Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENGOBATAN STROKE DENGAN JENIS STROKE

DAN JUMLAH JENIS OBAT

Isra Reslina1, Dedy Almasdy 1, dan Armenia1


1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
isra.pha10@gmail com.
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan efektifitas pengobatan stroke dengan
jenis stroke dan jumlah jenis obat pada pasien rawat inap di bangsal syaraf RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Penelitian bersifat observatinal descriptif analitic melibatkan 47 orang
pasien stroke rawat inap di bangsal syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang selama tahun 2011
(data retrospektif) dan periode Mei-Juli 2012 (data prospektif). Analisa data menggunakan uji
Chi Square untuk melihat hubungan antara jenis stroke dan jumlah jenis obat dengan lama
hari rawat, outcome tekanan darah dan outcome motorik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasien stroke hemoragik memerlukan lama hari rawat yang lebih panjang
dibandingkan stroke iskemik (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara
tekanan darah dan aktivitas motorik pasien antara ke dua jenis stroke ini (p>0,1). Pasien yang
menggunakan obat dalam jumlah yang banyak, memilki lama hari rawat yang lebih panjang
dibandingkan dengan pasien yang menggunakan jumlah obat yang sedikit (p<0,05). Namun
tidak terdapat perbedaan bermakna antara jumlah jenis obat dengan tekanan darah dan
aktivitas motorik pasien (p>0,1).

Kata Kunci : aktivitas motoriknya; lama hari rawat; tekanan darah; terapy stroke

Abstract
The purpose of this research is to see the relation of the effectiveness of the treatment of a
stroke with a kind of a stroke and those kinds of drugs on inpatients in ward nerve RSUP Dr
.M .Djamil West Sumatera.Research is observatinal descriptif analitic involving 47 patients
a stroke to be hospitalised in nerve Unit RSUP Dr .M .Djamil the last year 2011 and the
period of ( data retrospective ) May - July ( data prospective ) Data analysis using the chi
square to see the relationship between kind of stroke and the number of the type of medicines
with long day for inpatient , blood pressure and motor outcome. The result showed that
hemorrhagic stroke patient need for inpatient long day more long in proportion to a stroke
ischemic ( p < 0.05 ) , but there is no meaningful difference between blood pressure and
motor activity patients into two types of stroke between ( p > 0.1 ) .Patients with medicine in
the amount that many, have long day for longer compared with patients with the quantity of
medicine a slight ( p < 0.05 ) .But there is no meaningful difference between the total number
of drugs with blood pressure and motor activity patients ( p > 0.1 ).

Keywords : blood pressure; long day care; motor activity; therapy stroke
70 Isra Reslina, Efektivitas Terapi Stroke Pada Pasien
PENDAHULUAN maka jumlah penderita stroke
Stroke termasuk penyakit pada tahun 2020 diprediksikan akan
serebrovaskuler (pembuluh darah meningkat 2 kali lipat (Feigin, 2006).
otak) yang ditandai dengan kematian Penelitian ini bertujuan melihat
jaringan otak (infark serebral) yang hubungan antara jenis stroke dan
terjadi karena berkurangnya aliran jumlah jenis obat dengan efektivitas
darah dan oksigen ke otak. terapi pada pasien rawat inap di
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bangsal syaraf RSUP Dr. M. Djamil
ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, Padang. Penelitian ini dirasa dapat
penyempitan atau pecahnya pembuluh memberi masukan kepada klinisi untuk
darah (Lionel, 2008). dapat memilih terapi yang efektif,
Setiap tahunnya, 200 dari menyeimbangkan biaya dan hasil
100.000 orang di Eropa menderita terapi yang menguntungkan baik bagi
stroke, dan menyebabkan kematian pasien maupun health care system.
275.000 – 300.000 orang Amerika.
Angka kejadian stroke terus meningkat METODOLOGI PENELITIAN
dengan tajam. Saat ini stroke Penelitian ini merupakan
menduduki urutan ketiga penyakit penelitian observasional deskriptif
mematikan di dunia setelah penyakit analitik. Subjek penelitian terdiri dari
jantung dan kanker serta menempati 47 orang pasien. Kriteria sampel
urutan pertama penyebab kematian di adalah pasien stroke rawat inap dengan
rumah sakit (Ismansyah, 2009). Saat serangan awal pada bangsal syarap
ini Indonesia merupakan negara RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
dengan jumlah penderita stroke pulang dengan perbaikan periode
terbesar di Asia, dan keempat di dunia Januari – Desember 2011 sebagai data
setelah India, Cina dan Amerika retrospektif dan periode Mei-Juni 2012
(Yastroki, 2012). Stroke dapat sebagai data prospektif. Variabel bebas
mengenai semua kelompok umur adalah jenis stroke dan jumlah jenis
dengan kecenderungan pada kelompok obat. Variabel terikat adalah efektifitas
usia lanjut. (Truslen and Bonita, 2003). pengobatan yang meliputi lama hari
Stroke merupakan penyakit yang rawat, tekanan darah dan aktivitas
memerlukan perawatan jangka motorik dari pasien stroke. Analisa
panjang, sehingga untuk mendapatkan data menggunakan uji Chi Square
therapeutic outcome yang baik perlu untuk melihat hubungan antara ke dua
kerjasama antara dokter, perawat, variabel. Analisa data dilakukan
apoteker, pasien dan keluarga pasien. dengan menggabungkan antara data
(Junaidi, 2006). Jika tidak ada upaya retrospektif dan prospektif karena
penanggulangan stroke yang lebih baik keterbatasan jumlah sampel.
70 Isra Reslina, Efektivitas Terapi Stroke Pada Pasien

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristis subjek yang Kelompok usia terbanyak antara 40-49
memenuhi kriteria terdiri dari pasien dan 60-69 tahun (masing-masingnya
perempuan sebanyak 62% dan laki- sebanyak 28%). Sebagian besar pasien
laki sebanyak 38%. Rerata usia pasien menderita stroke hemoragik (57,78).
stroke adalah 58,5 + 14 tahun. Mayoritas pasien (30%) mendapatkan
Usia termuda adalah 18 tahun 7-9 jenis obat. (Tabel 1)
sedangkan usia tertua adalah 85 tahun.

Tabel 1. Karakteristik Pasien

No Karakteristik Jumlah %
1 Jenis Kelamin
• Laki-laki 18 38
• Perempuan 29 62
2 Usia
• < 35 th
• 35– 60 th
• > 60 th
Rata-rata + SD 58,5 + 14
min – max 18-85
3 Jenis Stroke
• Iskemik 16 42,22
• Hemoragik 31 57,78
4 Jumlah Jenis Obat
• <5 3 6
• 5-10 10 21
• >10 14 30

Dari sisi efektifitas terapi, Namun tidak terdapat perbedaan


mayoritas pasien (38%) dirawat bermakna antara outcome tekanan
selama 8-14 hari. Sebagian besar darah dan aktivitas motorik pada ke
pasien pulang dengan tekanan darah dua jenis stroke ini. Baik pasien yang
normal (44,7%) sebagian besar pasien menderita stroke iskemik maupun
(48,9%) pulang dengan aktivitas yang menderita stroke hemoragik
motorik lemah. sebagian besar pulang dalam kondisi
Pasien stroke hemoragik tekanan darah normal dan kondisi
dirawat lebih lama dibandingkan motorik lemah (Tabel 2,3,4).
pasien stroke iskemik (p<0,05).
Tabel 2. Hubungan Jenis Stroke dengan Lama Hari Rawat Pasien Stroke Rawat Inap
di Bangsal Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang
Lama Hari Rawat (n / %)
Jenis Stroke
<7 8-14 >14 Total p Value
Iskhemik 9 /56,3 6 / 37,5 1 / 6,3 16/100 0,000

Haemoragik 1 / 3,2 12 / 38,7 18 / 58,1 31 / 100

Total 10 / 21,3 18 / 38,3 19 / 40,4 47 / 100

Tabel 3. Hubungan Jenis Stroke Dengan Outcome Tekanan Darah Pasien Stroke
Rawat Inap di Bangsal Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang
Outcome Tekanan Darah (n / %)
Jenis Stroke
Normal HT 1 HT 2 Total p Value
Iskhemik 8 / 50 7 / 43,8 1 / 6,3 16 / 100 0,569

Haemoragik 12/ 38,7 14/ 45,2 5 / 16,1 31/ 100

Total 20 / 42,6 21 / 44,7 6 / 12,8 47/ 100

Tabel 4. Hubungan Jenis Stroke dengan Aktivitas Motorik Pasien Stroke Rawat Inap
di Bangsal Syaraf RSUP Dr. M.Djamil Padang
Jenis Stroke Aktivitas Motorik (n / %) Total
Iskhemik 4 / 25 8 / 50 4 / 25 16 / 100 0,473

Haemoragik 12 / 38,7 15 / 48,4 4 / 12,9 31 / 100

Total 16 / 34 23 / 48,9 8 / 17 47 / 100

Pasien yang menggunakan obat Namun tidak terdapat perbedaan


di atas 10 jenis, sebagian besar dirawat bermakna antara jumlah jenis obat
selama lebih dari 14 hari (p<0,05).. dengan tekanan darah dan aktivitas
motorik pasien (p>0,1).(Tabel 5, 6, 7).
72 Isra Reslina, Efektivitas Terapi Stroke Pada Pasien

Tabel 5. Hubungan Jumlah Jenis Obat dengan Lama Hari Rawat.

Jumlah Jenis Lama Hari Rawat (n / %)


Obat <7 8-14 >14 Total p Value
<5 4 / 66,7 2 / 33,3 0/0 6 / 100 0,002
5-10 6 / 28,6 9 / 42,9 6 / 28,6 21 / 100
>10 0/0 7 / 35 13 / 65 20 / 100
Total 10 / 21,3 18 / 38,3 19 / 40,4 47 / 100

Tabel 5. Hubungan Jumlah Jenis Obat dengan Outcome Tekanan Darah

Jumlah Jenis Outcome Tekanan Darah (n / %)


obat Normal HT 1 HT 2 Total p Value
<5 3 / 50 3 / 50 0/0 6 / 100 0,373
5-10 7 / 33,3 12 / 57,1 2/ 9,5 21 / 100
>10 10/ 50 6/ 30 4 / 20 20 / 100
Total 20 / 42,6 21 / 44,7 6 / 12,8 47 / 100

Tabel 5. Hubungan Jumlah Jenis Obat dengan Aktivitas Motorik

Jumlah Jenis aktivitas motorik (n / %)


Obat Normal Lemah lumpuh Total p Value
<5 1 / 16,7 3 / 50 2 / 33,3 6 / 100 0,540
5-10 6 / 28,6 11 / 52,4 4 / 19 21 / 100
>10 9 / 45 9 / 45 2 / 10 20 / 100
Total 16 / 34 23 / 48,9 8 / 17 47 / 100
PEMBAHASAN dan Carlo (2003). Akan tetapi hal ini
Pada penelitian ini, ada satu hal bertolak belakang dengan penelitian
yang menarik dimana jumlah kejadian Ali (2009) dan National Center for
stroke iskemik jauh lebih sedikit Health Statistic (2008), dimana sampai
dibandingkan kejadian stroke tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke
hemoragik. Hal ini berbeda dengan pada laki-laki lebih banyak
pernyataan Fagan & Hess (2006) dan dibandingkan perempuan. Perempuan
Dinata (2012), berdasarkan laporan memiliki hormon estrogen yang dapat
American Heart Association, stroke meningkatkan kadar HDL dalam
tipe iskemik lebih banyak darah, sehingga mencegah terjadinya
dibandingkan tipe hemoragik.dan atherosklerosis akibat terbentuknya
angka kejadian stroke iskemik adalah plak-plak pada pembuluh darah.
88% dari total kejadian stroke. Sedangkan laki-laki tidak memiliki
Tingginya angka kejadian stroke hormon yang dapat meningkatkan
hemoragik pada penelitian ini kadar HDL darah, sehingga lebih
barangkali disebabkan oleh banyaknya berisiko mengalami stroke
pasien stroke yang memiliki riwayat dibandingkan perempuan. Namun
hipertensi yang tidak terkontrol. ketika hormon estrogen tersebut
Kemudian hal ini dipicu juga oleh berkurang produksinya atau bahkan
faktor stres yang berat yang tidak dibentuk lagi, risiko wanita
mengakibatkan lonjakan tekanan darah terserang stroke akan lebih besar
yang drastis sehingga terjadi stroke dibandingkan pria (Hendrix, 2006).
hemoragik, sebagaimana diketahui Selain itu, penggunaan kontrasepsi
bahwa hipertensi merupakan faktor juga bisa menjadi pemicu terjadinya
risiko tertinggi dari stroke penyakit stroke pada perempuan
hemorrhagik. Kemungkinan lain sebagaimana yang dinyatakan oleh
adalah banyaknya penderita stroke Junaidi (2006) dan Brass (2000),
yang tidak menyadari adanya faktor bahwa wanita yang berumur di atas 35
risiko utama yang berpotensi tahun dan hipertensi sangat besar
menyebabkan stroke seperti hipertensi kemungkinan terkena stroke apalagi
sehingga tidak pernah diterapi dan disertai dengan penggunaan
pasien baru mengetahuinya setelah ia kontrasepsi oral.
mengalami serangan stroke hemoragik. Pada penelitian ini, penggunaan
Aktifitas fisik yang cukup berat juga obat pada penderita stroke cukup
memicu terjadinya stroke hemoragik. banyak (>10 jenis). Ini menunjukkan
Karakteristik pasien terdapatnya polifarmasi pada terapi
menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke (Fialova et al, 2005).
stroke dengan jenis kelamin Penggunaan obat yang banyak ini
perempuan lebih banyak dibandingkan sangat berisiko menimbulkan interaksi
laki-laki. Hasil serupa dengan antara satu obat dengan obat lain
penelitian ini ditunjukkan oleh sekalipun semua pemberian obat
penelitian Sulistiani & Purhadi (2013) terindikasi secara klinis. Pada
74 Isra Reslina, Efektivitas Terapi Stroke Pada Pasien

penelitian ini, sebagian besar pasien obat baru seperti antibiotik untuk
berusia lanjut, dimana pada masa ini mengatasinya.
terjadi penurunan fungsi ginjal dan Selanjutnya pasien stroke
hepar yang menyebabkan perubahan hemoragik memiliki lama hari rawat
proses farmakodinamik dan yang lebih panjang dibandingkan
farmakokinetik dari obat yang pasien stroke iskemik (p<0,05). Lama
digunakan sehingga lebih berisiko rawat yang panjang pada pasien stroke
mengalami interaksi yang merugikan hemoragik terjadi karena pasien yang
(Terry, 2004). Dengan banyaknya mengalami stroke hemoragik sebagian
jumlah obat, efek samping yang besar masuk rumah sakit dengan
mungkin terjadi juga akan lebih kondisi kesadaran yang menurun.
banyak. Reaksi-reaksi yang merugikan Keadaan seperti ini perlu penanganan
ini akan menimbulkan masalah baru dan perawatan intensif terutama pada
bagi pasien. dengan timbulnya efek daerah pecahnya pembuluh darah.
yang tidak diinginkan ini kadangkala Hasil penelitian ini sejalan dengan
membutuhkan terapi/obat tambahan penelitian Pinzon (2001) dan
untuk mengatasi masalah tersebut. Herminawati (2010), dimana pada
Permasalahan-permasalahan yang umumnya penderita stroke iskemik
berhubungan dengan obat ini (sumbatan) akan dirawat selama
sebetulnya dapat dihindari dengan kurang lebih 7-10 hari sedangkan
pemberian obat yang tepat sesuai penderita stroke hemoragik beasanya
dengan kondisi klinis pasien dan dirawat lebih lama yaitu 14-21 hari.
tentunya tidak boros/berlebihan Mayoritas pasien baik pasien
(Aronson, 2005). Penggunaan jumlah stroke iskemik maupun pasien stroke
obat yang banyak ini. sebagian besar hemoragik pada penelitian ini pulang
terdapat pada pasien yang menderita dengan tekanan darah normal. Hal ini
stroke hemoragik. Hal ini terjadi berarti bahwa penanganan hipertensi
karena pada pada stroke hemoragik pada pasien stroke sudah baik,
perlu penanganan dan perawatan yang walaupun masih ada pasien yang
intensif sehingga memakan waktu pulang dalam kondisi hipertensi stage
yang cukup lama dibandingkan pasien 1 dan hipertensi stage 2. Penurunan
dengan stroke iskemik (Muttaqin, tekanan darah yang drastis juga tidak
2008). Lamanya hari rawat ini akan direkomendasikan. Tekanan darah
memperbesar kemungkinan terjadinya jangka panjang harus rendah namun
infeksi nosokomial seperti infeksi jangan diturunkan secara akut karena
saluran kemih dan bronkopneumonia ini dapat mencetuskan infark
yang biasanya disebabkan oleh watershed yaitu suatu infark yang
penggunaan selang kateter dan selang terdapat pada daerah yang terletak
NGT (Naso Gastrik Tube). Dengan diantara arteri-ateri besar di serebrum.
terjadinya infeksi nosokomial, Batas penurunan tekanan darah
tentunya memerlukan penambahan sebanyak banyaknya sampai 20-25%
dari tekanan darah arterial rerata yaitu tekanan darah dan kondisi
(Patrick, 2005). motorik sewaktu keluar dari rumah
Pada penelitian ini, mayoritas sakit. Penurunan tekanan darah pada
pasien (stroke iskemik dan hemoragik) pasien stroke sebaiknya bertahap.
pulang dalam kondisi motorik lemah. Pemilihan jenis dan dosis obat sesuai
Namun dari data dapat kita lihat bahwa dengan faktor risikonya sangatlah
persentase pasien stroke hemoragik menentukan bagaimana outcome klinis
yang pulang dengan kondisi motorik pasien, dan bukan pada banyaklah
normal lebih banyak dibandingkan jumlah obat yang digunakan. Dalam
pasien stroke iskemik, walaupun hal ini, banyak faktor lain yang juga
secara analisa statistik tidak ada mempengaruhi outcome tekanan darah
perbedaan bermakna. Menurut Ikawati pasien seperti tingkat keparahan dan
(2011), prognosis stroke hemoragik faktor risiko dari penyakit stroke.
lebih baik dibandingkan stroke Banyaknya jumlah obat yang diberikan
iskemik dari segi fungsi pemulihan juga tidak mengakibatkan semakin
(recovery), namun dari segi survival baiknya aktivitas motorik pasien
prognosis stroke iskemik lebih baik sewaktu keluar rumah sakit,. Onset
dibandingkan dengan stroke masuk rumah sakit sepertinya lebih
hemoragik. perpengaruh dalam hal ini, begitu juga
Penyakit stroke memang butuh dengan tingkat kesadaran sewaktu
waktu penyembuhan yang relatif lama, masuk rumah sakit.
dan diperlukan perawatan jangka
panjang yang lebih lagi bagi yang SIMPULAN
menderita cacat berat. Hampir tidak Dari hasi penelitian dapat
ada lagi kemungkinan untuk dapat disimpulkan bahwa pengobatan stroke
kembali normal setelah terjadinya iskemik dan penggunaan obat dengan
serangan, bahkan sekalipun untuk jumlah sedikit lebih efektif dari sisi
mampu berkomunikasi dengan orang lama hari rawat dibandingkan dengan
lain (Junaidi, 2006) stroke hemoragik dan penggunaan obat
Selanjutnya pasien yang yang banyak (polifarmasi) (p<0,05).
menggunakan obat yang banyak (>10), Namun tidak terdapat perbedaan nyata
dirawat dalam waktu yang lebih lama antara jenis stroke dan jumlah jenis
dibandingkan pasien yang obat dengan tekanan darah dan
menggunakan obat dengan jumlah aktivitas motoriknya (p>0,1).
sedikit (<5) (p<0,05). Panjangnya hari
perawatan pasien disebabkan karena UCAPAN TERIMA KASIH
kemungkinan pasien mengalami efek Ucapan terima kasih kepada
lain dari obat seperti terjadi efek kepada Fakultas Farmasi Universitas
samping dan interaksi antara obat Andalas, dan RSUP Dr. M. Djamil
dengan obat (Terry, 2004). Jumlah Padang atas segala bantuan fasilitas
obat yang digunakan ternyata tidak yang diberikan.
berpengaruh terhadap outcome klinis
76 Isra Reslina, Efektivitas Terapi Stroke Pada Pasien

