, dan tidak berbau

• Sampel outlet : 13,5

• Sampel inlet : 13,5

• Blanko : 13,5

Pada penambahan titrasi tidak ada perubahan warna, sehingga tidak ada
oksigen terlarut yang terkandung dalam sample.

Setelah titrasi, kita tahu bahwa volume titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,0125 N
adalah 13,5ml. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah DO dengan mengikuti
perhitungan ini:

Sampel DO (mgO2 / L) = (a x N x 8000) / 100 mL

= (13,5 x 0,0125 x 8000) / 100

= 22,95 mg O2 / L

Dari perhitungan, jumlah oksigen terlarut (DO) dalam sampel air adalah 22,95
mg / L. Dari data tersebut kita tahu bahwa sampel tambak adalah kelas 1
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010
tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian limbah cair Republik
Indonesia.

D. ANALISIS BOD
Pada praktikum BOD kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Buffer Fosfat, Larutan Magnesium Sulfat, Larutan Kalium
Klorida, Larutan Feri Klorida, Bubuk Inhibitor Nitrifikasi, Larutan Mangan Sulfat,
Larutan Pereaksi Oksigen, Indikator Amilum 0,5%, Asam Sulfat pekat, Larutan
Standart Natrium Tiosulfat 0,0125 N, Aerator untuk mengaerasi air pengencer,
Drum atau ember untuk air pengencer,Botol winkler 300 mL 2 buah, Botol winkler
150 mL 2 buah, Inkubator dengan suhu 20°C, Labu takar 500 mL 1 buah, Pipet
10 mL, 5 mL, Gelas ukur 100 mL 1 buah, Buret 25 mL atau 50 mL, Erlenmeyer
250 mL 1 buah.
48

Langkah pertama yaitu, Dituangkan sampel air sesuai dengan banyaknya


perhitungan (DARI PERHITUNGAN PV) ke dalam labu takar 500 mL dengan
menggunakan gelas ukur. Hal ini berfungsi untuk mengetahui nilai pengenceran .

P = (nilai KMnO4) / (3 atau 5)

P = 34,128 / 3 = 11,376 ≈11,4 mg / L

1
Volume yang dibutuhkan = 11,4 x 500 = 43,85 ~ 43,9 ml

P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L

1
Volume yang dibutuhkan = 7,4 x 500 = 67,56 ~ 67,6 ml

Dalam perhitungan ini, nilai permanganat dibagi tiga karena persamaan


stoikiometrik dari reaksi dan kondisi pH yang dihasilkan larutan. Dalam hal ini
dibagi tiga karena larutan yang dihasilkan akan basa dan akan melepaskan 3 ion
dalam kondisi asam. Jadi, untuk mengencerkan setiap sampel dalam labu
pengenceran 500 ml, dibutuhkan 43,9 ml saluran masuk dan 67,6 ml sampel
saluran keluar.

Karakteristik larutan sampel : berwujud cair, berwarna coklat keruh, bersuhu


normal, dan berbau tidak sedap. Lalu ditambahkan air pengencer yang telah
dibuat sebelumnya sampai batas labu ukur. Karakteristik air pengencer :
berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal,dan tidak berbau. Fungsinya
adalah Untuk membuat sampel tidak terlalu tinggi kandungan konsentrasinya
sehingga akan menggunakan reagen yang lebih sedikit juga. Kemudian
Dimasukkan masing-masing larutan sampel ke botol winkler 300 mL dan botol
winkler 150 mL sampai tumpah. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah air
pengencer: berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, dan berbau tidak
sedap. Hal ini dilakukan agar tidak ada udara yang masuk dan mengganggu
proses analisis BOD. Lalu Dimasukkan larutan pengencer masing-masing ke
botol winkler 300 mL dan botol winkler 150 mL sampai tumpah dan kemudian
botol winkler ditutup perlahan. Karakteristik air pengencer : berwujud cair, tidak
berwarna, bersuhu normal, tidak berbau. Dalam hal ini, Blanko harus
dibandingkan dengan sampel. Penutupan tutup botol winkler dilakukan perlahan
namun pasti agar tidak ada oksigen yang masuk dalam botol dan terperangkap.
Setelah itu, Dimasukkan semua larutan pada botol winkler 300 mL ke dalam
inkubator dengan suhu 20 ̊ C. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah air
pengencer: berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, dan tidak berbau. Hal
ini dilakukan untuk dipertimbangkan sebagai 100% proses oksidasi aerobik oleh
mikroorganisme, dan juga Fungsi inkubator yang utama adalah untuk mengontrol
atau menjaga kondisi lingkungan di dalam inkubator, seperti suhu dan
kelembapan.

