Anda di halaman 1dari 3

F.

6 UPAYA PENGOBATAN DASAR

PENANGANAN HOLISTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg dan tekanan darah diastolic melebihi 90mmHg. Penyakit ini disebut sebagai silent
killer karena penyakit ini mematikan namun sering kali tidak menunjukkan gejala.1 Pada
tahun 2013, prevalensi hipertensi pada umur lebih dari 18 tahun di Indonesia sebesar 26,5%.
Hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung
dan berbagai penyakit vaskuler pada orang-orang yang telah lanjut usia. Lansia sering terkena
hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung
meningkat.
Menurut World Health Organization (WHO), seseorang dapat dikatakan lanjut usia
apabila umurnya 60 tahun atau lebih. Prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia pada
tahun 2013, usia 65-74 tahun sebesar 63,8% dan ≥75 tahun sebesar 63,8%. Dua kelompok
umur ini merupakan kelompok umur dengan prevalensi tertinggi. Dari data diatas dapat
disimpulkan dari tahun ke tahun terdapat meningkatan lansia yang menderita hipertensi dan
ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensi yang tinggi
dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan
makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan penggunaan pil
kontrasepsi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak terlepas dari gaya hidup.
Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor pencetus munculnya hipertensi, atau
bahkan memperparah kejadian hipertensi.
Bagi pasien yang berusia 60 tahun atau lebih, pengobatan dimulai dengan cara
menurunkan tekanan darah sistolik hingga mencapai angka 150 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik hingga mencapai angka 90 mmHg atau lebih dan mengobati sampai
mencapai target terapi.
Panduan The Joint National Committee Eighth (JNC 8) merekomendasikan skrining
tekanan darah secara teratur dan penanganan yang sesuai, termasuk modifikasi gaya hidup
dan terapi farmakologik. Pada lansia, tekanan darah sistolik harus dikelola mencapai target
<150 mmHg dan tekanan darah diastolic <90 mmHg.
B. Permasalahan di Masyarakat
Pasien Ny. W, seorang wanita berusia 64 tahun datang dengan keluhan sakit kepala dan
pusing. Keluhan ini sudah terjadi selama kurang lebih 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien
sering mengalami sakit kepala yang hilang timbul, sakit kepala sering muncul terutama saat
pasien beraktivitas.Keluhan dirasakan makin lama makin berat. Lalu, pasien berobat di
puskesmas dan dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa pasien mengalami tekanan
darah tinggi. Sebelumnya pasien sudah mengetahui bahwa dirinya selama ini mengalami
tekanan darah tinggi, namun pasien tidak rutin kontrol tekanan darahnya.
Pasien memang sering mengeluh sakit kepala sampai tengkuk belakang, sulit tidur akibat
sakit kepala tersebut dan terkadang pandangan mata pasien kabur. Menurut pasien keluhan ini
sudah berlangsung cukup lama dan hilang timbul, pasien mengira ini hanya akibat pasien
kelelahan sehingga pasien tidak pernah memeriksakan dirinya ke dokter atau Puskesmas.
Pasien tidak mengetahui bahwa keluhan-keluhan yang sering pasien alami tersebut
merupakan gejala dari tekanan darah tinggi. Pola pengobatan pasien dan keluarganya adalah
kuratif yaitu berobat apabila telah sakit.
Pasien memiliki kebiasaan buruk dalam hal pola makan. Pasien sering mengkonsumsi
makanan yang asin dan berminyak. Pasien juga suka meminum kopi. Pasien mengatakan
sudah jarang berolahraga dikarenakan pasien sudah tidak memiliki tenaga untuk berolahraga.
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
didapatkan berat badan 50 kg dan tinggi badan 155 cm. Tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 94 x/menit, frekuensi napas 20x/menit
dan suhu tubuh 36,5. Mata, telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
leher, JVP tidak meningkat. Abdomen, datar dan supel, tidak didapatkan organomegali
ataupun ascites, kesan dalam batas normal. Ekstremitas, tidak didapatkan parese, kesan dalam
batas normal.
Diagnosis kerja pada pasien ini yaitu Hipertensi Grade II yang tidak terkontrol.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah edukasi dan konseling mengenai
penyakitnya, dan pencegahan agar penyakit tidak muncul kembali.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang apabila tidak terkontrol dapat
menyebabkan munculnya komplikasi yang memperburuk prognosis.
Intervensi medikamentosa dan non medikamentosa diperlukan bagi pasien hipertensi
dalam kasus ini pada Ny. W. Intervensi tersebut merupakan tatalaksana kuratif sekaligus
preventif untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Hal-hal yang perlu diketahui pasien mengenai penyakit Hipertensi antara lain:
1. Apa penyebab dan faktor risiko penyakit hipertensi
2. Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol dengan gaya
hidup sehat dan minum obat teratur
3. Mengatur pola makan
4. Olahraga secara teratur sesuai dengan usia pasien
5. Komplikasi pada penyakit hipertensi

D. Penatalaksanaan
Setelah terdiagnosis dengan hipertensi, Ny W memerlukan tatalaksana untuk mengontrol
penyakitnya tersebut.
1. Penatalaksanaan medikamentosa
 Amlodipine 1x10 mg
 Paracetamol 3x500 mg
 Vit B complek 1x1
2. Penatalaksanaan non medikamentosa
 Pasien diminta untuk secara rutin mengontrolkan tekanan darah nya. Kontrol
pertama dilakukan setelah obat dari kunjungan pertama habis. Jadwal kontrol
selanjutnya menyesuaikan hasil pemeriksaan saat kontrol pertama.
 Pasien diminta untuk memodifikasi gaya hidup juga berat badan ideal.
Perbanyak makan sayur , buah, kurangi makanan asin dan berlemak, batasi
asupan garam per hari, olahragaringan minimal 2 kali dalam satu minggu
minimal 30 menit.

E. Monitoring dan Evauasi


Untuk memonitoring dan mengevaluasi, pasien diminta untuk kembali mengontrolkan
tekanan darahnya secara rutin ke fasilitas kesehatan. Hal ini diperlukan supaya tidak terjadi
overdose ataupun lowerdose, sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai yaitu untuk
mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai