Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………….………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………….…………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …… … … … ………………………..…… … … … ………2

1.2 Tujuan penulisan…………………….…………………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transkripsi…………………………………………………………………..4

2.2 proses Tahapan Transkripsi……… ……………………… ……………………… … ..5

2.3 Transkripsi pada prokariota……………………………………………………………..6

2.4 Transkripsis pada Eukarita………………………………………………………………8

2.5 Pengertian Translasi…………………………………………………………………….9

2.6 Proses tahapan translasi……………………………………………………………….10

2.7 Translasi pada eykariotik………………………………………………………………12

2.8 Translasi pada eukariota……………………………………………………………….17

2.9 Kode genetik…………………………………………………………………………..21

BAB III PENUTUP

3.2Kesimpulan..…………………………………………………………………………...22

3.3 Saran……………………………………………………………………………….….23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….24

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu ciri makhluk hidup adalah membuat makanan nya sendiri atau membentuk energi
sendiri,dalam pembentukan enegi terdapat beberapa proses didalam tubuh manusia.
Salah satu yang berperan adalah sel ribosom ,di dalam sel ribosom terdapat sintesis protein,

Ada tiga aspek penting dalam mekasnisme sintesis protein, yakni lokasi berlangsungnya
sintesis protein pada sel; mekanisme berpindahnya Informasi atau hasil transformasi dari
DNA ke tempat terjadinya sintesis protein; dan mekanisme asam amino penyusun protein
pada suatu sel berpisah membentuk protein-protein yang spesifik.

Salah satu organel yang berukuran kecil dan padat dalam sel (juga nukleus) dengan
menghasilkan protein yang non-spesifik atau sesuai dari mRNA yang di translasi. Ribosom
sendiri memiliki diameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan
35% protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP).

Sintesis protein merupakan proses pembentukan protein yang melibatkan peran DNA dan
RNA. RNA sendiri adalah materi genetik yang basa nitrogennya terdiri dari Adenin (A),
Guanin (G), Sitosin (C) dan Urasil (U).

Secara sederhana, sintesis protein terdiri dari dua tahap, yaitu transkripsi dan translasi

2
1.2 Tujuan Penulisan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah biologi sel.


2. Untuk memahami bagaimana proses sintesis protein.
3. Untuk mengetahui proses transkripsi
4. Untuk mengetahui proses translasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TRANSKRIPSI

Transkripsi merupakan sintesis RNA berdasarkan template DNA. Kedua asam nukleat
menggunakan bahasa yang sama dan informasinya tinggal ditranskripsi (disalin) dari satu
molekul ke molekul yang lain. Persis sebagai mana saat proses replikasi, untai DNA
menyediakan suatu cetakan (template) untuk sintesis untai komplemen terbaru, pada
transkripsi juga disediakan template untuk menyusun RNA. Molekul RNA yang dihasilkan
merupakan transkrip penuh dari perintah pembangun protein dari gen tersebut. Jenis molekul
RNA ini disebut RNA messenger (mRNA).(Yuwono,2005).

Transkripsi adalah penerjemahan informasi yang terdapat pada DNA menjadi RNA. Atau
dalam kalimat yang sederhana adalah menghasilkan RNA dengan cetakan berupa DNA.
DNA yang mengalami transkripsi dapat memiliki satu atau lebih gen, proses ini terjadi dalam
nukleus, mitokondria, dan plastida.

Transkripsi merupakan tahap pertama dari proses sintesis protein yang nantinya dilanjutkan
dengan tahap kedua yaitu translasi. Protein yang dihasilkan dalam proses ini akan berperan
sebagai enzim, hormon, maupun, komponen sel yang penting bagi kelangsungan hidup
organisme.

4
2.2 PROSES TAHAPAN TRANSKRIPSI DNA

Proses transkripsi membutuhkan bantuan dari enzim yang disebut RNA polimerase. Enzim
ini berfungsi ntuk membuka rantai ganda DNA dan membentuk rantai RNA dari cetakan
(template) DNA yang ingin diterjemahkan.

Proses trnaskripsi dapat dibagi menjadi 3 langkah yaitu: inisiasi, elongasi, dan terminasi.

1. Inisiasi (permulaan)

Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali transkripsi disebut sebagai
promoter. Suatu promoter menentukan di mana transkripsi dimulai, juga menentukan yang
mana dari kedua untai heliks DNA yang digunakan sebagai cetakan.

2. Elongasi (pemanjangan)

Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka untaian heliks ganda DNA dengan
bantuan enzim polimerase, sehingga terbentuklah molekul RNA yang akan lepas dari cetakan
DNA-nya.

3. Terminasi (pengakhiran)

Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA yang disebut
terminator. Terminator yang ditranskripsi merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi
sebagai kodon terminasi (kode stop) yang sesungguhnya. Pada sel prokariotik, transkripsi
biasanya berhenti tepat pada akhir kodon terminasi, yaitu ketika polimerase mencapai titik
terminasi sambil melepas RNA dan DNA. Sebaliknya, pada sel eukariotik polimerase terus
melewati sinyal terminasi, suatu urutan AAUAAA di dalam mRNA. Pada titik yang jauh
kira-kira 10 hingga 35 nukleotida, mRNA ini dipotong hingga terlepas dari enzim tersebut.

5
Transkripsi pada prokariota dan ekariota memiliki perbedaan, ini karena perbedaan dalam
komplekstitas DNA tersebut. DNA prokariota lebih pendek dan sederhana, sedangkan DNA
eukariota sangat panjang dan dikemas sedemikian rupa dengan berbagai macam protein
seperti histon.Transkripsi menjadi 2 macam, yaitu pada prokariota dan eukariota.

2.3 TRANSKRIPSI PADA PROKARIOTA

Prokariota merupakan organisme sel tunggal yang belum memiliki membran inti dan organel
bermembran. Anggota dari kelompok ini adalah bakteri dan ganggang hijau biru. Mereka
memiliki DNA inti yang tidak terbungkus membran nukleus dan juga terdapat DNA
sitoplasma dalam bentuk plasmid.

Setiap gen pada DNA prokariota selalu diawali dengan promoter dan di akhiri dengan
terminator. Jadi strukturnya adalah sebagai berikut: promoter-gen-terminator. Promotor dan
terminator juga merupakan basa nukleotda namun bukan bagian yang akan diterjemahkan
menjadi RNA.

6
Transkripsi pada prokariota

Transkripsi bakteri dimulai ketika enzim RNA polimerase menempel pada bagian promoter,
hal ini menjadi penanda bahwa proses transkripsi akan segera dimulai. RNA polimerase akan
membuka rantai ganda DNA dan memungkinkan terciptanya RNA dari salah satu rantai
DNA yang digunakan sebagai cetakan.Tahap ini disebut dengan inisiasi.

Setelah itu RNA polimerase akan menggabungkan nukleotida bebas menjadi rantai RNA
yang sesuai dengan cetakan. RNA polimerase akan bergerak sepanjang gen yang akan dicetak
hingga proses pembentukan RNA selesai. Proses pembentukan RNA sepanjang cetakan DNA
ini disebut dengan tahap elongasi.
Setelah RNA terbentuk sempurna, RNA polimerase akan sampai pada bagian terminator yang
menandai berakhirnya proses transkripsi. RNA akan terlepas dan diikuti RNA polimerase
yang juga akan melepaskan diri dari DNA tersebut. Tahap ini disebut dengan terminasi.

7
2.4 TRANSKRIPSI PADA EUKARIOTA

Eukariota adalah organisme selain bakteri dan ganggang hijau biru. Eukariota memiliki
struktur DNA yang kompleks karena sangat panjang dan dikemas sedemikian rupa dalam sel.
RNA polimerase pada eukariota tidak bisa bekerja sendiri, enzim ini harus dibantu oleh
protein khusus yang disebut oleh satu atau beberapa faktor tanskripsi.

Transkripsi pada eukariota

Tahap inisiasi diawali dengan menempelnya faktor transkripsi pada promoter. Hal ini akan
memicu menempelnya RNA polimerase pada promoter, menempelnya faktor transkripsi dan
RNA polimerase pada promoter akan membentuk kesatuan yang disebut kompleks inisiasi
transkripsi. RNA polimerase akan membuka rantai ganda DNA sehingga proses
pembentukan RNA dapat berlangsung.

Proses elongasi pada eukariota sama dengan yang terjadi pada prokariota, dimana ada sebuah
rantai DNA yang menjadi cetakan bagi terbentuknya RNA. RNA akan dibuat sepanjang
cetakan tersebut oleh RNA polimerase.

Proses terminasi terjadi ketika RNA polimerase sampai pada akhir gen dimana akan
tergentuk urutan nukleotida AAUAAA di akhir RNA. Setelah itu suatu enzim akan
memotong sepanjang 10-35 nukleotida dari AAUAAA sehingga RNA tersebut lepas. RNA
polimerase dan faktor transkripsi-pun terlepas.

Transkripsi pada prokariota maupun eukariota akan menghasilkan mRNA, tRNA, mupun
rRNA tergantung gen mana yang ditranskripsikan. Hanya saja khusus untuk mRNA akan
menjalani proses selanjutnya berupa translasi agar dapat menghasilkan protein.

Rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan RNA disebut template atau antisense,

8
sedangkan rantai yang tidak digunakan sebagai cetakan disebut sense. RNA terbentuk dari
ujung 5’ menuju ujung 3’ dan pada eukariota kecepatan transkripsi sekitar 40 nukleotida per
detik. Pada RNA terdapat basa nitogen urasil yang menggantikan posisi timin. Pada DNA,
basa adenin akan berpasangan dengan timin, namun saat membentuk RNA adenin akan
menjadi cetakan bagi urasil.

2.5 PENGERTIAN TRANSLASI DNA

Translasi merupakan sintesis polipeptida yang sesungguhnya, yang terjadi berdasarkan


arahan mRNA. Selama tahapan ini terjadi perubahan bahasa, sel menerjemahkan
(mentranslasi) urutan basa molekul mRNA ke dalam urutan asam amino polipeptida. Tempat
translasi adalah ribosom yang terletak di sitoplasma.(lodish.2003)

Translasi adalah langkah terakhir dalam sintesis protein dari DNA. Translasi adalah proses
sintesis protein yang disutradarai oleh template mRNA. Selama proses translasi molekul
asam amino dihubungkan bersama dalam bentuk rantai polipeptida yang kemudian akan
dilipat menjadi protein. Ini adalah proses di mana, ribosom sel membentuk protein. Translasi
adalah proses di mana, messenger RNA yang dihasilkan oleh transkripsi yang menafsirkan
untuk menghasilkan rantai asam amino atau polipeptida yang nantinya akan melipat ke
protein aktif.(yuwono.2005)

2.6 PROSES TAHAP TRANSLASI DNA

Tahap translasi DNA

Mekanisme translasi terjadi dalam sitoplasma. Setelah sintesis mRNA dengan proses
transkripsi mRNA menjalani serangkaian modifikasi sebelum masuk ke dalam proses
translasi. Dalam urutan mRNA, ada bagian atau urutan nukleotida yang bukan kode untuk
asam amino, urutan ini dikenal sebagai intron dan akan dihapus. Untuk molekul mRNA ini
ekor poli-A, yang terdiri dari basa adenin melekat pada salah satu ujung mRNA dan ke ujung
GTP (guanosin trifosfat) cap ditambahkan.

Rangkaian modifikasi mRNA menghilangkan bagian yang tidak diinginkan dari mRNA dan
juga melindungi ujung molekul. mRNA siap untuk menjalani semua proses translasi dengan
selesainya modifikasi ini.

9
tahapan Translasi dna

Proses translasi dibagi menjadi tiga langkah – Inisiasi, Elongasi dan terminasi.

Inisiasi

Molekul mRNA yang dimodifikasi akan masuk ke proses translasi. Molekul mRNA mengikat
ribosom pada situs tertentu. Ribosom terdiri dua unit, satu subunit kecil dan satu subunit
besar. Ribosom juga memiliki situs khusus untuk pengikatan mRNA dan dua lokasi untuk
mengikat molekul tRNA.

molekul Inisiator tRNA yang mengenali urutan kodon spesifik pada molekul mRNA dan
mengikat urutan yang sama dari mRNA. Sebuah subunit besar ribosom mengikat kompleks
yang baru dibentuk ini. molekul Inisiator tRNA mengikat dan berada pada lokasi P ribosom
meninggalkan yang lain situs A terikat atau terbuka. Saat molekul tRNA mengenali kodon
berikutnya pada molekul mRNA, menempel ke situs A pada ribosom.

Ada pembentukan ikatan peptida yang menghubungkan asam amino dari tRNA di situs P
dengan asam amino dari tRNA terikat di situs A.

Elongasi

Saat ribosom bergerak sepanjang urutan molekul mRNA, molekul tRNA terikat di lokasi P
tidak terikat atau dilepaskan dan tRNA terikat di situs A akan translokasi ke situs P dari
ribosom tersebut. Translokasi ini membuat situs A ribosom kosong, tetap begitu sampai

10
molekul tRNA lain mengenali urutan kodon mRNA yang baru dan mengikat ke posisi
terbuka.

Proses ini adalah pola yang terus-menerus dengan molekul tRNA dilepaskan dari tRNA
kompleks dan molekul baru mengikat ribosom dan rantai asam amino tumbuh.

Terminasi

Proses translasi pada ribosom dengan menerjemahkan mRNA sampai mencapai kodon
terminasi pada molekul mRNA.

Ada pertumbuhan yang berkelanjutan dari rantai protein selama proses ini, protein ini disebut
rantai polipeptida dan dilepaskan dari molekul tRNA dan ribosom mendapatkan kembali ke
subunit besar dan kecil.

Rantai polipeptida yang baru terbentuk mengalami beberapa modifikasi sebelum menjadi
protein yang berfungsi penuh.

2.7 TRANSLASI PADA EUKARIOTA

Pada eukariot, kodon inisiasi adalah metionin (bukan formil metionin seperti pada prokariot)
tetapi tRNA yang melakukan inisiasi berbeda dari tRNA yang menambahkan metionin pada
bagian dalam polipeptida. Molekul tRNA inisiator disebut tRNAiMet. selain itu, pada
eukariot tidak ada sekuens Shine-delgarno seperti yang ada pada prokariot. Fungsi sekuens
inu, yang akan menuntun ribosom untuk menemukan kodon inisasi. Dilakukan oleh struktur

11
tudung (cap) berupa metil guanosin.Ribosom bersama-sama dengan tRNAiMet dapat
menemukan kodon awal dengan cara berikatan dengan ujung 5’ (cap), kemudian melakukan
pelarikan (scanning) transkip ke arah hilir ( dengan arah 5’ => 3 ‘) sampai menemukan kodon
awal (AUG). Menurut model scanning tersebut, ribosom memulai translasi pada waktu
menjumpai sekuens AUG yang pertama kali. Meskipun demikiaan, penelitian pada 699
mRNA eukariot menunjukkan bahwa sekitar 5-10% AUG yang pertama bukanlah kodon
inisiasi. Pada kasus semacam ini, ribosom akan melewati satu atau dua AUG sebelum
melakukan inisiasi translasi. Sekuens AUG yang dikenali sebagai codon inisiasi adalah
sekuens yang terletak pada sekuens konsensus CCRCCAUGG (R : adalah purin :A atau G).
Pengenalan sukens AUG sebagai kodon inisiasi banyak ditentukan oleh tRNA Met. Perubahan
antikodon pada tRNA Met menyebabkan dikenalinya kodon lain sebagai kodon inisiasi. Pada
eukariot, faktor inisiasi translasi yang diperlukan adalah eIF – 1, -2, -3, -5, dan – 6 (huruf e
adalah singkatan dari eukariot) . faktor eIF-3 mengubah subunit kecil ribosom eukariot (40S)
menjadi suatu bentuk yang siap untuk menerima amioasli – tRNA pertama. Setelah amino –
asli tRNA yang pertama melekat, dengan bantuan eIF-2, terbentuklah kompleks 40S.
Selanjutnya, dengan bantuan eIF-4, mRNA melekat ke kompleks 43S membentuk kompleks
40S. Akhirnya , faktor eIF -5 membantu subunit besar (60S) untuk melekat pada kompleks
40S sehingga dihasilkan komplek 80S yang siap untuk melakukan translasi MRNA. Faktor
eIF-6 adalah suatu faktor anti asosiasi yang mencegah subunit 60S untuk berasosiasi dengan
subunit 40S sebelum terbentuk kompleks inisiasi. Faktor eIF – 4F adalah suatu faktor yang
melekat pada struktur tudung pada ujung 5. Faktor ini terdiri atas 3 bagian, yaitu eIF-4F, eIF-
4A, dan eIF – 4G. Bersama sama dengan eIF- 4E, eIF-3 dan poly[A] – binding protein, faktor
eIF-4G menarik subunit 40S ke mRNA sehingga menstimulasi inisiasi translasi.
Eukariot yang mempunyai situs pengikatan ribosom, maka pengikatan awal subunit kecil
ribosom terjadi pada ujung 5′ mRNA dan kemudian melakukan pergeseran posisi (scanning)
sampai mencapai kodon inisiasi. Proses ini memerlukan banyak faktor inisiasi dan beberapa
faktor inisiasi ini masih belum diketahui fungsinya.
a. Tahap pertama meliputi pembentukan kompleks pre‐inisiasi (pre‐initiation complex).
Struktur ini terdiri dari subunit 40S ribosom, ‘ternary complex' yang tersusun dari faktor
inisiasi eIF‐2 yang terikat tRNAMet inisiator, molekul GTP, dan tiga faktor eIF‐1, eIF‐1A,
eIF‐3. Seperti pada bakteria, tRNA inisiator ini tidak mengenali kodon internal 5′‐AUG‐3′.
Berbeda dengan bacteria, tRNA inisiator eukariot diaminoasetilasi dengan metionin normal,
bukan oleh N‐formilmetionin.

12
b. Kompleks pre‐inisiasi selanjutnya bergabung dengan ujung 5′ the mRNA. Tahap ini
memerlukan kompleks pengikatan tudung (cap binding complex), kadang‐kadang disebut
eIF‐4F, yang terdiri dari faktor inisiasi eIF‐4A, eIF‐4E dan eIF‐4G. Faktor inisiasi eIF‐4G
berfungsi sebagai jembatan antara eIF‐4E (yang terikat pada tudung) dan eIF‐3 (yang terikat
pada kompleks pre‐inisiasi) (Hentze, 1997). Hasil dari tahap ini adalah kompleks pre‐inisiasi
menjadi terikat pada daerah ujung 5′ mRNA. Pengikatan ini juga dipengaruhi oleh ekor poli
(A) ujung 3′ mRNA. Interaksi ini diduga dimediasi oleh protein PADP
(polyadenylate‐binding protein), yang terikat pada ekor poli (A).
c. Setelah kompleks pre‐inisiasi mengikat ujung mRNA, kompleks ini sekarang disebut
kompleks inisiasi (initiation complex), harus menggeserkan posisinya (scanning) sepanjang
mRNA sampai mencapai kodon inisiasi. Daerah yang harus dipindai (scanning) ini, disebut
daerah leader mRNA eukariotik, panjangnya dapat beberapa puluh, atau bahkan ratusan
nukleotida dan seringkali mengandung daerah yang membentuk struktur tusuk konde
(hairpins) dan struktur pasangan basa lain. Ada dugaan, struktur tersebut dihilangkan oleh
kombinasi faktor inisisiasi eIF‐4A dan eIF‐4B. Faktor inisiasi eIF‐4A, dan mungkin juga
eIF‐4B, mempunyai aktivitas helikase yang dapat memutuskan ikatan basa intramolekuler
mRNAhas sehingga dapat melapangkan jalan kompleks inisiasi. Kodon inisiasi, yang
biasanya 5′‐AUG‐3′ pada eukariot, dapat dikenali sebab urutan ini terdapat dalam urutan
konsensus pendek, 5′‐ACCAUGG‐3′, yang dikenal sebagai konsensus Koza (Kozak
consensus).
d. Ketika kompleks inisiasi telah menduduki kodon inisiasi, subunit besar ribosom akan
mengikat kompleks inisiasi ini. Seperti pada bakteria, tahap ini memerlukan hidrolisis GTP
dan pelepasan faktor‐faktor inisiasi. Faktor inisiasi terakhir yang terlibat pada tahap ini
adalah eIF‐5 (yang membantu pelepasan faktor‐faktor inisiasi lain) dan eIF‐6 (yang
bergabung dengan subunit besar yang tidak terikat dan mencegah untuk menempel pada
subunit kecil di dalam sitoplasma).

Bagian-bagian ribosom dikaitkan dengan fungsi translasi. Perhatian 3 tempat P-site, A-site
untuk tRNA dan satu tempat untuk mRNA yang dibaca oleh tRNA.

2. Elongasi Sel Eukariotik.

13
Proses pemanjangan polipeptida disebut sebagai proses elongation yang secara umum
mempunyai mekanisme yang serupa pada prokariot dan eukariot. Proses pemanjangan terjadi
dalam tiga tahapan, yaitu :
1. Pengikatan aminoasil – tRNA pada sisi A yang ada diribosom
2. Pemindahan rantai polipeptida yang tumbuh dari tRNA yang ada pada sisi P ke arah sisi
A dengan membentuk ikatan peptida, dan
3. Translokasi ribosom sepanjang mRNA ke posisi kodon selanjutnya yang ada disisi A
Didalam kompleks ribosom, molekul fMet- tRNA Met menempati sisi P(peptidid). Sisi lain
pada ribosom, yaitu sis A (aminoasli), masih kosong pada saat awal sintesis protein. Molekul
tRNA pertama tersebut (fMet- tRNA Met ), berikatan dengan kodon AUG (atau GUG) pada
mRNA melalui antikodon nya. Tahap selanjutnya adalah penyisipan aminoasil –tRNA pada
sisi A. Macam tRNA (serta asam amino yang dibawa) yang masuk pada sisi A tersebut
tergantung pada kodon yang terletak pada sisa A. Penyisipan aminoasil – tRNA yang masuk
ke posisi A tersebut dilakukan oleh suatu protein yang disebut faktor pemanjangan Tu(
elongation factor Tu, EF-Tu). Penyisipan ini dibantu dengan proses hidrolisis GTP menjadi
GDP.
Setelah sisi P dan A terisi, maka tahap selanjutnya adalah pembentukan ikatan peptodil yang
dikatalisis oleh enzim peptidil transferase. Molekul fMet- tRNA Met , yang ada pada sisi P
hanya berisi tRNA yang ksoong, sedangkan sisi A berisi dipeptidil –TrNA. Selanjutnya
terjadi proses translokasi yaitu pemindahan dipeptidil –tRNA dari sisi A ke sisi P, sedangkan
molekul tRNA kosong yang tadinya menempati sisi P ditranslokasi ke sisi E (exit). Pada
proses translokasi ini mRNA bergerak sepanjang tiga nukleotida sehingga kodon berikuitnya
terletak pada posisi A untuk menunggu masuknya aminoasil – tRNA berikutnya. Proses
translokasi memerlukan GTP dan faktor pemanjangan G ( elongation factor G, EF-G). Skema
proses pemanjangan polipeptida dapat dilihat pada gambar 123.
Proses pemanjangan polipeptida berlangsung sangat cepat. Pada E.Coli ketiga tahapan proses
untuk menambahkan satu asam amino ke polipeptida yangs edasng tumbuh memerlukan
waktu sekitar 0,05 detik. Dengan demikian sintesi polipeptida yang terdiri atas 300 asam
amino hanya memerlukan waktu sekitar 25 detik.
Ribosom membaca kodon – kodon pada mRNA dari ujung 5’ => 3’. Hasil proses translasi
adalah molekul polipeptida yang mempunyai ujung amino dan ujung karboksil. Ujung amino
adalah ujung pertama kali disinetsi dan merupakan hasilm penerjemahan kodon yang terletak
pada ujung 5’ pada mRNA , sedangkan ujung yang terakhir disintesi adalah gugus karboksil.

14
Ujung karboiksil merupakan hasil penerjemahan kodon yang terletak pada ujung 3’ pada
mRNA . oleh karena itu, sintesis protein berl;angsung dari ujung amino ke ujung karbiksil.
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi (UAA, UGA,
UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada ribosom. Dalam keadaan normal tidak
ada aminoasil –tRNA yang membawa asam amino sesuai dengan ketiga kodon tersebut. Oleh
karena itu jika ribosom mencapai salah satu dari ketiga kodon terminasi tersebut, maka proses
translasi berakhir. Pada E.coli , ketiga sinyal penghentian proses translasi tersebut dikenali
oleh sutau protein, yang disebut release factor (RF), misalnya RF1 yang mengenali kodon
UAA atau UAG, atau RF2 yang mengenali kodon UAA atau UGA. Sebaliknya , pada
eukariot hanya ada satu release factor yaitu eRF, yang mengenali ketiga kodon terminasi
tersebut. Penempelan protein RF pada kolon terminasi tersebut mengaktifkan enzim peptidil
tranferase yang menghidrolisis ikatan antara polipeptida dengan tRNA pada sisi P dan
menyebabkan tRNA yang kososng tersebut selanjutnya mengalami translokasi ke sis E.
Polipeptida yang sudah dipotong dari tRNA tersebut selanjutnya lepas dari ribosom. Setelah
itu , sub unit 30S dan sub unit 50S akan terdisosiasi sehingga dapat digunakan untuk proses
sintesis protein berikut nya. Secara umum proses translasi pada eukariotik berlangsung
dengan mekanisme serupa dengan yang terjadi pada prokarotik.
Proses pemanjangan polipeptida dapat dihambat oleh suatu antibiotik yang disebut
puromisin. Antibiotik ini mempunyai struktur yang mirip dengan suatu aminoasil-tRNA
sehingga dapat melekat pada sisi A ribosom. Jika puromisin melekat pada sisi A, maka
selanjutnya antibiotik itu dapat membentuk ikan peptida dengan peptida yang ada pada sisi P
dan menghasilkan peptidil puromisin. Peptidil puromisin tidak dapat melekat kuat pada
ribosom sehingga akhirnya terlepas. Hal itu menyebabkan terjadinya terminasi translasi
secara prematur. Mekanisme inilahyang menyebabkan puromisin dapat membunuh bakteri
dan sel lainnya. Antibiotik lainnya yang menghambat translasi dengan cara berikatan pada
ribosom adalah streptomisin, kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin dan cycholeximide.
3. Terminasi Sel Eukariotik
Tahap akhir translasi setalah membaca kodon UAG yang memberikan informasi translasi
harus berakhir. Disusul dengan degradasi ribosom yang ditunjukkan dengan terpisahnya sub-
unit ribosom

Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari proses translasi. Terminasi merupakan proses
pelepasan protein yang baru disintesis.

15
a. Ketika suatu ribosom mencapai suatu kodon terminasi pada untai mRNA, tempat A pada
ribosom itu menerima suatu protein yang disebut factor pelepas sebagai ganti tRNA
b. Faktor pelepas menghidrolisis ikatan antara tRNA di dalam tempat P dan asam amino
terakhir dan rantai polipeptida. Polipeptida ini kemudian dilepaskan dari ribosom
c. Kedua subunit ribosom dan komponen penyusun yang lain terdisosiasi
Pada proses translasi mRNA eukariota berumur lebih panjang (jam) dibanding mRNA
prokariota (menit). Pada ujung 5’ mRNA eukariota ditambahkan ‘tudung’ yaitu 7-
metilguanosin. Fungsi tudung ini adalah untuk efisiensi translasi. mRNA eukariota
mempunyai urutan pengenal 5’-ACCAUGG disekitar kodon inisiasi AUG. Urutan ini disebut
urutan Kozak (Marilyn Kozak). Pada prosesnya tidak memerlukan amino acid
formylmethionine pada waktu inisiasi, tetapi kodon startnya tetap AUG, sehingga tRNA awal
adalah tRNA-met. Faktor protein untuk inisiasi, elongasi dan terminasi sama dengan pada
prokariota, tetapi jumlah yang diperlukan lebih banyak. Pada eukariota mempunyai RE
(Retikulum Endoplasma). Struktur REmemungkinkan ribosom menyalurkan proein yang
baru disintesis ke dalam saluran yang ada pada RE. Lain halnya dengan prokariot yang tidak
mempunyai ER.

16
2.8 TRANSLASI PADA PROKARIOTIK

Proses translasi berlangsung melalui tiga tahapan yaitu; inisiasi, elongasi dan terminasi.
Sebelum inisiasi translasi dilakukan, diperlukan molekul tRNA (aminoasil tRNA) yang
berfungsi membawa asam amino spesifik. Oleh karena itu ada sekitar 20 macam tRNA yang
masing masing membawa asam amino spesifik, karena di alam ada sekitar 20 asam amino
yang menyusun protein alami. Masing-masing asam amino dikaitkan pada tRNA yang
spesifik melalui proses yang disebut tRNA charging (penambahan muatan berupa asam
amino).
Semua tRNA mempunya 3 basa yang sama pada ujung 3’ yaitu CCA dan penambahan
muatan asam amino dilakukan pada residu adenosin (A). Asam amino dikaitkan pada tRNA
melalui ikatan ester antara gugus karboksilnya dan gugus hidroksil 2’atau 3’ yang ada pada
adenosin paling ujung. Reaksi pengikatan tersebut dilakukan oleh enzim aminoasil tRNA
sintase melalui dua tahapan reaksi. Reaksi pertama adalah aktivitas asam amino dengan
menggunakan ATP sebagai sumber energi dan mneghasilkan aminoasil AMP. Selanjutnya
energi pada aminoasil AMP (yang berupa AMP) digunakan untuk memindahkan gugus asam
amino ke tRNA sehingga dihasilkan aminoasil tRNA.
Selain pengikatan asam amino pada tRNA, tahapan pra-inisiasi lainnya adalah diasosiasi
ribosom menjadi dua sub unit, yaitu subunit besar dan sub unti kecil, karena pembentukan
kompleks insiasi berlangsung pada sub unit kecil. Pada E.Coli, pemisahan ribosom menjadi
dua sub unit dibantu oleh dua faktor inisiasi (Initiation Factor, IF). Sebenarnya faktor
inisiasi E.Coli ada tiga (IF-1, IF-2 dan IF-3) namun yang terlibat dalam diasosiasi ribosom
hanya IF-1 dan IF-3. Dalam hal ini, IF-1 mendorong terjadinya diasosiasi ribosom sedangkan
IF-3 mengikat sub unit kecil untuk mencegah supaya subunit tersebut tidak berasosiasi
kembali dengan subunit besar.
1. Inisiasi Sel Prokariotik
Tahap pertama dalam proses translasi pada prokariot adalah penggabungan mRNA,
subunit 30S dan formilmetionil tRNAf (fMet-tRNA) membentuk kompleks inisiasi 30S.
Pembentukan kompleks ini memerlukan GTP (guanosis tripospat) dan beberapa protein yang
disebut faktor inisiasi (IF). IF-3 secara sendirian dapat berikatan dengan 30S, tetapi ikatan
tersebut distabilkan oleh IF-1 dan IF-2. Ketiga faktor inisiasi tersebut berikatan dengan
subunit 30S secara berdekatan pada daerah dekat ujung 3’ 16S rRNA. Setelah ketiganya
berikatan, mRNA dan amino asil tRNA yang pertama akan bergabung dengan rangkaian
tersebut secara acak. Pada prokariot, asam amino pertama yang digabungkan adalah N-

17
Formil metionin (fMet). Selain itu juga diketahui bahwa pada E.Coli ada dua macam tRNA
yang dapat membawa metionin, yaitu tRNAfMetyang dapat membawa metionin tetapi
metionin tidak diformulasi, dan tRNAfMet yang membawa metionin yang dapat diformulasi.
Molekul tRNAfMet inilah yang berperanan dalam inisiasi translasi. Dalam proses inisiasi, IF-3
berperanan terutama dalam pengikatan mRNA pada ribosom 30S, sedangkan IF-2 berperanan
dalam mengikatkan fMet-tRNAfMet pada kompleks inisiasi 30S. Dalam proses pengikatan
tersebut juga diperlukan GTP tetapi GTP tersebut tidak dihidrolisis. Kompleks inisiasi 30S
yang lengkap terdiri atas ribosom ditambah masing-masing satu molekul fMet-tRNAfMet ,
GTP, IF-1, IF-2 dan IF-3.
Ikatan antara subunit 30S dengan kodon inisiasi pada mRNA ditentukan oleh pasangan
basa antara sekuens yang disebut sekuens yang disebut sekuens Shine-Dalgaro (SD) dengan
sekuens komplementer pada ujung 3’ 16S rRNA. Sekuens SD (AGGAGG) terletak disebalah
hulu kodon inisiasi dan sekuens inilah yang dikenal sebagai tempat pengikatan ribosom
(ribosom binding site). Perlu diingat bahwa gen-gen pada prokariot umumnya
diorganisasikan secara polisistronik. Masing-masing gen mempunyai kodon inisiasi translasi
dan tempat pengikatan ribosom sendiri sehingga ribosom berikatan dengan bagian inisiasi
pada masing-masing gen dalam polisistron.
Setelah kompleks inisiasi 30S terbentuk, selanjutnya subunit 50S bergabung dan
membentuk kompleks inisiasi 70S. Pada pembentukan kompleks ini, IF-1 dan IF-3 terlepas
dari kompleks. Pebentukan kompleks ini digunkan dilakukan dengan menggunakan energi
hasil hidrolisis GTP yang terjadi pada waktu IF-2 terlepas dari kompleks. Hidrolisis GTP
tersebut tidak mendorong pengikatan ribosom subunit 50S, melainkan mendorong pelepasan
IF-2 yang dapat menghambat pembentukan kompleks inisiasi 30S yang lain. Setelah tahapan
ini, terbentuk kompleks inisiasi 70S yang siap melakukan proses pemanjangan (elongasi)
polipeptida.
Secara garis besar,tahapan inisiasi translasi pada prokariot adalah sebagai berikut:
a. Diasosiasi ribosom 70S menjadi subunit 50S dan 30S dengan
menggunkan faktor IF-1
b. Pengikatan IF-3 pada subunit 30S
c. Pengitan IF-1, IF-2 dan GTP bersama-sama dengan IF-3.
d. Pengikatan mRNA dan fMet-tRNAfMet untuk membentuk kompleks
inisiasi 30S
pengikatan subunit 50S, IF-1 dan IF-3 terlepas

18
e. IF-2 terlepas dari kompleks bersamaan dengan hidrolisis GTP sehingga
terbentuk kompleks inisiasi 70S yang siap melakukan proses
pemanjangan polipeptida.
2. Elongasi Sel Prokariotik
Proses pemanjangan polypeptida pada eukariota dan prokariota mempunyai
mekanisme yang sama. Pada tahap elongasi terjadi penempelan sub unit besar pada sub unit
kecil menghasilkan dua tempat yang terpisah yaitu :
a. Tempat pertama adalah tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA-Nformil metionin.
b. Tempat kedua adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon ke dua dan kosong.

Proses ini mengalami tiga tahap yaitu :


a. Pengikatan aminoasil – tRNA pada sisi A yang ada di ribosom
Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan asam amino yang tepat
masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom terisi, lalu terjadi ikatan peptide
antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan Nformil metionin lalu lepas, sehingga kedua
asam amino yang berangkai berada pada tempat A. Ribosom kemudian bergeser sehingga
asam amino-asam amino-tRNA berada pada tempat P dan tempat A menjadi
kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke
tempat A, dan proses berlanjut seperti sebelumnya.
b. Pemindahan rantai polipeptida yang tumbuh dari tRNA yang ada pada sisi P kearah sisi A
dengan membentuk ikatan peptide
tRNA yang membawa asam amino yang salah akan ditolak memasuki situs A. EF‐Tu
merupakan protein G yang mengikat molekul GTP, suatu molekul sumber energi. Pada
eukariot, faktor elongasi yang setara dengan EF‐Tu adalah eEF‐1, yang merupakan kompleks
yang terdiri dari empat subunit: eEF‐1a, eEF‐1b, eEF‐1d and eEF‐1gc. Translokasi ribosom
sepanjang mRNA ke posisi kodon selanjutnya yang ada di sisi A.
Translokasi (translocation) yang meliputi tiga kejadian secara bersamaan yaitu:
Ribosom bergeser sepanjang tiga nukleotida (satu kodon), kodon berikutnya memasuki
situs A
tRNA dipeptida bergeser menempati situs P.
tRNA deasetilasi (yang tidak mengikat asam amino) bergeser memasuki situs E (exit site)
pada bakteria atau langsung meninggalkan ribosom pada eukariot.
Translokasi membutuhkan energi yang diperoleh dari hidrolisis molekul GTP dan dimediasi
oleh EF‐Gpada bakteria dan eEF‐2 pada eukariot. Jadi dengan terjadinya proses elongasi ini
19
menyebabkan susunan asam amino menjadi lengkap sesuai dengan cetakannya, banyaknya
asam amino yang dibentuk sesuai dengan jumlah kodon pada informasi genetik di mRNA.

3. Terminasi Sel Prokariotik


Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari proses translasi. Terminasi merupakan
proses pelepasan protein yang baru disintesis.
a. Ketika suatu ribosom mencapai suatu kodon terminasi pada untai mRNA, tempat A pada
ribosom itu menerima suatu protein yang disebut factor pelepas sebagai ganti tRNA
b. Faktor pelepas menghidrolisis ikatan antara tRNA di dalam tempat P dan asam amino
terakhir dan rantai polipeptida. Polipeptida ini kemudian dilepaskan dari ribosom
c. Kedua subunit ribosom dan komponen penyusun yang lain terdisosiasi
Pada proses translasi mRNA eukariota berumur lebih panjang (jam) dibanding mRNA
prokariota (menit). Pada eukariota mempunyai RE (Retikulum Endoplasma).
Struktur REmemungkinkan ribosom menyalurkan proein yang baru disintesis ke dalam
saluran yang ada pada RE. Lain halnya dengan prokariot yang tidak mempunyai ER.

20
2.8 KODE GENETIK

Kode genetik adalah urutan basa nukleotida DNA dan RNA, kode ini untuk rantai asam
amino. Tiga basa nukleotida untuk asam amino atau mereka kode untuk inisiasi dan terminasi
sintesis protein. Asam amino dihubungkan bersama untuk membentuk protein.

Kode genetik adalah informasi yang dikodekan dengan materi genetik dan diterjemahkan
menjadi protein oleh sel-sel hidup. Decoding ini dilakukan dengan ribosom yang
menghubungkan satu asam amino yang lain menggunakan molekul tRNA. Kode genetik
adalah serupa di antara semua organisme dan dapat dinyatakan dengan 64 jenis.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah diatas,dapat kami simpulkan bahwa :
- Sintesis protein terdiri dari 2 tahap;transkripsi, dan translasi.
- Transkripsi adalah penerjemahan informasi yang terdapat pada DNA menjadi RNA. Atau
dalam kalimat yang sederhana adalah menghasilkan RNA dengan cetakan berupa DNA.
DNA yang mengalami transkripsi dapat memiliki satu atau lebih gen, proses ini terjadi dalam
nukleus, mitokondria, dan plastida.transkripsi di bagi menjadi dua; transkripsi prokarioyik
dan eukariotik.
- Translasi adalah langkah terakhir dalam sintesis protein dari DNA. Translasi adalah proses
sintesis protein yang disutradarai oleh template mRNA. Selama proses translasi molekul
asam amino dihubungkan bersama dalam bentuk rantai polipeptida yang kemudian akan
dilipat menjadi protein. Ini adalah proses di mana, ribosom sel membentuk protein. Translasi
adalah proses di mana, messenger RNA yang dihasilkan oleh transkripsi yang menafsirkan
untuk menghasilkan rantai asam amino atau polipeptida yang nantinya akan melipat ke
protein aktif.

3.4 SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Yunowo,Triwibowo.2005.Biologi Molekuler.Penerbit Erlangga.Jakarta


Campb ell,Reece, Mitchell,2002,Biologi Terjemahan Edisi Kelima Jilid I,Erlangga,Jakarta.
https://www.academia.edu/17744910/TRANSKRIPSI_TRANSLASI_DAN_PEMATANGA
N_mRNA

23
MAKALAH BIOLOGI SEL
“TRANSKRIPSI DAN TRANSLASI DNA”
Dosen : Dwi susanti,M.Sc.

Kelompok III

Nama Anggota : Bella Suci Fitriani (19380020)

Cantika Raysa Raihannisa {19380021)

Charindra Otista Kafuri (19380023)

Chealsea Cindera Mentari (19380024)

Cici Marina (19380025)

David Desbrianto (19380026)

Deby Amabel (19380027)

Deni Gagat Seto (19380028)

Dimas Ramadhan (19380032)

24
UNIVERSITAS MALAHAYATI

TAHUN AJARAN 2019/2020

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam peraturan pemerintah tenaga
kefarmasian.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung,5 Desember 2019

penyusun

25
26

Anda mungkin juga menyukai