Setelah itu, kedua botol winkler 150 mL yang berisi air dianalisis oksigen
terlarutnya dengan langkah berikut, Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat
49

pada semua larutan sampel di botol winkler 150 mL menggunakan pipet


volumetrik dengan bantuan propipet. Karakteristik larutan Mangan Sulfat :
berwujud cair, berwarna merah muda, bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik
larutan sampel setelah ditambah larutan Mangan Sulfat : berwujud cair, berwarna
putih keruh, bersuhu normal, dan berbau. Fungsinya adalah Untuk mengikat
oksigen menjadi Mn(OH)2 yang belakangan akan teroksidasi menjadi MnO2
hidrat. Ditambahkan 1 mL larutan Pereaksi Oksigen pada semua larutan sampel
di botol winkler 150 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet.
Karakteristik larutan Pereaksi Oksigen : berwujud cair, berwarna orange muda
agak kental, bersuhu normal, tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Pereaksi Oksigen : berwujud cair, berwarna orange keruh,
bersuhu normal, dan tidak berbau. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi,
karena zat organik sulit bereaksi. Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk dan dibolak-balikkan masing - masing botol winkler.
Karakteristik larutan Sampel : berwujud cair, berwarna orange keruh, bersuhu
normal, dan tidak berbau. Hal ini dilakukan untuk menghindari udara yang
terperangkap karena akan mengganggu analisis, tujuan mengocok botol adalah
untuk mencampur sampel dengan reagen yang terkandung. Setelah itu,
Didiamkan 5-10 menit agar gumpalan pada larutan sampel mengendap.
Karakteristik larutan Sampel setelah didiamkan :berwujud cair, endapan
berwarna orange keruh, bersuhu norma, dan tidak berbau. Lalu ditambahkan 1
mL larutan Asam Sulfat pada semua larutan sampel di botol winkler 150 mL
menggunakan pipet. volumetrik dengan bantuan propipet. Karakteristik larutan
Asam Sulfat : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, berbau menyengat.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Asam Sulfat : berwujud
cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, berbau, terdapat padatan melayang.
Fungsinya adalah Untuk melarutkan sedimen (membebaskan yodium yang sama
dengan oksigen terlarut). Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung udara
tidak masuk dan dibolak-balikkan masing - masing botol winkler. Karakteristik
larutan Sampel :berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, berbau,
dan mulai terlihat endapan. Lalu Dituangkan masing - masing larutan sampel
sebanyak 100 mL ke dalam labu erlenmenyer 250 mL. Karakteristik larutan
Sampel :berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau.
Dititrasi masing-masing larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat menggunakan
biuret sampai berubah warna cokelat muda. Natrium Tiosulfat digunakan untuk
petitrasi larutan. Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak
berwarna , bersuhu normal, tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, berwarna kekuningan,
bersuhu normal, tidak berbau

Volume Titrasi yang diperlukan :

• Sampel outlet : 3,7 mL

• Sampel inlet : 5,1 mL

• Blanko : 3,5 mL
50

Lalu ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum menggunakan pipet tetes


pada masing - masing sampel. Karakteristik larutan indikator amilum : berwujud
cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau. Karakteristik
larutan sampel setelah ditambah larutan indikator amilum : berwujud cair,
berwarna biru pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Tujuan penambahan
indikator amilum adalah untuk mengetahui titik akhir dari tirtrasi (indikator).
Indikator amilum ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir agar amilum
tidak mengikat atau membungkus Iodida yang dapat menyebabkan sulit untuk
lepas kembali sehingga warna biru sulit untuk lenyap atau hilang sehingga dapat
menganggu pengamatan perubahan warna pada titik akhir yaitu larutan yang tak
berwarna. Dititrasi lagi masing - masing sampel dengan larutan Natrium
Thiosulfat 0,0125 N menggunakan biuret sampai warna biru hilang pada larutan
sampel. Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna,
bersuhu normal, dan tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah
larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, tidak
berbau. Titrasi Natrium Tiosulfat untuk mengoksidasi kandungan Iodium dalam
sample. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat
I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang
bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya
sangat jelas.

Volume Titrasi yang diperlukan :

• Sampel outlet : 0,9 mL

• Sampel inlet : 1,5 mL

• Blanko : 1,5 mL

Selanjutnya untuk botol Winkler 300mL yang telah melewati incubator


selama 6 hari menjadi BOD6 dianalisis oksigen terlarutnya dengan cara: Diambil
larutan sampel pada botol winkler 300 mL dari lemari incubator. Karakteristik
larutan sampel : berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, dan berbau.
Fungsi botol dimasukkan dalam incubator adalah untuk menjaga atau mengontrol
kondisi lingkungan yang ada di dalam inkubator, mulai dari kelembapan, hingga
suhu. Juga Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba, oleh
karena itu, ditentukan DO awal dan DO setelah diinkubasi selama 6 hari, dimana
selisih yang dihasilkan adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba.
Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat pada semua larutan sampel di botol
winkler 300 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet.
Karakteristik larutan Mangan Sulfat :berwujud cair, berwarna merah muda,
bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah
larutan Mangan Sulfat :berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan
berbau. Fungsinya adalah, dimana MnSO4 dalam keadaan basa ini akan
membentuk endapan MnO2. MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat oksigen
menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Lalu
ditambahkan 1 mL larutan Pereaksi Oksigen pada semua larutan sampel di botol
51

winkler 300 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet.


Karakteristik larutan Pereaksi Oksigen : berwujud cair, berwarna orange muda
agak kental, bersuhu normal, tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Pereaksi Oksigen : berwujud cair, berwarna orange keruh,
bersuhu normal, tidak berbau. Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung
udara tidak masuk, dan agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat
mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel, lalu dibolak-balikkan masing -
masing botol winkler. Karakteristik larutan Sampel : berwujud cair, berwarna
orange keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau. Didiamkan 5-10 menit agar
gumpalan pada larutan sampel mengendap. Karakteristik larutan Sampel
setelah didiamkan : berwujud cair, berwarna orange keruh, bersuhu normal, tidak
berbau. Ditambahkan 1 mL larutan Asam Sulfat pada semua larutan sampel di
botol winkler 300 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet.
Penambahan H2SO4 berfungsi untuk sehingga endapan larut dan akan melepas
I2 yang ekivalen dengan oksigen terlarut . I2 yang terbentuk ditirasi dengan
Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat) dengan metode iodometri. Karakteristik larutan
Asam Sulfat : berwujud cair, tidak berwarna,bersuhu normal, berbau menyengat.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Asam Sulfat : berwujud
cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, berbau, terdapat padatan melayang.
Ditutup botol winkler perlahan agar gelembung udara tidak masuk dan dibolak-
balikkan masing - masing botol winkler. Karakteristik larutan Sampel :berwujud
cair, berwarna putih keruh, bersuhu norma, berbau, dan mulai terlihat endapan.
Dituangkan masing - masing larutan sampel sebanyak 100 mL ke dalam labu
erlenmenyer 250 mL, Tidak ada perbedaan fisik yang terjadi. Lalu Dititrasi
masing-masing larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat menggunakan biuret.
Karakteristik larutan Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu
normal, tidak berbau. Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan
Natrium Thiosulfat : berwujud cair, berwarna kekuningan, bersuhu normal, tidak
berbau. Fungsi dari titrasi dengan natrium Thiosulfat adalah untuk

Volume Titrasi yang diperlukan :

• Sampel outlet : 1,5 mL

• Sampel inlet : 1,8 mL

• Blanko : 1 mL

Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum menggunakan pipet tetes pada masing -
masing sampel. Indikator Amilum digunakan karena sensitivitas warna biru-tua
yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhir titrasi selain itu
kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil dalam air
apalagi dalam larutan asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi iod bebas
dengan sejumlah zat pengoksidasi, sehingga iod bebas ini mudah diidentifikasi
dengan larutan indikator sebagai uji kepekaan terhadap iod dari pewarnaan biru-
tua yang dihasilkan oleh indikator Amilum. Indikator amilum ditambahkan pada
saat akan menjelang titik akhir agar amilum tidak mengikat atau membungkus
52

