Anda di halaman 1dari 25

BAB III

PEMAPARAN DATA

Data yang digunakan untuk mengkaji pemikiran tentang

metodologi ekonomi Islam menurut Adiwarman Azwar Karim yaitu

dengan buku-buku yang telah ditulis oleh baliau (data primer), dan dengan

jurnal-jurnal atau artikel yang telah dikaji oleh orang lain (data skunder).

A. Data Primer

1. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Adiwarman Azwar Karim menulis buku yang tergolong

masih langka kajiannya yakni tentang Sejarah Pemikiran Ekonomi

Islam. Dia berpandangan bahwa kelangkaan kajian sejarah sangat

tidak menguntungkan1 karena sepanjang sejarah Islam, para pemikir

dan pemimpin muslim sudah mengembangkan berbagai gagasan

ekonominya sedemikiran rupa sehingga mengharuskan kita untuk

menganggap mereka sebagai para pencetus ekonomi Islam yang

sesungguhnya. Konsep ekonomi para cendekiawan muslim dimasa

lalu itu berakar pada hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur`an

dan Hadits Nabi disertai analisis yang menarik. Menampilkan

pemikiran ekonomi para cendekiawan muslim baginya akan

memberi 2 kontribusi positif bagi umat, yaitu:

a) Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi

kontemporer.

1
Adiwarman A.Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), Edisi ketiga, 8.

53
54

b) Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai perjalanan pemikiran

ekonomi Islam selama ini.2

Menurut Dawam rahardjo dalam kata pengantar bagi bukunya

Adiwarman, dengan membaca sejarah kita bisa mengambil

kesimpulan bahwa perkembangan Islam pada masa awalnya menuju

kejayaannya, ternyata bukan hanya berupa perkembangan politik dan

militer saja, melainkan perkembangan ekonomi juga memainkan

peranan yang penting dalam menopang peradaban.3 Tidak lupa juga

mengingatkan kepada para ekonom muslim bahwa sumber teori

ekonomi Islam adalah syariah. Karena itu dalam upaya menyusun

pemikiran ekonomi, para sarjana ekonomi muslim modern, hendaknya

berusaha menggali dari Kitab kuning (turats).4

Dibidang muamalat beliau berpegang pada keadah fiqih

“Segala sesuatunya dibolehkan, kecuali ada larangan dalam Al-

Qur’an dan Sunnah”. Sehingga yang perlu dilakukan hanya

mengidentifikasi hal-hal yang dilarang (haram), kemudian

menghindarinya. Dalam berbagai buku-bukunya, Adiwarman Azwar

Karim menghindari melakukan islamisasi ekonomi dengan cara

mengambil teori-teori ekonomi Barat lalu dicari ayat Al-Qur`an dan

haditsnya.

2
Ibid., 10.
3
Ibid., 15.
4
Ibid., 13.
55

2. Bank Syariah: Analisis Fiqih dan Keuangan

Adiwarman Azwar Karim menyatakan bahwa perbankan

adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu

menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

pengiriman uang.

Meskipun kosa kata fiqih Islam tidak mengenal kata “bank”,

tetapi sesungguhnya bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-

fungsi perbankan modern telah dipraktikkan oleh umat Islam, bahkan

sejak zaman Nabi Muhammad. Praktik-praktik fungsi perbankan ini

tentunya berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami

kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik

turunnya peradaban umat muslim. Dengan demikian, masih

menurutnya dapat dikatakan bahwa konsep bank bukanlah suatu

konsep yang asing bagi umat muslim, sehingga proses ijtihad untuk

merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan bank syariah

tidak perlu dimulai dari nol.

Pengembangan perbankan syariah harus didukung oleh SDM

yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurutnya,

sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung

oleh sumber daya insani yang baik pula.5 Adiwarman juga tidak

menutup mata bahwa di bank Syariah masih ada beberapa

penyimpangan-penyimpangan. Baik dari sisi manajemen maupun

5
Adiwarman A. Karim, Bank islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, ,(Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2004), 27.
56

syariahnya. Kata beliau:”Kalau kita tidak pernah mencoba, kita tidak

tahu mana yang mesti diperbaiki. Itulah tugas kami di Dewan Syariah

Nasional (DSN). Kalau diketahui ada penyimpangan-penyimpangan

kami suruh memperbaiki.”

Pakar ekonomi syariah yaitu Adiwarman Azwar Karim,

mengatakan bahwa pilihan menggunakan sistem ekonomi kapitalis

atau sosialis sesungguhnya tak masalah asalkan semua berbasis

syariah. "Apapun sistem ekonominya, kapitalis atau sosialis, asalkan

berdasarkan syariah, bagus-bagus saja," katanya saat menjadi

narasumber pada Halaqah Pra-Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU)

di Jakarta.

Secara teori, katanya kapitalisme atau sosialisme sama

menghendaki keadilan dan kesejahteraan rakyat. Namun, dalam

praktiknya kedua sistem besar tersebut seringkali mengalami banyak

masalah. Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

itu menjelaskan, terdapat tiga pilar dalam sistem ekonomi syariah,

yaitu:

a. Meninggalkan seluruh unsur-unsur yang dihukumi haram menurut

syariat Islam. "Tinggalkan dulu semua yang diharamkan oleh

Islam; misalnya: riba," katanya.

b. Menurutnya, prinsip keseimbangan antara sektor riil dengan sektor

keuangan. Dalam sistem ekonomi kapitalis faktor ini seringkali

menjadi masalah. Dikatakannya, dalam sistem ekonomi kapitalis,


57

pada titik tertentu ketidakseimbangan antara sektor riil dan sektor

keuangan mengakibatkan 'bubble economy' yakni keadaan

ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneter namun

tak diimbangi sektor riil. "Kondisi seperti ini tidak akan terjadi

dalam sistem ekonomi syariah," katanya.

c. Prinsip proses transaksi jual-beli yang adil, tidak menguntungkan

satu pihak merugikan pihak yang lain. Berbeda dengan sistem

ekonomi kapitalis yang lebih mengedepankan prinsip perdagangan

bebas yang memungkinkan terjadinya ketidakadilan.6

Beberapa produk yang dibahas dari buku Bank Syariah:

Analisis Fiqih dan Keuangan, dengan pengembangan dari pemikiran

Adiwarman Azwar Karim, yaitu:

1) Pembiayaan Murabahah

Salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh

perbankan syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi

murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah dan para

sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan

barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang

disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian

menjualnya kembali dengan keuntungan tersebut. Berapa besar

keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah

6
www.republika.co.id “Kapitalisme tak Masalah asal Berbasis Syariah” Diakses 15
Februari 2019, Pukul 10:53 WIB.
58

tersebut atau dalam bentuk persentrase dari harga pembeliannya,

misal 10% atau 20%.

Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)

yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan

salah satu bentruk nature certainty contracts, karena dalam

murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya

(keuntungan yang ingin diperoleh).7 Murabahah juga bisa dengan

pesanan, dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan

pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat

bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli

barang yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka

pembelian kepada nasabah).

Dalam murabahah melalui pesanan, si penjual boleh

meminta pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi

ketika ijab qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti

keseriusan si pembeli. Bila kemudian si pembeli telah membeli dan

memasang berbagai perlengkapan di mobil pesanannya, sedangkan

si pembeli membatalkannya, uang muka ini dapat digunakan untuk

menutup kerugian si deler mobil. Bila jumlah uang mukanya lebih

kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh

si penjual, penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila

7
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer ,(Jakarta:Gema Insani
Press, 2001), 113.
59

berlebihan, si pembeli berhak atas kelebihan itu. Dalam

murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat, pembeli

tidak dapat membetalkan pesanannya.8

2) Pembiayaan Istishna’

Skim fiqih lainnya yang juga populer digunakan dalam

perbankan syariah adalah skim jual beli istishna’. Trransaksi ini

hukumnya boleh dan telah dilakukan oleh masyarakat muslim

sejak awal tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya. Dalam

fatwa DSN-MUI, dijelaskan bahwa jual beli istishna’ adalah akad

jual beli dalam bentuk pesanan pembuatan barang tertentu dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan

(pembeli) dan penjual (pembuat).

Dalam jual beli istishna’ barang diserahkan di belakang,

walaupun juga sama-sama dibayar secara cicilan. Jadi, pada

dasarnya pola arus kas dan penyerahan barang pada jual beli

istishna’ merupakan kebalikan dari mudha>rabah muajjal.9

3) Pembiayaan Mudha>rabah

Adapun menurut Adiwarman Azwar Karim sebagai berikut,

pembiayaan mudha>rabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak

dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan

mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh kedua

8
Ibid., 115.
9
Ibid., 126.
60

belah pihak yakni si pemilik usaha dengan tujuan untuk

mendapatkan keuntungan.10

Sejauh ini, skema mudha>rabah yang telah kita bahas

adalah skema yang berlaku antara dua pihak saja secara langsung,

yakni sha>hibul ma>l berhubungan dengan mudha>rib. Skema ini

adalah skema standar yang dapat dijumpai dalam kitab-kitab klasik

fiqih Islam. Dan inilah sesungguhnya praktik mudha>rabah yang

dilakukan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim

sesudahnya. Dalam kasus ini, yang terjadi adalah investasi

langsung antara sha>hibul ma>l sebagai pihak yang kelebihan

dana dengan mudha>rib sebagai pihak yang membutuhkan dana

untuk usaha, yakni pengusaha. Dalam pihak-pihak yang

membutuhkan dana untuk usaha seperti ini, peran bank sebagai

lembaga perantara (intermediary) tidak ada.

mudha>rabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus,

yakni bahwa biasanya hubungan antara sha>hibul ma>l dengan

mudha>rib merupakan hubungan personal dan langsung serta

dilandasi oleh rasa saling percaya (amanah). sha>hibul ma>l

hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal

dengan baik dan profesionalitas maupun karakternya.11

10
Ibid., 205
11
Ibid., 210
61

4) Gadai Emas Syariah

Adiwarman Awar Karim mengkritik fenomena lonjakan

kegiatan gadai emas syariah akhir-akhir ini di industri perbankan

syariah di tanah air. Menurutnya, modifikasi top up ini pertama

kali diperkenalkan ilmunya oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Syariah. Setelah ini berkembang luas, barulah kemudian BI melihat

pertumbuhan dari gadai emas di bank syariah ini luar biasa

cepatnya.12

Produk gadai emas Syariah ketika diluncurkan sekitar tahun

2007, relatif tidak ada masalah. Masalah baru muncul ketika

nasabah melakukan modifikasi yang namanya top up, atau gadai

ulang. Saat sudah jatuh tempo, nasabah tidak membayar uangnya,

tapi dia melakukan gadai ulang. Jadi emasnya tidak jadi ditebus.

Sekali menaruh emas misalnya 100 gram, sehabis itu setiap

empat bulan sekali dia dapat uang karena melakukan gadai ulang.

Artinya bisa mendapat pinjaman terus menerus dengan hanya

menaruh 100 gram emas. Kondisi inilah yang lama kelamaan

membuat arah dan tujuan awal dari kegiatan gadai syariah

melenceng dari ruh Fatwa No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

dan No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas. Untuk

mencegah layanan gadai emas syariah menjadi jauh dari ruh

12
A. Dimyati, “Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim”, diambil
dalam http://didim76.multiply.com/journal/item/5, Diakses 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB
62

fatwanya, pakar ekonomi Islam satu memberikan solusi yaitu,

pembatasan frekuensi gadai ulang maksimum 3 kali.13

3. Ekonomi Mikro Islam

Ekonomi dalam kajian keilmuwan dapat dikelompokkan ke

dalam ekonomi mikro dan makro. Ekonomi mikro menurutnya

mempelajari bagaimana perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit

ekonomi, yang dapat berperan sebagai konsumen, pekerja, investor,

pemilik tanah atau resources lain. Ekonomi mikro menjelaskan how

and why sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi.

Salah satu tujuan belajar ekonomi Islam menurutnya adalah

bagaimana kita menerapkan prinsip-prinsip ekonomi mikro Islami

dalam pengambilan keputusan agar mendapat solusi terbaik, yaitu

solusi yang akan menguntungkan kita dan tidak mendzalimi orang

lain.14 Sayangnya dalam buku ini, Adiwarman Azwar Karim tidak

menjelaskan seperti apa prinsip-prinsip ekonomi mikro dalam Islam.

Justru pada salah satu bab lebih menjelaskan prinsip-prinsip umum

ekonomi Islam diantaranya: tauhid, keadilan, prinsip kenabian, dan

ma`a>d (hasil).15

13
Fadh Ahmad Arifan, “Pdf Sumbangsih Syafi’i Antonio dan Adiwarman Azwar Karim
terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia”, diambil dalam http://www.academia.
edu/8885798/Kontribusi_Syafi_i_Antonio_dan_Adiwarman_Karim_dalam_Ekonomi_Islam,
Diakses 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB
14
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami,(Jakarta: Rajawali press, 2007), Edisi
Ketiga, 5-6.
15
Adiwaman A.Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer,(Jakarta:Gema Insani
Press, 2001),176.
63

4. Ekonomi Islam suatu kajian kontemporer

Buku ini merupakan upaya memahami fenomena

perekonomian modern dengan menggunakan pisau analisis yang

bersandar pada khazanah ekonomi syariah. Dalam banyak bagian buku

ini, berusaha dikaitkan antara perekonomian modern dan sejarah

ekonomi syariah dimasa silam serta relevansinya pada zaman

sekarang. Bagian lain buku ini melihat secara kritis teori-teori ekonomi

konvensional, menyoal keabsahannya, mempertanyakan

keobjektifannya, dan membandingkannya dengan pemikiran ekonomi

syraiah. Pemikiran Adiwarman Azwar Karim dalam buku Ekonomi

Islam Suatu Kajian Kontemporer, tentang ekonomi Islam yaitu:

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang

mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh

nilai-nilai Islam. Ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme,

sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda

dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik

modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan

kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan

tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.16

Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi

kapitalis, sosialis maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula

berada ditengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak

16
Ibid., 46.
64

belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang

memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta

komunis yang ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk

perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di

transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan

kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil,

kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

Untuk memperkuat ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai

universal, yaitu:

a. Tauhi>d (Keimanan).

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid,

manusia secara menyeluruh akan menyerahkan segala aktifitasnya

kepada Allah. Oleh karena itu, segala aktifitas akan selalu

dibingkai dalam kerangka hubungan kepada Allah.

b. ‘Adl (Keadilan).

Dalam Islam, adil didefinisikan sebagai tindakan tidak

menzhalimi dan dizhalimi. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah

bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejarkan

keuntungan pribadi, namun merugikan orang lain atau merusak

alam.
65

c. Nubuwwa>h (Kenabian).

Salah satu fungsi dari Rasul adalah untuk menjadi model

terbaik bagi manusia yang harus diteladani untuk mendapatkan

keselamatan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah model

terbaik yang utus Allah untuk dijadikan tauladan oleh seluruh

manusia. Keteladanan Nabi Muhammad mencakup seluruh aspek

kehidupan, termasuk teladan dalam bertransaksi ekonomi dan

bisnis. Empat sifat utama Nabi yang dapat dijadikan teladan

adalah siddi>q, ama>nah, fatha>nah, dan tabligh.

d. Khalifah (Pemerintahan).

Dalam Al Quran, Allah menyebutkan bahwa manusia

diciptakan adalah untuk menjadi khalifah dibumi. Peran khalifah

adalah untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi.

e. Ma’a>d (Hasil).

Implikasi nilai ini adalah dalam perekonomian dan bisnis

bahwa motivasi para pelaku bisnis adalh untuk mendapatkan hasil

di dunia (laba/profit) dan hasil di akhirat (pahala). Kelima nilai

dasar ini menjadi dasar inspirasi untuk untuk menyusun proposisi-

proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.

5. Ekonomi Mikro Islam edisi kelima

Pembicaraan mengenai ekonomi Islam bukan hanya terbatas

pada soal bank syariah saja, namun harus mencakup pula ekonomi

makro, ekonomi mikro, kebijakan moneter, kebijakan fiscal,


66

pembiayaan publik hingga konsep pembangunan. Ini kerena ekonomi

Islam, yang bukans ebagai titik tengan antaraa kapitalis dan sosialisme,

mempunyai karakter yang tersendiri, meski masih terdapat kesamaan

tertentu dalam mekanismenya dengan ekonomi konvensional.

Dalam buku ini penulis menggali kembali konsep, variabel, dan

teori-teori ekonomi yang telah di identifikasi oleh para pemikir

ekonomi Muslim, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Khuldum, Al Ghozali,

dan sebagainya, dimana pemikirannya masih sangat releven dengan

ekonomi modern.

Buku ini juga memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan

dan konsep ekonomi Islam, seperti mengapa riba memiliki hubungan

terbalik dengan sedekah? Mengapa system bagi hasil lebih

menguntungkan dari system bunga? Apakah monopoli dibolehkan

dalam Islam? Mengapa zakat tidak mengurangi margin laba?

Buku ekonomi Islam Mikro edisi kelima, dibandingkan dengan

edisi-edisi yang sebelumnya, buku ini telah mengalami perubahan.

Untuk beberapa bab dilengkapi dengan penambahan materi

intermediate berupa apendiks terhadaap Bab 3 yang membahasas

mengenai asumsi rasional dalam ilmu ekonomi dan Bab 11 mengenai

manipulasi pasar dalam perdagangan saham yang merupakan bagian

dari tema Distorsi Pasar dalam Islam.

Para pakar ekonomi Islam dalam menjelsakan konsep ekonomi

Islam memiliki perbeda pendapat. Sampaisaat ini pemikiran ekonom-


67

ekonom Muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya

menjadi tiga mazhab, yaitu

a) Mazhab Baqir as-Sadar

b) Madzhab mainstream

c) Madzhab Alternatif-kritis17

6. Ekonomi Makro Islam edisi ketiga

Gagasan ilmuwan Muslim dalam pengembangan konsep

ekonomi Islam ditanggapi dengan cukup beragam di seluruh pelosok

dunia. Secara umum, tanggapan itu terbagi dalam dua kelompok:

kelompok yang pesimis dan yang optimis. Kelompok pertama

berpendapat bahwa ada sejumlah faktor penghambat dalam

mengembangkan konsep ekonomi Islam, terutama kesulitan dalam

aspek epistemologi dan metodologi, sementara signifikansi persoalan

pun masih diperdebatkan.

Sebaliknya kelompok kedua memandang gagasan ini mutlak

perlu dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan hakiki umat

manusia. Alasannya, sistem ekonomi konvensional, tanpa memungkiri

sumbangsihnya dalam proses perkembangan ilmu ekonomi, ternyata

memiliki sejumlah kelemahan prinsipil dan fundamental sehingga

tidak mampu mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia.

Penyebab utamanya adalah diakomodasinya sistem bunga (riba) yang

telah menjerat banyak kelompok manusia tidak mampu keluar dari

17
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islam, (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Edisi Kelima), 37.
68

lingkaran kesulitan yang bukan saja semakin kompleks, melainkan

juga tidak kunjung terpecahkan. Ironisnya, segelintir manusia yang

lain memperoleh keuntungan berlipat ganda melalui penerapan sistem

yang tidak adil itu.

Sadar akan kepincangan itu, dewasa ini semakin banyak

kelompok masyarakat melirik sistem ekonomi yang berlandaskan

Syariah Islam sebagai alternatif solusi.Sejalan dengan itu,

persembahan buku Ekonomi Makro Islami edisi ketiga yang

mengalami penambahan appendiks dibandingkan dengan edisi kedua

ini merupakan wujud pengembangan Konsep Ekonomi Islam. Di

dalamnya, penulis selalu menggunakan pendekatan pada setiap

babnya; dimulai dengan kajian ekonomi mikro konvensional,

kemudian diikuti dengan ekonomi makro Islam. Hal ini dimaksudkan

untuk memberikan Science of economics dan philosophy of economics.

Pendekatan ini memungkinkan Anda sebagai pembaca bisa

membandingkan pemikiran ekonomi makro konvensional dengan

ekonomi makro Islami dalam setiap aspek pembahasannya.

Selain itu, seluruh gagasan dalam buku ini dituangkan secara

sederhana namun mendalam, lengkap dengan contoh-contoh kasus

yang hidup dan aktual dalam kehidupan masyarakat. Sehingga pantas

bila sumbangan pemikiran ini sepatutnya disambut hangat tidak saja

oleh kalangan muslim Musl, tetapi seluruh umat manusia yang telah
69

lama merindukan terwujudnya kesejahteraan hakiki bagi seluruh umat

manusia.18

B. Data Sekunder

1. A Dimyati, Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar

Karim.

Pendekatan dan metode yang ia gunakan dalam membangun

keilmuan ekonomi Islam. Pendekatan yang ia gunakan dapat dipetakan

menjadi pendekatan sejarah, pendekatan fikih dan ekonomi.

Adiwarman selalu berupaya menjelaskan fenomena ekonomi

kontemporer dengan merujuk pada sejarah Islam klasik, terutama pada

masa Rasulullah. Selain itu ia juga mengelaborasi pemikiran-

pemikiran sarjana besar muslim klasik dan mencoba

merefleksikannya dalam konteks kekinian, tentu saja menurut

perspektif ekonomi.

Selain menggunakan pendekatan sejarah Adiwarman juga

menggunakan pendekatan fiqh. Dalam pendangan Adiwarman fiqh

tidak hanya terbatas pada masalah-masalah ubudiyah tetapi cakupan

fiqh sangat luas karena fiqh juga digunakan untuk menemukan

jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkembang. Sebagai

seorang pemikir ekonomi Islam, kontribusi pemikiran Adiwarman

18
Adiwarman Azwar Karim, “Ekonomi Makro Islam” (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Edisi Ketiga), xi
70

sangat besar terhadap perkembangan dan kemajuan ekonomi Islam di

Indonesia.

Di Indonesia, meski dibilang masih muda atau jauh ketinggalan

dari negara-negara Islam yang menerapkan sistem ini, namun prospek

ke depan sangat bagus. Tentunya ini tidak lepas dari kontribusi yang

besar dari tokoh-tokoh ekonomi Islam Indonesia dalam memberikan

sumbangan pemikirannya untuk kemajuan ekonomi Indonesia, yang

diantaranya adalah Adiwarman Azwar Karim yang telah memberian

kontribusi pemikiran ekonomi Islam di Indoensia baik secar makro

maupun mikro. Dan ia juga merupakan salah satu perintis bank

syari‘ah di Indonesia sekaligus sebagai praktisi yang berusaha untuk

mengimplementasikan dan sekaligus membumikan ekonomi Islam di

Indonesia. Untuk itu ia mendirikan perusahaan konsultan yang diberi

nama Karim Business Consulting.19

2. Agus Arwani “Ekonomi Islam Salah Satu Model Alternatif Strategi

Merekatkokohkan NKRI” (STAIN Pekalongan).

Pendekatan dan metode yang dia ginakan Dengan

memahaminya, diharapkan umat Islam terdorong untuk

menerapkannya dan sekaligus mengetahui perbedaan ekonomi Islam

dengan ekonomi kapitalisme yang tengah diterapkan. Sudah saatnya

sistem ekonomi kapitalisme yang hanya menimbulkan penderitaan itu

kita hancurkan dan kita gantikan dengan ekonomi Islam yang insya

19
A. Dimyati, ‚Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim‛, dalam
http://didim76.multiply.com/journal/item/5 akses tgl 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB.
71

Allah akan membawa barakah bagi kita semua. Marilah kita renungkan

firman Allah SWT: “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman

dan berrtakwa, niscaya akan Kami limpahkan bagi mereka barakah

dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu,

maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya itu.” (Qs. al-A’râf:

96). Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dibidang sosial, maka

diperlukan suatu penyusunan konsep yang ideal, agar tercipta

masyarakat yang sejahtera, tidak minus dibidang ekonomi yang dapat

menghasilkan kemiskinan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Konsep untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial, membutuhkan

suatu paradigma pemikitan yang real dalam menempatkan konsep

pemikiran tentang kesejahteraan sosial, melalui pengembangan

sumberdaya masyarakat, menciptakan kondisi sosial yang kondusif di

Indonesia, dan dengan cara memanfaatkan semaksimal mungkin

sumber daya alam di Negara Indonesia, untuk kepentingan masyarakat

Indonesia secara universal. Konsep kesejahteraan terkandung dalam

ekonomi Islam bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur baldatun thoyi>batun wa rob>un ghofur yang dapat menjadi

negara yang aman dan sejahtera serta dapat mewujudkan ketahanan

NKRI.

Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan

perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut:


72

a. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang

dimiliki dan kemampuannya.

b. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif

dalam berbagai sektor kehidupan.

c. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun

luar negeri/regional.

d. Kesiapan perekonomian rakyat.

Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat

mempengaruhi pola dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap

kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional berkembang

menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik berasal dari luar

negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan strategis

penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi

ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional.

Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau

caracara dialogis harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan

budaya dalam pembangunan dan pembinaan kekuatan pertahanan

adalah sebagai fenomena yang mengelilingi kita setiap saat, yang

secara terus menerus terjadi dan tercipta oleh adanya interaksi dengan

orang lain. Ciri utama dari “Budaya” adalah sesuatu yang merupakan

hasil bersama (shared), atau kesepakatan kelompok (held in common).

Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah : bahasa, tradisi,

kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti


73

“kualitas produk”, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja,

kemampuan terpendam, cara berpikir, pengertian yang sama serta

simbol-simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap akan pengaruh

budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan

mengurangi dampak negatif globalisasi (kegoncangan budaya dan

ketimpangan/ketertinggalan budaya).20

3. Firda Zulfa (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Faqih Asy’ari Sumbersari

Kediri) yang berjudul “Pemikiran Ekonimi Islam Adiwarman Azwar

Karim”.

Pemikiran dan kontribusi yang dipersembahkan Adiwarman

Karim terhadap perkembangan ekonomi Islam di Indonesia memang

sangat luar biasa. Dengan berbagai bekal keilmuan dan pengalaman

yang dimilikinya, mampu menjadikan beliau sebagai salah satu orang

yang berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi Islam khususnya

di Indonesia. Hal itu seharusnya bisa menjadi contoh dan bahan

introspeksi bagi kita sebagai praktisi ataupun akademisi di bidang

ekonomi Islam yang nantinya diharapkan mampu melanjutkan

perjuangan yang telah dicontohkan para pakar ekonomi Islam

terdahulu seperti halnya Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A.,

M.A.E.P.

Pemikiran Adiwarman Azwar Karim

a. Redefinisi dan Rancang Bangun Ilmu Ekonomi Islam

20
Agus Arwani “Ekonomi Islam Salah Satu Model Alternatif Strategi Merekatkokohkan
NKRI”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 02, No. 1 (Oktober 2016), 279.
74

Menurut Adiwarman Karim, ekonomi Islam diibaratkan

satu bangunan yang terdiri atas landasan,tiang,dan atap. Sadar akan

hal itu, Adiwarman menawarkan pengertian ekonomi Islam sebagai

ekonomi yang dibangun di atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-

nilai yang ia maksud adalah tauhi>d (keesaan), ‘adl (keadilan),

khi>lafah (pemerintahan), nubuwwah (kenabian) dan ma’a>d

(return).

b. Integrasi Intelektual dan Harakah : Kampus-Pemerintah-Praktisi

Dalam pandangan Adiwarman, ekonomi Islam tidak akan

bisa bangkit di Indonesia dengan hanya menekankan pada salah

satu aspek pengembangan, teoritis atau praktis. Kedua aspek

tersebut harus berjalan bersamaan, serentak. Gerakan yang

demikian disebut oleh Adi warman sebagai h{a>rakah al-

iqtis}o>di>yah al-isla>miyah al-Indonesi>yah (Gerakan Ekonomi

Islam Indonesia). Menurutnya, keberhasilan perkembangan

ekonomi Islam di Indonesia dalam tahap yang sekarang ini tidak

lepas dari model h{ara>kah tersebut. Dengan pendekatan

h{ara>kah, dimaksudkan sebagai gerakan serentak masing-masing

sel; praktisi, akademisi, serta pemerintah.21

4. Fatkhul Wahab (Institut Agama Islam Al-Qolam Malang), Yang

berjudul “Konsep Dan Kontribusi Pemikiran Adiwarman Azwar

KarimTerhadap Perekonomian Indonesia”

21
Firda Zulfa “pemikiran ekonomi islam Adiwarman Karim”, jurnal Pemikiran & Ilmu
Hukum, Vol. 1, No. 2 (Desember, 2015), 27.
75

Ekonomi Islam merupakan perekonomian yang dipraktikan

berdasarkan syari‘at Islam yaitu Al Qur‘an dan Hadits dan sudah

berlangsung sejak zaman Rasulullah. Sistem ekonomi Islam

merupakan sistem yang lebih mengedapankan kesejahteraan umat

manusia jika dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya dan sistem

ini terbukti tidak terpengaruh ketika dunia mengalami krisis dibidang

moneter yang mengakibatkan banyak bank-bank konvensional

mengalami colaps.

Ekonomi Islam sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf

Qordhawi, merupakan sistem ekonomi yang memiliki karakteristik

tersendiri, ia adalah ekonomi Rabbani>yah, Ilahi>yah, Insa>ni>yah

dan berakhlaq. Sebagai ekonomi Ilahiyah, ekonomi Islam memiliki

aspek-aspek transendental yang sangat suci yang memadukan aspek

materi, dunia.Titik tolaknya adalah Allah dan tujuannya adalah

mencari keutamaan dan keridloan Allah.

Sementara itu, menurut Raharjo, ekonomi Islam merupakan

system ekonomi yang mendayung diantara dua karang, kapitalisme dan

sosialisme. Tapi ia bukan kapitalisme yang mengkultuskan kebebasan

dan kepentingan individu secara mutlak dalam kepemilikan dan bukan

pula sosialisme yang mematikan kriativitas individual lantaran adanya

prinsip sama rata dan sama rasa.

Ekonomi Islam merupakan ekonomi kemanusiaan karena

ekonomi Islam melihat aspek kemanusiaan yang tidak bertentangan


76

dengan aspek ilahiyah.Manusia dalam ekonomi Islam merupakan

pemeran utama dalam mengelola dan memakmurkan alam semesta

disebabkan karena kemampuan manajerial yang telah dianugerahkan

Allah kepadanya.

Di Indonesia, tidak berbeda halnya dengan negara-negara lain

dalam penerapan sistem perekonomian, meskipun teori yang

disampaikan pemegang kebijakan negeri ini adalah perekonomian

Pancasila yang berbasiskan kerakyatan, akan tetapi dalam praktiknya

tetap menerapkan perekonomian konvensional. Tidak dapat dielakkan

pula bahwa kiblat perekonomian nasional adalah Negara-negara maju

yang menerapkan sistem perekonomian konvensional yang bersifat

individualis-liberalis.

Perekonomian yang berbasiskan syari‘ah atau dengan istilah

lain ekonomi Islam di Indonesia tidak lepas dari kiprah Adiwarman

Azwar Karim. Adiwarman Azwar Karim menawarkan konsep bahwa

perekonomian Islam merupakan sistem perekonomian yang dibangun

di atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-nilai yang ia maksud adalah;

tauhi>d (keesaan), ‘adl (keadilan), khi>lafah (pemerintahan),

nubuwwah (kenabian) dan ma’a>d (return). Tulisan ini menkaji

tentang konsep dan kontribusi Adiwarman Azwar Karim terhadap

perekonomian Indonesia. Peneliti menarik kesimpulan bahwa ekonomi

Islam sebagaimana yang ditawarkan oleh Adiwarman menggunakan

pendekatan historis dan fiqh. Kontribusi Adiwarman Azwar Karim


77

dalam mengembangkan konsep ekonomi Islam dan sekaligus

membumikan konsepnya bertujuan untuk menemukan solusi terhadap

masalah yang berkembang di masyarakat22

22
Fathul Wahab “Konsep Dan Kontribusi PemikiranAdiwarman Karim Terhadap
Perekonomian Indinesia”, jurnal Al-Qolam Ekonomi Syariah, Vol. 1, N0. 1 (Maret 2016), 77

Anda mungkin juga menyukai