Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. S DENGAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN


DIABETES MELLITUS DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD Dr. MOEWARDI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan gelar


Profesi Ners (Ns)

Disusun Oleh:

MEGA HADIATMA
J230 113 028

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2

Naskah Publikasi
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 1
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S DENGAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr. MOEWARDI

Mega Hadiatma*
Winarsih Nur Ambarwati **
Mulyo Budiyono ***

ABSTRAK

Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian tinggi di Indonesia
adalah diabetes mellitus. Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering
muncul pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia berdampak serius pada
morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup. Hipoglikemia juga umum terjadi pada
penderita diabetes tipe 2, dengan tingkat prevalensi 70-80%. Tujuan karya tulis ilmiah
ini mengetahui dan mampu menerapkan teori kedalam praktek asuhan keperawatan
pada klien dengan hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr. Moewardi. Teknik pengambilan data pada karya tulis ilmiah ini
antara lain menggunakan observari, wawancara, partisipatif. Diagnosa yang muncul
antara lain pola nafas tidak efektif, resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah, nyeri
akut, resiko penurunan perfusi jaringan perifer. Implementasi yang telah dilakukan
antara lain mengobservasi keadaan umum klien disertai mengukur tanda-tanda vital
klien, memberikan terapi sesuai program, mengecek gula darah sewaktu, mengkaji
pola nafas klien. Dari masalah–masalah tersebut setelah semua masalah sebagian
besar dapat teratasi.

Kata kunci : asuhan keperawatan, diabetes mellitus dan hipoglikemia


Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 2
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

NURSING CARE IN Ny. S HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS WITH DIABETES


MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY
HOSPITAL Dr. MOEWARDI

By: Mega Hadiatma

ABSTRACT

One of the communicable diseases causing high mortality in Indonesia is


diabetes mellitus. Hypoglycemia is the most frequent complication in patients with
diabetes mellitus. Hypoglycemia is a serious impact on morbidity, mortality and quality
of life. Hypoglycemia is also common in people with type 2 diabetes, with a prevalence
rate of 70-80%. The purpose of scientific writing is to know and be able to apply theory
to practice nursing care to clients with hypoglycemia in patients with diabetes mellitus
at the Emergency Hospital Dr. Moewardi Surakarta. Data collection techniques in
scientific papers, among other uses observari, interviews, participatory. Diagnoses that
appear include ineffective breathing pattern, the risk of instability of blood glucose
levels, acute pain, decreased risk of peripheral tissue perfusion. Implementation has
been done among others observe the general situation with clients to measure the
client's vital signs, provide appropriate treatment program, check the blood glucose,
assess the client's breathing pattern. Of these problems after all of these problems can
largely be solved.

Key word: nursing care, diabetes mellitus and hypoglycemia.


Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 3
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

PENDAHULUAN penyakit kegawatdaruratan yang


Penyakit tidak menular membutuhkan pertolongan segera,
merupakan kelompok terbesar penyakit karena hipoglikemia yang berlangsung
penyebab kematian di indonesia. Salah lama bisa menyebabkan kerusakan
satu penyakit tidak menular yang otak yang permanen, hipoglikemia juga
menyebabkan kematian tinggi di dapat menyebabkan koma sampai
Indonesia adalah diabetes mellitus. dengan kematian (Kedia, 2011). Maka
Diabetes melitus utamanya diakibatkan dari itu penulis tertarik untuk mengambil
karena pola hidup yang tidak sehat kasus tentang hipoglikemia di Instalasi
(Eko, 2012). Gawat Darurat (IGD).
Federasi Diabetes Internasional Tujuannya adalah agar
dalam Hartono (2011), menyatakan memperoleh pengalaman nyata dalam
bahwa Tiap 10 detik satu orang menerapkan asuhan keperawatan pada
meninggal dunia karena diabetes dan klien dengan hipoglikemia di Instalasi
World Health Organisation (WHO) Gawat Darurat secara komprehensif
menyatakan bahwa Indonesia melalui proses keperawatan.
menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia dalam jumlah penderita diabetes, TINJAUAN PUSTAKA
tahun 2000 terdapat 5,6 juta penderita
& 2006 menjadi 14 juta & 21 juta jiwa DIABETES MELLITUS
tahun 2025. Diantara provinsi yang ada
di Indonesia, jawa tengah memiliki Definisi
prevalensi diabetes yang cukup tinggi. Diabetes mellitus merupakan
prevalensi diabetes melitus kelainan heterogen yang ditandai
tergantung insulin di Provinsi Jawa dengan meningkatnya kadar gula
Tengah pada tahun 2011 sebesar dalam darah (Smeltzer, 2002). Dan
0,09%, mengalami peningkatan bila menurut Arjatmo (2002), diabetes
dibandingkan prevalensi tahun 2010 mellitus suatu gejala karena terjadi
sebesar 0,08%. Jumlah penderita peningkatan kadar gula dalam darah
hipoglikemia sebesar 11 pasien dari yang disebabkan oleh kekurangan
1169 pasien penderita diabetes tipe II insulin. Sedangkan menurut Mansjoer
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) (2000), diabetes mellitus merupakan
Dr. Moewardi tahun 2012 dari bulan keadaan hiperglikemi kronik yang
Januari sampai dengan bulan Juni. disertai dengan berbagai kelainan
Hipoglikemia merupakan metabolik akibat gangguan hormonal
komplikasi yang paling sering muncul yang dapat menimbulkan beberapa
pada penderita diabetes mellitus. komplikasi kronik, taitu pada mata,
Hipoglikemia adalah menurunnya kadar ginjal syaraf, dan pembuluh darah.
glukosa darah yang menyebabkan
kebutuhan metabolik yang diperlukan Klasifikasi
oleh sistem saraf tidak cukup sehingga Klasifikasi diabetes mellitus sebagai
timbul berbagai keluhan dan gejala berikut (Smeltzer, 2002) yaitu: diabetes
klinik (Admin, 2012). Hipoglikemia tipe I : diabetes mellitus tergantung
berdampak serius pada morbiditas, insulin (IDDM), diabetes tipe II :
mortalitas dan kualitas hidup. The diabetes mellitus tidak tergantung
diabetes Control and Complication Trial insulin (NIDDM), diabetes mellitus
(DCCT) melaporkan diperkirakan 2-4% gestasional (GDM) dan diabetes
kematian orang dengan diabetes tipe 1 mellitus yang berhubungan dengan
berkaitan dengan hipoglikemia. keadaan atau sindrom lainnya seperti
Hipoglikemia juga umum terjadi pada kelainan pankreas, kelainan hormonal,
penderita diabetes tipe 2, dengan kelainan reseptor insulin, kelainan
tingkat prevalensi 70-80% (Setyohadi, genetik dan obat-obat yang dapat
2011). Hipoglikemia merupakan menyebabkan hiperglikemia antara lain:
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 4
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

Furasemid, thyasida diuretic 2. Usia muda karena kesadaran


glukortikoid, dilanting dan asam tentang tanda-tanda dan gejala
hidotinik. yang lebih rendah.

Komplikasi Penyebab
Menurut Price (2000) komplikasi Dosis pemberian insulin yang
diabetes mellitus dapat dibagi menjadi kurang tepat, kurangnya asupan
2 kategori yaitu : karbohidrat karena menunda atau
1. komplikasi metabolik akut seperti melewatkan makan, konsumsi alkohol,
ketoasidosis diabetes, asidosis peningkatan pemanfaatan karbohidrat
metabolic, hipolikemia. karena latihan atau penurunan berat
2. Komplikasi metabolik kronik seperti badan (Kedia, 2011).
Makroangiopati Mikroangiopati
Neuropati diabetik rentang infeksi Patofisiologi
seperti Tubercullosiss (TBC), infeksi Dalam diabetes, hipoglikemia
saluran kemih, ulkus pada kaki. terjadi akibat kelebihan insulin relative
ataupun absolute dan juga gangguan
HIPOGLIKEMIA pertahanan fisiologis yaitu penurunan
plasma glukosa. Mekanisme
Pengertian pertahanan fisiologis dapat menjaga
Hipoglikemia merupakan suatu keseimbangan kadar glukosa darah,
kegagalan dalam mencapai batas baik pada penderita diabetes tipe I
normal kadar glukosa darah (Kedia, ataupun pada penderita diabetes tipe II.
2011). Dan menurut McNaughton Glukosa sendiri merupakan bahan
(2011), hipoglikemia merupakan suatu bakar metabolisme yang harus ada
keadaan dimana kadar glukosa darah untuk otak. Efek hipoglikemia terutama
<60 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan berkaitan dengan sistem saraf pusat,
bahwa, hipoglikemia merupakan kadar sistem pencernaan dan sistem
glukosa darah dibawah normal yaitu peredaran darah (Kedia, 2011).
<60 mg/dl. Glukosa merupakan bahan
bakar metabolisme yang utama untuk
Klasifikasi otak. Selain itu otak tidak dapat
Hipoglikemia menurut Setyohadi mensintesis glukosa dan hanya
(2012) dan Thompson (2011) menyimpan cadangan glukosa (dalam
diklasifikasikan sebagai berikut: bentuk glikogen) dalam jumlah yang
1. Hipoglikemia ringan sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi
2. Hipoglikemia sedang otak yang normal sangat tergantung
3. Hipoglikemia berat pada konsentrasi asupan glukosa dan
sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa
Faktor Risiko dapat menimbulkan disfungsi sistem
Terdapat beberapa faktor yang saraf pusat sehingga terjadi penurunan
dapat meningkatkan risiko hipoglikemia suplay glukosa ke otak. Karena terjadi
pada penderita diabetes menurut Kedia penurunan suplay glukosa ke otak
(2011), yaitu: dapat menyebabkan terjadinya
1. Gangguan kesadaran hipoglikemia penurunan suplay oksigen ke otak
merupakan faktor risiko utama, sehingga akan menyebabkan pusing,
ketidaksadaran tersebut berarti ada bingung, lemah (Kedia, 2011).
ketidakmampuan untuk mendeteksi Konsentrasi glukosa darah
terjadinya hipoglikemia dan normal, sekitar 70-110 mg/dL.
akibatnya, individu cenderung Penurunan kosentrasi glukosa darah
kurang untuk memulai tindakan akan memicu respon tubuh, yaitu
korektif cepat dan lebih cenderung penurunan kosentrasi insulin secara
menderita episode parah. fisiologis seiring dengan turunnya
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 5
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

kosentrasi glukosa darah, peningkatan keperawatan nutrisi kurang dari


kosentrasi glucagon dan epineprin kebutuhan tubuh dapat muncul
sebagai respon neuroendokrin pada (Carpenito, 2007).
kosentrasi glukosa darah di bawah
batas normal, dan timbulnya gejala Tanda dan gejala
gejala neurologic (autonom) dan Tanda dan gejala hipoglikemia
penurunan kesadaran pada kosentrasi menurut Setyohadi (2012) antara lain:
glukosa darah di bawah batas normal 1. Adrenergik seperti: pucat, keringat
(Setyohadi, 2012). Penurunan dingin, takikardi, gemetar, lapar,
kesadaran akan mengakibatkan cemas, gelisah, sakit kepala,
depresan pusat pernapasan sehingga mengantuk.
akan mengakibatkan pola nafas tidak 2. Neuroglikopenia seperti bingung,
efektif (Carpenito, 2007). bicara tidak jelas, perubahan sikap
Batas kosentrasi glukosa darah perilaku, lemah, disorientasi,
berkaitan erat dengan system penurunan kesadaran, kejang,
hormonal, persyarafan dan pengaturan penurunan terhadap stimulus
produksi glukosa endogen serta bahaya.
penggunaan glukosa oleh organ perifer.
Insulin memegang peranan utama Penatalaksanaan
dalam pengaturan kosentrasi glukosa Menurut Kedia (2011),
darah. Apabila konsentrasi glukosa pengobatan hipoglikemia tergantung
darah menurun melewati batas bawah pada keparahan dari hipoglikemia.
konsentrasi normal, hormon-hormon Hipoglikemia ringan mudah diobati
konstraregulasi akan melepaskan. dengan asupan karbohidrat seperti
Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi minuman yang mengandung glukosa,
oleh sel α pankreas berperan penting tablet glukosa, atau mengkonsumsi
sebagai pertahanan utama terhadap makanan rigan. Dalam Setyohadi
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, (2011), pada minuman yang
kortisol dan hormon pertumbuhan juga mengandung glukosa, dapat diberikan
berperan meningkatkan produksi dan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½
mengurangi penggunaan glukosa. - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia
Glukagon dan epinefrin merupakan dua berat membutuhkan bantuan eksternal,
hormon yang disekresi pada kejadian antara lain (Kedia, 2011) :
hipoglikemia akut. Glukagon hanya 1. Dekstrosa
bekerja dalam hati. Glukagon mula- Untuk pasien yang tidak mampu
mula meningkatkan glikogenolisis dan menelan glukosa oral karena
kemudian glukoneogenesis, sehingga pingsan, kejang, atau perubahan
terjadi penurunan energi akan status mental, pada keadaan
menyebabkan ketidakstabilan kadar darurat dapat pemberian dekstrosa
glukosa darah (Herdman, 2010). dalam air pada konsentrasi 50%
Penurunan kadar glukosa darah juga adalah dosis biasanya diberikan
menyebabkan terjadi penurunan perfusi kepada orang dewasa, sedangkan
jaringan perifer, sehingga epineprin konsentrasi 25% biasanya diberikan
juga merangsang lipolisis di jaringan kepada anak-anak.
lemak serta proteolisis di otot yang 2. Glukagon
biasanya ditandai dengan berkeringat, Sebagai hormon kontra-regulasi
gemetaran, akral dingin, klien pingsan utama terhadap insulin, glukagon
dan lemah (Setyohadi, 2012). adalah pengobatan pertama yang
Pelepasan epinefrin, yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia
cenderung menyebabkan rasa lapar berat. Tidak seperti dekstrosa, yang
karena rendahnya kadar glukosa darah harus diberikan secara intravena
akan menyebabkan suplai glukosa ke dengan perawatan kesehatan yang
jaringan menurun sehingga masalah berkualitas profesional, glukagon
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 6
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

dapat diberikan oleh subkutan (SC) suplay oksigen ke otak, pola nafas tidak
atau intramuskular (IM) injeksi oleh efektif b.d depresan pusat pernafasan,
orang tua atau pengasuh terlatih. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Hal ini dapat mencegah penurunan kadar glukosa darah
keterlambatan dalam memulai (Carpenito, 2007).
pengobatan yang dapat dilakukan
secara darurat. METODOLOGI