Iodida yang dapat menyebabkan sulit untuk lepas kembali sehingga warna biru
sulit untuk lenyap atau hilang sehingga dapat menganggu pengamatan
perubahan warna pada titik akhir yaitu larutan yang tak berwarna. Perubahan
warna itu terjadi dari warna biru karena masih ada I2 menjadi biru dengan kanji
menjadi larutan tak berwarna pada penambahan 1 tetes larutan Natrium tiosulfat
yang menandakan bahwa semua I2 yang dihasilkan pada reaksi telah habis
semua dititrasi oleh larutan natrium tiosulfat. Karakteristik larutan indikator
amilum :berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan indikator amilum : berwujud
cair, berwarna biru pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Langkah terakhir
dari praktikum ini adalah Dititrasi lagi masing - masing sampel dengan larutan
Natrium Thiosulfat 0,0125 N menggunakan biuret sampai warna biru hilang pada
larutan sampel. Hal ini berfungsi untuk mengoksidasi Iodium. Karakteristik larutan
Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Natrium Thiosulfat :
berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, tidak berbau. Proses titrasi harus
dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap.
Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga
warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.

Volume Titrasi yang diperlukan :

• Sampel outlet :1,1 mL

• Sampel inlet :1,3 mL

• Blanko :0,4 mL

Dalam percobaan ini, pertama-tama tentukan faktor encer untuk sampel. Kami
membuat 2 jenis sampel pengenceran. Faktor encer adalah 3 dan 5. Setelah itu,
kami menghitung sampel volume sesuai dengan faktor encer. Sampel yang
dibutuhkan oleh proses pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL dengan
perhitungan ini:

F = (Nomor KMnO4) / (3)

= 7.268 / 3 = 2.4

Volume yang dibutuhkan = 1 / 2,4 x 500 = 208 ml.

F = (Nomor KMnO4) / (5)

= 7.268 / 5 = 1.4
53

Volume yang dibutuhkan = 1 / 1,4 x 500 = 357 ml.

Dari perhitungan, faktor encer adalah 2,4 dan 1,4. Dan sampel volume menurut
faktor pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL. Dalam percobaan ini kami
menambahkan reagen. Tujuan menambahkan air pengenceran adalah untuk
membuat sampel tidak terlalu terkonsentrasi sehingga akan menggunakan lebih
sedikit pereaksi dan meningkatkan oksigen terlarut dalam sampel air untuk
mikroorganisme. Setelah titrasi, kami mendapatkan volume titran. Volume titran
dari BOD awal untuk 208 mL sampel adalah 2,4 mL, untuk 357 mL sampel
adalah 1,4 mL.

Dan untuk BOD akhir, kami tidak dapat melakukan percobaan karena setelah
penambahan amilum, warna sampel tidak berubah menjadi biru tetapi tetap
bening dan cair dan tidak ada perubahan fisik yang diamati. Itu terjadi karena
oksigen terlarut dalam sampel tidak cukup untuk mikroorganisme (jadi, kita harus
memperpanjang waktu aerasi untuk air dillution), jadi pada akhirnya tidak ada
oksigen yang tersisa untuk menghitung BOD akhir.

.
54

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan praktikum “Analisis Chemical Oxygen
Demand, Permanganate Value, Dissolved Oxygen Dan Biochemical Oxygen
Demand” ini kita dapat menyimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan data hasil pengukuran praktikum dapat dihitung jumlah


BOD dengan rumus di bawah ini :
𝑚𝑔 𝑎𝑥𝑁𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿

dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( ) =
𝐿 𝑃

Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran

Perhitungan sampel inlet (SPBU) dengan titrasi 1,5 mL.


𝑚𝑔 1,5𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 1,5 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿 =

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Perhitungan sampel outlet (Galaxy) dengan titrasi 1,5 mL.


𝑚𝑔 1,5𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝑂2 ) = = 1,5 mL
𝐿 100 𝑚𝐿

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Perhitungan sampel blanko dengan titrasi 0,9 mL.


55

𝑚𝑔 0,9𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 0,9 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃

Setelahnya botol winkler 300Ml


𝑚𝑔 𝑎𝑥𝑁𝑋8000
OT ( 𝑂2 ) =
𝐿 100 𝑚𝐿

dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( ) =
𝐿 𝑃

Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran

Perhitungan sampel inlet (SPBU) dengan titrasi 0,4 mL.


𝑚𝑔 0,4𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 0,4 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( ) =
𝐿 𝑃

Perhitungan sampel outlet (Galaxy) dengan titrasi 1,3 mL.


𝑚𝑔 1,3𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 1,3 mL

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃
56

Perhitungan sampel blanko dengan titrasi 1,1 mL.


𝑚𝑔 1,1𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝑂2 ) = = 1,1 mL
𝐿 100 𝑚𝐿

𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿

𝑚𝑔 [{(𝑋0 − 𝑋5)−(𝐵0 − 𝐵5)} 𝑥 1−𝑃]


𝐵𝑂𝐷5 20 ( 𝐿
) = 𝑃
Sampel tidak termasuk kelas 4 berdasarkan kualitas air yang ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang pengolahan
kualitas air dan pengendalian efluen air Republik Indonesia.

2. Setelah titrasi kita tahu bahwa volume titrasi dengan KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi sampel adalah Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL, dan Air Outlet
(Perum.Glaxy)= 7 mL, Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai
Permanganat dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L

P = 34,128 / 3 = 11,376 ≈11,4 mg / L

PV = 1000 / (V ) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P


= 1000 / 100mL [{(10 + 7) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 22, 12 mg / L

P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L

Sehingga melalui perhitungan, jumlah PV dalam sampel air adalah 34, 128 mg /
L untuk Air Inlet (Pom Bensin) dan . 22, 12 mg / L untuk air Outlet (Pintu keluar
perum. Galaxy). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun
1990, jumlah maksimum KMnO4 dalam air adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan
bahwa sampel air TIDAK memenuhi peraturan ini..

3. Setelah titrasi, kita tahu bahwa volume titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,0125
N adalah 13,5ml. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah DO dengan
mengikuti perhitungan ini:

Sampel DO (mgO2 / L) = (a x N x 8000) / 100 mL

= (13,5 x 0,0125 x 8000) / 100

= 22,95 mg O2 / L

Dari perhitungan, jumlah oksigen terlarut (DO) dalam sampel air adalah 22,95
mg / L. Dari data tersebut kita tahu bahwa sampel sungai adalah kelas 3 menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang
pengolahan kualitas air dan pengendalian limbah cair Republik Indonesia..
57

4. Faktor encer adalah 3 dan 5, sehingga sampel yang dibutuhkan untuk proses
pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL. Sementara itu, titran volume BOD
untuk 208 mL sampel adalah 2,4 mL, untuk 357 mL sampel adalah 1,4 mL. Kami
tidak dapat melakukan percobaan karena setelah penambahan amilum, warna
sampel tidak berubah menjadi biru tetapi tetap jernih dan cair dan tidak ada
perubahan fisik yang diamati. Itu terjadi karena oksigen terlarut dalam sampel
tidak cukup untuk mikroorganisme (jadi, kita harus memperpanjang waktu aerasi
untuk air dillution), jadi pada akhirnya tidak ada oksigen yang tersisa untuk
menghitung BOD akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Feng. W., Zhou, Na., Chen. L., dan Li, Bowei. 2013. An optical sensor for
monitoring of dissolved oxygen based on phase detection. Journal of
Optics 15.
Irja Helm, Lauri Jalukse, Ivo Leito . 2017. A highly accurate method for
determination of dissolved oxygen: gravimetric Winkler method . Estonia:
University of Tartu, Institute of Chemistry, 14a Ravila str, 50411 Tartu.

Kwak. J., Khang. B., Kim. E., dan Kim H. 2013. Estimation of Biochemical
Oxygen Demand Based on Dissolved Organic Carbon, UV Absorption, and
Fluorescence Measurements. Hindawi Publishing Corporation, Journal of
Chemistry.

Lia, Ji., Luob. G., Hec .L., Xub. J., dan Lyua.J. 2017. Analytical Approaches for
Determining Chemical Oxygen Demand in Water Bodies: A Review. ISSN:
1040-8347, Critical Reviews In Analytical Chemistry.

Manhokwe, S. 2015. Aerobic Mesophilic Treatment of Potato Industry


Wastewater. Gweru: Academic Journals. Volume 7 (7) page 92-100.

Pour.H .R., Mirghaffari. N., Marzban. M., dan Marzban. A. 2014. Determination of
Biochemical Oxygen Demand (BOD) Without Nitrification and Mineral
Oxidant Bacteria Interferences by Carbonate Turbidimetry. Research
Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. RJPBCS
5(5).

Uwidia I.E & Ademoroti C.M.A. 2012. Correlation of Suspended Solids (Ss) and
Permanganate Value (Pv) of Domestic Sewage From an Estate In Warri,
Nigeria. Global Journal of Researches in Engineering Chemical
Engineering, Volume 12 Issue 1 Version 1.0

Yang, Q., Liu, Z., Yang, J. 2009. Simultaneous Determination of Chemical


Oxygen Demand (COD) and Biological Oxygen Demand (BOD5) in
Wastewater by Near-Infrared Spectrometry. Journal Water Resource and
Protection 4 : 286-289.
58

Yao, Na., Wang. J., dan Zhou, Yikai. 2014. Rapid Determination of the Chemical
Oxygen Demand of Water Using a Thermal Biosensor. China: Institute of
Environmental Medicine, Tongji Medical College, Huazhong University of
Science and Technology.
59

BAB V
PERTANYAAN DAN JAWABAN

PERTANYAAN
1. Apa fungsi pembubuhan Hg2SO4 pada analisis COD?
2. Zat kimia apakah yang dapat menganggu proses COD?
3. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar klorida > 2000 mg/L dan
bagaimana gangguan klorida tersebut dapat dihilangkan!
4. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar NO2-N > 2 mg/L dan
bagaimana gangguan tersebut dapat dihilangkan!
5. Sebutkan beberapa contoh zat organik yang dapat dioksidasi melalui proses
COD!
6. Mengapa nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD?
7. Jelaskan aplikasi data COD dalam bidang Teknik Lingkungan!
8. Jelaskan aplikasi data yang dapat diujicobakan di laboratorium (PV)?
9. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sampling (minimal 2 hal
penting)!
10. Sebutkan gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada analisis Oksigen
Terlarut dengan metoda Winkler!
11. Jelaskan hasil pengukuran Oksigen Terlarut jika dalam sampel air terdapat
NO3- (oksidator) dan jika terdapat SO32- (reduktor)!
12. Mengapa dalam prosedur analisis Oksigen Terlarut air harus dikocok
kemudian didiamkan sebelum diuji?
13. Jelaskan reaksi yang terjadi pada metoda Winkler jika dalam sampel air ada
oksigen dan jika tidak ada oksigen!
14. Jelaskan kegunaan data Oksigen Terlarut dalam bidang:
1) Air buangan
2) Kontrol badan air
3) Pengolahan air buangan secara aerobic
4) Korosi
15. Sebutkan hal-hal apa saja yang dapat mengganggu proses analisis biologis!
16. Mengapa sampel air yang akan dianalisis BOD dicampur dengan air
pengencer? Jelaskan!
17. Sebutkan cara pengawetan sampel untuk analisis BOD!
18. Jelaskan mengapa pada analisis BOD dengan metoda winkler diperlukan
blanko?

JAWABAN
1. Fungsi penambahan Hg2SO4 adalah untuk mengurangi jumlah klorida yang
mungkin terkandung dalam sampel air, sehingga katalis akan bekerja secara
optimal, serta untuk menghilangkan ion Cl-, yang merupakan zat pengotor yang
dapat mengganggu reaksi oksidasi, dengan membentuk HgCl.

2. Zat kimia yang dapat mengganggu proses COD adalah Cl- dan NO2-
60

3. Terlalu banyak klorida dapat menyebabkan katalis tidak bekerja secara


optimal, sehingga untuk menghilangkannya kita tambahkan Hg2SO4.

4. Gangguan yang disebabkan oleh NO2- itu akan membuat hasilnya tidak akurat
karena NO2- akan teroksidasi menjadi NO3-. Untuk menghilangkannya kita
tambahkan H2SO4.

