Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dunia kelistrikan saat ini sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tenaga listrik merupakan satu jenis energi yang sangat dibutuhkan dalam
hidup dan kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari. Listrik dipergunakan
sebagai kebutuhan sarana untuk membantu kegiatan hidup manusia. Dalam
mendukung pemanfaatan energi listrik tersebut diperlukan sarana dan
teknologi yang memadai, agar energi listrik dapat secara optimal, baik, efisien
dan aman baik peralatan maupun bagi pengguna.
Dalam dunia kelistrikan perlukan adanya peraturan ketenaga listrikan
sebagai pegangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan ketenaga listrikan.
Pihak-pihak yang berkaitan tersebut diantaranya para pengguna agar dapat
mengetahui aturan dan hak-haknya dalam berlangganan dan menggunakan
energi listrik. Bagi perusahaan dengan bidang kelistrikan, aturan sangat
diperlukan untuk menerapkan standard kualitas pelayanan listrik yang aman
dimana instalasi listrik yang sebagai penguhubung ke para pelanggan.
Berdasarkan standard kualitas pelayanan listrik, dalam memanfaatkan
energi listrik dengan sarana utama yang menghubungkan antara sumber akan
listrik dengan peralatan-peralatan pendukung sebagai penghantar maupun
sebagai beban listrik. Untuk memanfaatkan energi listrik tersebut diperlukan
perancangan dan membuat instalasi listrik dengan meliputi teknik dan prinsip
tertentu. Instalasi listrik terdiri atas komponen, rangkaian dan peralatan
pengaman.
Berdasarkan rangkaian, komponen serta peralatan dengan segi keamanan
dan standard tentunya suatu instalasi listrik mementingkan kondisi dan fungsi
daripada komponen serta peralatan dalam menjadi satu kesatuan untuk
menghubungkan dan menyalurkan energi listrik. Sebaik-baiknya suatu
instalasi listrik dapat saling terhubung antar komponen yang meminimalisir
hubung singkat maupun korsleting listrik yang justru membahayakan bagi
kelangsungan hidup manusia.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa definisi listrik?
b. Bagaimana seharusnya pemasangan instalasi itu dilakukan dan
pengaruhnya terhadap manusia?
c. Bagaimana kondisi dan hasil rangkaian instalasi listrik yang melibatkan
komponen yang berbeda beda?
1.3. Tujuan
a. Mampu mengenali bentuk dan jenis komponen yang digunakan untuk
instalasi listrik
b. Mampu membaca gambar dengan baik dan benar
c. Mampu merangkai instalasi listrik

1.4. Batasan Masalah


Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah di atas, maka dalam
permasalahan ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah
dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah mengenai instalasi
lilstrik. Permasalahan ini hanya membatasi masalah pada instalasi listrik
sakelar tunggal, stopkontak, dan 1 titik lampu.
BAB II
LANDASAN TEORI

Listrik merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya


pergesekan ataupun melalui sebuah proses kimia. Listrik digunakan untuk
kemudian menghasilkan panas, cahaya atau bahkan bisa dimanfaatkan untuk
menggerakan sebuah mesin atau bahkan menjadi penerangan bagi suatu bangunan
atau tempat. Mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan komponen atau bahan
instalasi listrik merupakan pekerjaan yang mengacu pada hasil dalam suatu
perencanaan produk yang dihasilkan adalah gambar dan analisa. Gambar adalah
teknik yangdiwujudkan dalam kesepakatan simbol. Gambar dapat berupa gambar
sketsa, gambar konstruksi, dan gambar pengawatan. Adapun beberapa peralatan
yang digunakan sebagai berikut :
a. Saklar
Saklar merupakan alat yang digunakan untuk memutuskan dan
menyalurkan aliran arus listrik ke beban berupa lampu (instalasi
penerangan). Saklar dibagi menjadi beberapa jenis seperti saklar tunggal,
saklar seri, saklar silang / tukar, saklar magnet (kontaktor). Untuk saklar
tukar dan saklar magnet, pada umumnya digunakan di perusahaan
perusahaan. Saklar harus terhubung dengan fasa listrik, dan jangan
menghubungkan fasa langsung dengan netral atau ground karena hal ini
dapat menyebabkan terjadinya hubung singkat.
b. Stop kontak
Kotak kontakatau Stop kontakadalah alat untuk menyediakan daya
cadanganuntuk berbagai keperluan.Kotak kontakyang digunakan untuk
keperluan daya kecilseperti pendingin ruangan (AC), lemari es,TV, pompa
air dan sebagainya.
c. Kabel
Penghantar kabel yang umum dipakai pada instalasi listrik
biasanyamenggunakan kabel dengan jenis NYM dan NYA(menggunakan
pipa pelindung / conduit) dengan ukuran yang disesuaikan dengan keadaan
beban yang terpasang. Biasanya untuk instalasi penerangan digunakan
kabel dengan ukuran 1.5mm, untuk instalasi stop kontak digunakan kabel
dengan ukuran 2.5 mm dan untuk pemasangan dari KWH menuju MCB
digunakan kabel dengan ukuran 4 mm.

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)


Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian
harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi
Listrik) yang diterbitkan tahun 1977, kemudian direvisi tahun 1987 dan terakhir
tahun 2000. Sistem instalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik (tegangan,
frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan keamanan,
sudah diatur dalam PUIL. Tujuan dari peraturan instalasi listrik diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.
b. Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
c. Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
d. Menjaga ketenangan listrik yang aman dan efisien.
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan
tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat dipergunakan secara
lebih baik dan lebih efisien, sehingga meningkatkan mutu. Standarisasi juga
membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan.
Untuk mewujudkan instalasi listrik yang dapat menjamin pemanfaatan energi
listrik yang baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika
perancangan dan pemasangan instalasinya. Prinsip-prinsip instalasi listrik adalah :
a. Safety (Keamanan)
Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar
dan peraturan yang ditetapkan oleh SPLN, PUIL-2000 serta IEC
(International Electrotechnical Commission) dengan tujuan untuk
keamanan dan keselamatan bagi pengguna, harta benda dan instalasi listrik
itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bila dilengkapi dengan
sistem proteksi yang sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam
merespon gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Contoh: Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan
sistem pentanahan/pembumian agar manusia terhindar dari sentuhan tidak
langsung akibat kejutan listrik yang tidak terduga, karena adanya
kebocoran arus listrik pada body peralatan listrik.
b. Reliability (Keandalan)
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan andal bila operasi sistem
kelistrikan dapat bekerja dalam waktu yang cukup lama dan bila terjadi
gangguan dapat dengan cepat diatasi.Keandalan yang diperlukan meliputi
unjuk kerja sistem, pengoperasian sistem dan juga peralatan yang
digunakan.
c. Accessibility (Kemudahan)
Kemudahan pada sistem instalasi listrik maksudnya adalah sistem tersebut
dapat diperasikan dengan mudah, tidak memerlukan skill tinggi.
Pemasangan peralatan sistem dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Demikian juga perawatan dan perbaikan dapat dilaksanakan dengan
mudah.
Contoh: Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu
sistem kontrol, maka sistem instalasi panel kontrol harus dilengkapi label
pada peralatan listrik yang terpasang, adanya penomoran pada terminal,
kabel dan pengawatan peralatan yang disesuaikan dengan gambar/diagram
kontrol dan instalasi.
d. Avaibility (Ketersediaan)
Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik,
karena berkaitan dengan kemungkinan pengembangan ataupun perluasan
proses kontrol/mesin yang meliputi ketersediaan alat, tempat/ruang dan
daya. Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan
apabila :
- Adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi
kerusakan pada peralatan yang dalam kondisi operasi, baik yang
telah tersedia dilapangan umum maupun yang dengan mudah didapat
dipasaran.
- Adanya cadangan tempat atau ruang yang diperlukan untuk
menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan
ataupun perluasan sistem.
- Adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang dapat langsung
digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah kabel pada
sistem instalasi.
e. Impact of Environment (Pengaruh Lingkungan)
Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan
dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar dimana sistem instalasi
dipasang yang meliputi :
- Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan
- Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan
Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu, harus
dipertimbangkan, apakah peralatan itu mempunyai pengaruh negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. maka harus dirancang agar pengaruh
negatif yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dapat dihilangkan atau
diperkecil.
f. Economic (Ekonomi)
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil
bila efisien dan efektif dalam hal penggunaan daya listrik, peralatan yang
digunakan cukup andal dan kecilnya delay time pada pengoperasian proses
produksi. Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan
kondisi operasional jangka panjang agar dapat hemat biaya-biaya yang
dikeluarkan terhadap :
- Pemeliharaan dan perluasan sistem.
- Pemakaian/penggantian peralatan.
- Pengoperasian sistem
g. Estetika (Keindahan)
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan dapat menimbulkan
kemudahan dan kejernihan pikiran dalam melaksanakan perawatan dan
perbaikan pada sistem instalasi. Keserasian dalam pemilihan dan
penggunaan/pemilihan peralatan yang disesuaikan dengan ukuran, bentuk
dan warna yang sedemikian rupa, sehingga menimbulkan pemandangan
yang indah dan nyaman.

Keamanan Instalasi Listrik


Pengaman instalasi listrik adalah salah satu jenis peralatan yang berfungsi
mengamankan peralatan listrik dari gangguan arus hubung singkat (short circuit)
dan beban lebih (over load). Penggunaan peralatan pengaman (proteksi) pada
instalasi listrik merupakan hal yang sangat penting, karena berhubungan langsung
terhadap keamanan dan keselamatan bagi pengguna listrik dari bahaya sengatan
listrik atau kerusakan instalasi dan peralatan listrik yang digunakan.
Pemasangan peralatan pengaman listrik harus memperhitungkan besarnya
arus listrik dari beban instalasi listrik atau besarnya arus dan tegangan listrik yang
masih mampu ditanggung dalam beberapa saat, apabila suatu instalasi maupun
peralatan listrik yang digunakan mengalami gangguan. Gangguan-gangguan yang
terjadi pada instalasi listrik diantaranya :
(a) arus beban lebih
(b) arus hubung singkat (arus hubung pendek)
(c)arus bocor ke bumi.
Dengan demikian, pemilihan dan penggunaan peralatan pengaman listrik
yang tepat akan mendukung didapatnya suatu sistem instalasi listrik yang aman
dan andal.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum instalasi
listrik adalah sebagai berikut :
No. Nama Satuan
1. Palu 1
2. Gergaji 1
3. Obeng 1 set 1
4. Tespen 1
5. Tang kupas 1
6. Tang kombinasi 1
7. Tang cucut 1
8. Tang potong 1
9. Fitting 1
10. Saklar tunggal 1
11. Stop kontak 1
12. Penggaris 1
13. Papan percobaan 1
14. Steker 1
15. Lampu 1
16. Kabel NYA Secukupnya
17. Isolasi Secukupnya
18. Pipa Secukupnya
19. Sekrup Secukupnya
20. Klem Secukupnya
21. Roset 3
22. Elbow Secukupnya
23. Kotak sambung 2

3.2. Gambar Rangkaian

Gambar 1. Single Line


Gambar 2. Wiring Diagram

3.3. Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Periksa sumber listrik yang akan digunakan untuk praktikum
3. Lakukan pemasangan pipa, T-dust, L-dust, Embodust
4. Lakukan peamasangan kabel ke dalam pipa
5. Lakukan penyambungan kabel ke komponen yang terpasang dan apabila
terjadisambungan di T-Dust dan L-Dust jangan lupa isolasikan
sambungan tersebut.
6. Lakukan pengujian
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan

Gambar 3. Hasil Percobaan 1

Gambar 4. Hasil Percobaan 2

4.2. Analisis

Tabel 1

Input Output
Saklar Tunggal Stopkontak Lampu
0 1 0
1 1 1
0 = Off
1 = On
Pada Percobaan 1 dapat dianalisis bahwa Lampu tidak akan ON (1)
Jika Saklar tidak dalam kondisi ON (1). Jika Terhubung Sumber Tegangan
Stopkontak akan berkondisi ON (1) tanpa pengaruh kondisi lampu.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa instalasi yang
telah dirangkai merupakan instalasi dasar dan harus benar benar dipahami dari
prinsip kerja, dan rangkaiannya agar pada saat pemasangan tidak terjadi hubung
singkat. Kelalaian dan pemakaian listrik yang salah, yang dapat mengakibatkan
kebakaran dan juga kerusakan material yang cukup besar dan juga dapat
mengakibatkan hilangnya nyawa. Instalasi listrik harus diadakan pemeriksaan dan
pengujian secara teratur oleh instansi yang berwenang terhadap penyalahgunaan,
kerusakan atau pelaksanaan pemasangan yang tidak standar. Selain itu, peralatan
yang dipilih untuk dipasang dalam instalasi listrik harus memenuhi standar yang
berlaku dan mentaati ketentuan PUIL 2000, serta harus cocok pemakaiannya
terhadap lingkungannya, dan mengikuti instruksi pabrik pembuat peralatan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
B.Robertson, John. 2003. Teknik Listrik Praktis. Bandung : CV Yrama
Widya.
2.
Sumardjati,Prih, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
3.
Sumardjati,Prih, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 2.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Anda mungkin juga menyukai