Praktikum TAPL Artia Anandea
Praktikum TAPL Artia Anandea
i
DAFTAR ISI
1. 1 TUJUAN ................................................................................................ 1
1. 2 PRINSIP ................................................................................................ 1
BAB II METODOLOGI........................................................................................... 7
LAMPIRAN............................................................................................................ 60
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai “Analisis Chemical Oxygen
Demand, Permanganate Value, Dissolved Oxygen dan Biochemical Oxygen
Demand” adalah:
1. Untuk menentukan besarnya kandungan oksigen kimiawi (COD) dalam sampel air
1.2 Prinsip
Prinsip dari Praktikum “Analisis Chemical Oxygen Demand,
Permanganate Value, Dissolved Oxygen dan Biochemical Oxygen Demand” ini
adalah:
Dalam analisis nilai permanganat (PV), zat organik dalam sampel air
dioksidasi menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan oksidator ini
berkurang oleh asam oksalat yang berlebihan, yang sekali lagi akan dititrasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan:
(Yao,Na.et.al., 2014)
3
Dampak pencemaran yang paling relevan dari air limbah adalah bahan
organik. Tingkat polusi bahan organik dalam badan air diperkirakan secara kasar
dengan menganalisis permintaan oksigen kimia (COD) atau permintaan oksigen
biologis (BOD), yang masing-masing memperkirakan tingkat oksidasi kimia dan
biologis. COD lebih mewakili bahan organik daripada BOD karena BOD sulit
distandarisasi dan membutuhkan waktu yang lama (lima hari).
Oleh karena itu, kalium permanganat yang tidak digunakan dapat ditentukan
dengan menambahkan larutan kalium iodida berlebih dari mana jumlah yang
setara dari iodida kemudian dititrasi terhadap larutan natrium tiosulfat standar.
air untuk mengkonsumsi bahan organik dalam air limbah, limbah pabrik
pengolahan air limbah (WWTP), atau perairan alami. BOD5 telah digunakan
sebagai indikator untuk jumlah polutan organik di sebagian besar sistem akuatik,
terutama indikator yang baik untuk senyawa organik yang dapat terurai secara
hayati. Namun, karena periode uji 5-d, BOD5 tidak dianggap sebagai parameter
yang cocok untuk kontrol proses proses pengolahan air dan untuk sistem
pemantauan kualitas air waktu-nyata, di mana umpan balik cepat sangat penting.
Uji biodegradasi berbasis BOD5 yang mengandalkan keberadaan komunitas
mikroba yang layak memiliki kesulitan dalam mendapatkan pengukuran yang
akurat secara konsisten. BOD5 umumnya memiliki ketidakpastian 15% -20%.
Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu gas terlarut terpenting dalam air.
Konsentrasi DO yang memadai sangat penting untuk kelangsungan hidup
sebagian besar tanaman dan hewan air serta dalam pengolahan air limbah.
Konsentrasi DO adalah parameter kunci yang mencirikan alam dan air limbah
dan untuk menilai keadaan lingkungan secara umum. Selain CO2 terlarut,
konsentrasi DO adalah parameter penting yang membentuk iklim kita. Semakin
jelas bahwa konsentrasi DO di lautan semakin menurun. Bahkan perubahan kecil
dalam konten DO dapat memiliki konsekuensi serius bagi banyak organisme laut,
karena konsentrasi DO mempengaruhi siklus nitrogen dan elemen sensitif-redoks
lainnya. Berkurangnya konsentrasi DO menyebabkan pembentukan daerah
hipoksia di laut pesisir, di sedimen, atau di lautan terbuka, yang dapat dihuni bagi
sebagian besar organisme laut. Konsentrasi DO berhubungan dengan
perubahan sirkulasi laut dan penyerapan CO2 (termasuk antropogenik) oleh laut.
Semua perubahan ini pada gilirannya terkait dengan perubahan iklim.
BAB II
METODOLOGI
2. 1 SKEMA KERJA
A. ANALISIS COD
Kristal Hg2SO4
Kalium Dikromat
(K2Cr2O7) 0,1 N.
Larutan standart
Fero Amonium
Sulfat 0,05 N
8
HASIL
B. ANALISIS PV
Sample Air
Asam Sulfat
Kalium
Permanganat
(KMnO4)
Asam Oksalat
0,1 N
dengan Kalium
Permanganat
(KMnO4)
dimana:
a = mL titrasi larutan Kalium Permanganat (KMnO4)
N = normalitas larutan Kalium Permanganat
P = pengenceran
HASIL
C. ANALISIS DO
Sample
Mangan Sulfat
larutan Pereaksi
Oksigen
Asam Sulfat
pekat
Natrium Tiosulfat
0,0125 N
Indikator amilum
Natrium Tiosulfat
0,0125 N
dimana:
OT= oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Tiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Tiosulfat
HASIL
D. ANALISIS BOD
Buffer Fosfat,
Magnesium Sulfat,
Kalium Klorida, dan
Feri Klorida
Bubuk Inhibitor
1 mL larutan benih
HASIL
11
2. Prosedur BOD
a. Menentukan Pengenceran
Angka KMn04
HASIL
Sample
Air
HASIL
13
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 TABEL PENGAMATAN
A. ANALISIS COD
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Dimasukkan sebanyak Karakteristik padatan
0,4 gram kristal Hg2SO4 Kristal Hg2SO4 :
menggunakan spatula - berwujud padat/ kristal
ke dalam masing- - berwarna putih keruh
masing labu erlenmeyer - bersuhu normal
- sedikit berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah padatan
Hg2SO4 :
- berwujud cair Gambar 1.1
- berwarna putih keruh Ditambahkan
- bersuhu normal padatan Hg2SO4
- berbau kedalam masing-
masing erlenmeyer
2. Dituangkan 20 mL air Karakteristik aquades :
sampel inlet dan outlet - berwujud cair
serta 20 mL air aquadest - tidak berwarna
(sebagai blanko) ke - bersuhu normal
dalam masing - masing - tidak berbau
labu erlenmeyer
Karakteristik sampel :
- berwujud cair
- keruh
- bersuhu normal Gambar 2.1
- berbau tidak sedap Dituang semua
- berwarna kecoklatan- sampel dan
kehijauan aquades pada
masing-masing
Karakteristik sample tabung COD
setelah diberi
aquades: semua
karakteristik tetap,
tidak ada perubahan,
hanya saja sedikit
lebih bening
14
Gambar 5. 1
Larutan sampel
COD yang akan
direfluk
menggunakan alat
15
Gambar 7.1
Dituangkan larutan
sampel COD ke
labu erlenmeyer
8. Ditambahkan 3-4 tetes Karakteristik Indikator
indikator feroin ke dalam ferroin: berwarna merah
masing - masing larutan pekat, larutan kental,
sampel menggunakan tidak berbau, dan
pipet tetes. bersuhu ruang
Karakteristik sample
setelah penambahan
Indikator ferroin:
sampel berubah Gambar 8. 1
menjadi berwarna abu- Penambahan
abu gelap, tidak indicator ferroin
berbau, cair pada suhu pada masing-
kamar. masing sampel
COD
9. Dititrasi masing-masing Karakteristik FAS: FAS
larutan sampel di berbentuk larutan, dan
erlenmeyer dengan tidak berwarna, sedikit
larutan standar Fero berbau, bersuhu ruang.
Amonium Sulfat 0,05 N
menggunakan biuret Karakteristik setelah
hingga warna larutan titrasi dengan FAS:
menjadi merah-coklat. sampel berubah
menjadi merah
kecoklatan, tidak Gambar 1.9
16
Gambar 1.2
Dituang air sample
kedalam gelas
ukur
Gambar 1.3
Dituang air sample
dari gelas ukur
kedalam
Erlenmeyer glass
17
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Asam Gambar 2.1
Sulfat : Ditambahkan 2,5
- berwujud cair mL asam sulfat 4N
- berwarna putih keruh Bebas Organik
- bersuhu normal
- berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Kalium Gambar 3.1
Permanganat : Ditambahkan
- berwujud cair beberapa tetes lar.
- berwarna merah muda Kalium
pertama Permanganat
- bersuhu normal sampai warna
- berbau larutan menjadi
merah muda
pertama
4. Dipanaskan hingga Karakteristik larutan
mendidih selama 1 sampel setelah
menit pemanasan :
- berwujud cair
- berwarna orange
kemerahan Gambar 4.1
- bersuhu normal Dipanaskan
- sedikit berbau hingga mendidih
selama 1 menit
AIR OUTLET (PERUM. menggunakan
GALAXY): kompor listrik
- berwujud cair
- berwarna orange
kemerahan
18
- bersuhu normal
- sedikit berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Kalium Gambar 5.1
Permanganat : Ditambah masing-
- berwujud cair masing
- berwarna keunguan Erlenmeyer glass
- bersuhu normal dengan larutan
- berbau KMnO4 0,01N
sebanyak 10mL
6. Dipanaskan kembali Karakteristik larutan
hingga mendidih selama sample POM (inlet)
10 menit setelah pemanasan :
- berwujud cair
- warna menjadi pudar/
hilang
- bersuhu normal
- berbau
Gambar 6.1
Air sample (perum.
Galaxy)
Dipanaskan
hingga mendidih
selama 10menit
menggunakan
19
kompor listrik
Karakteristik larutan
sample Inlet dan Outlet
setelah ditambah larutan Gambar 7.1
Asam Oksalat : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Asam
- berwarna jernih atau Oksalat, kemudian
bening ditunggu sampai
- bersuhu normal
larutan sampel
- sedikit berbau menjadi jernih
Gambar 7.2
Ditambahkan 1 mL
larutan Asam
Oksalat, kemudian
ditunggu sampai
larutan sampel
menjadi jernih
Karakteristik larutan
sampel setelah dititrasi
larutan Kalium Gambar 8.1
Permanganat : Dititrasi larutan
- berwujud cair sampel dengan
- berwarna merah muda larutan Kalium
(pink) Permanganat
- bersuhu normal menggunakan
- berbau buret
20
C. ANALISIS DO
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Diambil sample langsung Karakteristik air sampel:
dari lokasi sample - berwujud cair
dengan cara - berwarna putih keruh
Dimasukkan larutan berwarna kehijauan
sampel masing-masing - bersuhu normal
ke botol winkler 150 mL - sedikit berbau
sampai tumpah dan
kemudian botol winkler
ditutup perlahan.
Gambar 3. 2
Hasil setelah
ditambahkan
pereaksi oksigen
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Natrium Thiosulfat :
- berwujud cair
- berwarna kekuningan
- bersuhu normal
23
- tidak berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
indikator amilum :
- berwujud cair
- berwarna biru pekat
- bersuhu normal
- tidak berbau
D. ANALISIS BOD
No. Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Dituangkan sampel air Karakteristik larutan
sesuai dengan sampel :
banyaknya perhitungan - berwujud cair
ke dalam labu takar 500 - berwarna coklat keruh
mL dengan - bersuhu normal
menggunakan gelas - berbau tidak sedap
ukur
Gambar 1. 1
Penambahan
sampel ke labu ukur
500 mL
2. Ditambahkan air Karakteristik air
pengencer yang telah pengencer :
dibuat sebelumnya - berwujud cair
sampai batas labu ukur - tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau
Gambar 2. 1
Ditambahkan air
pengencer yang
telah dibuat
sebelumnya sampai
batas labu ukur
Gambar 3. 1
Pemindahan larutan
sampel ke botol
winkler
Pemindahan larutan
dari labu pengencer
ke botol winkler 300
mL
4. Dimasukkan larutan Karakteristik air
25
Gambar 4. 1
Dimasukkan larutan
pengencer masing-
masing ke botol
winkler 300 mL dan
botol winkler 150
mL sampai tumpah
dan kemudian botol
winkler ditutup
perlahan
Gambar 5. 1
Dimasukkan semua
larutan pada botol
winkler 300 mL ke
dalam inkubator
dengan suhu 20 ̊ C
Karakteristik larutan
sampel setelah Gambar 6. 1
ditambah larutan Ditambahkan
Mangan Sulfat : larutan Mangan
- berwujud cair Sulfat pada sampel
26
Gambar 11. 1
Ditutup botol
winkler perlahan
agar gelembung
udara tidak masuk
dan dibolak-
balikkan masing -
masing botol
winkler
Gambar 11. 2
Proses
pengendapan pada
larutan sampel
12. Dituangkan masing - Karakteristik larutan
masing larutan sampel Sampel :
sebanyak 100 mL ke - berwujud cair
dalam labu erlenmenyer - berwarna putih keruh
250 mL - bersuhu normal
- tidak berbau
28
Gambar 12. 1
Pengukuran
banyaknya larutan
sampel yang
dipindah
menggunakan
gelas ukur
Gambar 12.2
Proses dituang
larutan sampel ke
labu erlenmeyer
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Gambar 13. 1
Natrium Thiosulfat :
Dititrasi masing-
- berwujud cair
masing larutan
- berwarna kekuningan
sampel dengan
- bersuhu normal
Natrium Thiosulfat
- tidak berbau
menggunakan
biuret sampai
Volume Titrasi yang
berubah warna
diperlukan :
cokelat muda
• Sampel outlet
: 3,7 mL
• Sampel inlet
: 5,1 mL
• Blanko
: 3,5 mL
29
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 14. 1
indikator amilum : Ditambahkan 3-4
- berwujud cair tetes indikator
- berwarna biru pekat amilum
- bersuhu normal menggunakan pipet
- tidak berbau tetes pada masing -
masing sampel
Gambar 14. 2
Ditambahkan 3-4
tetes indikator
amilum
menggunakan pipet
tetes pada masing -
masing sampel
Gambar 16. 1
Diambil larutan
sampel pada botol
winkler 300 mL dari
lemari inkubator
17. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Mangan Sulfat Mangan Sulfat :
pada semua larutan - berwujud cair
sampel di botol winkler - berwarna merah
300 mL menggunakan muda
pipet volumetrik dengan - bersuhu normal
bantuan propipet - berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 17. 1
Mangan Sulfat : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Mangan
- berwarna putih keruh Sulfat
- bersuhu normal
- berbau
18. Ditambahkan 1 mL Karakteristik larutan
larutan Pereaksi Pereaksi Oksigen :
Oksigen pada semua - berwujud cair
larutan sampel di botol - berwarna orange
winkler 300 mL muda agak kental
menggunakan pipet - bersuhu normal
volumetrik dengan - tidak berbau
bantuan propipet
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan Gambar 19. 1
Pereaksi Oksigen : Ditambahkan 1 mL
- berwujud cair larutan Pereaksi
- berwarna orange Oksigen
keruh
31
- bersuhu normal
- tidak berbau
Gambar 18. 2
Hasil setelah
penambahan
pereaksi oksigen
Gambar 22.2
Proses
pengendapan pada
larutan sampel
Gambar 23. 1
Pengukuran
banyaknya larutan
sampel yang
dipindah
menggunakan
gelas ukur
33
Gambar 23. 2
Proses dituang
masing-masing
larutan sampel ke
labu erlenmeyer
24. Dititrasi masing-masing Karakteristik larutan
larutan sampel dengan Natrium Thiosulfat :
Natrium Thiosulfat - berwujud cair
menggunakan biuret - tidak berwarna
- bersuhu normal
- tidak berbau
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
Gambar 24. 1
Natrium Thiosulfat :
Proses titrasi pada
- berwujud cair
larutan sampel
- berwarna kekuningan
dengan Natrium
- bersuhu normal
Thiosulfat
- tidak berbau
menggunakan
biuret
Volume Titrasi yang
diperlukan :
• Sampel outlet
: 1,5 mL
• Sampel inlet
: 1,8 mL
• Blanko
: 1 mL
Karakteristik larutan
sampel setelah
ditambah larutan
indikator amilum : Gambar 25. 1
- berwujud cair Ditambahkan
34
Gambar 25. 2
Ditambahkan
indicator amilum
pada larutan
sampel
3. 2 PEMBAHASAN
Praktikum ke- 4 bab 11 sampai 14 ini berlangsung di Laboratorium
Pemulihan Air, Departemen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember pada tanggal 2 April 2019 pukul 09.00 – 15.00 WIB. Praktikum ini
berjudul “Analisis Chemical Oxygen Demand, Permanganate Value, Dissolved
Oxygen Dan Biochemical Oxygen Demand” yang bertujuan:
