Anda di halaman 1dari 9

1

ABSTRAK

Pada umumnya, masyarakat Indonesia memiliki pola hidup yang


cenderung konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang dihasilkan.
Peningkatan sampah dari tahun ke tahun tentunya tidak luput dari semakin
bertambahnya jumlah penduduk yang disertai peningkatan aktivitas dan
kebutuhan manusia.
Untuk sumber dan karakteristik sampah yang dihasilkan, umumnya
berbeda, yaitu tergantung dari daerah dan pola hidup masyarakat setempat. Di
Desa Tumpukrenteng sendiri misalnya, sampah yang dihasilkan sebagian besar di
daerah ini adalah sampah organik seperti daun-daunan. Dari karakteristik yang
ada di desa tersebut, maka penulis bermaksud membuat teknik operasional
pengelolaan sampah, yaitu pewadahan, penampungan, serta pengaturan struktur
pengelolaan sampah yang bertujuan untuk merencanakan pengolahan sanitasi
lingkungan khususnya di bidang persampah di Desa Tumpukrenteng, Kecamatan
Turen, Kabupaten Malang.

Kata kunci : Sanitasi, sampah, Tumpukrenteng

ABSTRAC

Commonly, Indonesian people tend to have consumptive life. It can be


seen from the trendof the rubbish which is produced every day. Hence, it is
increase from year to year. One of the reason of this increment is the population
explosive along with the human’s neededand activity.
The characteristics and sources of the rubbish is commonly different, it
dependon the life style and the region. For example at Tumpukrenteng area, this
area produced organic rubbish, such as leaves. From this characteristic the
writter want to make an operational technic of rubbish treatment. This purpose is
planned to have a sanitise enviroment from organic rubbish at Tumpukrenteng
area.

Key words: Sanitise, rubbish, Tumpukrenteng area

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampah merupakan bahan atau benda buangan hasil samping dari suatu
aktfitas manusia atau makhluk hidup lain, menyusul produk dari peristiwa alam.
Sampah juga merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Di Indonesia sendiri sampah masih menjadi masalah utama yang
2

sampai saat ini belum dapat terselesaikan dengan baik. Pengelolaan sampah yang
belum maksimal ini mengancam akses kehidupan manusia, seperti sungai yang
sudah tercemar oleh sampah tidak dapat digunakan lagi untuk aktifitas penduduk
pada umumnya yaitu, untuk mencuci, mandi, dan lain sebagainya .
Salah satu desa yang sampai pada saat ini masih belum memiliki
pengelolaan sampah secara baik dan terpadu adalah Desa Tumpukrenteng. Desa
Tumpukrenteng merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Turen,
Kabupaten Malang, yang berada diatas permukaan laut dengan curah hujan 2110
mm/tahun dan wilayah berupa dataran dengan tingkat kesuburan tanah sedang,
dengan luas wilyah 310,845 Ha. Sebagian besar penduduknya merupakan petani
maupun buruh tani sehingga sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah
sampah organik seperti daun-daunan dan sampah rumah tangga.
Masyarakat Desa Tumpukrenteng pada umumnya membuang sampah di
halaman mereka dengan cara membuat lubang ataupun mengumpulkannya di
halaman kemudian dibakar. Fasilitas pengelolaan sampah di desa Tumpukrenteng
seperti alat-alat pewadahan, alat pengangkutan maupun tempat sampah umum
belum tersedia, sehingga Desa Tumpukrenteng sangat memerlukan sistem
pengelolaan sampah.
Sebagian besar sampah di Desa Tumpukrenteng berasal dari sampah
rumah tangga dan pendidikan, hal ini disebabkan pada daerah studi belum
memiliki fasilitas penunjang seperti, instansi, industri maupun pasar di Desa
tersebut. Untuk fasilitas perdagangan di Desa Tumpukrenteng hanya terdapat
toko-toko kecil ataupun kios dan warung. Karakteristik sampah rumah tangga di
Desa Tumpukrenteng berupa sampah sayuran, sisik ikan, kertas pembungkus
sayuran, sisa makanan, plastik, kaleng dan sebagainya. Sedangkan sampah dari
fasilitas pendidikan seperti sekolah memiliki karakteristik sampah sama dengan
sampah rumah tangga.
Berdasarkan karakteristik sampah yang berada di Desa Tumpukrentang
maka teknik oprasional pengelolaan sampah yang dapat digunakan adalah dengan
cara, pewadahan, pengumpulan, dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah seberapa efektif aspek


teknik operasional, seperti pewadahan, penampungan, serta pengaturan struktur
pengelolaan sampah di Desa Tumpukrenteng.

TUJUAN

Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk merencanakan pengelolaan


sanitasi lingkungan, dalam hal ini adalah sistem pengelolaan sampah yang baik
yang dapat diterapkan di Desa Tumpukrentang, Kecamatan Turen, Kabupaten
Malang.
3

Menurut Hadiwiyoto (1983) sampah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi
(barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
Dari ciri-ciri tersebut, oleh Hadiwiyoto (1983) membuat suatu pengertian
yang definitif tentang sampah, yaitu sampah adalah sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian-bagian
utamanya, karena pengolahan, atau karena sudah tidak adanya harga dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian.
Aspek-aspek yang terdapat dalam sistem pengelolaan persampahan
(Wariman D, 1997) adalah :
1. Aspek Teknik Operasional
Secara umum pengelolaan persampahan ditinjau dari aspek teknik
oprasional terdiri dari :
a. Timbulan Sampah
Jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain :
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang industri dan perdagangan, tingkat
kesadaran masyarakat, kebiasaan hidup masyarakat, tingkat pendapatan
masyarakat, serta peraturan tentang penggunaan bahan pembungkus
dan taraf hidup masyarakat yang cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan pembangunan. (George Tchobanoglous et al,1997)
Pada umumnya, sumber sampah berasal dari daerah-daerah permukiman,
fasilitas umum, komersil, dan dari bebagai fasilitas limbah domestik, dan
institusi
Komposisi sampah di tiap kota berbeda-beda tergantung dari jumlah
penduduk dan pola kehidupan masyarakat, kondisi geografis, dan lain-lain.
Secara umum sampah dibagi menjadi: Sampah basah (Gerbage) yang
terdiri dari bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika
dibiarkan dalam keadaan basah, Sampah Kering (Rubbish) yaitu sampah
yang susunannya terdiri dari bahan organik yang tidak mudah membusuk
dan sampah lembut seperti debu dan abu (dust and ast).
Sampah yang terdiri dari bahan organik maupun bahan anoraganik dan
berupa partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dapat
membahayakan pernapasan.
Klasifikasi sampah secara khusus Hazardous waste (sampah barbahaya),
Bulky waste (sampah Balokan), Street sweeping (sampah jalanan), Sampah
binatang mati, Demolition and Construction Waste (sampah bangunan),
Sampah Industri, Sampah kandang pemotongan hewan dan Sampah
Lumpur
b. Pewadahan
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik secara individual maupun komunal.
c. Pengumpulan
Tipe pengumpulan yang dapat digunakan adalah secara tak langsung
(komunal) dimana sampah dari masing–masing sumber akan dikumpulkan
4

dahulu oleh semua sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand
cart) dan diangkut ke TPS.
d. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Sampah yang telah terkumpul kemudian diangkut ke tempat pembuangan
sementara (TPS). Untuk penampungan sementara (TPS) di Desa
Tumpukrenteng digunakan truk container.
e. Pembiayaan
Untuk Pembiayaan pegelolaan sampah sendiri dapat diambil dari restribusi
masyarakat dan juga melibatkan Dinas Kebersihan untuk meringankan
beban biaya atau mengatasi kekurangan pembiayaan. Dalam hal ini
partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Untuk itu, usaha-usaha yang
dapat dilakukan Pemerintah dalam meningkatkan dan
menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat antara lain mendukung
sepenuhnya baik secara moril maupun materil kegiatan masyarakat dalam
menciptakan lingkungan yang asri.
f. Pengaturan
Agar tercipta pegelolaan sampah yang baik maka diperlukan suatu sistem
pengaturan. Pada umumnya sistem pengaturan ini diwujudkan dalam
bentuk peraturan. Peraturan-peraturan yang diperlukan keberadaannya
dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah yang paling penting
yaitu yang merupakan kewajiban dan larangan. Kewajiban dan larangan
bagi penghasil sampah secara umum : Menyediakan dan menggunakan
wadah sampah yang sesuai kapasitas dan layak secara teknis, tidak
membuang sampah ke jalan, sarana transportasi, taman dan tempat umum
lainnya., tidak membakar sampah di halaman rumah maupun tempat
lainnya, tidak membuang ke saluran drainase dan sungai atau lahan-lahan
kosong, membayar restribusi (ongkos jasa) yang ditetapakan.
2. Aspek Organisasi
Aspek organisasi sangat penting agar sistem berjalan dengan baik. Unsur
organisasi yang diperlukan dalam pengelolaan sampah menyangkut :
Tenaga Kerja dan Struktur organisasi
3. Aspek Pembiayaan
Merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan terutama untuk suatu sistem
yang luas dan kompleks.
4. Aspek pengaturan
Pada umumnya aspek-aspek ini diwujudakan dalam bentuk Peraturan
Pemerintah Pusat maupun daerah.
5. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan
masyarakat dalam arti ikut serta bertanggung jawab pasif maupun aktif,
secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Sistem Pemusnahan Sampah.


Seperti yang telah diutarakan di atas, pada saat ini permasalahan sampah
baru diselesaikan dengan jalan pemusnahan. Sampah belum dimanfaatkan
5

secara optimal. Berbagai cara pemusnahan yang dapat dilakukan secara


sederhana :
a. Pemupukan
Dengan metode pemupukan, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan
secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
Metode pemupukan bersifat murah, sederhan, tetapi menimbulkan resiko
berjangkitnya penyakit menular.
Pada prinsipnya dengan metode pemupukan sampah dibuang untuk
menutupi lekukan tanah , rawa, atau jurang tanpa melakukan penutupan,
selain itu, penumpukan dapat juga dilakukan di laut.
Dampak negatif yang dapat terjadi dari sistem pemupukan adalah
menyebabkan pencemaran terutama bau, kotoran, dan sumber penyakit
melalui udara dan badan-badan air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan
produk kompos atau pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah
organik seperti sisa sayuran, dipotong-potong, dibasahi, kemudian
ditumpuk empat persegi panjang mencapai ketinggian 1,5 meter dan diberi
sungkup penutup. Setelah 16 hari kompos dibalik, dan pembalikannya
dilakukan lagi setelah hari ke 46. Setelah itu kompos dibiarkan selama 90
hari, untuk kemudian digunakan sebagai pupuk.
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar. Oleh
karena itu, sebelumnya harus dilakukan dahulu pemisahan bagian-bagian
sampah yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Tempat
pembakaran harus bisa di usahakan jauh dari daerah pemukiman untuk
menghindari pencemaran, bau, dan kebakaran
6

METODOLOGI PERENCANAAN

SAMPAH:
PENUMPUKAN SAMPAH

SUMBER SAMPAH:
PEMBAHASAN
RUMAH TANGGA

PENGUMPULAN DAN PEWADAHAN

PEWADAHAN KOMUNAL PEWADAHAN INDIVIDUAL

PENGANGKUTAN

TPA

Gambar 1.2 Diagram alir tahapan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Manajemen Pengelolaan Sampah Di Desa Tumpukrenteng

Gambaran Umum Pengelolaan Sampah di Desa Tumpukrenteng


Dari data yang diperoleh rata-rata pekerjaan penduduk sebagai petani dan
pedagang. Masyarakat pada umumnya membuang sampah secara individu tanpa
adanya petugas kebersihan atau pasukan kuning yang bertugas melakukan
pengangkutan.
Masyarakat di Desa Tumpukrenteng pada umumnya membuang sampah di
halaman mereka dengan cara membuat lubang ataupun di kumpulkan di halaman
kemudian di bakar.
Untuk fasilitas pengelolaan sampah di Desa Tumpukrenteng seperti alat-
alat pewadahan, alat pengangkutan maupun tempat sampah umum belum tersedia.
Melihat gambaran tersebut maka di Desa Tumpukrenteng sangat memerlukan
sistem pengelolaan sampah yang terpadu.
7

Karakteristik Sampah di Desa Tumpukrenteng


Masyrakat di Desa Tumpukrenteng sebagian besar bekerja sebagai petani
atau buruh tani sehingga sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah
organik dan daun-daunan. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata sampah
perorang yang diperoleh sekitar 0,00315 m3/hari/orang dan jumlah timbulan
sampah sekitar 14,96 m3/hari. Untuk sampah anorganik seperti plastik, kaleng
maupun barang pecah belah jumlah yang ada sangat sedikit.
Sampah di Desa Tumpukrenteng sebagian besar berasal dari sampah
rumah tangga dan sampah pendidikan saja. Berdasarkan karakristik sampah yang
ada di Desa Tumpukrenteng maka disini penulis menerapkan metode pewadahan
dimana pewadahan terdiri dari pewadahan individual dan pewadahan komunal,
pengumpulan sampah, dan tempat penampungan sementara yang direncanakan
untuk sepuluh tahun kedepan.
Untuk masalah pembiayaan dalam pengelolaan sampah di Desa
Tumpukrentang dipungut dari biaya restribusi masyarakat yaitu jumlah penduduk
dikalikan sumbangan nominal yang harus dibayar sesuai dengan kesepakatan dan
berasal dari Dinas Kebersihan.

Organisasi dan Peran Serta Masyarakat

Manajemen dan Struktur Organisasi


Usulan organisasi bagi pengelolaan persampahan di Desa Tumpukrenteng
Kecamatan Turen adalah :

Kepala Desa

Tata Usaha Bagian


Persampahan

Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian


Program Keuangan Umum

Seksi Seksi Seksi Peran Seksi


Pembersihan, Pengelolaan Serta Retribusi
pengangkutan, TPS Masyarakat
dan
pemeliharaan

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Desa


8

Bentuk-bentuk kelembagaan tergantung pada kondisi dan situasi


kebutuhan yang ada di masyarakat. Struktur organisasi pengelolaan persampahan
yang ada di masyrakat pada umumnya dilaksanakan melalui kepengurusan
RT/RW. Dalam hal ini hanya untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPS
sebelum diangkut oleh Dinas Kebersihan ke TPA, masyarakat dituntut untuk
membayar biaya pengelolaan RT/RW lainnya, baik untuk keamanan dan lain
sebagainya.
Pengelolaan yang dilaksanakan dalam pengelolaan persampahan perlu
dibentuk suatu lembaga pengelola yang dilaksanakan dan dibentuk berdasarkan
musyawarah warga. Dalam pengelolaan persampahan terdapat beberapa devisi,
misalnya devisi produksi, devisi pemasaran, dan lain-lain.
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan mengenalkan manfaat
dalam pengelolaan sampah perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus.
Sosialisasi ini dapat berupa penyebaran liflet, brosur maupun dengan dimuatnya
isu-isu persampahan dalam koran yang diterbitkan oleh paguyuban.

Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam penanggulangan sampah antara lain :


a. Menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan sekitar dengan tidak
membuang sampah sembarangan.
b. Membayar retribusi dalam pengelolaan sampah sesuai kesepakatan yang
telah dicapai.
c. Masyarakat terlibat secara langsung dalam kegiatan pengelolaan terutama
pada tahap pemilihan sampah di sumber.
d. Menjaga kebersihan fasilitas yang ada.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan ini adalah sebagai berikut


a. Karakteristik sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sampah
organik (daun-daunan dan sisa dari kegiatan rumah tangga). Untuk sampah
anorganik (botol, kaleng, plastik), volume sampah yang dihasilkan sedikit.
b. Pewadahan yang digunakan mengunakan dua jenis pewadahan yaitu,
pewadahan individual dan pewadahan komunis.
c. Pengumpulan yang dipergunakan secara tidak langsung (komunal) dan
membutuhkan tenaga kerja dengan menggunakan gerobak.
d. Pembuangan sampah akhir diangkut menggunakan truk container.
9

Adapun saran yang dipertimbangkan dalam hal pengelolaan sampah di


Desa Tumpukrenteng Kecamatan Turen, Kabupaten Malang ini adalah :
a. Perlu kiranya diterapkan sistem pengelolaan sampah tersebut, dengan
maksud meningkatkan kehidupan masyarakat yang sehat.
b. Perlu diarahkannya kegiatan karang taruna atau pembentukan kelompok-
kelompok untuk kegiatan pengolahan sampah menjadi kompos.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Anonim. 2006. Sampah (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/sampah).2008


(2) Anonim.2007. Seminar Sehari Apresiasi Air dan Sanitasi (online).
(http://www.itb.ac.id/news). 2008
(3) Anonim. 2008. (online). (http://www.togarsilaban.com). 2008
(4) Budiman, Arif. 2008. Penyusunan Program Pengelolaan Sampah di Kelurahan
Tasikmadu (RW, 01). ITN. Malang (tidak diterbitkan)
(5) Damanhuri, Enri dan Padmi Tri. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah.
Institut Teknologi Bandung: Bandung
(6) Irawan, Guntur. 2008. Penyusunan Program Pengelolaan Sampah di
Kelurahan Tunggulwulung (RW,11). ITN. Malang (tidak diterbitkan)
(7) KRT Tjokrokusumo. 1998. Sampah dan Masalahnya. Jurnal Ilmiah STTI,
STTK YLH. Yogyakarta
(8) Kustiah Tuti Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.
2005. (online). (http://www.pu.go.id.com).2008
(9) Said, E. Gumbira.1987. Sampah Masalah kita Bersama.Bogor: Medyatama
sarana Perkasa
(10) Tchobanoglous, Hillary Thiesen and Samuel A. Vigil. 1993. Intergrated Solid
Waste. McGRAW-Hill: Kogashuha
(11) Wardiman D. 1997. Rekayasa Lingkungan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai