Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk hidup.
Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang
optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada sistem perkemihan diantaranya
adalah nefrolitiasis atau batu ginjal.1
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-
hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan
dari fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal.1 Penyakit yang terjadi pada sistem
perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu Nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu
yang hanya berada di bagian pelvis renalis.1
Berdasarkan letaknya, nefrolitiasis merupakan bagian dari batu saluran kemih bersama-
sama dengan batu ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya
mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat
(MAP), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya. Semua tipe batu saluran kemih
memiliki potensi untuk membentuk batu staghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri
dari matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple fosfat.2
Penyakit nefrolitiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno.
Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukannya batu pada ginjal seorang mumi. Angka
kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di Amerika Serikat 5-10%
penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12%
penduduk menderita nefrolitiasis. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga penyakit terbanyak
di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.2 Nefrolitiasis
merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia maupun di dunia.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan
dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan keempat. Angka kejadian nefrolitiasis
berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun 2002 adalah
sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Selain itu jumlah
pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.3

1
Di beberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi nefrolitiasis
dibandingkan batu saluran kemih bagian bawah. Hasil analisis jenis nefrolitiasis di Laboratorium
Patologi Klinik Universitas Gadjah Mada, menunjukkan kenaikan proporsi nefrolitiasis
dibanding proporsi batu kandung kemih. Dalam hasil analisis didapatkan proporsi nefrolitiasis
sebesar 20% dan batu kandung kemih sebesar 80%, akan tetapi 5 tahun kemudian nefrolitiasis
naik menjadi 70% (101/144) dan batu kandung kemih 30% (43/144).4
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering muncul pada semua
jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting perawatan medis pada pasien dengan batu
saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan
yang tersedia untuk pasien, namun pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas
dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah. Terbentuknya batu
saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih dehidrasi dan idiopatik.5
Nefrolitiasis menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis, lalu
apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi, diantaranya
adalah gagal ginjal, infeksi, avaskuler ischemia yang akhirnya dapat mengakibatkan ancaman
kematian bagi penderita.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi6

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di
kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih
rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan.
Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan
jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari
trauma dan memfiksasi ginjal. Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna
coklat terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan
tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal
dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal
berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus
menuju pelvis ginjal6

3
B. Definisi1,7

Gambar 2.1 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya batu ginjal,
nefrolitiasis hanya berada di bagian pelvis. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium
phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (nefrolitiasis).1,7

C. Etiologi1,3,4
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi
subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi

4
lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien
(batu cenderung Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor:1,3,4
a. Faktor endogen :
 Herediter (keturunan)
 Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah.
 Hiperkalsiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin. Kelainan ini dapat menyebabkan
hematuri tanpa ditemukan pembentukan batu. Kejadian hematuri diduga disebabkan
kerusakan jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi kristal kecil. Peningkatan
eksresi kalsium dalam air kemih dengan atau tanpa faktor risiko lainnya, ditemukan pada
setengah dari pembentuk batu kalsium idiopatik.
 Hiperoksaluria : Eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram per hari. Kelainan ini
berbentuk kerusakan akibat kekurangan enzim dan menyebabkan kelebihan produksi
oksalat dari glikosalat.
 Hipositraturia : Penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat. Masuknya protein merupakan salah satu faktor utama yang dapat
membatasi ekskresi sitrat.
 Hiperurikosaria : Meningkatnya asam urat air kemih yang dapat memacu pembentukan
batu kalsium, minimal sebagian oleh kristal asam urat dengan membentuk nidus untuk
presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi kalsium fosfat.
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan
cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium
dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang masuk.
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang akan
mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya batu.
 Makanan

5
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu. Diet tinggi purin,
oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit nefrolitiasis.
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses pembentukan urin.
 Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas
atau sedentary life.

D. Epidemiologi2
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit nefrolitiasis
mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan perbandingan data penyakit nefrolitiasis di
berbagai negara, dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak
nefrolitiasis.2
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik
dari batu saluran kemih bagian bawah maupun batu saluran kemih bagian atas. Di negara yang
telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang
dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku
bangsa Bantu di Afrika Selatan.2
Satu dari dua puluh orang mederita nefrolitiasis. Pria:wanita = 3:1. Puncak kejadian di
usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk
wanita. Batu struvit lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.2

E. Patofisiologi3
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari nefrolitiasis bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau
urin sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi
meningkatkan kebasaan urin oleh produksi amonium yang berakibat presipitasi kalsium dan

6
magnesium pospat (Jong, 1996 : 323) Proses pembentukan nefrolitiasis dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori:3
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk nefrolitiasis mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul
menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin
dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan,
sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat
merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan
mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah satu batu
merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi
asam urat yang berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan
bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

F. Jenis dan Komposisi Batu,3,9,10


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan senyawa
lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk
usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari
kedua unsur itu.

7
Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
 Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300 mg/24 jam.
Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:
 Hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium
melalui usus.
 Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang
yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor paratiroid.
 Hiperoksaluri
 Hiperurikosuri
 Hipositraturia
 Hipomagnesiuria
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah
urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya: Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Stafilokokus. Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini
bukan termasuk pemecah urea.
Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal. Sekitar 75% kasus batu staghorn, didapatkan komposisi batunya adalah matriks
struvit-karbonat-apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, walaupun dapat
pula terbentuk dari campuran antara kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-80% batu
asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit
batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya
adalah sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

8
G. Tanda dan Gejala3,9,10,11
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi,
dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada
gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan
gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu:
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi
batu. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal
saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang
menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis renal dengan ureter (ureteropelvic
junction). Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang sering menjalar ke
perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke kemaluan.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak
jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang
berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke
paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar,
dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu
badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah
rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di
proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

9
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir
(kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

H. Diagnosis12,13
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis, penyakit nefrolitiasis perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium
dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan
gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini
berbeda jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.12
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu magnesium amonium fosfat akan
memberikan bayangan semiopak, sedangkan batu asam urat murni akan memberikan bayangan
radiolusen. Batu staghorn dapat diidentifikasi dengan foto polos abdomen karena komposisinya
yang berupa magnesium amonium sulfat atau campuran antara kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga akan nampak bayangan radioopak.12
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
terjadinya batu.12
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara terpisah
pada nefrolitiasis bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk
memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan
tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis
batu, menentukan ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan
posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.13

I. Diagnosis Banding13
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya distensi
usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun

10
ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung
empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan
adneksitis.13
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan, apalagi bila
hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang
bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid,
akibat rangsangan dan inflamasi. Pada nefrolitiasis dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.13

J. Komplikasi14
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah:14
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan
iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-
kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

K. Pemeriksaan Diagnostik9,15,16
a. Pemeriksaan Urin
 PH lebih dari 7,6
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Pemeriksaan darah

11
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
c. Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction)
Pembuatan foto polos perut bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling
sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
Jenis batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/sistin Nonopak

d. Pemeriksaan rontgen saluran kemih / IVP (Intranenous Pyelogram)


Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batu semiopak atau batu nonopak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga
menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik
pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material radiokontras; dapat memperlihatkan
bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-
opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal
dan intra-abdomen selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada
penelitian yang
dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT helikal memiliki
sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.
e. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang
sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bias memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal.

12
Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan CT Helikal
sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu
dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.
f. Renogram
Dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.

L. Penatalaksanaan1,15,17-20
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih
yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan
infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
a. Obat diuretik thiazide (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi
pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium,
merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut
dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis,
keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.

13
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan
suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.
Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin
adalah:
Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis
batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas
air sehari.
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi
dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.
3. ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah

14
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
nefrolitiasis, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
4.Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah:
a.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d.Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.
5. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan
tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan
tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia
d.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra
e. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis renalis.
6. Pemasangan stent

15
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent terkadang memegang peranan penting
sebagai tidakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang
ditandai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu, selain itu juga diperlukan pada batu
yang melekat. Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang dari 50% dalam 10 tahun.