1. Untuk menentukan besarnya kandungan oksigen kimiawi (COD) dalam sampel air
2. Untuk menentukan besarnya nilai Permanganat (KMnO4) dalam air.
3. Untuk menentukan besarnya oksigen terlarut (DO) di dalam air.
4. Untuk menentukan besarnya kadar kebutuhan oksigen biologis (BOD) dalam
air
Prinsip dari Praktikum ini adalah: Eksperimen ini dilakukan berdasarkan
empat prinsip. Dalam analisis COD, prinsipnya adalah untuk mengoksidasi zat
organik dalam sampel air dengan menggunakan kalium dikromat (K2Cr2O7)
dalam kondisi asam dan suhu 150 ° C. K2Cr2O7 yang berlebihan kemudian
dititrasi dengan Ferro Alumunium Sulphate (FAS), dengan menggunakan ferroin
sebagai indikator. Proses oksidasi melalui persamaan:
Dalam analisis nilai permanganat (PV), zat organik dalam sampel air
dioksidasi menggunakan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan oksidator ini
berkurang oleh asam oksalat yang berlebihan, yang sekali lagi akan dititrasi
dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan oleh persamaan:
Menurut (Yang, et. al., 2009) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah
jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh senyawa organik dan bahan organik yang
36
(Li, Ji. el.al., 2017) berpendapat bahwa dampak pencemaran yang paling
terlihat dari air limbah adalah bahan organik. Tingkat polusi bahan organik dalam
badan air diperkirakan secara kasar dengan menganalisis (COD) atau (BOD),
yang masing-masing memperkirakan tingkat oksidasi kimia dan biologis. COD
lebih mewakili bahan organik daripada BOD karena BOD sulit distandarisasi dan
membutuhkan waktu yang lama (lima hari).
Oleh karena itu, kalium permanganat yang tidak digunakan dapat ditentukan
dengan menambahkan larutan kalium iodida berlebih dari mana jumlah yang
setara dari iodida kemudian dititrasi terhadap larutan natrium tiosulfat standar.
(BOD) adalah parameter umum dalam pemantauan lingkungan air dan air
limbah. Dalam metode konvensional, oksidasi bahan mineral seperti sulfida dan
besi besi serta proses nitrifikasi dapat mengkonsumsi oksigen terlarut dan
menyebabkan gangguan dalam pengukuran BOD. Berdasarkan turbidimetri
karbonat, metode sederhana baru untuk penentuan BOD dalam sampel air
dikembangkan untuk menghilangkan gangguan ini.
(Helm, Irja. et. al., 2012) berpendapat bahwa, Metode titrasi Winkler
dengan akurasi tinggi telah dikembangkan untuk menentukan konsentrasi
oksigen terlarut. Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu gas terlarut terpenting
dalam air. Konsentrasi DO yang memadai sangat penting untuk kelangsungan
hidup sebagian besar tanaman dan hewan air serta dalam pengolahan air
limbah. Konsentrasi DO adalah parameter kunci yang mencirikan alam dan air
limbah dan untuk menilai keadaan lingkungan secara umum. Selain CO2 terlarut,
konsentrasi DO adalah parameter penting yang membentuk iklim kita. Perubahan
kecil dalam konten DO dapat memiliki konsekuensi serius bagi banyak
organisme laut, karena konsentrasi DO mempengaruhi siklus nitrogen dan
elemen sensitif-redoks lainnya.
standar 101,325 kPa, konsentrasi oksigen dalam air adalah 9,2 ppm pada 20º C.
Untuk sebagian besar spesies ikan, konsentrasi DO tidak boleh turun di bawah 5
ppm, jika tidak mereka tidak dapat bertahan hidup karena kekurangan oksigen.
Secara tradisional, ada dua teknik utama yang digunakan untuk mendeteksi DO,
metode Winkler dan metode amperometrik (Feng, Weiwei. et. al., 2013).
Sample yang digunakan pada praktikum ini diambil pada saluran Inlet
(Pom Bensin Arief Rachman Hakim) dan saluran Outlet (Pintu keluar perumahan
Galaxy) dengan lokasi detail:
39
A. ANALISIS COD
Pada praktikum COD kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Kalium Dikromat K2Cr2O7, Kristal Perak Sulfat (Ag2SO4)
dicampur dengan Asam Sulfat (H2SO4), Kristal Merkuri Sulfat (Hg2SO4),
Larutan Standart Fero Amonium Sulfat 0,05 N, Larutan Indikator Fenantrolin Fero
Sulfat (Feroin), Buret 50 mL 1 buah, Erlenmeyer COD 2 buah, Alat refluks dan
pemanasnya, Pipet 10 mL, 5 mL, dan Beker glass 50 mL 1 buah.
