Anda di halaman 1dari 7

Rasio merupakan alat yang penting untuk mengukur perkembangan suatu usaha dan untuk

membandingkan suatu usaha dengan para pesaingnya.


Ada lima aturan dasar dalam rasio keuangan :
1. Dalam menentukan perubahan presentase, pastikan anda selalu mengetahui basisnya.
2. Pada saat membandingkan suatu bagian dengan keseluruhannya, bagian tersebut selalu menjadi
basis.
3. Presentase dapat meningkat lebih dari 100%, tetapi tidak dapat menurun lebih dari 100%.
4. Rasio akan kehilangan makna dan ketetapannya apabila diperinci terlalu mendetail.
5. Ingatlah bahwa rasio akan membantu anda dalam membuat keputusan, namun tidak membuat
keputusan untuk anda.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan rasio
I. Bersifat objektif
II. Jangan menggunakan angka yang salah
III. Jangan gunakan angka-angka yang tidak berguna.
Pada dasarnya rasio keuangan itu banyak macamnya dan dapat dibuat sesuai kebutuhan penganalisis.
Berdasarkan sumbernya, rasio keuangan digolongkan menjadi tiga, yaitu:
 Pertama, Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun dari data
dalam neraca.
 Kedua, Rasio-rasio laporan rugi-laba (Income Statement Ratio), yakni rasio-rasio yang disusun
dari data dalam laporan rugi laba.
 Ketiga, Rasio-rasio antar laporan (Intern Statement Ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari
data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan rugi laba.

Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat dijelaskan berikut ini:

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua
kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup
kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak
disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu
perusahaan antara lain:

1.Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan informasi
tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang
dagang, persediaan, dan aktiva lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel,
hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar.

Rumus current ratio adalah:

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar
dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%.
Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
2. Quick Ratio
Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi
persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio
karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio
memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan
piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek.
Jadi rumusnya:

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio
meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya
tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat.

3. Cash Ratio
Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang
lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk
rekening Koran. Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat
dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi domisili
perusahaan bersangkutan.
Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin
besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%.

B. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva
tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam padaaktiva-aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Beberapa rasio aktivitas yang digunakan adalah:

1. Perputaran Piutang
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini
mengukur kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya.
Rasio ini biasanya digunakan dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberi
ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang,
menggambarkan lamanya suat u piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan). Semakin lama jangka
waktu pelunasannya,semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin
efektif pengelolaan piutangnya.

2. Perputaran Persediaan
Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara
mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun.
Hal ini menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya, jika perputaran persediaan rendah
menunjukkan pengendalian atas persediaan kurang efektif.
Rumus perhitungannya adalah:

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin
efektif pengelolaan persediaanya.

3. Perputaran Aktiva Tetap


Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva
tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap
tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio
ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain seperti industri jasa yang
mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barangkali tidak begitu penting untuk diperhatikan.
Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi
tingkat perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

4. Perputaran Total Aktiva


Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Sama seperti
halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang
tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat
manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya.
Rasio perputaran total aktiva menggunakan rumus:

Rasio ini merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin
tinggi tingkat perputarannya semakin efektif perusahaan memanfaatkan aktivanya.

C. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan
yang mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut
perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu
ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid.
Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas yang biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio


Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase besarnya dana yang
berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang
berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab
tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik.
Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin
aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.

2. Debt to Equity Ratio


Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara hutang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit
dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal
sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya,
semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.
Rumusnya:

3.Times Interest Earned (TIE)


Time interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan beban
bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga
utang jangka panjang. Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur
kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh
mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar
bunga pinjaman.
Rumusnya:

TIE = Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)


Bunga

4. Fixed charge converage

Rasio yang tinggi menunjukan situasi yang “aman” meskipun barangkali juga menunjukan terlalu
rendahnya penggunaan hutang (penggunaan financial leverage) perusahaan. Sebaliknya rasio yang
terlalu rendah memerlukan perhatian dari pihak menejemen.
Fixed charge converage
merupakan kemampuan perusahaan membayar beban total termasuk biaya sewa.
Rumusnya :
Fixed charge converage = EBIT + Biaya sewa
Bunga + Biaya sewa
Rasio diatas memperhitungkan biaya sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi sewa merupakan
beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang
sama dengan beban bunga.

D. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam mendapatkan laba.
Ada beberapa ukuran rasio rentabilitas yang dipakai, yakni:

1. Profit Margin
Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat
penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common size untuk laporan rugi laba
(baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-
biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.
Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi.
2. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat
penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor
yang dapat dicapai setiap rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan
perusahaan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap
atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya
tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. Semakin besar rasionya semakin
baik.

3. Net Profit Margin


Net Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba bersih yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh efisien, baik produksi, administrasi,
pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau
biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin
tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

4. Return On Investment (ROI)


Return On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini
adalah laba bersih setelah pajak atau EAT.
Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin baik.
5. Return On Assets
Rasio ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba
sebelum bunga dan pajak atau EBIT.
Rasio ini dihitung dengan rumus:

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan. Semakin besar rasionya
semakin baik.
6.Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)
Return on Sales atau Rasio Pengembalian Penjualan adalah rasio profitabilitas yang menunjukan berapa
banyak keuntungan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan setelah membayar biaya-biaya variabel
produksi seperi upah tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain (tapi sebelum pajak dan bunga). Dengan kata
lain, Return on Sales ini adalah rasio yang menunjukan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dari
setiap rupiah penjualannya. Rasio Pengembalian Penjualan ini juga disebut dengan Marjin Operasional
(Operating Margin) atau Marjin Pendapatan Operasional (Operating Income Marjin). ROS ini juga
dinyatakan dalam persentase (%).

Return on Sales (ROS) = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan

7.Return on Capital Employed (Pengembalian Modal Kerja)


Return on Capital Employed atau disingkat dengan ROCE adalah rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur keuntungan yang diperoleh perusahaan dari modal yang digunakan. ROCE ini biasanya
digunakan dalam bentuk persentase (%). Modal yang digunakan sama dengan Ekuitas suatu perusahaan
yang ditambah dengan kewajiban tidak lancar atau Total Aset yang dikurangi dengan Kewajiban Lancar.

ROCE menunjukan efisiensi dan profitabilitas investasi modal perusahaan.


ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja
Atau
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset – Kewajiban Lancar)

F. Rasio pasar
merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham.
Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa
lalu serta prospek di masa mendatang.
Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:

1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)


EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS
semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan
memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan
kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik
dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa.

Laba Bersih - deviden saham istemewa


EPS=

Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar


2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan
laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki
PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki
PER yang rendah pula.
Harga pasar per lembar saham
1
PER= X
Kali
Pendapatan per lembar saham

3. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)


Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh
pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmati
oleh pemilik perusahaan. Jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor memandang bahwa
perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak
saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham dijual
dengan harga di atas nilai bukunya.
Harga pasar per saham
MBV 1
X
= Kali
Nilai buku per saham

4. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)


Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang. Dividend yield
dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return
= Yield + Price Change).
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan
yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena
dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang
tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend
yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah.
Dividen per lembar saham
DY
X 100%
=
Harga per lembar saham

5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)


Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang
tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran
dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio
yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. semakin besar rasio ini
maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Dividen per lembar saham
DPR= X 100%
Pendapatan per lembar saham

Anda mungkin juga menyukai