Komplikasi Pendekatan
Komplikasi dari hipoglikemia Penyusunan karya tulis ilmiah
pada gangguan tingkat kesadaran yang ini penulis menggunakan metode
berubah selalu dapat menyebabkan deskriftif dengan pendekatan studi
gangguan pernafasan, selain itu kasus yaitu metode ilmiah yang
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan bersifat mengumpulkan data,
kerusakan otak akut. Hipoglikemia menganalisis data dan menarik
berkepanjangan parah bahkan dapat kesimpulan data.
menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan Tempat dan Waktu
gangguan neuropsikologis berat karena Kasus karya ilmiah ini adalah di
efek hipoglikemia berkaitan dengan Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
system saraf pusat yang biasanya Moewardi. Data diambil pada tanggal
ditandai oleh perilaku dan pola bicara 17 Juli 2012 pada pukul 08.12 - 09.40
yang abnormal (Jevon, 2010) dan WIB.
menurut Kedia (2011) hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa Langkah-Langkah
menyebabkan kerusakan otak yang 1. Tahap persiapan
permanen, hipoglikemia juga dapat Pengkajian merupakan
menyebabkan koma sampai kematian. tahap persiapan awal. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 17 Juli 2012
Pengkajian Keperawatan jam 08.12 WIB. Pengkajian adalah
1. Pengkajian primer meliputi Airways, pemikiran dasar dari proses
Breathing, Circulation, Disability, keperawatan yang bertujuan untuk
Eksposure (ABCDE). mengumpulkan informasi atau data
2. Pengkajian sekunder meliputi tentang klien dengan melakukan
Alergi, Medikasi, Past illness, Last wawancara dengan klien dan
meal, Environment (AMPLE). keluarga, mengobservasi keadaan
3. Pemeriksaan head to toe klien, mengidentifikasi masalah-
4. Pengkajian tersier seperti masalah yang muncul pada klien,
pemeriksaan gula darah dan membuat prioritas diagnosa dan
pemeriksaan laboratorium. membuat perencanaan tindakan
yang akan dilakukan.
Diagnosa Keperawatan 2. Tahap pelaksanaan
Setelah dilakukan pengkajian, Setelah penulis memperoleh
dapat ditemukan beberapa diagnosa data dan menemukan masalah
keperawatan kegawatdaruratan antara yang muncul pada klien,
lain penurunan kadar glukosa darah selanjutnya penulis akan
berhubungan dengan penurunan melakukan tindakan sesuai dengan
produksi energi metabolik, risiko rencana keperawatan yang telah
penurunan perfusi jaringan perifer disusun dan selanjutnya penulis
berhubungan dengan penurunan kadar mengevaluasi hasil dari tindakan
glukosa darah (Herdman, 2010). Selain keperawatan terhadap klien.
itu dapat juga ditemukan diagnosa
keperawatan nyeri akut b.d penurunan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 7
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

Teknik pengumpulan data penaggungjawab nama Tn. W, umur 62


Agar data dapat terkumpul tahun dan hubungan dengan klien
dengan baik dan terarah, dilakukan adalah suami.
pengumpulan data dengan metode
antara lain: wawancara (interview), Asuhan Keperawatan
pengamatan (observasi) dan Pada gambaran kasus ini
pemeriksaan fisik (pshysical penulis melaporkan hasil pengelolaan
assessment). asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan hipoglikemia pada pasien
Analisa Data diabetes mellitus di instalasi gawat
Dalam penulisan karya tulis ini darurat RSUD Dr. Moewardi. Dari
penulis menganalisa data dengan pengkajian didapatkan hasil tentang
menelaah seluruh data yang tersedia keluhan utama yaitu klien dalam
dari berbagai sumber, yaitu keadaan pingsan. Alasan klien masuk
wawancara, dan observasi, Instalasi Gawat Darurat, Keluarga
pemeriksaan fisik dan juga mengatakan kemarin klien bersama
pemeriksaan penunjang, maka langkah dengan suami bertamasya, sehingga
berikutnya adalah dengan melakukan klien kecapekan dan keluarga juga
reduksi data dari hasil pengkajian yang mengatakan bahwa sejak kemarin sore
kemudian akan dibandingkan antara sebelum magrib sekitar jam 17.45 klien
teori dengan kenyataan yang ada pada sudah terlihat lemas dan klien tampak
Asuhan Keperawatan pada Ny. S pucat. Keluarga mengatakan sekitar 15
dengan Hipoglikemia pada Pasien menit sebelum masuk Rumah Sakit
Diabetes Mellitus di Instalasi Gawat IGD dr. Moewardi klien pingsan. Klien
Darurat RSUD Dr. Moewardi. terlihat terbaring lemas, klien tampak
pucat, akral dingin, klien tampak
Keabsahan Data berkeringat, ketika bernafas terlihat
Untuk menghindari kesalahan retraksi dinding dada dan pola nafas
atau kekeliruan data yang telah klien tampak reguler dengan
terkumpul, perlu dilakukan pengecekan Respiratory Rate (RR) 28x/menit.
keabsahan data. Pengecekan Keluarga mengatakan klien terakhir
keabsahan data didasarkan pada makan adalah tadi malam dan hari ini
kriteria derajat kepercayaan (crebility) klien belum sarapan. Klien mengatakan
dengan teknik trianggulasi, ketekunan kepala terasa pusing, pusing terasa
pengamatan, pengecekan teman senut- senut dengan skala 6, klien
sejawat (Moleong, 2007). mengatakan pusing sering muncul,
pusing terasa berat ketika klien
GAMBARAN KASUS beraktivitas. dan ekspresi wajah klien
tampak tegang dan klien tampak
Data Profil Objek memegangi kepala.
Klien bernama Ny. S, umur 59 Riwayat penyakit dahulu
tahun, dengan jenis kelamin keluarga mengatakan mempunyai
perempuan, pendidikan terakhir klien riwayat penyakit diabetes mellitus sejak
SLTP, pekerjaan sebagai Ibu rumah 6 tahun yang lalu, keluarga juga
tangga, agama islam, alamat Kandang mengatakan kalau klien sebelumnya
Sapi RT 01 RW 33 Jebres, Surakarta, pernah dirawat di Rumah Sakit, kali ini
tanggal/ jam masuk Rumah Sakit 17 merupakan ketiga kalinya klien dirawat
Juli 2012, Jam 08.12 WIB, tanggal/ jam di Rumah Sakit, terakhir klien dirawat di
pengkajian 17 Juli 2012, Jam 08.12 Rumah Sakit yaitu awal bulan Juni
WIB, sumber informasi diperoleh dari 2012 karena glukosa darah klien yang
klien, keluarga serta rekam medis, no. tinggi.
RM: 954857, diagnosa medis diabetes
mellitus tipe II dengan hipoglikemi,
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 8
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

Riwayat penyakit keluarga, adanya depresan pusat pernapasan,


keluarga mengatakan didalam keluarga implementasi yang dilakukan antara
ada yang mempunyai riwayat penyakit lain: mengauskultasi bunyi nafas,
diabetes mellitus yaitu dari ayah klien. mencatat frekuensi dan kedalaman
Pada pengkajian primer klien nafas, mengobservasi adanya tanda
mengalami masalah pada breathing sianosis, meninggikan kepala/ tempat
yaitu pola nafas reguler dengan RR = tidur sesuai kebutuhan pasien,
28 x/menit, klien tampak bernafas memberikan tambahan O2 3 lpm. 2)
menggunakan otot aksesoris klien juga Penurunan kadar glukosa darah b.d
mengalami masalah pada circulation penurunan produksi energi metabolik,
yaitu akral teraba dingin dengan suhu implementasi yang dilakukan antara
358oC, capilery refill 3 detik, nadi teraba lain: mengkaji keadaan umum klien,
lemah, klien tampak pucat dan klien melakukan pemeriksaan tanda-tanda
tampak berkeringat. Pada pengkajian vital, melibatkan keluarga pasien pada
sekunder klien mengalami masalah perencanaan makan sesuai indikasi,
pada Last meal, yaitu Keluarga melakukan pemeriksaan glukosa darah,
mengatakan klien terakhir makan melakukan pemberian cairan infus D
adalah tadi malam dan hari ini klien 10% 20 tpm per IV. melakukan
belum sarapan. pemberian terapi D 40% 50 ml per IV.
Hasil pemeriksaan fisik pada 3) Nyeri akut b.d penurunan suplay
Ny. S keadaan umum lemah, oksigen ke otak, implementasi yang
kesadaran apatis, GCS:E3V5M5, TD: dilakukan antara lain: mengobservasi
120/80 mmHg, RR:28x/menit, N:96x/ karakteristik, lokasi, waktu dan
menit, S: 358oC. Pada pemeriksaan perjalanan rasa nyeri, mengajarkan
Head to toe yang mengalami masalah tehnik relaksasi, memberikan kotorolac
antara lain pada membrane mukosa 30 mg per IV. 4) Risiko penurunan
bibir kering, pemeriksaan dada perfusi jaringan perifer b.d penurunan
inspeksi: RR: 28x/menit dan terlihat kadar glukosa darah, implementasi
pergerakan otot aksesoris, dan akral yang dilakukan antara lain: mengkaji
teraba dingin. Pada pemeriksaan Gula sirkulasi perifer secara komprehensif,
Darah Sewaktu (GDS) yang dilakukan mendiskusikan dan identifikasi
pada klien tanggal 17 Juli 2012 GDS : penyebab dari sensasi tidak normal dan
37 mg/dl. perubahan sensasi, melakukan
Setelah mendapatkan data-data pemeriksaan GDS.
yang menunjukkan keadaan klien maka Setelah tindakan yang dilakukan
diperoleh analisa data, sehingga dapat sesuai kemudian dilakukan evaluasi.
ditentukan diagnosa sesuai prioritasnya Evaluasi akhir dari tindakan
yaitu: pola nafas tidak efektif b.d keperawatan yang dilakukan yaitu
adanya depresan pusat pernapasan, diagnosa 1) pola nafas tidak efektif
penurunan kadar glukosa darah b.d teratasi sebagian (klien mengatakan
penurunan produksi energi metabolik, merasa lebih nyaman, klien tampak
nyeri akut b.d penurunan suplai oksigen lebih nyaman dengan posisi
ke otak, risiko penurunan perfusi semifowler, klien tampak terpasang
jaringan perifer b.d penurunan kadar nasal kanul 3 lpm), lanjutkan intervensi
glukosa darah. dengan pertahankan pemberian kanul
Setelah ditemukan masalah O2. 2) Penurunan kadar glukosa darah
keperawatan pada klien kemudian teratasi sebagian (mukosa bibir tampak
disusun rencana keperawatan, tujuan lembab, klien terpasang infuse D 10%
dan kriteria hasilnya untuk setiap 20 tpm, D 40% 50 ml masuk per IV,
diagnosa keperawatan. GDS : 105 mg/dl), lanjutkan intervensi
Adapun implementasi dengan melakukan pantauan terhadap
keperawatan yang dilakukan pada Ny. tekanan darah, monitor GDS. 3) Nyeri
S yaitu: 1) pola nafas tidak efektif b.d akut teratasi sebagian (ekspresi wajah
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 9
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

klien tampak rileks, skala nyeri 4, Keluarga mengatakan klien


ketorolac 30 mg masuk per IV), kecapekan dan keluarga juga
lanjutkan intervensi dengan melakukan mengatakan bahwa sejak kemarin sore
monitor vital sign, monitor skala dan sebelum magrib sekitar jam 17.45 klien
kualitas nyeri, motivasi dalam sudah terlihat lemas dan klien tampak
melakukan management nyeri. 4) pucat. Hal tersebut sesuai menurut
Perubahan risiko penurunan perfusi Krnacova (2012) yang menyatakan
jaringan perifer teratasi sebagian (akral bahwa pada penderita Diabetes
hangat, nadi teraba kuat, GDS : 105 Mellitus tipe II, peristiwa hipoglikemia
mg/dl), intervensi dilanjutkan dengan terjadi pada jam 14.00 sampai jam
melakukan pantauan terhadap tekanan 18.00.
darah, monitor GDS. Pada kasus hipoglikemi masalah yang
muncul antara lain:
PEMBAHASAN 1. Pola nafas tidak efektif b.d adanya
Dalam bab ini penulis akan depresan pusat pernapasan.
membahas tentang pelaksanaan Diagnosa ini penulis tegakkan
asuhan keperawatan kegawatdaruratan karena sesuai dengan kenyataan
pada Ny. S dengan hipoglikemi pada di lahan dilihat dari pengkajian
pasien diabetes mellitus di instalasi yang terpenting dalam
gawat darurat RSUD Dr. Moewardi keperawatan gawat darurat yaitu
dengan memperhatikan proses masalah breathing, pada Ny. S
keperawatan mulai dari pengkajian breathing ditemukan masalah pola
sampai evaluasi. nafas reguler dengan RR = 28
Dari pengkajian yang dilakukan x/menit, ketika bernafas terlihat
diperoleh data subjektif bahwa retraksi dinding dada. Menurut
Keluarga mengatakan bahwa klien Jevon (2010) yang menyatakan
kecapekan karena kemarin klien bahwa pada penderita hipoglikemia
bertamasya bersama dengan yang mengalami penurunan
suaminya, keluarga mengatakan klien kesadaran akan menyababkan
terakhir makan adalah tadi malam dan gangguan pernafasan. Pada
hari ini klien belum sarapan, keluarga masalah keperawatan tersebut
mengatakan tadi pagi klien belum dilakukan pemasangan nasal
sarapan, klien mengatakan pada kanul, hal tersebut sesuai dengan
kepala terasa pusing, kepala terasa American College of Chest
senut- senut, nyeri dengan skala 6 dan Physicians and National Heart
nyeri sering muncul dan bertambah Lung and Blood Institute
ketika aktivitas. Sedangkan data recommendations for instituting
objektif kesadaran klien apatis, oxygen therapy dalam Batemen
keadaan umum lemah, klien tampak (2000) yang menyatakan bahwa
lemas, ekspresi wajah klien tampak salah satu indikasi pemberian
tegang, klien tampak memegangi oksigen melalui nasal kanul adalah
kepala, ketika bernafas terlihat retraksi respiratory rate > 24x/menit.
dinding dada, pola nafas reguler 2. Penurunan kadar glukosa darah
mukosa bibir kering, akral teraba b.d penurunan produksi energi
dingin, klien tampak pucat, klien metabolik, penulis mengangkat
tampak berkeringat, nadi teraba lemah, masalah ini karena keluarga
TTV : TD: 120/80 mmHg, N: 96x/menit, mengatakan bahwa klien
RR: 28x/menit, S: 358oC, GDS ketika kecapekan karena kemarin klien
tiba di IGD: 37 mg/dl dan pemeriksaan piknik bersama dengan suaminya,
GDS setelah dilakukan tindakan adalah keluarga mengatakan klien terakhir
105 mg/dl. makan adalah tadi malam dan hari
ini klien belum sarapan, keluarga
mengatakan tadi pagi klien belum
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 10
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

sarapan, dari hasil observasi penurunan nyeri. Dalam mengatasi


keadaan umum klien : lemah, nyeri dilakukan pemberian
kesadaran apatis dengan GCS: analgesik yaitu ketorolac, hal
E3V5M5, GDS : 37 mg/dl, mukosa tersebut sesuai dengan Morton
bibir kering, klien tampak lemas. (2011) yang menyatakan bahwa
Hal tersebut terjadi sesuai dengan ketorolac yang merupakan jenis
Krnacova (2012) yang menyatakan analgesik nonopioid yang secara
bahwa pada pasien dengan efektif dapat mengurangi nyeri
diabetes mellitus tipe 2 telah dengan menghambat sintesa
ditemukan bahwa aktivitas fisik mediator inflamatorik
merupakan penyebab (prostaglandin, histamine dan
hipoglikemia, selain itu klien bradikinin).
mendapatkan terapi insulin 10 unit 4. Risiko penurunan perfusi jaringan
per subcutan sehingga akan perifer b.d penurunan kadar
memperbesar peluang terjadinya glukosa darah. penulis
hipoglikemia. Pada masalah mengangkat masalah ini karena
keperawatan risiko ketidakstabilan dari hasil observasi klien tampak
kadar glukosa darah dilakukan pucat, klien tampak berkeringat,
tindakan keperawatan pemberian capilery refill 3 detik, nadi teraba
dextrose per IV, hal tersebut sesuai lemah, akral teraba dingin dengan
dengan teori Kedia (2011) dan suhu 358oC, GDS : 37 mg/dl. Hal
Moore (2004). tersebut sesuai dengan Kedia
3. Nyeri akut b.d penurunan oksigen (2011) dan Setyohadi (2012),
ke otak, penulis mengangkat bahwa pada penderita hipoglikemia
masalah ini karena klien ditemukan gejala, diantaranya
mengatakan pada kepala terasa akral dingin dan berkeringat. Pada
pusing, kepala terasa senut- senut, masalah keperawatan risiko
nyeri dengan skala 6 dan nyeri penurunan perfusi jaringan perifer
sering muncul dan bertambah dilakukan tindakan keperawatan
ketika aktivitas, dari hasil observasi pemberian dextrose per IV, hal
ekspresi wajah klien tampak tersebut sesuai dengan Kedia
tegang dan klien tampak (2011) dan Moore (2004), karena
memegangi kepala. Nyeri akut dapat meningkatkan kadar glukosa
(sakit kepala) terjadi pada darah.
penderita hipoglikemia karena Dalam perencanaan keperawatan
kurangnya glukosa ke otak (Kedia, yang dilakukan sudah sesuai dengan
2011). Pada masalah keperawatan tinjauan teori, begitu juga dengan
nyeri akut dilakukan beberapa pelaksanaannya tidak ada kesenjangan
tindakan keperawatan sehingga antara tinjauan teori dengan tinjauan
nyeri akut yang dirasakan klien kasus. Evaluasi merupakan tahap
berkurang, tindakan yang terakhir dari proses keperawatan yang
dilakukan diantaranya adalah digunakan untuk menentukan seberapa
tindakan teknik relaksasi nafas baik rencana keperawatan bekerja
dalam dan pemberian analgetik dengan menunjukkan respon klien dan
(ketorolac 30 mg per IV), pada kriteria hasil yang telah ditetapkan.
penelitian Ayudianningsih (2009) Evaluasi dilakukan ketika klien akan
yang berjudul “pengaruh teknik dipindah di ruang rawat inap setelah
relaksasi nafas dalam terhadap sebagian besar intervensi telah
tingkat nyeri pada pasien pasca dilakukan. Berdasarkan implementasi
operasi fraktur femur di rumah sakit yang sudah dilakukan, kondisi klien
karisma utama Surakarta”, terdapat mengalami peningkatan dan masalah
pengaruh signifikan teknik pada klien sebagian besar teratasi
relaksasi nafas dalam terhadap walaupun hanya sebagian. Pada
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 11
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

perawatan penderita hipoglikemia Saran


perawat bekerjasama dengan tenaga Dari asuhan keperawatan pada
kesehatan lain dan juga keluarga Ny. S dengan hipoglikemia pada pasien
pasien untuk mendapatkan informasi diabetes mellitus di instalasi gawat
dengan cepat, terutama jika terjadi darurat RSUD Dr. Moewardi,
penurunan kesadaran pada pasien diharapkan demi kemajuan selanjutnya
maka penulis menyarankan kepada:
PENUTUP 1. Bagi Rumah Sakit.
Berdasarkan tujuan yang ingin Rumah sakit sebaiknya
dicapai dalam Asuhan Keperawatan mempunyai standar asuhan
pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada keperawatan tentang asuhan
Pasien Diabetes Mellitus di Instalasi keperawatan pada hipoglikemia,
Gawat Darurat RSUD Dr Moewardi, seperti pemberian glucagon pada
maka penulis memberikan kesimpulan penderita hipoglikemia, menurut
dan saran untuk meningkatkan mutu Kedia (2011) pemberian glucagon
asuhan keperawatan sebagai berikut: yang dapat diberikan secara
subkutan atau intramuscular oleh
Kesimpulan keluarga atau tenaga terlatih,
Dalam memberikan asuhan karena dapat mencegah
keperawatan pada Ny. S dengan keterlambatan pengobatan.
hipoglikemi pada penderita diabetes 2. Institusi pendidikan
mellitus dapat muncul diagnosa antara Diharapkan lebih
lain: pola nafas tidak efektif b.d adanya menyediakan fasilitas dan tenaga
depresan pusat pernapasan, pengajar yang berkualitas dan
penurunan kadar glukosa darah b.d memunculkan inovasi- inovasi baru
penurunan produksi energi metabolik, yang dapat mendukung terciptanya
nyeri akut b.d penurunan suplay perawat yang berkualitas dan
oksigen ke otak, resiko penurunan profesional.
perfusi jaringan perifer b.d penurunan 3. Bagi perawat
kadar glukosa darah. Diharapkan dapat
Dari masalah–masalah tersebut meningkatkan kinerja perawat dan
setelah dilakukan tindakan dapat memberikan asuhan
keperawatan, 4 masalah dapat teratasi keperawatan kegawatdaruratan
namun secara sebagian dari diagnosa khususnya pada pasien
yang telah di rumuskan tersebut, dan hipoglikemia secara cepat dan
ini bisa terlaksana atas peran aktif klien tepat.
dan bantuan dari anggota keluarga 4. Bagi mahasiswa
klien yaitu: klien mengatakan merasa Diharapkan mahasiswa
lebih nyaman dan sudah, ekspresi yang sedang praktek, gunakan
wajah klien tampak rileks, skala nyeri 4, kesempatan ini sebaik mungkin
GDS: 105 mg/dl. untuk serius mencari pengetahuan
Dari asuhan keperawatan yang dalam perawatan penderita
dilakukan sudah sesuai dengan hipoglikemia.
tinjauan teori, begitu juga dengan
pelaksanaannya tidak ada kesenjangan
antara tinjauan teori dengan tinjauan
kasus.
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 12
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

DAFTAR PUSTAKA Krnacova, Veronika. 2012. Severe


Hypoglycaemia Requiring the
Admin. 2012. Bahaya Tekanan Gula Assistance Of Emergency Medical
Darah yang Terlalu Rendah. Services Frequency, Causes and
Diakses tanggal 22 Oktober 2012 Symptoms. Biomed Pap Med Fac
Jam 18.00. Univ Palacky Olomouc Czech
http://rumahdiabetes.com Repub

Arjatmo, Tjokronegoro. 2002. Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe


Penatalaksanaan Diabetes Diabetic Hypoglycemia With
Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI Glucagon: an Underutilized
Therapeutic Approach. Dove
Ayudianningsih. 2009. Pengaruh Teknik Press Journal
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca Mansjoer, Arif. 2000. Buku Kapita
Operasi Fraktur Femur Di Rumah Salekta Kedokteran. Jakarta:
Sakit Karisma Utama Surakarta. Media Aesculapius
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas McNaughton, Candace D. 2011.
Muhammadiyah Surakarta. Diabetes in the Emergency
Department: Acute Care of
Batemen. 2000. Acute oxygen therapy. Diabetes Patients. Clinical
BMJ Diabetes

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Moeloeng. 2007. Metodologi Penelitian


Keperawatan Edisi 6. Jakarta : Kualitatif. Bandung : PT.
EGC Rosdakarya.

Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Moore, Chris. 2004. Dextrose 10% or
Kematian Tertinggi di Indonesia. 50% in the Treatment of
diakses tanggal 12 Oktober 2012. Hypoglycaemia Out of Hospital? a
Jam 19.30. Randomized Controlled Trial.
http://www.kpindo.com/artikel Emergency Medical Journal
detail351-Penyakit-Penyebab-
Kematian-Tertinggi-di- Morton, Patricia Gonce. 2011.
Indonesia.html Keperawatan Kritis: Pendekatan
Asuhan Holistic. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2010. Nanda
International Diagnosis Price, S. 2001. Patofisiologi dan
Keperawatan Definisi dan Konsep Dasar Penyakit. Jakarta :
Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC.
EGC
Setyohadi, Bambang. 2011.
Hartono, Andry. 2011. Basic Carb Kegawatdaruratan Penyakit
Counting. Diakses tanggal 28 Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Oktober 2012 Jam 20.00. Ilmu Penyakit Dalam
http://rumahdiabetes.com
Smeltzer. 2002. Buku Ajar
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Keperawatan Medikal Bedah
Medical Emergencies In The Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.
Dental Practice. Inggris: Wiley Jakarta : EGC
Blackwell
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Hipoglikemia pada Pasien Diabetes Mellitus di 13
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Moewardi (Mega Hadiatma)

Thompson, Gregory. 2011.


Hypoglycemia (Low Blood Sugar)
in People Without Diabetes.
Diakses tanggal 9 Nopember
2012 Jam 20.00.
http://www.healthlinkbc.ca/kb/cont
ent/mini/rt1050html

* Mega Hadiatma: Mahasiswa


Keperawatan S-1 Fakultas Ilmu
Kesehatan, UMS.
** Winarsih Nur Ambarwati: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani
Tromol Post 1 Kartasura
*** Mulyo Budiyono: Pembimbing
Klinik Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi.

Anda mungkin juga menyukai