.Langkah pertama dari praktikum ini adalah, Dimasukkan sebanyak 0,4
gram kristal Hg2SO4 menggunakan spatula ke dalam masing-masing labu
erlenmeyer glass. Fungsinya adalah Untuk menghilangkan ion Cl-, yang
merupakan zat pengotor yang dapat mengganggu reaksi oksidasi, dengan
membentuk HgCl. Karakteristik padatan Kristal Hg2SO4 : berwujud padat/ Kristal,
berwarna putih keruh, bersuhu normal, sedikit berbau. Karakteristik larutan
40
ferroin: sampel berubah menjadi berwarna abu-abu gelap, tidak berbau, cair
pada suhu kamar. Langkah terakhir adalah Dititrasi masing-masing larutan
sampel di erlenmeyer dengan larutan standar Fero Amonium Sulfat 0,05 N
menggunakan biuret hingga warna larutan menjadi merah-coklat. Langkah ini
dilakukan untuk mengetahui K2Cr2O7 yang berlebih, maka kita bisa menentukan
berapa banyak oksigen (COD) yang sudah digunakan. Karakteristik FAS: FAS
berbentuk larutan, dan tidak berwarna, sedikit berbau, bersuhu ruang.
Karakteristik setelah titrasi dengan FAS: sampel berubah menjadi merah
kecoklatan, tidak berbau pada suhu kamar.
•Blanko : 3,1 mL
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿 =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
43
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
Setelah itu, Ditambahkan 1mL larutan asam oksalat 0,1N dan tunggu
hingga air menjadi jernih. Asam Oksalat berfungsi untuk mengurangi kelebihan
KMnO4, Sampel berubah menjadi tidak berwarna menunjukkan bahwa semua
kelebihan KMnO4 sudah berkurang oleh asam oksalat. Karakteristik larutan
Asam Oksalat : berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan sedikit
berbau. Karakteristik larutan sample Inlet dan Outlet setelah ditambah larutan
Asam Oksalat : berwujud cair, berwarna jernih atau bening, bersuhu normal,
sedikit berbau.
Langkah terakhir adalah, titrasi dengan larutan Kalium Permanganate
0,01N sampai timbul warna merah muda pertama. Hal ini berfungsi untuk
mengoksidasi kelebihan asam oksalat, dan menentukan titik akhir titrasi.
Karakteristik larutan Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna ungu pekat,
bersuhu normal, dan berbau. Karakteristik larutan sampel setelah dititrasi larutan
Kalium Permanganat : berwujud cair, berwarna merah muda (pink), bersuhu
normal, dan berbau.
Setelah titrasi kita tahu bahwa volume titrasi dengan KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi sampel adalah Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL, dan Air Outlet
45
(Perum.Glaxy)= 7 mL, Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai
Permanganat dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L
P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L
Dari perhitungan, jumlah PV dalam sampel air adalah 34, 128 mg / L untuk Air
Inlet (Pom Bensin) dan . 22, 12 mg / L untuk air Outlet (Pintu keluar perum.
Galaxy). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 1990,
jumlah maksimum KMnO4 dalam air adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan bahwa
sampel air TIDAK memenuhi peraturan ini.
Setelah itu didiamkan 5-10 menit agar gumpalan pada larutan sampel
mengendap. Karakteristik larutan Sampel setelah didiamkan : berwujud cair,
bagian atas berwarna putih keruh dengan gumpalan yang berada pada bagian
bawah berwarba orang kecoklatan, bersuhu normal, dan berbau. Lalu
ditambahkan 1 mL larutan Asam Sulfat pada semua larutan sampel di botol
winkler 150 mL menggunakan pipet volumetrik dengan bantuan propipet. Hal ini
dilakukan untuk melarutkan dan menghilangkannya sedimen yang terkadung
pada air sample. Karakteristik larutan Asam Sulfat : berwujud cair, tidak berwarna
, bersuhu normal, dan berbau menyengat. Karakteristik larutan sampel setelah
ditambah larutan Asam Sulfat : berwujud cair, berwarna putih keruh,bersuhu
normal, berbau, dan terdapat padatan melayang. Kemudian Ditutup botol winkler
perlahan agar gelembung udara tidak masuk dan dibolak-balikkan masing -
masing botol winkler. Karakteristik larutan Sampel : berwujud cair, berwarna
putih keruh, bersuhu normal, berbau, dan mulai terlihat endapan.
• Blanko : 13,5
Pada penambahan titrasi tidak ada perubahan warna, sehingga tidak ada
oksigen terlarut yang terkandung dalam sample.
47
Setelah itu, ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum menggunakan pipet tetes
pada masing - masing sampel. Penambahan indicator dilakukan mengetahui titik
akhir titrasi (menggunakan indikator). Karakteristik larutan indikator amilum :
berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan indikator amilum : berwujud
cair, berwarna biru pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Langkah terkahir
adalah Dititrasi lagi masing - masing sampel dengan larutan Natrium Thiosulfat
0,0125 N menggunakan biuret sampai warna biru hilang pada larutan sampel.
Langkah ini berfungsi untuk mengoksidasi iodium. Karakteristik larutan Natrium
Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Natrium Thiosulfat :
berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, dan tidak berbau
• Blanko : 13,5
Pada penambahan titrasi tidak ada perubahan warna, sehingga tidak ada
oksigen terlarut yang terkandung dalam sample.
Setelah titrasi, kita tahu bahwa volume titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,0125 N
adalah 13,5ml. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah DO dengan mengikuti
perhitungan ini:
= 22,95 mg O2 / L
Dari perhitungan, jumlah oksigen terlarut (DO) dalam sampel air adalah 22,95
mg / L. Dari data tersebut kita tahu bahwa sampel tambak adalah kelas 1
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010
tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian limbah cair Republik
Indonesia.
D. ANALISIS BOD
Pada praktikum BOD kali ini, praktikan membutuhkan alat dan bahan
berupa: Larutan Buffer Fosfat, Larutan Magnesium Sulfat, Larutan Kalium
Klorida, Larutan Feri Klorida, Bubuk Inhibitor Nitrifikasi, Larutan Mangan Sulfat,
Larutan Pereaksi Oksigen, Indikator Amilum 0,5%, Asam Sulfat pekat, Larutan
Standart Natrium Tiosulfat 0,0125 N, Aerator untuk mengaerasi air pengencer,
Drum atau ember untuk air pengencer,Botol winkler 300 mL 2 buah, Botol winkler
150 mL 2 buah, Inkubator dengan suhu 20°C, Labu takar 500 mL 1 buah, Pipet
10 mL, 5 mL, Gelas ukur 100 mL 1 buah, Buret 25 mL atau 50 mL, Erlenmeyer
250 mL 1 buah.
48
1
Volume yang dibutuhkan = 11,4 x 500 = 43,85 ~ 43,9 ml
P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L
1
Volume yang dibutuhkan = 7,4 x 500 = 67,56 ~ 67,6 ml
Setelah itu, kedua botol winkler 150 mL yang berisi air dianalisis oksigen
terlarutnya dengan langkah berikut, Ditambahkan 1 mL larutan Mangan Sulfat
49
• Blanko : 3,5 mL
50
• Blanko : 1,5 mL
• Blanko : 1 mL
Ditambahkan 3-4 tetes indikator amilum menggunakan pipet tetes pada masing -
masing sampel. Indikator Amilum digunakan karena sensitivitas warna biru-tua
yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhir titrasi selain itu
kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil dalam air
apalagi dalam larutan asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi iod bebas
dengan sejumlah zat pengoksidasi, sehingga iod bebas ini mudah diidentifikasi
dengan larutan indikator sebagai uji kepekaan terhadap iod dari pewarnaan biru-
tua yang dihasilkan oleh indikator Amilum. Indikator amilum ditambahkan pada
saat akan menjelang titik akhir agar amilum tidak mengikat atau membungkus
52
Iodida yang dapat menyebabkan sulit untuk lepas kembali sehingga warna biru
sulit untuk lenyap atau hilang sehingga dapat menganggu pengamatan
perubahan warna pada titik akhir yaitu larutan yang tak berwarna. Perubahan
warna itu terjadi dari warna biru karena masih ada I2 menjadi biru dengan kanji
menjadi larutan tak berwarna pada penambahan 1 tetes larutan Natrium tiosulfat
yang menandakan bahwa semua I2 yang dihasilkan pada reaksi telah habis
semua dititrasi oleh larutan natrium tiosulfat. Karakteristik larutan indikator
amilum :berwujud cair, berwarna putih keruh, bersuhu normal, dan tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan indikator amilum : berwujud
cair, berwarna biru pekat, bersuhu normal, dan tidak berbau. Langkah terakhir
dari praktikum ini adalah Dititrasi lagi masing - masing sampel dengan larutan
Natrium Thiosulfat 0,0125 N menggunakan biuret sampai warna biru hilang pada
larutan sampel. Hal ini berfungsi untuk mengoksidasi Iodium. Karakteristik larutan
Natrium Thiosulfat : berwujud cair, tidak berwarna, bersuhu normal, tidak berbau.
Karakteristik larutan sampel setelah ditambah larutan Natrium Thiosulfat :
berwujud cair, tidak berwarna , bersuhu normal, tidak berbau. Proses titrasi harus
dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap.
Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga
warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.
• Blanko :0,4 mL
Dalam percobaan ini, pertama-tama tentukan faktor encer untuk sampel. Kami
membuat 2 jenis sampel pengenceran. Faktor encer adalah 3 dan 5. Setelah itu,
kami menghitung sampel volume sesuai dengan faktor encer. Sampel yang
dibutuhkan oleh proses pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL dengan
perhitungan ini:
= 7.268 / 3 = 2.4
= 7.268 / 5 = 1.4
53
Dari perhitungan, faktor encer adalah 2,4 dan 1,4. Dan sampel volume menurut
faktor pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL. Dalam percobaan ini kami
menambahkan reagen. Tujuan menambahkan air pengenceran adalah untuk
membuat sampel tidak terlalu terkonsentrasi sehingga akan menggunakan lebih
sedikit pereaksi dan meningkatkan oksigen terlarut dalam sampel air untuk
mikroorganisme. Setelah titrasi, kami mendapatkan volume titran. Volume titran
dari BOD awal untuk 208 mL sampel adalah 2,4 mL, untuk 357 mL sampel
adalah 1,4 mL.
Dan untuk BOD akhir, kami tidak dapat melakukan percobaan karena setelah
penambahan amilum, warna sampel tidak berubah menjadi biru tetapi tetap
bening dan cair dan tidak ada perubahan fisik yang diamati. Itu terjadi karena
oksigen terlarut dalam sampel tidak cukup untuk mikroorganisme (jadi, kita harus
memperpanjang waktu aerasi untuk air dillution), jadi pada akhirnya tidak ada
oksigen yang tersisa untuk menghitung BOD akhir.
.
54
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan praktikum “Analisis Chemical Oxygen
Demand, Permanganate Value, Dissolved Oxygen Dan Biochemical Oxygen
Demand” ini kita dapat menyimpulkan bahwa:
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿 =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
𝑚𝑔 0,9𝑥0,0125𝑋8000
OT ( 𝐿
𝑂2 ) = 100 𝑚𝐿
= 0,9 mL
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
dimana:
OT = oksigen terlarut
a = volume titrasi Natrium Thiosulfat
N = normalitas larutan Natrium Thiosulfat
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
Dimana:
X0 = oksigen terlarut sampel pada t = 0
X5 = oksigen terlarut sampel pada t = 5
B0 = oksigen terlarut blanko pada t = 0
B5 = oksigen terlarut blanko pada t = 5
P = derajat pengenceran
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 500 𝑚𝐿
2. Setelah titrasi kita tahu bahwa volume titrasi dengan KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi sampel adalah Air Inlet (POM Bensin)= 10,8mL, dan Air Outlet
(Perum.Glaxy)= 7 mL, Dari data ini kita dapat menentukan jumlah Nilai
Permanganat dengan mengikuti perhitungan ini:
PV = 1000 / (V) [{(10 + a) xN} - (1x0,1)] x 31,6 x P
= 1000 / 100mL [{(10 + 10.8) x 0,01} - (1x0,1)] x 31,6 x 1
= 34, 128 mg / L
P = 22,12 / 3 = 7, 37 ≈ 7,4 mg / L
Sehingga melalui perhitungan, jumlah PV dalam sampel air adalah 34, 128 mg /
L untuk Air Inlet (Pom Bensin) dan . 22, 12 mg / L untuk air Outlet (Pintu keluar
perum. Galaxy). Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun
1990, jumlah maksimum KMnO4 dalam air adalah 10 mg / L. Ini menunjukkan
bahwa sampel air TIDAK memenuhi peraturan ini..
3. Setelah titrasi, kita tahu bahwa volume titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,0125
N adalah 13,5ml. Dari data ini kita dapat menentukan jumlah DO dengan
mengikuti perhitungan ini:
= 22,95 mg O2 / L
Dari perhitungan, jumlah oksigen terlarut (DO) dalam sampel air adalah 22,95
mg / L. Dari data tersebut kita tahu bahwa sampel sungai adalah kelas 3 menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 tentang
pengolahan kualitas air dan pengendalian limbah cair Republik Indonesia..
57
4. Faktor encer adalah 3 dan 5, sehingga sampel yang dibutuhkan untuk proses
pengenceran adalah 208 mL dan 357 mL. Sementara itu, titran volume BOD
untuk 208 mL sampel adalah 2,4 mL, untuk 357 mL sampel adalah 1,4 mL. Kami
tidak dapat melakukan percobaan karena setelah penambahan amilum, warna
sampel tidak berubah menjadi biru tetapi tetap jernih dan cair dan tidak ada
perubahan fisik yang diamati. Itu terjadi karena oksigen terlarut dalam sampel
tidak cukup untuk mikroorganisme (jadi, kita harus memperpanjang waktu aerasi
untuk air dillution), jadi pada akhirnya tidak ada oksigen yang tersisa untuk
menghitung BOD akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Feng. W., Zhou, Na., Chen. L., dan Li, Bowei. 2013. An optical sensor for
monitoring of dissolved oxygen based on phase detection. Journal of
Optics 15.
Irja Helm, Lauri Jalukse, Ivo Leito . 2017. A highly accurate method for
determination of dissolved oxygen: gravimetric Winkler method . Estonia:
University of Tartu, Institute of Chemistry, 14a Ravila str, 50411 Tartu.
Kwak. J., Khang. B., Kim. E., dan Kim H. 2013. Estimation of Biochemical
Oxygen Demand Based on Dissolved Organic Carbon, UV Absorption, and
Fluorescence Measurements. Hindawi Publishing Corporation, Journal of
Chemistry.
Lia, Ji., Luob. G., Hec .L., Xub. J., dan Lyua.J. 2017. Analytical Approaches for
Determining Chemical Oxygen Demand in Water Bodies: A Review. ISSN:
1040-8347, Critical Reviews In Analytical Chemistry.
Pour.H .R., Mirghaffari. N., Marzban. M., dan Marzban. A. 2014. Determination of
Biochemical Oxygen Demand (BOD) Without Nitrification and Mineral
Oxidant Bacteria Interferences by Carbonate Turbidimetry. Research
Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. RJPBCS
5(5).
Uwidia I.E & Ademoroti C.M.A. 2012. Correlation of Suspended Solids (Ss) and
Permanganate Value (Pv) of Domestic Sewage From an Estate In Warri,
Nigeria. Global Journal of Researches in Engineering Chemical
Engineering, Volume 12 Issue 1 Version 1.0
Yao, Na., Wang. J., dan Zhou, Yikai. 2014. Rapid Determination of the Chemical
Oxygen Demand of Water Using a Thermal Biosensor. China: Institute of
Environmental Medicine, Tongji Medical College, Huazhong University of
Science and Technology.
59
BAB V
PERTANYAAN DAN JAWABAN
PERTANYAAN
1. Apa fungsi pembubuhan Hg2SO4 pada analisis COD?
2. Zat kimia apakah yang dapat menganggu proses COD?
3. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar klorida > 2000 mg/L dan
bagaimana gangguan klorida tersebut dapat dihilangkan!
4. Jelaskan gangguan pengukuran COD jika kadar NO2-N > 2 mg/L dan
bagaimana gangguan tersebut dapat dihilangkan!
5. Sebutkan beberapa contoh zat organik yang dapat dioksidasi melalui proses
COD!
6. Mengapa nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD?
7. Jelaskan aplikasi data COD dalam bidang Teknik Lingkungan!
8. Jelaskan aplikasi data yang dapat diujicobakan di laboratorium (PV)?
9. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sampling (minimal 2 hal
penting)!
10. Sebutkan gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada analisis Oksigen
Terlarut dengan metoda Winkler!
11. Jelaskan hasil pengukuran Oksigen Terlarut jika dalam sampel air terdapat
NO3- (oksidator) dan jika terdapat SO32- (reduktor)!
12. Mengapa dalam prosedur analisis Oksigen Terlarut air harus dikocok
kemudian didiamkan sebelum diuji?
13. Jelaskan reaksi yang terjadi pada metoda Winkler jika dalam sampel air ada
oksigen dan jika tidak ada oksigen!
14. Jelaskan kegunaan data Oksigen Terlarut dalam bidang:
1) Air buangan
2) Kontrol badan air
3) Pengolahan air buangan secara aerobic
4) Korosi
15. Sebutkan hal-hal apa saja yang dapat mengganggu proses analisis biologis!
16. Mengapa sampel air yang akan dianalisis BOD dicampur dengan air
pengencer? Jelaskan!
17. Sebutkan cara pengawetan sampel untuk analisis BOD!
18. Jelaskan mengapa pada analisis BOD dengan metoda winkler diperlukan
blanko?
JAWABAN
1. Fungsi penambahan Hg2SO4 adalah untuk mengurangi jumlah klorida yang
mungkin terkandung dalam sampel air, sehingga katalis akan bekerja secara
optimal, serta untuk menghilangkan ion Cl-, yang merupakan zat pengotor yang
dapat mengganggu reaksi oksidasi, dengan membentuk HgCl.
2. Zat kimia yang dapat mengganggu proses COD adalah Cl- dan NO2-
60
4. Gangguan yang disebabkan oleh NO2- itu akan membuat hasilnya tidak akurat
karena NO2- akan teroksidasi menjadi NO3-. Untuk menghilangkannya kita
tambahkan H2SO4.
6. Karena dalam analisis COD, hasilnya termasuk analisis BOD, uji COD tidak
dapat menentukan zat iner nyata dan zat pengoksidasi biologis.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobic.
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena
bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat. Sehingga, bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.
sampai tidak ada udara yang terperangkap, serta penambahan sample harus
sampai tumpah dahulu.
10. Adanya zat pengoksidasi dan reduktor (NO3-, SO32-, dan lain-lain); dan
sampe air mengandung zat suspensi dalam konsentrasi tinggi
11.
- NO3- (axidator): hasilnya meningkat daripada hasil nyata, karena NO3- akan
mengoksidasi iodium sehingga volume titran meningkat dan perhitungan serta
kebutuhan DO meningkat.
- SO32- (reduktor): hasilnya lebih rendah dari hasil yang sebenarnya, karena SO32-
akan mengurangi iodium sehingga volume titran berkurang dan kalkulasi DO
menurun.
12. Air harus dikocok dan dibiarkan, sebelum percobaan dilanjutkan, karena
untuk membuat sampel homogen, dan semua zat organik sudah teroksidasi
dengan sempurna, sehingga kita akan mendapatkan hasil DO yang akurat.
13.
- Ada oksigen: Oksigen akan bereaksi dengan MnSO4 untuk membentuk
sedimentasi MnO4.
- Tidak ada oksigen: Tidak ada sedimentasi MnO4
14.
- Air limbah: untuk menentukan apakah perubahan biologis disebabkan oleh
mikroorganisme aerob dan aerob.
- Kontrol aliran air: Untuk mempertahankan kondisi yang diinginkan
- Pemrosesan air limbah secara aerobik: Sebagai alat untuk aerasi yang dikontrol
segera, untuk memastikan penggunaan udara.
- Korosi: Sebagai pengontrol