Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR


TENTANG CUCI TANGAN BERSIH UNTUK PENCEGAHAN
PENYAKIT MENULAR
(Effect of Hand washing and personal hydiene on hand
food mouth disease : A community intervntion study)

Disusun Oleh :

IKA PUSPITA DEWI


NIM. 1911040069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TAHUN 2020
LAPORAN ANALISIS JURNAL
PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TENTANG CUCI
TANGAN BERSIH UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR

A. Latar Belakang
Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotoran,
termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu
menjadi polemik yang berkembang, dimana kasus yang berkaitan dengan
masalah kebersihan setiap tahunnya selalu meningkat (Alfarisi, 2008).
Kebersihan merupakan kunci dari kesehatan. Manusia perlu menjaga
kebersihan diri agar tubuh menjadi sehat, sehingga tidak menyebarkan
kotoran dan tidak menularkan penyakit, baik bagi diri sendiri ataupun bagi
orang lain. Kebersihan diri merupakan suatu proses pertahanan dan
pemeliharaan kebersihan serta kesehatan tubuh. Langkahlangkah dalam
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan antara lain dengan mandi yang
teratur, menjaga kerapian, menggosok dan merawat gigi, berganti pakaian
secara teratur dan mencuci tangan (Timmreck, 2004
Mencuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
(Tietjen, 2003). Cuci tangan dengan menggunakan sabun terbukti secara
ilmiah efektif untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular
seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Flu Burung
(Depkes, 2010). Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat
mencegah penyakit yang menyebabkan kematian jutaan anak setiap
tahunnya, seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang
dilaporkan telah membunuh 4 juta anak setiap tahun di negaranegara
berkembang. Karena tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit
dan praktek mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat
mencegah 1 juta kematian anak. Perilaku mencuci tangan menggunakan
sabun yang tidak benar masih tinggi ditemukan pada anak, sehingga
dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan kesadaran mereka akan
pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak merupakan kelompok
yang paling rentan terhadap penyakit sebagai akibat perilaku yang tidak
sehat. Padahal anak-anak merupakan asset bangsa yang paling berperan
untuk generasi yang akan datang. Dengan merebaknya penyebaran
penyakit seperti diare yang mulai menjangkau Indonesia, maka
peningkatan kesadaran akan cuci tangan dengan menggunakan sabun
ditujukan kepada mereka yang berisiko tinggi untuk terjangkit antara lain
anak-anak di sekolah (Depkes, 2009). Menurut Djauzi (2008) Kuman ada
dimanapun, mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan kuman dan untuk menghindari penularan penyakit. Di
sekolah anak tidak hanya belajar, tetapi banyak kegiatan lain yang dapat
dilakukan oleh anak di sekolah seperti bermain, bersentuhan ataupun
bertukar barang-barang dengan teman-teman. Kuman yang ada di alat-alat
tulis, kalkulator, buku-buku dan benda-benda lain akan dengan mudah
berpindah dari tangan satu anak ke anak lainnya, sehingga jika ada anak
yang mempunyai penyakit tertentu akan mudah menular pada anak
lainnya. Jadi, mencuci tangan harus dilatih sejak dini pada anak agar anak
memiliki kebiasaan cuci tangan, sehingga anak terhindar dari penyakit.
Deskripsi latar belakang kasus di keluarga klien Sdr.
saat dikaji

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh Edukasi Suportif Terstruktur terhadap
pengetahuan dan sikap keluarga tentang cuci tangan bersih untuk
mencegah penyebaran penyakit menular.

C. Jurnal Rujukan
PICO (Population, Intervension, Comparison, and Outcome)
No Jurnal Utama
1 Population
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 63 orangdengan
perincian 32 orang masuk kelompok intervensi dan 31 orang
masuk kelompok kontrol.
2 Intervention :
Pemberian intervensi kebersihan tangan (Cuci Tangan
Bersih)
3 Comparison/Jurnal Pembanding
Judul :
Efektivitas intervensi kebersihan tangan dalam mengurangi
terjadinya penyakit di kalangan anak-anak dalam pengaturan
pendidikan: tinjauan sistematis dan meta analisis

Tujuan :
Untuk mengetahui tinjauan teori dan menetapkan intervensi
efektifitas cuci tangan terhadap penyebaran penyakit
saluran pencernaan dan penyakit saluran pernafasan

Desain
Penelitian ini mengunakan desain Sistematic Review (SR)
dengan percobaan kontrol Teracak (RCT)

Hasil
Delapan belas cluster RCT diidentifikasi; 13 berbasis sekolah,
5 di fasilitas penitipan anak atau prasekolah. Studi heterogen
dan memiliki kualitas yang signifikan masalah termasuk
sejumlah kecil cluster dan peserta dan pengacakan yang
tidak memadai. Individu hasil studi menunjukkan intervensi
dapat mengurangi anak-anak tidak ada, insiden dan gejala
infeksi RT, dan laboratorium mengkonfirmasi penyakit seperti
influenza. Bukti dari dampak pada infeksi atau gejala GI
adalah samar-samar.
4 Outcome
Hasil analisis regresi linier multivariabel ditunjukkan pada
Tabel 3 hingga 6. Ambil nilai kebiasaan mencuci tangan anak-
anak di akhir tahun 1 misalnya, dalam hal menyesuaikan
lainnya variabel, dibandingkan dengan kelompok kontrol,
probabilitas skor kelompok intervensi berkurang setidaknya 1
level adalah 0,158 kali (exp (À1.847)). Ini berarti intervensi
dapat meningkat dan mempertahankan skor tinggi dari
kebiasaan mencuci tangan anak-anak. Ini Penjelasan berlaku
untuk skor pengetahuan orang tua HFMD, kelompok kontrol
tampaknya lebih mungkin mendapatkan skor tinggi,
dibandingkan dengan kelompok intervensi

D. Hasil Analisis Kelayakan Jurnal


Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci
tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme (Tietjen, 2003 dalam Moestika ). Diare biasanya
kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan.
Kuman-kuman kemudian memapar ke person yang makanan
tersebut. Hal ini bisa diegah dengan selalu mencuci tangan setelah
menggunakan toilet dan sebelum menyiapkan makanan ( Darmiatun,
2013). Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar
virus yang menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit
yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran nafas
seperti influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci
tangan pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan
diri untuk melakukan dengan benar pada saat yang penting ( Umar,
2009 dalam Mirzal ). Sebagian masyarakat mengetahui akan
pentingya mencuci tangan, namun dalam kenyataanya masih sangat
sedikit ( hanya 5% yang tahubagaimana cara melakukanya dengan
benar. Hal ini sangat penting untuk di ajarkan pada masyarakat agar
bias mencegah terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009 dalam Zuraidah.
1. V alidity
Penelitian pada jurnal ini mengunakann analisis efek
intervensi dengan menggunakan multivariabel regresi
linier. Metode bertahap digunakan untuk menganalisis regresi
linier multivariat. Variabel dependen adalah skor kebiasaan
mencuci tangan anak, skor harian kebiasaan membersihkan
anak, skor kebiasaan mencuci tangan orang tua atau pengasuh,
skor pengetahuan HFMD dari orangtua. Kami memilih variabel
independen berikut berdasarkan pada literatur yang
menunjukkan faktor-faktor pengaruh HFMD: variabel yang
relevan dengan kekebalan (usia dan jenis kelamin),
kesehatankondisi (pendapatan keluarga, sumber air, toilet
outdoor, dan selokan di sekitar rumah), kebiasaan kesehatan
(derajat pendidikan, intervensi) dan sejarah HFMD. Kami
membandingkan persentase gejala gastrointestinal, pernapasan
gejala dan HFMD antara intervensi dan kelompok kontrol
dengan uji x 2 . Kami membandingkan tingkat coliform-positif
dari tangan swab antara subyek dalam intervensi dan kelompok
kontrol oleh 2 kali tes sebelum dan setelah ntervensi.

2. Importance
Dalam survei dasar, 32 desa intervensi dan 31 kontrol desa
berpartisipasi. Kami mengumpulkan 6484 kuesioner termasuk
3583 dalam kelompok intervensi tingkat respons: 96% dan 2901
pada kelompok kontrol [tingkat respons: 90% (2901/3224)].
Berdasarkan kuesioner ini, rata-rata usia anak di Indonesia
kelompok kontrol adalah 22,50 ± 8,4 bulan, dibandingkan dengan
22,46 ± 8,5 bulan pada kelompok intervensi (t = 0,190 , P =
0,850). 87% dari orang tua dalam kelompok intervensi memiliki
sekolah menengah atau lebih tinggi pendidikan; dibandingkan
dengan 88% pada kelompok kontrol (x 2 = 0,2, P = .658). Tidak
ada perbedaan statistik yang signifikan antara 2 kelompok untuk
faktor risiko higienis seperti memiliki sumur pribadi sumber air,
memiliki toilet luar ruangan, keberadaan parit air limbah di
sekitar rumah. intervensi, 2 kelompok memiliki rata-rata yang
hampir sama skor cuci tangan anak-anak (11,2 untuk kelompok
intervensi vs skor kebiasaan pembersihan (2,2 untuk kelompok
intervensi vs 2,2 untuk kelompok kontrol; t = À0.177, P = .860)
Sebelum intervensi, tingkat kepositifan bakteri coliform di
penyeka tangan untuk anak-anak dan pengasuh mereka tidak
berbeda secara signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol
grup (7,3 % vs 9,3 % x 2 = 0,529, P=0,467.

3. A pplicability
Dengan memberikan edukasi suportif terstruktur tentang cuci
tangan diharapkan penyakit menular tersebut bisa mengurangi
resiko terjadinya penularan penyakit melalui tangan dengan
mencuci bersih tangan-tangan anda. Makanan dan minuman
yang dimasak dengan tangan kotor itu dapat menularkan
penyakit, cobalah mencuci tangan anda dengan air menalir dan
sabun pada saat anda akan mempersiapkan dan memakan
makanan serta sesudah buang air besar. Trjadinya perubahan
perilaku dan kemandirian keluarga dalam melakukan cuci tangan
bersih untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular

E. Hasil Aplikasi dan Pembahasan


Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Dinkes, 2008, dalam Destya, 2009).
Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bermanfaat
untuk mencegah, menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman
penyakit serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
efektif dan efisien (Depkes, 2007). Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat
mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, Infekai
Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan
untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah
memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang
sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas
masyarakat Indonesia. Berbagai survei di lapangan menunjukkan
menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang
disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut di atas, setelah
diintervensi dengan CTPS. (Panduan CTPS Depkes RI,2009). Namun
demikian, pentingnya perilaku sehat cuci tangan pakai sabun (CTPS)
untuk mencegah penyakitpenyakit menular masih belum dipahami
masyarakat secara luas dan praktiknya pun masih belum banyak
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Riset kesehatan dasar
menunjukkan bahwa ISPA dan diare masih ditemukan dengan
persentase tertinggi pada anak usia dibawah lima tahun masing-
masing 43% dan 16%. Demikian pula perilaku CTPS yang tidak benar
masih tinggi ditemukan pada anak usia 10 tahun ke bawah. Karena
anak pada usia-usia tersebut sangat aktif dan rentan terhadap
penyakit, maka dibutuhkan kesadaran dari mereka bahwa
pentingnya perilaku sehat cuci tangan pakai sabun diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. (Panduan CTPS Depkes RI, 2008).
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Satu batasan utama
adalah itu Penelitian ini menggunakan berbagai intervensi, yaitu
mencuci tangan dan langkah-langkah peningkatan higienis
lainnya. Karena itu, pelajaran kami tidak bisa menunjukkan apakah
itu mencuci tangan sendiri itu mengurangi gejalanya, dan tidak
mungkin untuk mengetahui yang mana intervensi berhasil. Sulit
untuk menggunakan metode buta dalam hal ini uji coba komunitas,
yang merupakan batasan kedua. Dan itu beberapa kelompok kontrol
mungkin menerima tindakan intervensi Gelar, yaitu, poster, disiarkan
melalui stasiun radio dari desa tetangga, kelompok intervensi, yang
akan mengurangi efek studi. Hasilnya akan menunjukkan perbedaan
yang lebih besar jika kelompok kontrol tidak menerima tindakan
intervensi apa pun.

DAFTAR PUSTAKA

Djauzi, S. 2008. Raih Kembali Kesehatan Mencegah Berbagai Penyakit


Hidup Sehat Untuk Keluarga. Jakarta: Kompas. Depkes. 2010. Buku
Panduan Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia, Ketiga. Jakarta.

Kisworowati. 2005. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap


Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penyalahgunaan Minuman Keras
Dikalangan Remaja Di Kabupaten Grobogan. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Machfoedz, I. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Fitra Mayu. Suliha, U. 2002. Pendidikan
Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai