Dosen Pengampu :
Rahmawati, M.Pd., Si
Oleh :
Muhammad Fiqri Haekal
(180101041111)
PMTK C 2018
A. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata
lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari
hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-
pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
adalah dasar terbentuknya matematika.
1
Nur Rahmah, Hakikat Pendidikan Matematika, al-Khwarizmi, Volume 2, Oktober 2013, halaman
2-3 di akses pada tanggal 3 september jam 20:44.
c. pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga
terjaga konsistennya;
d. melibatkan perhitungan (operasi);
e. dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-
hari.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti
serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bilangan.
B. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah
sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuan
yang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep
matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari
fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui
konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan differensial. Contoh lain,
teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan
melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang differensial dan integral. Dari
kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa
matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu
pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang
untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan
untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk,
2001:29).2
2
https://eprints.uny.ac.id/9151/3/bab%202%20-%2008301244043.pdf di akses pada tanggal 3
september jam 20:05
dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah
metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam
adalah metode induktif dan eksperimen.
Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat
dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat,
teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif.
H. Kegunaan Matematika
Matematika banyak menyumbangkan kontribusi bagi
cabang ilmu pengetahuan lainnya. Contoh nya Teori Mendel
yang menggunakan konsep Probabilitas, Bilangan imajiner
untuk memecahkan masalah kelistrikan, Statistika
kependudukan untuk menghitung jumlah dan kemungkinan
pertumbuhan penduduk, dll.
Matematika digunakan untuk memecahkan masalah di
kehidupan sehari-hari. Contoh : Jual beli, Menghitung luas
daerah, membentuk pola pikir yang kritis, sistematis dan
logis.
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK MATEMATIKA SEKOLAH
3
https://elisaoktaviana.wordpress.com/2012/12/05/hakekat-matematika-sekolah/ Desember 5,
2012 by elisaoktaviana
kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Dari pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika yang diajarkan disekolah
telah dipilih dan disesuaikan dengan jenjang tertentu menurut tahap
perkembangan intelektual siswa.
c. Kesiapan Belajar
4
Karakteristik Matematika IAIN Tulungagung oleh Lailatul Mufidah dkk. Di akses pada tanggal 3
september 2019 jam 20:13
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
a. Unsur Belajar
1. Tujuan
5
Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), hlm.
6
Dimyanti dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka citra, 2013), hlm
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin di capai. Tujuan ini
muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.
2. Kesiapan
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu
perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang beruoa
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan kecakapan yang mendasarinya
3. Situasi
4. Interpretasi
5. Respon
Berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu mungkin atau tidak
mungkin mencapai tujuan yang di harapkan, maka ia memberikan respon.
6. Konsekuensi
Setiap usaha akan membawakan hasil, akibat atau konsekuensi entah itu
keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga respons atau usaha belajar siswa.
Selain keberhasilan mungkin lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah
kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi
siswa terhadap kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha
usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
semangat yang berlipat ganda untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.
b. Tujuan Belajar
Gagne menyebutkan ada 5 macam hasil belajar berikut ini:
a) Pengumpulan pengetahuan
B. Pengertian Pembelajaran
1) Tujuan pembelajaran
2) Materi pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang di pelajari oleh siswa. Penentuan materi pembelajaran mesti
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Suharsimi Arikunto materi
pembelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan pembelajaran,
karena memang materi pembelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh
siswa.
3) Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi
dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya
4) Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
5) Media
6) Sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat
dimana materi pembelajaran terdapat.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan
menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.7
C. Pengertian Matematika
Kata matematika sendiri berasal dari bahasa latin “mathemata” yang
mempunyai arti “sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan matematika yang pada
bahasa belanda disebut “wiskunde” yang mempunyai arti “ilmu pasti”. Jadi
7
Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), hlm.
dapat disimpulkan bahwa matematika ialah ilmu pasti yang berkenaan dengan
suatu penalaran.8
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai
masalah dalam kehidupan sehari-hari
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola
yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya seni berpikir yang kreatif.9
8
Woocara.blogspot.com
9
Abdul Halim Fathani, Matematika dan Logika, ( Yogyakarta: Ar-ruzz, 2009), hlm.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, Sobry. (2013). Belajar dan pembelajaran. Lombok: Holistica.
Fathani, Abdul Halim. (2009). Matematika hakikat dan logika. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
http://woocara.blogspot.com/2015/12/pengertian-matematika-menurut-para-
ahli.html?m=1.
KELOMPOK 3
TEORI BELAJAR MATEMATIKA
10
M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
93-94
anak akan mengerti matematika dengan mengonstruksikan pengetahuan
matematika. 11
1. Jean Piaget
Piaget mengembangkan teorinya berdasarkan pada pandangan
tentang struktur anak. Menurut Piaget ada tiga tahapan dalam proses
belajar, yaitu:
i. Proses asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak
siswa.
ii. Proses akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru.
iii. Proses ekulibrasi yaitu penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.
11
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 66
c. Tahap Operasional Konkret
2. Brunner
i. Tahap Enaktif
12
M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
95-97
ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
nyata dengan benda-benda konkret Dengan demikian, topic
pembelajaran yang bersifat abstrak telah direpresentasikan atau
diwujudkan dalam bentuk benda nyata yang dapat diamati siswa,
lalu direpresentasikan dalam gambar atau diagram yang bersifat
semi-konkret.
13
M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
99-100
nilai tempat menggunakan kalkulator, anak lain dengan lidi.
Selanjutnya, pengajaran berbagai gagasan matematika harus
mulai dari yang sederhana.
3. Dienes
14
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70
Selamjutnya Dienes mengemukakan bahwa konsep belajar
matematika akan berhasil dipelajari melalui 6 tahapan bermain sebagai
berikut:
d. Representasi
e. Simbolisasi
f. Formulasi
15
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70-72
Penerapan Teori Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika
D C16
16
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 78-80
B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku, yang bisa di amati, di ukur dan di nilai secara konkrit, karena adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan S-R.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi antara stimulus
dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.[2] Misalnya; siswa
belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum
bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda
dll.
Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
d. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang fasif, tetapi memiliki tujuan.
e. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
f. Penegtahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi
secara personal.
g. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan meliankan melibatkan
pengaturan situasi kelas.
h. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran,
materi, dan sumber.
2. Jean Piaget
Ada tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan
intelektual atau tahap perkembangan konstruktivisme kognitif atau biasa juga
disebut tahap perkembangan mental, yaitu sebagai berikut;
3. Wheatley
a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa.
b. Fungsi kognisi bersifat adaftif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
4. Vigotsky
a. Proses Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses kognitif ketika seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikiran. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan atau
pergantian skemata, tetapi perkembangan skemata.
b. Proses Akomodasi
Proses akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dimiliki. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru
yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah
ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
a. Kelebihan
1. Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar berpikir untuk
menyelesaikan masalah, menjalankan ide-idenya, dan membuat keputusan.
2. Karena pembelajar terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru,
pembelajar lebih paham dan dapat mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3. Karena pembelajar terlibat langsung secara aktif, pembelajarakan mengingat
semua konsep lebih lama
4. Pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan sosialnya, yang
diperoleh dari interaksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan
baru.
5. Karena pembelajar terlibat langsung secara terus-menerus, pembelajar akan
paham, ingat, yakin, dar. berinteraksi dengan sehat. Dengan demikian,
pembelajar akan merasa senang belajar dan membina pengetahuan baru.
b. Kekurangan
1. Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
2. Karena cakupannya lebih luas, lebih sulit dipahami.
17
Muhammad Thobroni & Arif Mostofa, Pengembangan wacana dan praktik pembelajaran dan
pembangunan Nasional, (jogyakarta:Ar Ruzz Media, 2012), hlm.157-158
Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan
mudah diajak berdialog. Namun, siswa semacam ini biasanya kurang skeptik
terhadap sesuatu. Kadang identik dengan sifat mudah percaya.
Tipe siswa Refektor adalah sebaliknya. Mereka cenderung sangat berhati-hati
mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini
cenderung konservatif, yaitu mereka lebih suka menimbang-nimbang secara
cermat, baik buruk suatu keputusan.
Tipe siswa teoritis biasanya sangat kritis, senang menganalis, dan tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya sangat subjektif.bagi mereka
berfikir secara rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka juga
biasanya sangat skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekualatif.
Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek
praktis dari segala hal. Menurut mereka, teori memang penting, namun
apabila teori tidak dipraktikkan, tidak akan berhasil. Siswa tipe ini suka
berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis dari sesuatu.
3. Hebermas
1. Habermas
Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia, habermas mengelompokkan tipe belajar
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belajar Teknis (Technical Learning)
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (praktical Learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga berinteraksi. Akan tetapi, pada tahap ini lebih
dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.
c. Belajar Emansipatoris (Emancipatoris Learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemhaman, kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanistik
a. Kelebihan
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukkan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
1. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku, serta sikap
atas kemauan sendiri.
2. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,disiplin, atau
etika yang berlaku.
b. Kekurangan
Adapun kekurangan teori humanistik, yaitu siswa yang tidak mau memahami
potensi akan ketinggalan dalam proses belajar18
18
Ibid,hlm.176
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat
6. Guru menerima siswa apa adanya
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju
8. Evaluasi diberikan secara individual19
19
Ibid,hlm.177-178
E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Teori belajar sibernetik adalah yang paling baru dari semua teori belajar yang telah
dikenal. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut
teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Uno,2008:17). Teori ini memiliki kesamaan
dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori
sibernetik. Namun, yang lebih penting adalah sistem informasi yang di proses karena akan
menentukan proses.20
Teori sibernetik (pemprosesan informasi) umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut
1. Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pmprosesan informasi ketika
pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus yang di proses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
20
Muhammad Thobroni dan Arif mustofa, Pengembangan wacana dan praktik pembelajaran
dalam pembangunan Nasional, (yogyakarta: Ar Ruzz Media,2012), hlm .183
21
Ibid,hlm.184-188
a. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, dan lurus
menuju ke satu target tertentu. Contoh: kegiatan menelpon, menjalankan mesin
mobil, dan lain-lain.
b. Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen menuju ke beberapa target
sekaligus. Contoh: operasi pemilihana atribut geometri, penemuan cara-cara
pemecahan masalah, dan lain-lain.
c. Pask dan scot
Cara berpikir pask dan scot adalah cara berpikir menyeluruh adalah
berpikir yang cenderung melompat ke dalam, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Contohnya, saat melihat lukisan, bukan detail-detail
yang diamati terlebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus, sesudah
itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.22
1. Keunggulan
a. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda –
beda ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu
proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.
b. Isi proses belajar adalah sistem informasi ang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep,teori,atau informasi
umum.
c. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku meupun secara kemampuan pada tanah kogniti, efektif,
dan psikomotrik.
2. Kelemahan
Teori ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung kedunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
22
ibid,hlm.189-190
pemahaman akan mekanisme sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.23
23
ibid,hlm.190-191
24
Ibid,hlm.191-192
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat
untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang
diharapkan.
c. Pembelajaran teori praktik sibernetik
d. Alur pembelajaran sibernetik Teori praktik 25
1. Jean piaget
Menurut peaget, siswa adalah anak manusia. Identitas insani manusia sebagai
subjek yang berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan melalui sistem dan model
pendidikan serta pembelajaran yang bersifat “bebas dan egaliter”.
Menurut piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan
sistem saraf.
Menurut piaget dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi
sekunder, sedangkan faktor utama yang menetukan terjadinya belajar tetap pada
individu yang bersangkutan.
2. Vygotsky
Ia mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial
budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan
cara menelusur apa yang ada dibalik otaknya dan kedalaman jiwanya, melainkan
25
.ibid,hlm.195-203
26
Ibid,hlm.209
dari asal-usul tindakan sadarnya dan interaksi sosial yang dilatarbelakangi oleh
sejarah hidupnya.27
Penerapan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural dalam Pembelajaran
1. Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran, perhatian guru harus
dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar
sendri, yaitu mereka yang hanya dapat memecahkan masalah dengan dibantu
(solve problems with help)
2. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps) yang dapat
memfasilitas anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
3. Bimbingan atau bantuan dan orang dewasa atau teman yang lebih kompeten sangat
efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar. Bantua-bantuan tersebut
tentunya harus sesuai dengan konteks sosiokultural atau karakteristik anak.
4. Kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah meskipun telah diberikan
berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah; kesiapan
belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada path zone of
proximal development. Oleh Karena itu, siap memanfaatkan bantuan atau
saffolding yang disediakan. 28
Contoh Kasus pelaksanaan pembelajaran Revolusi Sosiokultural
Karateristik atau sifat studi integral dari berbagai komputensi yang dimiliki oleh siswa,
antara lain;
1. IPS bertujuan untuk mempromosikan komputensi warga negara yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan oleh siswa untuk dapat
melakukan kewajiban sebagai warga negara yang baik.
2. Program IPS mengintegrasikan seluuh kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang besifat interdisipliner.
3. IPS bertujuan untuk membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan
sikap yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan.
27
Ibid,hlm.211-214
28
Ibid,hlm.221-222
Program IPS mencerminkan perubahan alamiah dari pengetahuan, melalui pendekatan integral
terbaru untuk menyelesaikan isu-isu kemanusiaan (kemiskinan,kejahatan,dan kesehatan), serta
melihat isu-isu dan berbagai disiplin ilmu, penggunaan teknologi, dan hubungan global
DAFTAR PUSTAKA
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media.
Dewi Nuur Rahmasari, Penerapan Teori Belajar Behavio dalam Matematika Keuangan
KELOMPOK 4
PEMBELAJARAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MATEMATIKA
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru matematika dalam
mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru
untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
didik serta antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika.
a. Pendefinisian (defining)
Membuat definisi adalah langkah yang baik karena definisi menggunakan bahasa yang
sangat singkat tetapi padat dan terstruktur. Dalam mengajarkan definisi sebaiknya dibuat blok-
blok untuk dipelajari, karena mungkin beberapa siswa tidak dapat memahami rangkaian kata
penting yang dapat diambil dari definisi. Untuk itu, definisi sering kali ditulis dalam bentuk
pengkelasan seperti:
I : diisi istilah yang didefinisikan, II : diisi istilah yang merupakan superset dari kumpulan objek
dari istilah yang didefinisikan, dan III : diisi satu atau lebih ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
istilah yang didefinisikan.
Contoh:
Dua pasang sisi sejajar adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh jajargenjang.
“Jika segiempat memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar, maka segiempat tersebut
merupakan jajargenjang.”
Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa syarat cukup supaya suatu segiempat
merupakan jajargenjang adalah memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar. Secara umum
syarat cukup didahului oleh kata “jika”, tetapi kadang-kadang digunakan istilah lain, seperti:
asalkan, sebab, karena, dengan alasan.
Contoh lain:
a) Suatu fungsi adalah fungsi linier asalkan grafiknya merupakan garis lurus.
b) Persamaan 14x2 – 9y2 = 144 adalah hiperbola sebab bentuknya a2x2 – b2y2 = a2b2.
Dengan logika syarat cukup, siswa diharapkan mampu mencari contoh objek yang
dinyatakan oleh konsep, sehingga langkah syarat cukup memudahkan penerapan dari konsep.
c. Memberi contoh
Contoh:
“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada persamaan
itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”
Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep itu seperti
berikut ini.
x = 2 adalah penyelesaian dari persamaan x2 + 2x –8 = 0.
Tidak semua konsep dapat diberikan contohnya. Misalnya konsep “tidak ada bilangan
prima genap yang lebih besar dari 2”, maka tidak mungkin dapat diberikan contoh untuk konsep
ini.
Pemberian contoh yang disertai dengan alasan relevan dengan penyajian syarat cukup.
Dengan kata lain, alasan yang dikemukakan tidak lain adalah syarat cukup dari definisi. Selain
itu, contoh yang dibuat siswa tidak dibuat secara spekulatif dan menghindari unsur tebakan. Cara
ini sangat membantu bagi siswa yang lamban, dimana pada umumnya sulit mengerti hubungan
logika antara syarat cukup suatu konsep dengan contoh.
Contoh:
“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada persamaan
itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”
Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep beserta
alasannya seperti berikut ini.
Cara ini menuntun siswa agar dapat membandingkan objek-objek yang ditunjukkan oleh
konsep yang sedang diajarkan dengan objek-objek lain yang sudah dikenal oleh murid.
Mempertentangkan objek-objek yang ditunjukkan oleh konsep dengan objek-objek lain yang
dapat diperbandingkan untuk menunjukkan kesamaan dan perbedaannya. Kesamaan dan
perbedaan yang ditemukan akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengingat konsep
yang sedang dipelajarinya.
Contoh.
Untuk menunjukkan pernyataan merupakan suatu syarat perlu, biasanya digunakan tanda
linguistik “harus” atau “hanya jika”.
Contoh:
“Sebuah segiempat adalah jajar genjang hanya jika (harus) kedua pasang sisi yang berhadapan
sejajar.” (kedua pasang sisi berhadapan sejajar merupakan syarat perlu agar sebuah segiempat
disebut jajar genjang).
Syarat perlu sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman konsep, karena dengan
syarat perlu kita dapat mengidentifikasi contoh objek yang tidak dinyatakan oleh konsep.
Untuk menyatakan objek suatu konsep mempunyai syarat perlu dan cukup biasanya
digunakan kata “jika dan hanya jika”; dengan menyatakan syarat perlu dan cukup memungkinkan
siswa menguasai konsep dengan baik, karena syarat cukup dapat mengidentifikasi contoh,
sedangkan syarat perlu dapat megidentifikasi bukan contoh. Siswa mungkin tidak dapat
menangkap adanya syarat perlu dan cukup dalam kalimat segi banyak beraturan adalah sama sisi
dan sama sudut, lain halnya dalam kalimat segi banyak adalah beraturan jika dan hanya jika dia
sama sisi dan sama sudut. Jadi ada dua syarat yang perlu untuk menjadikan segi banyak menjadi
beraturan yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika kedua syarat itu dikonjungsikan, maka
terjadilah syarat cukup.
Bukan contoh suatu konsep adalah objek yang tidak termasuk dalam kumpulan yang
ditentukan konsep. Bukan contoh biasanya diberikan jika siswa melupakan satu atau lebih syarat
perlu dari konsep suatu objek.
Contoh:
Dalam menjelaskan faktor persekutuan dari dua buah bilangan, misalnya 12 dan 24. Guru dapat
memilih 4 dan 6 sebagai contoh faktor persekutuan dari kedua bilangan itu dan memilih 8 sebagai
bukan contoh. (Guru dapat menunjukkan bahwa 8 memang dapat membagi 24, tetapi tidak dapat
membagi 12).
Langkah ini setara dengan memberi contoh disertai dengan alasannya. Alasan yang
menyertai bukan contoh adalah kegagalan untuk dipenuhinya syarat perlu. Memberikan bukan
contoh disertai alasannya adalah langkah yang efektif dalam untuk mengajarkan konsep.
Kegunaan memberikan bukan contoh bersama dengan alasannya akan nampak dengan jelas jika
guru mengajar murid yang belajar lambat. Murid seperti ini tidak selalu melihat hubungan antara
bukan contoh dengan syarat perlu. Guru biasa dengan sengaja menunjukkan hubungan itu pada
murid.
Contoh:
“Segi banyak adalah beraturan jika dan hanya jika dia sama sisi dan sama sudut”, ada dua syarat
perlu agar suatu segi banyak menjadi beraturan, yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika salah
satu atau kedua syarat perlu itu tidak dipenuhi, maka suatu segi banyak bukan beraturan (bukan
contoh). Atau dinyatakan dengan kalimat implikatif sebagai berikut:
Jika sisi-sisi segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.
Jika sudut-sudut segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.
Pentingnya memahami dan menguasai keterampilan belajar yang dia sebut istilah
Learning Skill menurut Surya (2011), adalah kemampuan menyusun kerangka berpikir,
bersikap, dan keterampilan berbuat secara terfokus, terarah dan terukur step by step untuk
melakukan proses kegiatan atau perbuatan. Selanjutnya Surya membagi keterampilan ini
menjadi empat keterampilan yang sama lain saling mempengaruhi, yaitu:
Keterampilan berpikir berkaitan erat dengan sistem kerja otak yang benar, bila otak
selalu digunakan akan berkembang dendritdendrit baru, bila diibaratkan dengan sebatang
pohon akan muncul ranting-ranting baru yang mengakibatkan pohon itu akan rimbun
begitulah otak itu bila dipakai untuk berpikir. Cara mengembangkan keterampilan berpikir
menurut Surya dengan menguasai dan membiasakan mempergunakan berpikir taktis,
metodologis dan imajinatif. Dengan berpikir taktis akan bisa mengarahkan perhatian jadi
terepusat dan kosentrasi jadi terfokus menuju pada objek dan kegiatan tertentu. Berpikir
metodologis akan dapat membuat berpikir prosedural dan runtut agar mudah dipahami,
sedangkan berpikir imajinatif, berkaitan dengan berpikir kreatif dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam memecahkan soal-soal yang dikerjakan.
Emotional skill merupakan sumber energy atau pendorong minat, perhatian dan
motivasi belajar yang kuat. Untuk itu sese orang harus membuat bagaimana proses belajar itu
dapat mendatangkan cita rasa, manfaat dan kegunaan yang dapat langsung merangsang,
menantang dan memuaskan individu dalam belajar. Membangkitkan minat dalam belajar
hendaknya menjadi suatu kebutuhan yang mendasar agar dapat merangsang emotional dari
dalam diri untuk belajar. langkah-langkah dalam membentuk emotional skill adalah berani
membangun mimpi; berusaha menghargai diri sendiri; adanya keinginan memiliki nilai plus;
jangan takut salah; memupuk semangat untuk mencari solusi. Yang penting untuk dicamkan
adalah jangan pernah menyerah pada perasaan yang belum tentu benar karena belum
dibuktikan. Pupuklah selalu perasaan senang, gembira karena akan meningkatkan adrenin
dalam pembuluh darah dan bergabung dengan kadar gula dari hati memicu energi tubuh untuk
melakukan sesuatu.
Action skill berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai
dengan kompetensi terentu. Tujuan belajar tentu ingin menguasai seperangkat ilmu
pengetahuan, melatih potensi diri agar mampu melakukan atau menghasilkan sesuatu
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Agar kemampuan melakukan atau menghasilkan
sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh, ada beberapa aspek yang harus dikuasai
yaitu: menyusun rencana kerja; mempraktikkan proses belajar; inovatifkreatif; dan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian bilangan
Dalam kehidupan sehari-hari bilangan sering dijumpai dalam kehidupan manusia bahkan
merupakan kebutuhan dasar manusia dari semua lapisan pergaulan hidup sehari-hari. Keadaan
seperti ini dapat ditunjukkan dengan fakta-fakta bahwa dengan menggunakan bilangan orang
dapat:
Bilangan merupakan ide abstrak untuk menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan30.
Perhitungan bilangan dimulai dengan perbandingan, misalnya milik si Fulan lebih banyak
dibandingkan milik si Badu. Kemudian berkembang, bilangan digunakan untuk menyatakan
banyaknya sesuatu, misalnya menghitung jumlah ternak, dengan cara korespondensi satu-satu
antara banyaknya benda dengang banyaknya kerikil, sipul atau yang lainnya 31.
Sedangkan lambang bilangan adalah simbol yang digunakan untuk menandai suatu bilangan.
Lambang bilangan yang umu digunakan adalah labang bilangan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, . . .)
29
E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 15
30
Didi Haryono, Filsafat Matematika, (Bandung: ALFABETA, 2014) hlm. 75
31
Afidah Khairunnisa, matematika dasar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 84
2. Pemahaman Konsep Bilangan
Untuk menanamkan konsep membilang sejak zaman dahulu kala manusia telah
mempelajari pertanian, mengembangkan kalender, membuat sistem pengukuran, menemukan dan
menggunakan roda, membuat perahu, dan menemukan sistem numerasi.
32
E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 16-20
1, 2, 3, ... yang dimulai dari titik asal. Sedangkan untuk bilangan yang disebelah kiri adalah
bilangan bulat negatif -1, -2, -3, ... yang dimulai dari titik asal .
Bilangan merupakan suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang bilangan. Lain halnya dengan nomor, nomor biasannya menunjuk
pada satu atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan
bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya, istilah nomor 3 menunjukkan salah satu
posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan antara 1, 2, 3, 4, ..., dan seterusnya .
Sistem bilangan yang telah dikembangkan pada abad modern terbagi kedalam beberapa jenis
dari bilangan diantaranya adalah:
1. Bilangan bulat merupakan gabungan bilangan negatif, bilangan positif, dan nol. Bilangan
bulat yang dilambangkan dengan Z yakni singkatan dari kata zahl. Bilangan tersebut
meliputi: ..,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...
2. Bilangan asli
Diantara sistem bilangan, yang paling sederhana adalah bilangan-bilangan asli yang
biasanya dilambangkan dengan huruf N yakni singkatan dari kata nature dan dimulai
dari: 1, 2, 3, 4, 5, ..., dan seterusnya. Yang termasuk bagian dari bilangan asli adalah
sebagai berikut: Pertama, bilangan genap yang merupakan bilangan bulat kelipatan dua
yang meliputi: 2, 4, 6, 8, 10,..., dan seterusnya. Kedua, bilangan ganjil yang anggotannya
terdiri dari 1, 3, 5, 7, 9,... dan seterusnya. Ketiga, bilangan prima merupakan bilangan
yang dapat dibagi dengan satu dan dirinya sendiri, seperti 2, 3, 5, 7, 11, 13, ..., da
seterusnya. Keempat, bilangan komposit merupakan bilangan bulat selain dari bilangan
prima dan bilangan asli yang mempunyai lebih dari dau faktor atau bilangan yang dapat
dinyatakan atas faktor-faktor yang masing bukan bilangan1, misalnya, 4, 6, 8, 9, 10, ...,
dan seterusnya.
3. Bilangan Rasional dan Irrasional
Bilangan rasional merupakan bilangan yang dapat dibentuk p / q, dimana p dan q adalah
bilagan bulat dan q ≠ p. Biasa dilambangkan dengan simbol Q yakni singkatan dari kata
Quotient karena bilangan rasionanal dapat dinyatakan bentuk pembagian bilangan bulat.
3 −7 21 2 8 9
Contoh:4 , , , 5 , 1 , 𝑑𝑎𝑛 1.
8 5
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk p / q,
dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ p. Misalkan: Nilai π, bilangan e, log 3 dan
lain sebagainya.
4. Bilangan real (nyata) adalah gabungan dari bilangan-bilangan rasional dan bilangan
irrasional. Bilangan real biasa juga dikatakan sebagai bilangan yang dimulai dari –α (tak
terhingga) sampai + α dan sering dinyatakan dengan simbol R yakni singkatan dari real.
Dalam sistem bilangan real, antara bilangan-bilangan real dengan titik-titik pada garis
bilangan ada hubungan satu-satu sehingga pada garis bilangan tidak terdapat bilangan
yang kosong. Pada sistem bilangan real, jika kita melakukan operasi penjumlahan dan
perkalian, maka hasilnya selalu bilangan real juga. Selain bilangan ada juga bilangan
imajiner yang merupakan khayal sebagai contoh √– 𝑛.
5. Bilangan kompleks yang biasa dilambangkan dengan C yakni singkatan dari kata
complex yang merupapkan gabungan dari semua bilangan. Definisi yang biasa
digunakan berkenaan dengan bilangan kompleks ialah bilangan yang dinyatakan dengan
a + bi, dengan a dan b merupakan bilangan real dan i=√– 𝑛 yang merupakan bilangan
imajiner.33
33
Didi Haryono, Filsafat Matematika, (Bandung: ALFABETA, 2014) hlm. 75-77
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian Geometri
Geometri merupakan salah satu sistem dalam matematika yang diawali oleh konsep
pangkal, yaitu titik. Titik selanjutnya digunakan untuk membuat garis dan garis akan
menyusun bidang. Pada bidang akan mengontruksi macam-macam bangun datar dan segi
banyak. Lebih banyaj kemudian dapat digunakan untuk mengatur bangun-bangun ruang.
Dari sudut pandang psikologi, geometri terdiri dari pengalaman visual dan spasial,
misalnya bidang, pola, perhitungan dan pemetaan. Sementara dari sudut pandang matematik,
geometri membahas tentang pemecahan, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem
koordinat, ektor, dan transformasi (Burger dan Shaughnessy dalam Widayanto dan Rofiah,
2012).
Secara umum geometri merupakan suatu sains di dalam sistem matematika yang di
dalamnya memuat garis dan menjadi simbol seperti bentuk persegi , segitiga, lingkaran, dan
lain-lain.
B. Geometri Ruang
Dalam pengenalan geometri ruang, selama ini guru sering kali langsung memberi
informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini
menunjukkan kekurangpahaman guru dalam menyampaikan topik geometri ruang melalui
metode dan teknik pembelajaran matematika yang benar.
Dalam banyak kasus, guru hanya mengambar bangun geometri ruang tersebut di papan
tulis, atau cukup hanya dengan menunjukkan gambar yang ada di dalam buku sumber yang
digunakan siswa. Bahkan, walaupun menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja
bangun ruang yang ditunjukkan guru tersebut.
Kegiatan pembelajaran ini memang efisien, karena tidak membutuhkan waktu dan alat
yang banyak. Akan tetapi, keefektifannya bagi pengalaman belajar siswa harus
dipertanyakan, karena siswa tidak dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-ciri
bangun geometri ruang yang dipelajari.
A. Kubus
Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus mempunyai ciri khas
yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran topik kubus ini kepada siswa bukanlah hal
yang sulit, tetapi lagi-lagi permasalahannya bersumber dari pemberian drill seacara
langsung, mengenai bentuk dan ciri-ciri kubus. Pada akhirnya, hal ini akan menyulitkan
siswa dalam mendapatkan pengertian yang utuh dan benar tentang bangun ini.
Serangkaian kegiatan kegiatan berikut akan memberi panduan pengajaran topik
kubus yang benar dan bermakna, dan dengan menggunakan alat peraga yang dapat
ditemukan di sekeliling kita.
Penanaman konsep
Media yang diperlukan
1. Kubus atau kerangka kubus yang terbuat dari kawat, karton, plastik, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk kubus.
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar, guru memberikan pernyataan mengenai bangun ruang datar
persegi dan persegi panjang yang sudah dikenal siswa.
2. Secara kolompok atau perorangan, siswa kemudian mengamati bangun kubus yang
sudah disiapkan. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai
berikut:
a. Bearapa jumlah sisi kubus? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: kubus mempunyai 6 sisi).
b. Berapa jumlah rususknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan:
12 rusuk).
c. Bagaimana bentuk sisi-sis kubus tersebut? (siswa mengamati, dan jwaban yang
diharapkan: sisi kubus berbentuk persegi).
Gambar
3. Lakukan kegiatan diatas pada bangun kubus dengan ukuran berbeda, agar siswa
yakin bahwa bangun kubus memiliki ciri yang sama.
4. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan bangun kubus tadi
sebagai berikut:
Pemahaman konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep kubus, dapat
dilakukan kegiatan berikut:
B. Balok
Pengenalan bangun kubus melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciri-
cirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta
dengan menggunakan media peraga yang dapat di gunakan sendiri oleh siswa.
Penanaman konsep
Media yang diperlukan
1. Balok atau kerangka balik yang terbuat dari kwat, karton, plastik, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk balok.
Gambar
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar, siswa di inggatkan kembali tentang bangun persegi panjang dan
kubus yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun balok yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi balok? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Baloknya mempunyai 6 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan:
12 rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi-sisi balok tersebut? (siswa mengamati, dan jawaban yang
diharapkan: sisi balok berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian kubus dan balok tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri kubus dan balok yang telah mereka ketahui pada
tabel berikut.
C. Prisma Segitiga
Perbedaan antara prisma segitiga dengan prisma (kubus dan balok) terletak pada sisi alas dan
sisi atas bangun prisma tersebut. Sisi alas dan sisi atas prisma segitiga berbentuk segitiga, dan
mempunyai sisi tegak yang sama, yaitu berbentuk persegi panjang. Konsep ini penting untuk
diketahui siswa, agar terbentuk pemahaman yang benar. Meskipun demikian, harus dilakukan
pengenalan bangun prisma segitiga berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri-cirinya.
Penanaman konsep
Media yang diperlukan
1. Prisma segitiga atau kerangka prisma segitiga yang terbuat dari kawat, karton, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk prisma.
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun prisma segitiga, siswa diingatkan kembali
tentang bangun kubus dan balok yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan siswa mengamati bangun prisma segitiga yang
telah disiapkan. Kemudian guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi prisma segitiga? (siswa kemudian mengamati dan menghitung
sendiri. Jawaban yang diharapkan: Prisma segitiga mempunyai 5 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya dan jawaban yang diharapkan : 9
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas prisma segitiga berbentuk segitiga)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi atas prisma segitiga berbentuk prisma segitiga).
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak prisma segitiga berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian prisma segitiga tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri prsima dan prisma segitiga yang telah meeka ketahui
pada tabel berikut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep prisma segitiga ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut :
1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk prisma segitiga, baik yang ada
disekitar maupun diluar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk prisma segitiga, termasuk pada
gambar berikut.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring prisma segitigga, kemudian membentuknya menjadi bangun prisma segitiga yang
utuh.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring limas, kemudian membentuknya menjadi bangun limas yang utuh.
E. Tabung
Bagi siswa sekolah dasar, pengenalan bangun tabung hanya berupa identifikasi bentuk bangun
beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, selam ini pengajaran bangun tabung khususnya,
dan berbagai bangun ruang lain pada umumnya, sering kali tidak membuat siswa benar-benar
paham. Hal ini dikarenakann siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang
tersebut, melainkan hanya pemberian maeri berupa drill langsung.
Contoh berbagai benda berbentuk tabung
Penanaman Konsep
1. Tabung yang terbuat dari karton, plastik, kayu, kaleng, ruas bambu dan sebagainya.
2. Benda-benda di sekitar yang berbentuk tabung.
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam pembelajran bangun tabung ini, siswa diingatkan kembali
tentang bangun prisma yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun tabung yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi tabung? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Tabung mempunyai 3 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 2
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan: sisi
alas tabung berbentuk lingkaran)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan: sisi
atas tabung berbentuk lingkaran)
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak tabung berbentuk persegi pangjang)
Sisi Rusuk
Sisi atas
Sisi tegak
Sisi alas
3. Siswa kemudian membandingkan bangun prisma dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas, sisi atas, dan sisi tegak)
b. Apa perbedaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwasisi alas dan sisi atas prisma berbentuk persegi panjang, sedangkan
pada tabung berbentuk lingkaran. Selain itu, jumlah sisi tegak prisma adalah 4 sisi,
sedangkan pada tabung hanya 1 sisi)
4. Lakukan kagiatan diatas pada bangun tabung dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun tabung memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun ruang tersebut.
Jumlah sisi 3 sisi
Jumlah rusuk 2 rusuk
Bentuk sisi alas Lingkaran
Bentuk sisi atas Lingkaran
Bentuk sisi tegak Persegi panjang
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep tabung ini, dapat dilakukan
kegiatan berikut:
1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk tabung, baik yang ada di sekitar
maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memiliki benda-benda yang termasuk tabung, termasuk pada gambar
berikut.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk membuat jaring-
jaring tabung, kemudian membentuknya menjadi bangun tabung yang utuh.
Jaring-jaring tabung
K = 2 × 22 = 44 𝑐𝑚
Setelah didapatkan besar panjang selimut tabung, jaring-jaring tabung yang berbentuk ada
sebagai berikut.
7 cm
44 cm 20 cm
F. Kerucut
Pengenalan bangun kerucut bagi siswa sekolah dasar hanya berupa identifikasi bentuk bangun
beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, dalam pengenalan bangun kerucut ini, siswa
sering kali tidak benar-benar memahami topik yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa tidak
mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut, melainkan hanya pemberikan
materi berupa drill langsung.
Pemahaman Konsep
1. Kerucut yang terbuat dari karton, plastik, mika, kaleng, dan sebagainya.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk kerucut.
Kegiatan Pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun kerucut ini, siswa diingatkan kembali
tentang berbagai bangun ruang yang telah mereka kenal, seperti prisma, limas dan tabung.
2. Secara kelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun kerucut yang telah disiapkan.
Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi kerucut? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: kerucut mempunyai 2 sisi, yaitu sisi alas dan selimut).
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 1
rusuk)
c. Bagaiman bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan: sisi
alas kerucut berbentuk lingkaran)
d. Bagaima bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
kerucut tidak memiliki sisi atas, melainkan titik puncak)
gambar
3. Siswa kemudian membandingkan bangun kerucut dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas yang berbentuk lingkaran)
b. Apa perbedaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamtan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa tabung memiliki sisi atas, sedangkan kerucut memiliki titk puncak.
Bentuk sisi tegak kerucut dan tabung juga berbeda)
4. Lakukan kegiatan diatas pda bangun kerucut dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun kerucut memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulakan hasil pengamatan pada bangun kerucut
tersebut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep kerucut ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut:
1. Siswa diperintahkan menyebutkan banda-benda berbentuk kerucut, baik yang ada
disekitar maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk kerucut, termasuk pada
gambar berikut.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring kerucut, kemudian membentuknya menjadi bangun kerucut yang utuh.
Jaring-jaring kerucut
Andaikan kita membuat kerucut dengan tinggi 4 cm dan jari-jari 3 cm. Untuk itu, terlebih
dahulu harus dicari tinggi apotema/sisi miring kerucut tersebut, dengan mengunakan dalil
phytagoras:
√𝑐 2 = √𝑡 2 + 𝑟 2
√𝑐 2 = √𝑡 2 + 𝑟 2
𝑐 = 5 𝑐𝑚
Selain sisi miring, kita juga perlu mengetahui besar sudut 𝛼 (alpha), yang menyatakan besar
selimut kerucut
Sudut 𝛼 :
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
𝛼= × 360°
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔
∝
3
𝛼 = × 360°
5
𝛼 = 216°
Sudut 𝛼 = 216°
DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/12/pengertian-geometri-dan-jenis-
jenisnya.html?m=1
KELOMPOK 7
PEMBELAJARAN STATISTIK
A. Pengertian
Pertama-tama dalam strategi pembelajaran materi statistik ini, siswa diajarkan pemahaman
tentang pengertian statistik dan statistika. Dalam hal ini juga siswa secara langsung mengetahui
perbedaan antara keduanya. Berikut bahasannya.
Untuk menyatakan kumpulan data, yang umumnya berbentuk angka disusun dalam daftar
atau diagram digunakan istilah “statistik”. Ilmu pengetahuan tentang pengumpulan data,
penyajian data, penganalisaan data, sehingga mendapatkan suatu kesimpulan sampel membuat
ramalan-ramalan dinamakan “statistika”.
Mengenai konsep pengertian diatas, serta merta siswa kurang memahami pengertian
tersebut. Oleh karena itu, sebagai pendidik menggambarkan pengertian tersebut dengan
pengertian lainnya. Bagi kami penulis, “permisalan” yang mewakili pengertian statistik dan
statistika sekaligus perbedaan antara keduanya dapat diterapkan kepada siswa.
Prosedur pembelajaran dikelas dapat di sajikan sebagai berikut.
