Anda di halaman 1dari 19

LAMPIRAN 4

PERATURAN DIREKTUR RS HATIVE PASSO


NOMOR.01/PER-DIR.RSHTV.MFK/V/2018
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KESELAMATAN
DAN KEAMANAN DI RS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan
isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS.
Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya,
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit
infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS,
yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:
10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions:
1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of
Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum
tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas
di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.
Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan (wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% (wanita) serta
nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga bahwa
terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari
petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran
cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah
kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,penyakit kulit dan sistem otot dan tulang
rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah pedoman K3 di RS, baik bagi pengelola maupun karyawan RS Hative Passo.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan Umum :
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan
sehat bagi pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit Hative Passo
sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya program kerja K3 RS Hative Passo
2. Meningkatkan kesehatan lingkungan kerja RS Hative Passo
3. Meningkatkan kesehatan karyawan RS Hative Passo
4. Terselenggaranya deteksi dini dan pencegahan kebakaran dan bencana
5. Meningkatkan SDM yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja
Manfaat :
1. Bagi Rumah Sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS Hative Passo
c. Meningkatkan citra RS Hative Passo
2. Bagi karyawan RS Hative Passo :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3. Bagi pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung
Sasaran :
a. Pengelola RS Hative Passo
b. Karyawan RS Hative Passo
c. Pasien dan pengunjung RS Hative Passo
d. Masyarakat sekitar
C. Ruang Lingkup Pelayanan
K3RS menyusun satu rencana induk atau rencana tahunan yang meliputi :
a. Keselamatan dan Keamanan
 Keselamatan, keadaan tertentu dimana gedung, halamanan dan peralatan RS
Hative Passo tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, karyawan dan
pengunjung.
 Keamanan, proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta
penggunaan oleh mereka yang tak berwenang.
b. Bahan berbahaya , penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif
dan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya
dibuang secara aman
c. Manajemen emergensi tanggap terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif
d. Pengamanan kebakaran property dan penghuninya dari kebakaran dan asap.
e. Peralatan medis dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk
mengurangi resiko
f. System utilitas listrik, air dan system pendukung lainnya dipelihara untuk
menimalkan resiko kegagalan pengoperasian.

D. Landasan Operasional
1. Pengertian
Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Upaya K3 di RS
Upaya K3 di RS Hative Passo menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja.
Yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk
menyelesaikanpekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu
tertentu.
2. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik maupun
non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh
kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
3. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi factor fisik,
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Bahaya Potensial di RS Hative Passo
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja.Yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur), faktor kimia
(antiseptik, gas anestasi), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor fisika (suhu,
cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan
sesama karyawan/atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah
mikrobiologik, fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko
hukum/keamanan. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan
faktor biologic (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien) faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas
anestasi pada hati faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah)
factor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada
sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemroduksi darah) faktor psikologis (ketegangan
di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).
Penilaian faktor resiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan resiko keselamatan dan kesehatan.
Pengendalian faktor resiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian resiko yakni :
1. Menghilangkan bahaya
2. Menggantikan sumber resiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat resikonya
lebih rendah/tidak ada
3. Pengendalian administrasi
4. Memakai alat pelindung diri ( APD )
Respon Kegawatdaruratan di RS
Kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan
kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat
menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik
lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra RS Hative Passo. RS Hative Passo
mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3 RS.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
11. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
12. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/VIII/ 2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan RumahSakit
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 432/Menkes/Per/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
BAB II
STUKTUR ORGANISASI TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