M. Pencegahan10,21,22
Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan
sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga.
Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
1. Pencegahan Primer10,21
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK
dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada
orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya
adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2
liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis. Ada juga beberapa diet yang dianjurkan untuk
mengurangi kekambuhan adalah:
 Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan
suasana urin menjadi lebih asam
 Rendah oksalat
 Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri
 Rendah purin
2. Pencegahan Sekunder21
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak
menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium,

16
dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah
organ
yang bersangkutan:
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul (flank
tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter
menuju kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan
nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat
terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk
pada pH urine lebih dari 7,2.
Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan
ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi
biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan
ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi.
Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan klasifikasi batu.
d. Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan
lokasi batu.
3. Pencegahan Tersier21,22

17
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan
kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang
tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai
dengan
kemampuannya.

N. Prognosis2
Prognosis nefrolitiasis tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan adanya
infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu
yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar
kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurnan fungsi ginjal.2
Pada apasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam
saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.2

18
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Since Sandil
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Singkil
MRS : 16 Januari 2018
Nomor RM : 51.80.24
Tanggal MRS/KRS : 16 Januari 2018 sampai 26 Januari 2018
Nomor HP :
DPJP : dr. Ari Astram, Sp. U
Ruangan/Bed : Irina A teratai kelas II bed 4

B. Anamnesis
 Keluhan utama
Nyeri di pinggang kanan
 Riwayat penyakit sekarang
Nyeri di pinggang kanan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. BAK nyeri (-), tidak tuntas (-), pancaran lemah (-
), terputus-putus (-), malam hari (-), darah (-), pasir (-), batu (-).
 Riwayat penyakit dahulu (termasuk riwayat rawat inap/operasi)
Sebelumnya pasien belum pernah operasi.
DM (-), Hipertensi (-), Asam Urat (-), Kolesterol (-), Jantung (-), Hati (-), Ginjal (+).
 Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa dengan pasien. Riwayat
Hipertensi (+) dari Ayah pasien.
 Riwayat alergi

19
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal pasien.
 Riwayat sosial
Tidak ada orang sekitar yang menderita penyakit serupa dengan pasien.
 Riwayat kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan kurang mengkonsumsi air putih dan berolahraga. Riwayat
mengkonsumsi rokok dan alkohol disangkal pasien.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Kesadaran : Compos mentis
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,5C
o Kepala
Bentuk kepala = normocephal, tidak teraba benjolan.
Rambut = terdistribusi merata, warna hitam.
Kulit kepala = tidak ada kelainan.
o Mata
Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra = edema (-)
Konjungtiva anemis = (-/-)
Sklera ikterik = (-/-)
Injeksi konjungtiva dan siliar = (-/-)
Kornea = jernih
Lensa = jernih
Pupil = bulat, isokor ө 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
o Telinga
Bentuk telinga = normal
Nyeri tekan tragus = (-/-)

20
Nyeri tarik aurikula = (-/-)
Serumen = (-/-)
o Hidung
Bentuk hidung = normal, tidak terdapat deviasi septum.
Mukosa hidung = tidak pucat dan tidak hiperemis.
o Tenggorok
Mukosa faring = tidak hiperemis.
Uvula = letak tengah.
Tonsil = T1/T1 tidak hiperemis.
o Leher
Trakea = letak tengah.
Kelenjar tiroid = tidak teraba membesar.
Pembesaran KGB = (-).

 Thoraks
o Paru
Inspeksi :
Simetris kanan dan kiri.
Palpasi :
Sterm fremitus kanan – kiri.
Perkusi :
Sonor kanan dan kiri.
Auskultasi :
Suara pernafasan vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
o Jantung
Inspeksi :
Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :
Pulsasi ictus cordisteraba di ICS V sinistra.
Perkusi :
Batas atas jantung berada di ICS 2 linea parasternalis dextra.

21
Batas kanan jantung berada di ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas bawah jantung berada di ICS 4 lineaparasternalis dextra.
Batas jantung kiri berada di ICS 5, linea midclavicularis sinistra.
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
o Abdomen
Inspeksi : datar.
Auskultasi : bising usus (+), normal.
Palpasi : nyeri tekan lumbal (+) ; hepar, ginjal, dan lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
 Ekstremitas : akral teraba hangat, edema (-)

Status lokalis
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -
Nyeri ketok + -
Ballotement - -
SP : tidak terisi penuh
OUE : dalam batas normal
RT : TSA baik, ampula tidak kolaps, nyeri tekan tidak ada, mukosa licin dan simetris.

22
D. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium Klinik 21/01/2018


HEMATOLOGI
Leukosit 6.300
Eritrosit 5.22
Hemoglobin 13.7
Hematokrit 44.3
Trombosit 269.000
SGOT 19
SGPT 14
Ureum 27
Kreatinin 0.8
Gula Darah Sewaktu 85
Albumin 4.25

23
Hasil Foto Thorax 24-11-2017

Kesan : dalam batas normal

Hasil EKG 4-11-2017

Kesan : dalam batas normal

24
Hasil BNO 24-11-2017

Kesan : nefrolitiasis bilateral

25
Hasil CT Scan Abdomen + Kontras 03-01-2018

26
Nefrolitiasis pole bawah ren kanan

E. Resume
Nyeri di pinggang kanan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. BAK nyeri (+), tidak tuntas (-), pancaran lemah (+),
terputus-putus (-), malam hari (-), darah (-), pasir (-), batu (-). Riwayat alergi obat dan makanan
serta riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa disangkal pasien.. Riwayat demam (-),
batuk (-), flu (-). Riwayat DM, hipertensi, kolesterol, jantung, hati disangkal pasien. Pasien
dibawa ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tanggal 16 Januari 2018 karena nyeri pinggang
kanan yang dirasakan semakin memberat.

E. Diagnosis dan Follow Up


NEFROLITIASIS bilateral

16-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : rencana untuk pielolitotomi dextra, ESWL sinistra
Konsul IBS besok

17-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang

27
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : rencana untuk pielolitotomi dextra, ESWL sinistra (Kamis 18/1/2018)

18-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : rencana untuk pielolitotomi dextra, ESWL sinistra
Rencana konsul besok
Kaltrofen supp

19-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -

28
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : rencana pre-operatif hari ini.

20-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : Pro- pielolitotomi dextra (Senin 22/1/2018)
Persiapan darah

21-01-2018
S : Nyeri pinggang kanan dan kiri (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Nefrolitiasis bilateral
P : Pro- pielolitotomi dextra (Senin 22/1/2018)
Tatalaksana lain lanjut, jika nyeri beri analgetik.

29
22-01-2018
S : nyeri luka post operasi (+)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis : Region flank dextra luka post operasi
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan + -

Nyeri ketok + -
Ballotement - -
A : Post pielolitotomi dextra terpasang DJ stent dextra ec nefrolitiasis dextra
Nefrolitiasis Sinistra
P : Atasi nyeri
Cegah infeksi
Rawat luka /ganti drain
Mobilisasi duduk
Diet TKTP
X- foto polos abdomen

Laporan operasi:
 Penderita tidur terlentang miring ke kiri dalam posisi lumbotomi dengan kemiringan 90’
 Asepsis dan antisepsis lapangan operasi
 Insisi pada ICS XII dibawah costae XI diantara kostae XII sampai ke tepi lateral rectus
abdomen± 15cm di perdalam lapis demi lapis
 Fascia serosa dibuka, identifikasi ginjal, ginjal dibebaskan
 Identifikasi pielum, teraba batu pada pielum intrarenal ke arah pool bawah
 Insisi linear pada pileum, diperlebar ke pool bawah
 Ekstraksi batu kurang berukuran 5cm

30
 Dilakukan spooling ke arah proksimal dan distal -> lancar
 Pasang DJ stent dextra
 Luka pada ginjal dan pielum dijahit dengan benang absorbable 3.0
 Cuci dengan NaCl 0,9%
 Kontrol perdarahan
 Pasang drain vacum
 Luka operasi dijahit lapis demi lapis
 Operasi selesai

Hasil Laboratorium Klinik 22/01/2018


HEMATOLOGI
Leukosit 11.900
Eritrosit 4.62
Hemoglobin 12.6
Hematokrit 38
Trombosit 240.000

23-01-2018
S : Nyeri luka operasi menurun. Mobilisasi baik
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -
Ballotement - -
Drain ± 200cc
Urine output ±750cc/12 jam
A : Post pielolitotomi dextra terpasang DJ stent dextra ec nefrolitiasis dextra

31
Nefrolitiasis Sinistra
P : Atasi nyeri
Cegah infeksi
Rawat luka /ganti drain
Mobilisasi duduk
Diet biasa TKTP
Cek X-foto polos abdomen

24-01-2018
S : Nyeri luka operasi menurun. Mobilisasi baik
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -
Ballotement - -
Drain ± 20cc
Urine output ±1200cc/12 jam
A : Post pielolitotomi dextra terpasang DJ stent dextra ec nefrolitiasis dextra
Nefrolitiasis Sinistra
P : Atasi nyeri
Cegah infeksi
Rawat luka /ganti drain
Mobilisasi duduk
Diet biasa TKTP

Hasil Laboratorium Klinik 24/01/2018


HEMATOLOGI
Leukosit 11.600
Eritrosit 4.8

32
Hemoglobin 11.3
Hematokrit 34
Trombosit 230.000
Ureum 30
Creatinine 0.8

25-01-2018
S : nyeri luka (-)
O : KU tampak sakit sedang
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -
Ballotement - -
A : Post pielolitotomi dextra terpasang DJ stent dextra ec nefrolitiasis dextra
Nefrolitiasis Sinistra
P : Atasi nyeri
Cegah infeksi
Rawat luka /ganti drain
Rencana rawat jalan besok

26-01-2018
S :-
O : KU tampak sakit ringan
Status urologis :
CVA Kanan Kiri
Bulging - -
Nyeri tekan - -

33
Nyeri ketok - -
Ballotement - -

A : Post pielolitotomi dextra terpasang DJ stent dextra ec nefrolitiasis dextra


Nefrolitiasis Sinistra
P : rawat jalan
Cefixime 2 x 200mg
Paracetamol 3 x 500mg
AFF drain

F. Penatalksanaan
Ceftriaxone 2x1gr (iv)
Ketorolac 3x30mg (iv)
Ranitidin inj 2x50mg (iv)

G. Prognosis
Dubia ad bonam

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya batu di ginjal,
nefrolitiasis hanya berada di bagian pelvis. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium
phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (nefrolitiasis).
Banyak gejala dan tanda untuk menegakan diagnosis Nefrolitiasis. Untuk menegakan
diagnosis perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis dapat diperoleh gejala sebagai berikut; kolik ginjal atapun nyeri
pinggang, riwayat demam atau menggigil, riwayat hematuria mikroskopik maupun makroskopik,
riwayat passing stone, riwayat BAK keluar pasir, riwayat BAK berwana keruh, riwayat disuria.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain status umum, inspeksi: biasa didapatkan
penonjolan di daerah pinggang. Palpasi dan perkusi, pada region costovertebrae angle (CVA)
biasa didapatkan nyeri tekan, nyeri ketuk, atau ballottement. Pemeriksaan penunjang yang
biasanya diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis di antaranya, laboratorium,
radiologi; foto Kidney Ureter Bladder – KUB atau BNO, ultrasonografi (USG) bila dicurigai
batu non-opak, Computed Tomographic (CT) scan.
Pada kasus ini, saat di anamnesis terdapat nyeri di pinggang kanan dirasakan sejak 2
tahun yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul. BAK nyeri (-
), tidak tuntas (-), pancaran lemah (-), terputus-putus (-), malam hari (-), darah (-), pasir (-), batu
(-). Riwayat alergi obat dan makanan serta riwayat keluarga yang menderita penyakit serupa
disangkal pasien. Riwayat konsumsi obat (asam mefenamat) sejak keluhan timbul 2 tahun yang
lalu. Riwayat demam (-), batuk (-), flu (-). Riwayat DM, hipertensi, kolesterol, jantung, hati
disangkal pasien. Pasien dibawa ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tanggal 16 Januari
2018 karena nyeri pinggang kanan yang dirasakan semakin memberat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok pada CVA, tes
ballotement (-), bulging (-). Pada pemeriksaan penunjang CT Scan abdomen 4-01-2018
ditemukan nefrolitiasis pole ren bawah kanan. Pada pemeriksaan foto polos abdomen di
dapatkan hasil nefrolitiasis bilateral. Pasien direncanakan operasi pielolitotomi dextra tanggal
22-1-2018.

35
Efek mekanik dari pembentukan batu menimbulkan gejala klinis nyeri yang khas. Ada 2
tipe nyeri yaitu renal colic dan noncolicky renal pain. Nyeri renal colic biasanya disebabkan oleh
peregangan dari collecting system atau ureter. Nyeri noncolicky renal disebakan oleh adanya
distensi dari kapsul ginjal. Obstruksi saluran kemih adalah mekanisme utama yang bertanggung
jawab untuk renal colic yang menyebabkan peradangan dari ujung saraf. Mekanisme local
seperti peradangan, edema, hyperperistalsis, dan iritasi mukosa dapat berkontribusi
mempersepsikan nyeri pada pasien dengan batu ginjal. Tingkat keparahan dan lokasi rasa sakit
dapat bervariasi dari pasien ke pasien tergantung pada ukuran batu, lokasi batu, derajat obstruksi,
ketajaman obstruksi, dan variasi anatomi individu. Renal colic pada obstruksi dari renal pelvis
dan ureter biasanya tergambarkan nyeri sedang sampai nyeri berat di daerah panggul yang
menjalar ke daerah paha. Obstruksi batu midureter biasanya nyeri menjalar ke lateral perut
bagian bawah dan disertai dengan inkontinensia urin sedangkan obstruksi di bagian distal ureter
atau uretrovesical junction biasanya sakit parah dan terasa lumpuh, juga bias disertai mual dan
muntah.

Pada pasien ini diterapi dengan IVFD 0,9% NaCl 20 gtt/m, ceftriaxone inj 2x1gr iv,
ranitidin inj 2x50mg iv, dan asam mefenamat inj 3x500mg iv. Ceftriaxone adalah obat golongan
antibiotik cephalosporin yang mengikat lebih dari satu penisilin binding proteins (PBP) sehingga
menghambat transpeptidasi tahap akhir dari sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri.
Dengan penghambatan tersebut, maka mencegah biosintesis dan pembentukan dinding sel
sehingga mengakibatkan matinya sel bakteri. Kegunaan obat ini digunakan sebagai profilaksis
bedah atau pencegahan infeksi pada pasien pascaoperasi. Ketorolac adalah salah satu jenis obat
NSAID. Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menengah, serta
mengurangi peradangan. Ketorolac berfungsi menghambat enzim yang memproduksi
prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepas tubuh dan menyebabkan rasa sakit
serta reaksi peradangan. Ranitidin merupakan obat penghambat reseptor H2, penggunaanya
untuk menangani gejala akibat produksi asam lambung yang berlebihan. Obat ini bekerja
menurunkan produksi asam lambung. Obat ini juga digunakan untuk mencegah munculnya
gejala-gejala gangguan pencernaan akibat konsumsi suatu jenis obat atau makanan tertentu.
Asam mefenamat bekerja dengan cara menghambat efek dari enzim cyclo-oxygenase (COXX).

36
Enzim ini membuat reaksi kimia lainnya dalam tubuh, yaitu munculnya prostaglandin. Beberapa
prostaglandin dihasilkan di tempat cidera yang dapat menghasilkan inflamasi dan nyeri.
Ranitidin digunakan untuk menangani efek samping dari asam mefenamat yaitu nyeri ulu hati.
Pasien mengikuti operasi pielolitotomi dan pemasangan DJ stent tanggal 22-11-2017
untuk mengangkat batu yang ada di ginjal. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk
mengambil batu yang berada di pelvis renalis. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak
merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Indikasi untuk dilakukan pyelolitotomi meliputi
ukuran batu, obesitas, tidak dapat diaksesnya ESWL. Pedoman saat ini menganjurkan,
pyelithotomy dilakukan jika ukuran batu lebih besar dari 2500 mm2. Indikasi lainnya termasuk
kegagalan pembersihan batu melalui PCN, ureteroskopi, atau ESWL karena ekstraksi yang sulit,
komposisi batu (misalnya sistin), atau kelainan anatomi (yaitu ginjal ektopik, panggul, atau
tulang belakang), sepsis, flank pain, dan hematuria.
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent terkadang memegang peranan
penting sebagai tidakan tambahan dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis
yang ditandai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu, selain itu juga diperlukan
pada batu yang melekat. Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan
batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang dari 50% dalam 10 tahun.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena telah dilakukan tindakan pengobatan
secara tepat dan benar. Akan tetapi kemungkinan untuk terjadi rekurensi nefrolitiasis tetap ada.
Penderita kemudian dianjurkan banyak minum air putih serta olahraga.

37
BAB V
KESIMPULAN

Nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya batu ginjal,
nefrolitiasis hanya berada di bagian pelvis. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam
pelvis renal, pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium
phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (nefrolitiasis).
Dalam menentukan suatu diagnosis perlu untuk dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Nefrolitiasis terbentuk dari endapan kristal-kristal pada
uroepitelium dan kemudian menumpuk batu yang komposisinya dapat berupa batu kalsium, batu
asam urat, batu struvit, dan batu sistin.
Gejala klinis nefrolitiasis terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga
hematuria. Selain itu pasien juga mengeluhkan BAK nyeri, tidak tuntas, pancaran lemah, keluar
darah dan pasir. Penatalaksanaan nefrolitiasis dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin.
Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi penyebab nefrolitiasis. Terapi diberikan untuk
mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat nefrolitiasis. Pengambilan
batu dapat dilakukan dengan cara medikamentosa, ESWL, PNL, ataupun operasi terbuka.
Sebaiknya disarankan kepada setiap orang untuk lebih berhati-hati terhadap penyebab
nefrolitiasis, yaitu pola hidup. Maka dari itu setiap pasien disarankan untuk banyak minum dan
rajin berolahraga.

38
Lampiran

39
40
41
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011.


2. Stoller, Marshall. Urinary Stone Disease in Smith’s General Urology. Mc Graw-Hill
Company Inc. North America. 17th Ed. 2008. P 246-75.
3. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
5. Rahardjo Djoko, Prostat Hipertrofi, Urologi Bab IV. Ilmu Bedah FKUI. Universitas
Indonesia:jakarta. 2007.
6. Tortora GJ, Derrickson B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology Maintanance and
Continuity of the Human Body 13th Edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc.
7. The free dictionary by farlex. Nephrolithiasis. Available at : https://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/nephrolithiasis. Accessed November 23 2017.
8. Pfau A, Knauf F. AJKD. Update on nephrolithiasis: Core curiculum 2016. Available at :
http://www.ajkd.org/article/S0272-6386(16)30254-2/pdf. Accessed November 23 2017.
9. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC:Jakarta.
2005
10. Medscape Reference. Categories of Urology Articles, Stones, Subject of Bladder Stones.
Available at : http://emedicine.medscape.com/article/440657-overview Accessed November
24 2017.
11. Price, Sylvia Anderson. Patofisiology : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC. Jakarta.
2005.
12. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in Cavitas Pelvis Part
II. Lippincot William and Wilkins Inc. 2006. USA. P. 33370.
13. Kim L Hyung and Belldregun. Urology. Schwart’z Principles of Surgery, eight edition,
Mcgraw-Hill:USA. 2005.
14. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta. 2009.
15. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001.

42
16. Potts, J. M. Essential Urology: A guide to Clinical Practice. Humana Press Inc, Totowa, NJ.
P. 117-47.
17. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu PenyakitDalam FKUI:Jakarta.
2007
18. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998.
19. Shires, Schwartz. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta: EGC, 2000. P. 588-589.
20. Pearle, S, Margarret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA: Informa
healthcare, 2009. P. 1-6.
21. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki. Semarang:
Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008.
22. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990.

43

Anda mungkin juga menyukai