Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TRIAGE
Oleh:
Syamsul Hadi 1601470007
Lailatul Fitria 1601470010
Dinda Dyah Larasati 1601470012
Vela Latifah 1601470014
Asrori Anwar 1601470021
Hanifah Safitri 1601470022
Ardyah Dwi Prameswari 1601470023
Milla Thalia 1601470028
Alifia Fitrah Rachamawati 1601470033
Vita Puspita Windiyanti 1601470038
Dwi Siska 1601470039
Nia Agustina 1601470040
Ike Kamilatul Izzah 1601470042
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan / asimptomatis.
Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya
TINGKAT KEAKUTAN
Triase modern yang diterapkan di rumah sakit saat ini terbagi atas lima
kelompok dengan berbagai macam penyebutan, yaitu :
Tabel 4. Kategori triase berdasarkan beberapa sistem
Level (ESI) Warna (MTS) Kriteria CTAS Kriteria ATS
Level 1 Merah Resusitasi Segera mengancam nyawa
Level 2 Oranye Emergensi Mengancam nyawa
Potensi Mengancam
Level 3 Kuning Segera (urgen)
nyawa
Level 4 Hijau Segera (sem urgent) Segera
Level 5 Biru Tidak segera Tidak segera
(Habib et al., 2016)
Di Indonesia belum ada kesepakatan tentang metode triase apa yang
digunakan di rumah sakit. Belum ditemukan adanya literatur nasional yang
mengidentifikasi metode-metode triase yang digunakan tiap-tiap unit gawat
darurat di Indonesia. Secara empiris penulis mengetahui bahwa pemahaman triase
dalam pendidikan kesehatan sebagian besar- kalau tidak bisa dikatakan
seluruhnya- masih menggunakan konsep triase bencana (triase merah, kuning,
hijau, dan hitam) (Habib et al., 2016).
C. Manfaat Triage
Setiap pasien memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan
dalam proses triage. Menurut (Ainiyah dkk) triage memiliki manfaat dalam
kegawatdaruratan, antara lain:
- Pentingnya pelaksanaan triage di IGD guna peningkatan pelayanan yang
lebih optimal.
- Untuk mengantisipasi adanya kategori pasien false emergency.
- Untuk memilah pasien sesuai kategori kasus trauma atau non trauma.
- Untuk meningkatkan tercapainya kepuasan pasien di rumah sakit seta
kematian dan kecacatan pada kasus kegawatdaruratan dapat diminimalkan.
Kushayati mengatakan tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien
yang membutuhkan tindakan resusitasi segera, menetapkan pasien ke area
perawatan untuk memprioritaskan dalam perawatan dan untuk memulai tindakan
diagnostik atau terapi.
Triage departemen emergensi memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1. Identifikasi pasien yang tidak harus menunggu untuk dilihat,
2. Memprioritaskan pasien (Mace and Mayer, 2012 dalam Jurnal Nuris
Kushayati).
Instalasi Gawat Darurat adalah pintu awal masuknya pasien dengan kondisi
terjadinya kecacatan dan kematian, tindakan yang cepat dan tepat sudah
masuk dalam kategori gawat darurat, gawat tidak darurat, darurat tidak gawat,
maupun tidak gawat dan tidak darurat. Penentuan yang dalam rumah sakit
biasanya dikategorikan gawat darurat sebagai P1, gawat tidak darurat sebagai
P2, darurat tidak gawat sebagai P3, dan tidak gawat tidak darurat sebagai P4
harus dilakukan secara tepat dan cermat agar tindakan yang diberikan dapat
pasien. Tindakan yang tidak sama sepeti ruang lain contohnya ruang rawat
inap yang memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari pasien atau keluarga
alur yang ada di IGD seperti contohnya keluarga pasien dengan prioritas 3
kondisi, tindakan dan alur yang ada di IGD yang merupakan hak pasien dan
keluarganya dengan tetap berpegang pada aspek legal dan aspek etik
keperawatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan serta nantinya
12