STRUKTUR ORGANISASI TIM K3 RS Hative Passo


Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada Direktur (
berada 1 tingkat di bawah Direktur RS).
Bentuk organisasi Tim K3 RS merupakan organisasi struktural yang terintegrasi ke dalam tim
yang ada di RS dan disesuaikan dengan kondisi/kelas masing masing RS.
 Organisasi Tim K3 RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan jajaran direksi RS.
 Organisasi Tim K3 RS terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan anggota
 Organisasi Tim K3 RS dipimpin oleh ketua.
 Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh sekretaris serta anggota.
 Ketua organisasi Tim K3 RS sebaiknya adalah salah satu manajemen tertinggi di RS
atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah langsung direktur RS.
 Sedang sekretaris organisasi Tim K3 RS adalah seorang tenaga profesional K3 RS,
yaitu ahli K3 umum.
Struktur organisasi Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sebagai berikut ;

Direktur

Dr. Hans Liesay M.Kes

Ketua Tim K3

Dr. Yoki Stefanus

Sekretaris tim K3

Ignasius Nggaa Am.d

Penanggungjawab Kesling Penanggungjawab Kebakaran Penanggungjawab Bencana


Eksternal & Internal
Fransiscus Bruno Majan Am.d Kes Hendrikus Nasyun Tasidjawa
Ns Marissa Picauly S.Kep
BAB III
URAIAN TUGAS

Nama Jabatan : Ketua Tim K3RS


Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS
Hative Passo untuk memimpin, merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan K3RS sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
Persyaratan : 1. Berijazah minimal S1 Kedokteran
2. Pengalaman mengelola K3 minimal tiga tahun
3. Memiliki sertifikat K3RS
4. Memiliki kualifikasi Ahli K3 Umum
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Direktur RS Hative Passo
Uraian Tugas : A. Melaksanakan Fungsi Perencanaan
1. Membuat program kerja Tim K3 RS
2. Merencanakan jumlah, jenis dan mutu tenaga yang dibutuhkan
dalam rangka pengembangan SDM Tim K3RS
3. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan yang akan
diselenggarakan di Tim K3RS sesuai dengan kebutuhan dan
kebijakan rumah sakit.
4. Merencanakan jumlah dan jenis peralatan yang dibutuhkan
sesuai dengan standar terkini.
5. Memastikan Risk assessment untuk setiap unit RS
B. Melaksanakan Fungsi Pengorganisasian
1. Mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan di Tim K3RS.
2. Mengalokasikan SDM sesuai dengan posisi yang tepat
3. Menetapkan prosedur yang digunakan.
4. Mengadakan pertemuan berkala dengan Tim K3RS.
5. Menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh RS Hative
Passo, atau pertemuan eksternal RS.
6. Mendelegasikan tugas kepada Sekretaris K3RS saat tidak berada
ditempat.
7. Mengadakan kerjasama yang baik dengan semua unit terkait.
8. Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan pihak/instansi
lain di luar RS terkait dengan K3RS.
C. Melaksanakan Fungsi Pengarahan
1. Mengkoordinir kegiatan K3RS.
2. Memberikan motivasi untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap karyawan terkait K3RS
3. Memberikan bimbingan dan arahan kepada karyawan K3RS.
4. Memastikan bahwa sosialisasi / informasi hal-hal penting terkait
K3RS di ketahui oleh semua karyawan : kebijakan, peraturan,
ketentuan, hasil rapat, dsb.
D. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
1. Mengendalikan dan memonitor penanggung jawab K3RS agar
mentaati prosedur, peraturan dan tata tertib yang berlaku
terkait K3RS
2. Membuat analisa dan evaluasi dan penilaian pelaksanaan tugas
Tim K3RS
Wewenang : 1. Menegur karyawan yang melakukan pelanggaran atau bekerja tidak
sesuai dengan prosedur terkait K3RS
2. Mengusulkan ke Direksi dan bagian Personalia untuk pemberian
sanksi kepada karyawan yang melakukan pelanggaran baik
karyawan maupun outsourcing.
3. Menyelesaikan dan mengambil keputusan terhadap masalah K3RS
yang terjadi baik mengenai karyawan, pasien, keluarga maupun
masyarakat.
Hak : 1. Memberi rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanan K3 RS. Hative Passo
2. Mendapatkan dan menggunakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
Nama Jabatan : Sekretaris Tim K3RS
Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS.
Hative Passo untuk membantu Ketua Tim K3 RS dalam hal
mengumpulkan, mengelola dan pelaporan data semua kegiatan K3RS
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Persyaratan : 1. Berijazah minimal Diploma III Kesehatan
2. Pengalaman sekretaris minimal satu tahun
3. Memiliki sertifikat K3RS
4. Memiliki kualifikasi Ahli K3 Umum
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Ketua Tim K3 RS
Uraian Tugas : A. Melaksanakan Fungsi Perencanaan
1. Membantu Ketua Tim K3RS membuat program kerja Tim K3RS
2. Membantu Ketua Tim K3RS dalam perencanaan jumlah, jenis
dan mutu tenaga yang dibutuhkan K3RS.
3. Membantu merencanakan jenis kegiatan yang akan
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan
rumah sakit.
4. Membantu merencanakan jumlah dan jenis peralatan yang
dibutuhkan sesuai dengan standar terkini.
B. Melaksanakan Fungsi Pengorganisasian
1. Membantu Ketua Tim K3RS mengkoordinasikan semua
kegiatan administrasi di Tim K3RS.
2. Membantu merumuskan dan menetapkan prosedur yang
digunakan.
3. Mengatur dan mengendalikan dokumen dan logistik di Tim
K3RS.
4. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang harmonis.
5. Mengatur pertemuan berkala dengan karyawan K3RS.
6. Mewakili Ketua Tim, dalam pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh RS Hative Passo
7. Mengadakan kerjasama yang baik dengan semua unit terkait.
8. Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan
pihak/instansi lain di luar RS terkait dengan pengawasan K3RS.
9. Menyiapkan Laporan kegiatan K3RS secara berkala.
10. Melaporkan kegiatan K3RS kepada dinas terkait (Disnaker)
secara berkala (per 3 bulan)
C. Melaksanakan Fungsi Pengarahan
1. Mengkoordinir staf / karyawan dan semua kegiatan
administrasi di Tim K3RS
2. Memberikan bimbingan dan arahan kepada staf / karyawan
dibagiannya.
3. Membantu sosialisasikan / menginformasikan hal-hal penting
yang perlu di ketahui karyawan : kebijakan, peraturan,
ketentuan, hasil rapat, dsb.
D. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
1. Mengendalikan, memonitor dan mengawasi dokumen K3RS,
sesuai peraturan dan tata tertib yang berlaku.
2. Memberikan masukan penilaian pelaksanaan tugas karyawan
dibagiannya baik karyawan tetap, magang maupun
outsourcing.
Wewenang : 1. Menegur karyawan yang melakukan pelanggaran atau bekerja
tidak sesuai dengan prosedur.
2. Mengusulkan kepada Ketua untuk pemberian sanksi kepada
karyawan yang melakukan pelanggaran karyawan maupun
outsourcing.
3. Membuat laporan terhadap masalah yang terjadi baik mengenai
karyawan, pasien, keluarga maupun masyarakat.
4. Membantu menyusun kebijakan, pedoman, K3RS
Hak : 1. Mengusulkan kepada Ketua untuk perbaikan dan peningkatan
mutu pelayanan K3 RS
2. Mendapatkan dan menggunakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

Nama Jabatan : Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan


Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS.
Hative Passo untuk memimpin, merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan Kesehatan
Lingkungan RS sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Persyaratan : A. Formal
Berijazah minimal D III Kesehatan Lingkungan
B. Informal
Pengalaman mengelola Kesehatan Lingkungan minimal satu
tahun

Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Ketua Tim K3 RS.
Uraian Tugas : A. Melaksanakan Fungsi Perencanaan
1. Membuat program kerja Kesehatan Lingkungan RS.
2. Membuat Risk Assessment area potensial RS.
3. Merencanakan jumlah dan jenis pemeriksaan Kesehatan
Lingkungan yang dibutuhkan.
4. Mengatur dan membuat jadwal pemeriksaan Kesehatan
Lingkungan RS.
B. Melaksanakan Fungsi Pengorganisasian
1. Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan Kesehatan
Lingkungan RS.
2. Mengatur dan mengendalikan dokumen Kesehatan
Lingkungan RS.
3. Menghadiri pertemuan berkala Tim K3RS.
4. Mendelegasikan tugas kepada anggota Kesehatan Lingkungan
saat tidak berada di tempat.
5. Mengadakan kerja sama yang baik dengan semua unit terkait.
7. Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan
pihak/instansi lain di luar RS terkait dengan pengawasan
Kesehatan Lingkungan RS.
8. Membuat laporan kegiatan pengawasan secara berkala
(Monitoring IPAL, LB3)
9. Melakukan pelaporan kinerja Kesehatan lingkungan ke Dinas
terkait (laporan UKL-UPL, Neraca LB3, dll)
C. Melaksanakan Fungsi Pengarahan
1. Mengkoordinir seluruh karyawan dalam menjaga Kesehatan
Lingkungan RS.
2. Memberikan motivasi untuk meningkatkan pengetahuan
Kesehatan Lingkungan RS.
3. Memberikan bimbingan dan arahan kepada seluruh karyawan
mengenai Kesehatan Lingkungan RS.
D. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
1. Mengendalikan, memonitor, dan mengawasi kesehatan
lingkungan agar mentaati prosedur, peraturan dan tata tertib
yang berlaku.
2. Membuat analisa dan evaluasi serta penilaian kesehatan
lingkungan unit – unit kerja RS.

Wewenang : 1. Menegur karyawan yang melakukan pelanggaran saat bekerja


tidak sesuai dengan prosedur.
2. Mengusulkan kepada Ketua Tim K3 untuk pengendalian hasil
pemeriksaan kesehatan lingkungan RS.
3. Menyusun kebijakan, pedoman, dan SPO mengenai Kesehatan
lingkungan RS.
Hak : 1. Memberi rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan
kesehatan lingkungan RS Hative Passo
2. Mendapatkan dan menggunakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

Nama Jabatan : Penanggung jawab Kebakaran


Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS
untuk memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan Penanggulangan Kebakaran sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku.

Persyaratan : 1. Berijazah minimal SLTA


2. Memiliki sertifikat Penanggulangan Kebakaran, Disaster plan

Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggungjawab kepada Ketua Tim K3 RS

Uraian Tugas : A. Melaksanakan Fungsi Perencanaan


1. Membuat program kerja Penanggulangan Kebakaran
2. Membuat Risk assessment area potensial kebakaran RS
3. Merencanakan jumlah dan jenis alat pemadam api yang
dibutuhkan
4. Mengatur dan membuat jadwal pelatihan penanggulangan
kebakaran bagi seluruh karyawan RS.
5. Menghadiri pertemuan internal atau eksternal yang berkaitan
dengan Kegiatan penanggulangan kebakaran.
B. Melaksanakan Fungsi Pengorganisasian
1. Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan
kebakaran.
2. Mengatur dan mengendalikan dokumen dan record
penanggulangan kebakaran.
3. Berkoordinasi dengan Bagian Diklat dalam pelatihan
penanggulangan kebakaran.
4. Menghadiri pertemuan berkala Tim K3RS.
5. Mendelegasikan tugas kepada anggota Kebakaran apabila
tidak berada ditempat.
6. Mengadakan kerjasama yang baik dengan semua unit terkait.
7. Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan
pihak/instansi lain di luar RS terkait dengan penanggulangan
kebakaran.
8. Membuat Laporan kegiatan pengawasan terhadap sarana
proteksi kebakaran secara berkala.
C. Melaksanakan Fungsi Pengarahan
1. Mengkoordinir seluruh karyawan dalam penanggulangan
kebakaran.
2. Memberikan motivasi untuk meningkatkan pengetahuan
penanggulangan kebakaran.
3. Memberikan bimbingan dan arahan kepada seluruh karyawan
mengenai penanggulangan kebakaran.
D. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
1. Mengendalikan, memonitor dan mengawasi penanggulangan
kebakaran agar mentaati prosedur, peraturan dan tata tertib
yang berlaku.
Membuat analisa dan evaluasi dan penilaian penanggulangan
kebakaran pada unit-unit kerja.
Wewenang : 1. Menegur karyawan yang melakukan pelanggaran penanggulangan
kebakaran tidak sesuai dengan prosedur.
2. Mengusulkan kepada Ketua Tim K3 dan bagian Diklat untuk
mengevaluasi hasil pelatihan penanggulangan kebakaran bagi
seluruh karyawan RS.
3. Menyusun kebijakan, pedoman, SPO mengenai penanggulangan
kebakaran bagi karyawan RS.
Hak : 1. Memberi rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan mutu
penanggulangan kebakaran bagi karyawan RS.
2. Mendapatkan dan menggunakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

Nama Jabatan : Penanggung jawab Bencana Internal dan Eksternal


Pengertian : Seorang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS
untuk memimpin, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan Bencana Internal dan Internal sesuai
dengan Undang-Undang yang berlaku.
Persyaratan : 1. Berijazah minimal S1
2. Memiliki sertifikat Penanggulangan Bencana
Tanggung Jawab : Secara struktural bertanggung jawab kepada Ketua Tim K3 RS.
Uraian Tugas : A. Melaksanakan Fungsi Perencanaan
1. Membuat program kerja siaga Bencana internal dan eksternal
RS
2. Merencanakan jumlah dan jenis logistik siaga bencana yang
dibutuhkan.
3. Menghadiri pertemuan internal atau eksternal yang berkaitan
dengan Kegiatan siaga bencana internal dan eksternal
B. Melaksanakan Fungsi Pengorganisasian
1. Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan siaga bencana
internal dan eksternal RS.
2. Mengatur dan mengendalikan dokumen siaga bencana
internal dan eksternal.
3. Berkoordinasi dengan Bagian Diklat dalam pelatihan siaga
bencana internal dan eksternal RS.
4. Menghadiri pertemuan berkala Tim K3RS.
5. Mendelegasikan tugas kepada anggota Penanggulangan
Bencana Internal dan Eksternal saat tidak berada ditempat.
6. Mengadakan kerjasama yang baik dengan semua unit terkait.
7. Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan
pihak/instansi lain di luar RS terkait dengan siaga bencana.
8. Membuat Laporan kegiatan pengawasan secara berkala.
C. Melaksanakan Fungsi Pengarahan
1. Mengkoordinir seluruh karyawan dalam siaga bencana internal
dan eksternal.
2. Memberikan motivasi untuk meningkatkan siaga bencana
internal dan eksternal RS.
3. Memberikan bimbingan dan arahan kepada seluruh karyawan
mengenai siaga bencana internal dan eksternal RS.
D. Melaksanakan Fungsi Pengawasan dan Evaluasi
1. Mengendalikan, memonitor dan mengawasi siaga bencana
agar mentaati prosedur, peraturan dan tata tertib yang
berlaku.
2. Membuat analisa dan evaluasi dan penilaian siaga bencana
unit-unit kerja.

Wewenang : 1. Menegur karyawan yang melakukan pelanggaran saat siaga


bencana tidak sesuai dengan prosedur.
2. Mengusulkan kepada Ketua Komite K3 dan bagian Diklat untuk
evaluasi hasil pelatihan siaga bencana bagi seluruh karyawan RS.
3. Menyusun kebijakan, pedoman, SPO mengenai siaga bencana bagi
karyawan RS.
Hak : 1. Memberi rekomendasi untuk perbaikan dan peningkatan mutu
siaga bencana bagi karyawan
2. Mendapatkan dan menggunakan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai