TENSILE TEST
Disusun Oleh :
Nadya Shintadevi (0517040034)
Safika Nur Izzah (0517040048)
Dhany Sembiring (0517040053)
Hisyam Irdiansyah (0517040055)
1.1 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat melakukan pengujian Tarik
(tensile test) terhadap suatu material.
Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu membuat diagram
tegangan-regangan teknik dan sebenarnya
berdasarkan diagram beban-pertambahan
panjang yang di dapat dari hasil pengujian.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan,
menganalisa sifat-sifat mekanik material yang
terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan
tarik luluh, reduction of area, elongation dan
modulus elastisitas.
1.2 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(Assotiation Society Test and Material) JIS(Japan Industrial Standart), DIN
(Deutches Institut for Nurmunge), dan yang lainnya.
Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
1. Spesimen Plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60
mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm &
B0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur
kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah
itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan (L0).
2
Gambar 1.1 Spesimen Plat
3
penitik. Baru kemudian diukur lagi panjang gauge lenghtnya (A ke B) yang
kemudian hasil pengukuran dimasukkan kedalam penandaan (Lo)
C
Pot C-C
Φo
Ao Bo
Gauge Length
C
Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser
Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami
perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L) tercatat pada
mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban dan pertambahan
panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan kemudian dijadikan grafik Stress-
Strain (Grafik - ) yang menggambarkan sifat bahan secara umum.
4
Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan
sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke,
sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik
p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang
merupakan batas elastis di mana bila beban di hilangkan maka belum terjadi
pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali kepanjang semula. Daerah
di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di
mana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang
berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana spesimen
terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini
bersifat permanen sehingga bila beban di hilangkan masih tersisa deformasi yang
berupa pertambahan panjang yang di sebut deformasi plastis. Pada kenyataannya
karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan
teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y
saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban
relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material
yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas.
Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti
ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset di
lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada
daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat
pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε (gambar 1.5)
5
Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield
6
t = P/Ao ...…………………………………………………………………..(1)
t = ( ) 100 ……………..………………………………………….(2)
di mana t = tegangan teknik (kN/mm2)
7
= ...........................................................................................................(3)
di mana = tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)
= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 3 di dapatkan
= = tg ..…………………...………………………………………….(4)
8
manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses
pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik t − t
terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik t − t
setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan pada
grafik s − s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut di
s = ℓn ( 1 + t )..........................................................................................(6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t − t ke dalam
9
Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya ( s − s )
u = Pu A …….......…….………………………………………………...(10)
di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)
10
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan
kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya
suatu material. Harga E ini di turunkan dari persamaan hukum Hooke
sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif
terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan ( ) pada garis
proporsional. Semakin besar , semakin kaku material tersebut.
5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0] 100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan material.
Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.
11
BAB II
METODOLOGI
2.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Specimen uji tarik beton neser.
4. Kertas milimeter.
Gambar 2.1 Spesimen uji tarik plat, roundbar, dan beton neser
2.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
2.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan Spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum.
Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan
menyebabkan salah ukur.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2. Pembuatan gauge length
Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm.
Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
12
3. Pengukuran dimensi
Ambil spesimen dan ukur dimensinya.
Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
13
Gambar 2.3 Uji Tarik pada spesimen plat
14
Gambar 2.5 Hasil akhir pengujian tensile pada 3 spesimen
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Plat adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 43,75 kN/ 114,802 mm²
= 0,381 kN/mm²
16
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 46,15 kN / 114,802 mm².
= 0,40019 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (1,116 mm / 58,7mm) x 100%
= 1,90 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (114,802– 109,59)mm / 114,802 mm x 100%
= 4,53 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= 0,15244 kN/mm2 / 0,006337 mm/mm
= 24,05 kN/mm2
Interpolasi A1 pada titik 13
46,15 – 45,5 = 112,965 – 109,59
46 – 45,5 X – 109,59
0,65 = 3,375
0,5 X – 109,59
0,65 X – 71,2335 = 1,6875
0,65 X = 72,921
X = 112,186
17
0,45
0,4
0,35
0,3
Tegangan (kN/mm²)
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05
Regangan (mm/mm)
Tegangan - Regangan Teknik Tegangan - Regangan Sebenarnya
18
Tabel 3.2 Spesimen Round bar
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Round Bar adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 47,785 kN/ 129,01 mm²
= 0,3704 kN/mm²
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 64,887 kN / 129,01 mm².
= 0,5029 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (18 mm / 58,1 mm) x 100%
= 30,98 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (129,01 – 61,06)mm / 129,01 mm x 100%
= 52,67 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
19
E = /
= 0,128664 kN/mm2 / 0,02694 mm/mm
= 4,77 kN/mm2
Interpolasi A1 pada titik 12
64,89 – 47,79 = 106,14 – 61,06
55,83 – 47,79 X – 61,06
17,1 = 45,08
8,04 X – 61,06
17,1X-1044,126 = 362,443
X = 82,25
0,9
0,8
0,7
0,6
Tegangan (kN/mm²)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Regangan (mm/mm)
Tegangan - Regangan Teknik Tegangan - Regangan Sebenarnya
20
Tabel 3.2 Spesimen 3 (Beton Neser)
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
Beton Neser adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 33,832 kN/ 77,09 mm²
= 0,4388 kN/mm²
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 51 kN / 77,09 mm².
= 0,6615 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (11,54 mm/79,28 mm) x 100%
= 14,55 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 – A1)/A0 x 100%
= (77,09 – 40,92 ) mm / 77,09 mm x 100%
= 46,91 %
21
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= 0,1638 kN/mm2 / 0,006616 mm/mm
= 24,75 kN/mm2
Interpolasi A1 pada titik 9
51 – 40,901 = 68,7847 – 40,92
48,475 – 40,901 X – 40,92
10,099 = 27,8647
7,5742 X – 40,92
10,099 X – 413,25 = 211,052
10,099 X = 624,302
X = 61,818
1,2
1
Tegangan (kN/mm²)
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Regangan (mm/mm)
Tegangan-Regangan Teknik Tegangan-Regangan Sebenarnya
22
0,7
0,6
Tegangan (kN/mm²)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
Regangan (mm/mm)
Tegangan-Regangan Teknik Plat Tegangan-Regangan Teknik Roundbar
Tegangan-Regangan Teknik Beton Neser
Gambar 3.4 Grafik Tegangan-Regangan Teknik dari 3 Spesimen (Plat, Roundbar, Beton Neser)
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
• Spesimen Plat mempunyai σy = 0,381 kN/mm2 ; σu = 0,40019 kN/mm2 ;
E = 24,05 kN/mm2 ; εmax = 1,9 % ; RA = 4,53 %
• Spesimen Roundbar mempunyai σy = 0,3704 kN/mm2 ; σu = 0,5029
kN/mm2 ; E = 4,77 kN/mm2 ; εmax = 30,98 % ; RA = 52,67 %
• Spesimen Beton Neser mempunyai σy = 0,4389 kN/mm2 ; σu = 0,6615
kN/mm2 ; E = 24,75 kN/mm2 ; εmax = 14,55 % ; RA = 46,91 %
• Spesimen Beton Neser memiliki kekuatan elastic Paling besar karena nilai
tegangan yieldnya paling besar
24
DAFTAR PUSTAKA
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin
FTI,ITS
Harsono, Dr, Ir &T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS
25
25