Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR

PENGANTAR
EKONOMI MAKRO
PENGANGGURAN DI PERKOTAAN DAN DESA SERTA
TINGKAT PENDIDIKANNYA

Oleh :

Nama : Gina Ainun Adriyati


NIM : C1C017029

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Jenderal Soedirman
Oktober 2017
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat


banyak serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, ini membuat
Indonesia pantas disebut sebagai negara yang kaya akan sumber dayanya, baik
pada sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Hal ini harusnya dapat
memberikan keuntungan besar untuk perekonomian di Indonesia.

Namun hal itu belum bisa terwujud karena keadaan di Indonesia sekarang
tidak seperti yang kita bayangkan. Ini Karena pemerintah Indonesia yang belum
dapat mengefesiensikan sumber daya alam dan manusianya yang melimpah.
Faktanya sekarang, banyak warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan atau
dengan kata lain menjadi pengangguran di negaranya sendiri.

Pengangguran ada karena jumlah populasi yang setiap saat bertambah


dengan pesat tanpa ada keseimbangan antara lahan untuk mencari kerja dengan
jumlah penduduk yang semakin bertambah itu. Pengangguran adalah orang yang
masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan
dan belum mendapatkannya . Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya
seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi,
dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.

Dalam makalah ini, saya akan mengulas sebagian kecil masalah


pengangguran di Indonesia dan memberikan sedikit bantuan solusi yang saya
harap akan membantu dalam menanggulangi masalah perekonomian
pengangguran di indonesia.

Keterbatasan lapangan pekerjaan di indonesia khuusnya di kota-kota besar


sangatlah tinggi dari tahun ketahun, sehingga berpotensi untuk tidak dapat
tertampungnya lulusan program pendidikan di lapangan kerja setiap tahun selalu
meningkat tidak pernah mengalami penurunan. Lapangan pekerjaan merupakan
indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi
indikator keberhasilan penyelenggaraan “pendidikan” dalam mengurangi angka
kemiskinan yang ada. Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran ini relatif
lebih besar dan banyak efek negatif dari hal ini salah satunya tingkat kriminalitas
tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Mengingat
kompleksnya masalah ini, maka upaya pemecahannya pun tidak sebatas pada
kebijakan sektor pendidikan saja, namun merembet pada masalah lain secara multi
dimensional. Di samping itu tentu saja akan menciptakan angka produktivitas
sosial yang rendah, yang akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat
nantinya. Pengangguran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam
pembangunan sumber daya manusia yang tengah dilakukan saat ini.
PEMBAHASAN

No. Pendidikan Tertinggi Yang 2016 2017


Ditamatkan Februari Agustus Februari
1. Tidak/belum pernah sekolah 94,293 59,346 92,331
2. Tidak/belum tamat SD 557,418 384,069 546,897
3. SD 1,218,954 1,035,731 1,292,234
4. SLTP 1,313,815 1,294,483 1,281,240
5. SLTA Umum/SMU 1,546,699 1,950,626 1,552,894
6. SLTA kejuruan/SMK 1,348,327 1,520,549 1,383,022
7. Akademi/Diploma 249,362 219,736 249,705

8. Universitas 695,304 567,235 606,939


Total 7,024,17 7,031,775 7,005,262

Diperoleh dari data tersebut bahwa Tingkat pengangguran Indonesia per


Februari 2017 menurun 5,33% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
sebesar 5,50%. Lalu pada data tersebut pengangguran terbuka (TPT) di kota dan
desa menurun dengan catatan di desa penurunannya lebih tajam dari 4,35%
menjadi 4%. Sementara itu, tingkat pengangguran di kota turun dari 6,53%
menjadi 6,50%. Berdasarkan laporan BPS, angkatan kerja pada Februari 2017
sebanyak 131,55 juta orang atau naik 6,11 juta orang dibanding Agustus 2016 dan
naik 3,88 juta orang dibandingkan Februari 2016.

Dari angkatan kerja tersebut, bahwa jumlah angkatan kerja yang bekerja
pada Februari 2017 mencapai 124,54 juta orang dan pengangguran sebanyak 7,01
juta orang. Pada Februari 2017, BPS mencatat penduduk usia kerja yang bukan
angkatan kerja mecapai 59,04 juta orang.

Berdasarkan status pendidikan, BPS melaporkan penyerapan tenaga kerja


hingga Februari 2017 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan
rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 75,21 juta orang atau 60,39%. Sementara
itu, penyerapan lulusan SMA sederajat mencapai 34,06 juta orang. Penduduk
bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 15,27 juta orang (12,26%) dengan
rincian 3,68 juta orang berstatus diploma dan 11,59 juta orang berpendidikan
universitas.