DAFTAR PUSTAKA JAMA, vol. 293, no. 11, pp. 1348-


Ali, M., 2009, Stroke Outcome In Clinical 1358.
Trial Patients Deriving From
Different Countries, Stroke; Hendrix, S. L., Smoller, S. W., Johnson,
40:35-40. K. C., Howard, B. V., &
Anonim, National Center For Health Kooperberg, C., 2006, Effects of
Statistics, 2008, Center For Conjugated Equine Estrogen on
Disease Control and Prevention. Stroke in the Women's Health
http://www.cdc.gov/mortsql.html, Initiative, Circulation;113:2425-
5 September 2013. 2434.
Arronson, J. K., Meyler’s Side Effect of Herminawati, 2013. Perbedaan lama
Drugs. The international rawat inap antara stroke
Encyclopedia of Adverse Drug. hemoragik dan stroke non
Reaction & Interaction Fithteenth hemoragik. di rsud tugurejo
Edition. UK, Elsevier. semarang.
Carlo, A. D., M. Lamassa, , M., http://ejournal.stikestelogorejo.ac.i
Baldereschi, G., Pracucci, A. M., d/index.php/ilmukeperawatan/arti
Basile, Sex 2003, Differences in cle/view/108/0, 4 Oktober 2013
the Clinical Presentation, Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi
Resource Use, and 3-Month Penyakit Sistem Syaraf Pusat,
Outcome of Acute Stroke in Jakarta: Bursa Ilmu.
Europe : Data From a Multicenter Junaidi, I., 2006, Panduan praktis
Multinational Hospital-Based pencegahan dan pengobatan
Registry. Stroke ; 34:1114-1119. stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Dinata, C. A., Y., Safrita, & S., Sastri, Populers.
2013, Gambaran Faktor Risiko Muttaqin, & Arif, 2008, Pengantar
dan Tipe Stroke pada Pasien Asuhan Keperawatan Klien
Rawat Inap di Bagian Penyakit dengan Gangguan Sistem
Dalam RSUD Kabupaten Solok Persyarafan, Jakarta: Salemba
Selatan Periode 1 Januari 2010 - Medika.
31 Juni 2012. J. Kes And; 2(2). Patrick, & Davey, 2005, At a Glance
Fagan, S. C., & D. C., Hess, 2008, Stroke, Medicine, Jakarta: Erlangga
in Dipiro (eds), Pharmacotherapy Pinson, & Renaldi, 2001, Awas Stroke !!.
: A Pathofisiology Approach, Ed, Pengertian, Gejala, Tindakan,
7th. USA: Mc Graw Hill. Perawatan dan Pencegahan,
Farizal, 2011, Drug Related Problems Yogyakarta: C Andi Offset.
Pada Pasien Stroke di ICU Rumah Takrouri, 2004. The Internet Journal of
Sakit Stroke Nasional bukittinggi, Health; Intensive Care Unit.
Padang: Tesis Pasca Sarjana Volume 3 Number 2. Department
Unand. of Anastesia College of Medicine
Feigin, V.. 2006, Stroke, Jakarta: Bhuana King Saud University
Ilmu Popular. Terrie Y.C., 2004. Understanding and
Fialova, D., Topinkova, E., Gambassi, G., Managing Polypharmacy in the
Finne-Soveri, H., Jonsson, P. V., Elderly.
2005, Potentially Inappropriate http://www.pharmacytimes.com,
Medication Use Among Elderly 15 November 2013.
Home Care Patients in Europe, Truslen, T., Bonita R., 2003. Advance in
ischaemic stroke epidemiology.
Advance In neurology. Vol 92.
New York: Lipincott Williams
Wilkins.
Sulistiani, D. O., & Purhadi, 2013,
Analisis Terhadap Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laju
Perbaikan Kondisi Klinis Pasien
Penderita Stroke dengan Regresi
Cox Weibull. Jurnal Sains dan
Seni Pomits Vol. 2, No.1, (2013)
2337-3520
Yastroki, 2012, Stroke. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Popular.
Yusuf, S., Sleight, P., Pogue, J., Bosch, J.,
Davies, R., & Dagenais, G., 2000,
Effects of an angiotensin-
converting-enzyme inhibitor,
ramipril, on cardiovascular events
in high-risk patients. The Heart
Outcomes Prevention Evaluation
Study Investigators. N. Engl. J.
Med; 342: 145–53.

Anda mungkin juga menyukai