5. Zat organik yang dapat dioksidasi melalui proses COD:


• Zat organik yang dapat terurai secara hayati
• Selulosa
• Hidrokarbon aromatik
• N organik yang dapat terurai secara hayati
• N organik nonbiodegradable

6. Karena dalam analisis COD, hasilnya termasuk analisis BOD, uji COD tidak
dapat menentukan zat iner nyata dan zat pengoksidasi biologis.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobic.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena
bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat. Sehingga, bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.

7. Aplikasi data COD:


• Untuk menganalisis limbah industri
• Mengidentifikasi kondisi beracun dan keberadaan bahan organik biologis.
• Untuk mengukur jumlah COD dalam aliran sungai
• Untuk mengukur Zat organik yang biodegradable (protein, gula, dan sebagainya).
• Untuk mengukur Selulosa dan sebagainya.
• Untuk mengukur N organik yang biodegradable (protein, dan sebagainya).
• Untuk mengukur N organik yang non biodegradable.
• Untuk mengukur Hidrokarbon aromatik.
• Untuk mengukur Data ini akan digunakan untuk:

8. Aplikasi data yang dapat diujicobakan di laboratorium (PV) adalah


- Untuk mengukur Untuk mengetahui cara mengolah air menjadi air minum.
- Untuk mengukur Untuk mengetahui kondisi lingkungan.

9. Metode pengambilan sampel yang didasarkan pada prosedur dan perwakilan;


botol harus dalam keadaan steril, ketika menutup botol harus hati-hati dan jangan
61

sampai tidak ada udara yang terperangkap, serta penambahan sample harus
sampai tumpah dahulu.

10. Adanya zat pengoksidasi dan reduktor (NO3-, SO32-, dan lain-lain); dan
sampe air mengandung zat suspensi dalam konsentrasi tinggi

11.
- NO3- (axidator): hasilnya meningkat daripada hasil nyata, karena NO3- akan
mengoksidasi iodium sehingga volume titran meningkat dan perhitungan serta
kebutuhan DO meningkat.
- SO32- (reduktor): hasilnya lebih rendah dari hasil yang sebenarnya, karena SO32-
akan mengurangi iodium sehingga volume titran berkurang dan kalkulasi DO
menurun.
12. Air harus dikocok dan dibiarkan, sebelum percobaan dilanjutkan, karena
untuk membuat sampel homogen, dan semua zat organik sudah teroksidasi
dengan sempurna, sehingga kita akan mendapatkan hasil DO yang akurat.
13.
- Ada oksigen: Oksigen akan bereaksi dengan MnSO4 untuk membentuk
sedimentasi MnO4.
- Tidak ada oksigen: Tidak ada sedimentasi MnO4
14.
- Air limbah: untuk menentukan apakah perubahan biologis disebabkan oleh
mikroorganisme aerob dan aerob.
- Kontrol aliran air: Untuk mempertahankan kondisi yang diinginkan
- Pemrosesan air limbah secara aerobik: Sebagai alat untuk aerasi yang dikontrol
segera, untuk memastikan penggunaan udara.
- Korosi: Sebagai pengontrol

15. Gangguan analisis proses biologis:


o Ada udara yang terperangkap dalam botol keriput
o Zat beracun yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
o Zat nitrifikasi yang menyebabkan racun.
o Kurangnya bakteri yang dibutuhkan
o Kurangnya penambahan nutrisi dalam proses inkubasi
16. Karena jumlah maksimum oksigen dalam botol adalah, 9 mg / L O2 dan
oksigen terlarut pada akhir inkubasi adalah 3-6 mg / L O2. Selain itu dilakukan
pengenceran untuk meningkatkan jumlah bakteri dan sebagai indikator bakteri
yang menyebabkan proses nitrifikasi
17. Blanco digunakan untuk mendapatkan perbedaan oksigen terlarut (untuk
mengetahui berapa banyak oksigen terlarut yang tidak digunakan untuk bakteri
dalam proses viologis)
18. Blanco digunakan untuk menentukan air pengenceran BOD dan digunakan
untuk menentukan BOD sampel.
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

Anda mungkin juga menyukai