Melihat besaran penyerapan tenaga kerja dari tingkat SD, kualias SDM
lulusan di atas tingkatan SD harus ditingkatkan kedepannya. Pemerintah
diharapkan untuk melakukan pendidikan training atau vokasi, sebab pekerja lanjut
usia tidak mungkin melalui jalur formal

Dari data di atas menunjukan perbaikan kualitas penduduk bekerja


ditunjukan oleh meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi dalam
setahun terakhir, lanjutnya, persentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi
meningkat dari 11,34% pada Februari 2017 dari 12,26% pada periode yang sama
tahun lalu. Sementara itu, persentase penduduk bekerja berpendidikan rendah dan
menegah turun masing-masing sebesar 0,87 persen poin dan 0,05 persen poin.

Angka pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi yang diikuti laju


pembangunan, ternyata tidak dapat menyelesaikan permasalahan besar seperti
kemiskinan, pengangguran, dan kesempatan kerja yang rendah. Disebabkan
karena tekanan krisis dan kemiskinan, selain itu faktor yang menyebabkan
persoalan pengangguran makin mencemaskan adalah adanya disparitas antara
wilayah kabupaten-kota tertentu dengan kota-kota besar. Di wilayah kabupaten
yang miskin dan banyak kehilangan kesempatan kerja, jumlah pengangguran
dapat dipastikan meningkat dan ketika di pedesaan tidak lagi bisa ditemukan
tempat bergantung yang sesuai, maka pilihan yang terpaksa dilakukan adalah
mengadu nasib ke kota besar dan bahkan ke luar negeri. Untuk jangka pendek,
satu langkah realistis yang perlu dilakukan dalam upaya penanganan persoalan
pengangguran dan penciptaan kesempatan kerja adalah bagaimana mengkemas
upaya yang dilakukan yaitu program untuk menghilangkan disparitas atau
kesenjangan antar wilayah.
Selain karena disparitas wilayah antara desa dan kota, pengangguran
terbuka juga disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan
masyarakat desa. Ditandai oleh karakteristik sosial atau ciri yang sangat khas
yakni mereka umumnya memiliki pendidikan tidak terlampau tinggi yakni hanya
tamatan SD dan SMP.
Selain itu ketidakmampuan pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan
di berbagai sektor formal membuat banyak pengangguran dan juga ketimpangan
di perkotaan.
Pembangunan yang tidak merata antara desa dengan kota membuat arus
migrasi dari desa ke kota semakin besar, ini mengakibatkan desa kekurangan
tenaga kerja, dan sebaliknya di kota kelebihan tenaga kerja. Menjadikan
pengangguran dikota lebih besar dibandingkan desa.
Peran pemerintah daerah yang memiliki fungsi mengatur administrasi dan
memiliki otonomi di daerahnya belum bisa menjalankan fungsinya untuk
mengatur keperluan desa dan kota secara seimbang dan proporsional.
Pembangunan yang mengutamakan kota telah mengakibatkan kesenjangan yang
berakibat pada masalah-masalah baru yang kompleks, masalah tersebut pun tidak
hanya merugikan bagi desa yang tertinggal, tetapi bagi kota pun juga
menyebabkan masalah lainnya seperti kepadatan penduduk, timbulnya perumahan
kumuh, dan kesempatan kerja yang semakin sempit sehingga banyaknya
pengangguran.
PENUTUP

Kesimpulan :
Untuk mengatasi pengangguran terbuka yang terjadi di Indonesia jangan
hanya mengandalkan pemerintah semata. Harus ada masyarakat yang berani
membuat inovasi- inovasi baru untuk membuat jenis pekerjaan baru, guna
menyerap tenaga kerja yang ada. Untuk masalah tenaga kerja tidak terlatih dan
tenaga kerja tidak terdidik yang berasal dari desa, diperlukan peningkatan kualitas
SDM dengan cara pelatihan dan penyuluhan ke desa- desa, ini juga berguna untuk
mengurangi jumlah migrasi masyarakat desa ke kota. Jika masyarakat desa bisa
diberdayakan dengan baik, tidak menutup kemungkinan angka kesenjangan yang
ada antara desa dengan kota akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/index.php/brs/1376

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/972

https://www.bps.go.id/website/images/Infografis-Naker-Rilis-Mei-2017-ind.jpg
http://www.siwalimanews.com/post/angka_pengangguran_di_perkotaan_lebih_tin
ggi_dibandingkan_desa

Anda mungkin juga menyukai