Apersepsi
Tentunya ada persiapan sebelum memulai pembelajaran, seperti salam, berdoa, absensi
dan mengingat sedikit pelajaran yang dilakukan sebelumnya terkait materi pembelajaran.
Memotivasi
Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan
Dalam hal ini siswa di beri pertanyaan seputar awal materi statistika dan sebelum siswa
menjawab pertanyaan tersebut pendidik mendefinisikan jawaban yang dapat merangsang jawaban
siswa, seperti “Anak-anak siapa yang tau hal apa saja yang terkait dengan statistik? Misalnya nilai
rata-rata kalian pada waktu SMP kemaren. ”
1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan
masalah.
Kompetensi Dasar :
1. Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive.
Indikator :
1. Membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang
2. Mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan diagram
b. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang.
Pembelajaran yang dilakukan pendidik sudah dilaksanakan dalam hal ini materi mengenai
diagram, bagaimana cara kita menginterpretasikan materi kepada siswa sehingga siswa dapat
membaca sajian data. Membaca disini diartikan sebagai kemampuan siswa menuliskan, membuat,
dan menelaah data dalam bentuk diagram.
2. Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan diagram.
Pengidentifikasian terhadap nilai disini diartian sebagai, siswa mengenal yang mana
sebagai Nilai dan Frekuensi suatu data. Yang tentunya sudah diajarkan oleh pendidik sehingga
siswa dapat memahami pembentukan data ke dalam tabel dan diagram.
Dari tujuan pembelajaran diatas kita dapat menyimpulkan materi ajar yang dilaksanakan di kelas.
Materi Ajar
Metode Ceramah
Merupakan metode konvensional yang paling banyak dan digunakan, yaitu dengan
menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa.
Namun dalam hal pembelajaran materi statistik ini, ada memuat gambar dalam hal ini tabel
dan diagram. Sehingga pendidik tidak selalu mengajar dengan kata-kata melainkan ada juga
menggambarkan diagram dan tabel dipapan tulis ataupun melalui proyektor.
Dan secara langsung merangsang siswa untuk mendalami materi dengan bertanya mengenai
apa yang belum siswa pahami dari pembelajaran yang dilakukan.
Metode Diskusi
Merupakan suatu metode pengajaran yang mengedepankan aktivitas diskusi siswa dalam
belajar memecahkan masalah. Metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok diskusi untuk
membahas suatu masalah.
Masalah disini ialah, pendidik membawa siswa mengidentifikasi suatu data ke tabel dan
diagram yang telah ditentukan oleh pendidik. Baik data tunggal maupun data berkelompok.
1. Tatap Muka
2. Terstruktur
3. Mandiri
1). Eksplorasi
Guru menjelaskan Diagram, Batang, diagram garis, Diagram Lingkaran dan Ogive.
Pemberian materi oleh guru (misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, ataupun internet
2). Elaborasi
3) Konfirmasi
Penutup
Peserta didik membuat rangkuman dari materi mengenai data (jenis-jenis data, ukuran
data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan data
tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil kedua,
kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median, kuartil
pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-kuartil, dan
jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal. Guru memberi tugas rumah kepada siswa (secara
berkelompok ataupun sendiri) untuk mempersiapkan materi selanjutnya.
Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan data (jenis-jenis data,
ukuran data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan
data tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil
kedua, kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median,
kuartil pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-
kuartil, dan jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal dari Aktivitas Kelas atau Latihan
yang belum terselesaikan di kelas atau dari referensi lain.
Berikut merupakan pembahasan materi yang akan diajarkan.
A. Pengumpulan data
Data dapat dikumpulkan dengan berbaagai cara, aanatara lain dengan observasi
(pengamatan) ,daftar pertanyaan atau kuessioner berupa angket, wawancara interview dan
dengan memanfaatkaan data yang telah dikumpulkan oleh para peniliti terdahulu.
1. Observasi (pengamatan)
Dengan cara observasi atau pengamatan ini kita pergike lapangan langsung mengamati
data yang di inginkan dan mencatatnyaa sehingga data tersebut dapat dikumpulkan.
2. Kuessioner
Angket ini merupakan sekelompok pertanyaan tentang data yang di inginkan, yang di
susun secara tertulis. Pertanyaan ini akan dijawab oleh orang-orang yang akan di minta
keterangannya. Ada 3 macam angket yaitu berstruktur , tak berstruktur dan pilihan jamak. Pada
bentuk berstruktur jawaban pertnyaan hanya Ya atau Tidak. Jadi datanya objektif dan dapat
diolah secaara statistik. Pada bentuk tak berstruktur , jawaban pertanyaan boleh bebas. Jadi
pertanyaan bersifat terbuka. Dalam hal ini tidak dapat dinilai secara objektif. Kuessioner
biasanya diberikan kepada orang-orang yang akaan dimintai keteranganya cukup anyak aatau
jaauh tempatnya.
3. Wawancara
B. Penyajian data
Data yang diperoleh dari hasil pengamaatan perlu disajikan dengan maksud agar dapat
dengan cepat dilihat dan dibaca. Sekelompok data dapat disajikan dalam bentuk:
1. Daftar
2. Piktogram
3. Diagram batang
4. Diagram baris
5. Diagram lingkaran
6. Histogram, poligon dan ogive
Berikut uraiannya:
Menurut kantor yayasan perguruan kenangan medan T.P 1995/1996 jumlah siswa
SD=200 orang, SMP=250 oraang (laki-laki=105 orang, perempuan 145 orang), SMA=150 orang
(laki-laki=62 orang , perempuan 88 orang). Dataa diatas dapat disajikan dalam bentuk daftar
sebagai berikut:
3. Diagram batang
Diagram batang adalah diagram yang menggambarkan sekelompok data dengan memakai
batang aattau balok-balok. Batang-bataang tersebut dapat digambarkan sejajar dengan sumbu
dataar (horizontal) atau sejajar dengan sumbu tegak (vertikal) . perlu di ingat bahwa balok-balok
atau batang-batang tersebut harus sama besar, sedangkan tinggi batang tidak perlu sama dan harus
sesuai dengan banyaknya masing-masing komponen.
Contoh: kita akan menyayaajikan jumlah asben mahasisiw dalam satu semester, seperti terlhat
dibawah ini.
10
8
6
4
2
0
I II III IV V VI
Bulan Banyaknya
Air
Januari 30
KELUARGA RONALD Februari 25 TAHUN 1994
Maret 40
April 35
Mei 30
Juni 20
Juli 15
Agustus 40
September 25
Oktober 30
November 35
Desember 20
Chart
Banyaknya air minum (dalam M3)Title
yang dibutuhkan keluarga Ronald
100%
45
90%
40
80%
35
70%
30
60%
25
50%
20
40%
15
30%
10
20%
10%
5
0%
Series 1 Bulan
Column1 Column2
5. Diagram lingkaran
Untuk membuat diagram lingkaran, gambarkan sebuah lingkaran, lalu dibagi-bagi menjadi
beberapa sektor. Tiap sektor melukiskan kategori data yang terlebih dahulu diubah kedalam
derajat. Dianjurkan titik pembagian mulai dari titik tertinggi lingkaran. Diagram lingkaran ini
sering digunakan untuk melukiskan data atribut.
Contoh:
Kita ambil dalam data tentang biaya tiap bulan. Terlebih dahulu tiap nilai data diubah
28 18
kedalam derajat. Pos A, misalnya menjadi × 360𝑜 = 100, 8𝑜 dan Pos B = 100 × 360𝑂 =
100
64, 8𝑂 . Lainyya dihitung dengan cara yang sama dan didapat untuk Pos C = 50,4𝑂 Pos D= 79,2𝑂
Pos E= 36𝑂 dan Pos F= 28, 8𝑂 . Dengan teliti sudut-sudut tersebut digambarkan dalam sebuah
lingkaran. Hasilnya dapat dilihat dalam gambar berikut.
KEPERLUAN BIAYA
UNTUK (%)
Pos A 28
Pos B 18
Pos C 14
Pos D 22
Pos E 10
Pos F 8
Jumlah 100
Column1
8%
Pos A
10% 28%
Pos B
Pos C
22% Pos D
Pos E
18%
Pos F
14%
III (3)
𝑥̅ = ∑ 𝑖
𝑖=1
n
Keterangan:
𝑥̅ = 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑛
𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖
𝑥̅ =
∑ 𝑓𝑖
b. Median
Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan. Median dilambangkan Me. Untuk
menentukan nilai Median data tunggal dapat dilakukan dengan cara:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑛
𝑀𝑒 =
2
Jika data yang tersedia merupakan data kelompok, artinya data itu dikelompokkan ke dalam
interval-interval kelas yang sama panjang. Untuk mengetahui nilai mediannya dapat ditentukan
dengan rumus berikut ini.
1
𝑛−𝐹
𝑀𝑒 = 𝐿 + 𝑃 (2 )
𝑓
Keterangan:
P = panjang kelas
n = banyaknya data
c. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua
modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal.
Modus dilambangkan dengan Mo.
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan frekuensi tertinggi.
Contoh:
2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
Jawab:
Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿 + 𝑃
𝑑1 + 𝑑2
Keterangan:
P = lebar kelas
d. Kuartil (Q)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa median membagi data yang telah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak. Adapun kuartil adalah membagi data yang telah
diurutkan menjadi empat bagian yang sama banyak.
Urutkan data dari yang kecil ke yang besar, kemudian tentukan kuartil dengan rumus sebagai
berikut:
𝑛+1
𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑄1 :
4
2(𝑛 + 1)
𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑄2 :
4
3(𝑛 + 1)
𝑙𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑄3 :
4
1
𝑛−𝐹
𝑄1 = 𝐿 + 𝑃 (4 )
𝑓
1
𝑛−𝐹
𝑄2 = 𝐿 + 𝑃 (2 )
𝑓
3
𝑛−𝐹
𝑄3 = 𝐿 + 𝑃 (4 )
𝑓
Keterangan:
P = lebar kelas
n = banyaknya data
e. Persentil
Persentil adalah niilai yang membagi data menjadi seratus bagian yang sama setelah data
disusun dari yang terkecil sampai terbesar.
𝑖
𝑃𝑖 = (𝑛 + 1)
100
𝑟𝑖 − 𝐹
𝑃𝑖 = 𝐿 + 𝑃 ( )
𝑓
Keterangan:
P = panjang kelas
ri = r% dari n
F = jumlah frekuensi sebelum kelas Pi
F = frekuensi kelas Pi
Ukuran pemusatan yaitu mean, median dan modus serta yang lainnya, merupakan
informasi yang memberikan penjelasan kecenderungan data sebagai wakil dari beberapa data yang
ada. Adapun ukuran penyebaran data memberikan gambaran seberapa besar data menyebar dari
titik-titik pemusatan.
1. Jangkauan (Range)
Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan (range) atau
rentangan nilai, yaitu selisih antara data terbesar dan data terkecil.
Contoh :
6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20
Jawab:
= 20 – 3 = 17
Simpangan rata-rata suatu data adalah nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan nilai rataan
hitung.
𝑆𝑅 = ∑|𝑥1 − 𝑥̅ |
𝑖=𝐼
n
Keterangan:
SR = simpangan rata-rata
x = nilai rata-rata
xi = data ke-i
n = banyaknya data
2) Simpangan rata-rata data kelompok
∑ 𝑓𝑖 |𝑥1 − 𝑥̅ |
𝑆𝑅 =
∑ 𝑓𝑖
3. Simpangan Baku (Deviasi Standar) dan Ragam
Sebelum membahas simpangan baku atau deviasi standar, perhatikan contoh berikut.
Kamu tentu tahu bahwa setiap orang memakai sepatu yang berbeda ukurannya. Ada yang
berukuran 30, 32, 33, ... , 39, 40, dan 41. Perbedaan ini dimanfaatkan oleh ahli-ahli statistika untuk
melihat penyebaran data dalam suatu populasi. Perbedaan ukuran sepatu biasanya berhubungan
dengan tinggi badan manusia. Seorang ahli matematika Jerman, Karl Ganss mempelajari
penyebaran dari berbagai macam data. Ia menemukan istilah deviasi standar untuk menjelaskan
penyebaran yang terjadi. Saat ini, ilmuwan menggunakan deviasi standar atau simpangan baku
untuk mengestimasi akurasi pengukuran. Deviasi standar adalah akar dari jumlah kuadrat deviasi
dibagi banyaknya data.
∑𝑛 (𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆 = √ 𝑖=𝐼
𝑛
2
∑𝑛𝑖=𝐼(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆 =
𝑛
2) Ragam dan Simpangan baku data kelompok Ragam dan Simpangan baku (s) data kelompok
(∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )2
∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 −
√ ∑ 𝑓𝑖
𝑆=
∑ 𝑓𝑖 −1
(∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 )2
∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 2 −
∑ 𝑓𝑖
𝑆2 =
∑ 𝑓𝑖 −1
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Simple nature. 2016. MIPA Metode Pembelajaran Statistik Kelas XI,
http://simplenatureon.blogspot.com/2016/05/mipa-metode-pembelajaran-statistik.html?m=1,
diakses pada tanggal 13 November 2019 pukul 21.46.
KELOMPOK 8
PEMBELAJARAN ALJABAR
Dalam aritmetika dikenal dua operasi biner (operasi antara dua bilangan) dasar
beserta inversnya, yaitu: ”Penjumlahan dan Pengurangan” dan ”Perkalian dan
Pembagian”.
Contoh
a. 10 – 2 + 7 = 8 + 7 = 15;
d. 32 = 2 9 = 18, bukan 62
Yang perlu diingatkan kepada siswa adalah, bahwa “3” dan
“x” atau “a”, semuanya merupakan simbol atau lambang bilangan,
bukan lambang benda. Mengoperasikan bilangan yang
dilambangkan dengan huruf tidak jauh berbeda dengan yang telah
dimiliki pengalamannya oleh siswa dalam operasi bilangan yang
dilambangkan dengan angka.
1. Variabel
a) Pengertian
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel
biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ... z. Variabel (peubah)
adalah sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol yang mewakili
(menunjuk pada; designate) sebarang anggota pada suatu himpunan
semesta.
bahwa:
3a digambarkan dengan :
4a digambarkan dengan :
Bagaimana tentang
b ?
Siswa dapat diberikan gambaran bahwa jika b bernilai 64, dapat
digambarkan adanya 64 buah bola yang ditata sama banyak ke
kedua arah, mendatar (kiri-kanan) dan ke belakang, masing-masing
sebanyak 8 bola ke kiri-kanan dan 8 bola ke belakang.
3b
Bentuk dengan b = 64 dapat digambarkan berupa 64 buah bola yang
ditata ke arah mendatar, belakang, dan arah tegak sama banyak. Itu terjadi
jika penataannya sebagai berikut.
3
Jadi dengan b = 64, √𝑏 = 4, karena banyak bola yang sama ke setiap
arhanya adalah 4.
Yang sangat penting dan perlu ditekankan adalah bahwa dalam hal
yang dipelajari ketika SMP, variabelnya bukan benda melainkan
bilangan yang menyatakan banyaknya atau ”nilai” bendanya.
2. Konstanta
Konstanta adalah sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol
yang mewakili (menunjuk pada; designate) anggota tertentu pada suatu
semesta pembicaran.
Sifat Asosiatif
Contoh Bentuk aljabar
(3 + 5) + 2 = 3 + (5 + 2) (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐)
(3 𝑥 5)𝑥 2 = 3 𝑥 (5 𝑥 2) (𝑎𝑏)𝑐 = 𝑎(𝑏𝑐)
(3 − 5) − 2 ≠ 3 − (5 − 2) (𝑎 − 𝑏) − 𝑐 ≠ 𝑎 − (𝑏 − 𝑐)
(3 ∶ 5) ∶ 2 ≠ 3 ∶ (5 ∶ 2) 𝑎 𝑏
:𝑐 ≠ 𝑎 ∶
𝑏 𝑐
Sifat Distributif
Contoh Bentuk aljabar
3 𝑥 (5 + 2) = 3 𝑥 5 + 3 𝑥 2 𝑎(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐
(3 + 5) 𝑥 2 = 3 𝑥 2 + 5 𝑥2 (𝑎 + 𝑏)𝑐 = 𝑎𝑐 + 𝑏𝑐
3 𝑥 (5 − 2) = 3 𝑥 5 − 3 𝑥 2 𝑎(𝑏 − 𝑐) = 𝑎𝑏 − 𝑎𝑐
(3 − 5)𝑥 2 = 5]3 𝑥 2 − 5 𝑥 2 (𝑎 − 𝑏)𝑐 = 𝑎𝑐 − 𝑏𝑐
Contoh:
Contoh:
Jabarkan bentuk perkalian berikut
2(3𝑥 − 𝑦)
Penyelesaian :
2(3𝑥 − 𝑦) = 2 × 3𝑥 + 2 × (−𝑦)
= 6𝑥 − 2𝑦
(2) Suku
Komponen dalam bentuk aljabar adalah suku (term). Suku
dapat berupa sebuah konstanta, sebuah variabel, atau hasil
kali/pangkat, penarikan akar konstanta maupun variabel, tetapi
bukan penjumlahannya. Jadi, masing-masing suku merupakan
bentuk aljabar yang lebih sederhana dari bentuk aljabar yang lebih
kompleks.
Contoh :
Nyatakan 12 sebagai penjumlahan 3 bilangan asli berbeda !
Penyelesaian :
12 = 5 + 1 + 6
(3) Suku Sejenis
5xy, –7xy, dan 15xy adalah contoh dari suku sejenis, yaitu suku
yang lambang variabelnya dalam bentuk huruf, sama, baik macam
maupun pangkatnya. Bentuk aljabar xy dengan x2y bukan suku sejenis.
Demikian juga x2y dengan xy2.
34
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
Contoh :
5. Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu
suku pada bentuk aljabar. Bagian konstanta dari suku-suku yang
memuat (menyatakan banyaknya) variabel disebut koefisien variabel
yang bersangkutan. “Banyaknya variabel” di sini bukan bermakna
banyaknya objek (yang bermakna penjumlahan), melainkan bermakna
“banyaknya bilangan” dari variabel tersebut yang juga lambang
bilangan, sehingga koefisien dan variable yang bersangkutan berada
dalam konteks operasi perkalian.
6. Faktor
Dalam semesta himpunan bilangan cacah, faktor suatu bilangan
adalah pembagi bulat (dalam hal ini bilangan asli) dari bilangan tersebut.
3𝑝2 𝑞 = 3 × 𝑝 × 𝑝 × 𝑞
3 : faktor numerik
𝑝2 : faktor huruf
𝑞 : faktor huruf
7. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat (kalimat deklaratif; kalimat berita) yang
bernilai benar saja atau salah saja (tetapi tidak sekaligus benar dan salah).
Kebenaran pernyataan mengacu pada kecocokan pernyataan itu dengan
keadaan sesungguhnya.
Contoh:
35
Al Krismanto – KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN ALJABAR DI KELAS VII SMP
36
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII.
Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
C. Kalimat Terbuka
Kalimat Terbuka adalah kalimat yang memuat variabel, dan jika
variabelnya diganti dengan konstanta akan menjadi sebuah pernyataan
(yang bernilai benar saja atau salah saja). Kebenaran pernyataan tersebut
dinilai dari kebenaran relasi yang dinyatakan dalam kalimatnya. Kalimat
terbuka yang dimaksud adalah persamaan dan pertidaksamaan.
1. Persamaan
2x2 + 7x – 22 2x2 + 7x = 22
2. Pertidaksamaan
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda relasi <, >,
, , atau . Dalam masalah aljabar, biasanya pertidaksamaan terkait dengan
empat lambang pertama.
Contoh:
4. Himpunan Penyelesaian
Setelah dilengkapi dengan menggunakan 4 tahun yang lalu dan 3 tahun yang
akan datang, diagramnya yang memuat bentuk aljabar adalah sebagai
berikut. (urutan pengisian sesuai arah anak panah).
2.3 Perbandingan
1. PERBANDINGAN SENILAI
Jika ada dua variabel 𝑥 dan 𝑦, maka 𝑦 dikatakan berbanding senilai dengan
𝑥 jika untuk setiap 𝑘 berlaku 𝑦 = 𝑘𝑥 atau
𝑥 ↔ 𝑦 ⇒ 𝑘𝑥 ↔ 𝑘𝑦
𝑥↔𝑦⇒𝑥∶𝑘 ↔𝑦∶𝑘
Jika ada dua variabel 𝑥 dan 𝑦, maka 𝑦 dikatakan berbanding berbalik nilai
𝑘
dengan 𝑥 jika untuk setiap 𝑘 berlaku 𝑦 = 𝑥 , atau
𝑥 ↔ 𝑦 ⇒ 𝑘𝑥 ↔ 𝑦/𝑘
𝑥↔𝑦⇒𝑥∶𝑘 ↔𝑦𝑥𝑘
Dikenal ada tiga cara untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan senilai, yaitu dengan perhitungan berdasar:
a. hasil kali; b. satuan; c. perbandingan
𝑥 ↔ 𝑦 ⇒ 𝑘𝑥 ↔ 𝑘𝑦
𝑥↔𝑦⇒𝑥∶𝑘 ↔𝑦∶𝑘
Jadi, pada perbandingan senilai yang disajikan dengan tabel seperti di atas,
suatu baris bisa didapat dari baris lainnya dengan cara mengalikan atau
membagi dengan bilangan yang sama. Sifat inilah yang menjadi dasar
penyelesaian soal berdasar hasil kali berikut.
Contoh. Buce adalah seorang tukang cat yang diminta mengecat di rumah
seorang pengusaha yang sedang membangun rumah baru. Biasanya, dengan 5
liter cat merk tertentu ia dapat mengecat dinding seluas 20 m2. Luas dinding
yang diminta kepadanya untuk dicat adalah 80 m2. Pemilik rumah
menyediakan 15 liter dengan merk yang sama yang biasa digunakan Buce.
Berlebih atau kurangkah persediaan catnya?
Jawab:
Misalkan luas dinding yang dapat dicat adalah 𝑥 𝑚2 .
Soal di atas dapat diperjelas dengan diagram berikut.
5 ↔ 20
15 ↔ 𝑥
5 20
x3 juga x3
menjadi 15 𝑥 = 20 𝑥 3 = 60
Jadi, dengan 15 liter hanya dapat dicat seluas 60 𝑚2 . Cat yang disediakan
kurang.
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 𝑚2. Berarti persediaan catnya kurang.
15 20
Jika dinyatakan 𝑥 sebagai perbandingan diperoleh = . Karena keduanya
5 𝑥
15 20
senilai, berarti = ⇔ 5𝑥 = 15 𝑥 20 ⇔ 𝑥 = 60.
5 𝑥
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 𝑚2. Berarti persediaan catnya kurang.
Dikenal ada tiga cara untuk menyelesaikan soal-soal yang berkait dengan
perbandingan berbalik nilai yaitu perhitungan berdasar:
a. hasil kali b. satuan c. perbandingan
Contoh.
Dari kota A ke kota B, sebuah kendaraan dapat menempuhnya selama 6 jam
dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Jika jarak itu akan ditempuhnya selama
5 jam saja, berapa rata-rata kecepatan mobilnya?
Jawab:
Untuk menempuh jarak tertentu, jika ingin menempuh dalam waktu yang lebih
pendek, tentu saja diperlukan kecepatan yang lebih. Dengan demikian maka
hubungan antara kecepatan dan waktu tempuh merupakan perbandingan
berbalik nilai. Dengan demikian, kerangka penyelesaiannya adalah sebagai
berikut.
60 6
𝑥 5
Jarak yang ditempuh sama, dan jarak itu merupakan hasil kali kecepatan dan
waktunya. dengan demikian maka: 60 𝑥 6 = 𝑥 x 5 ⇔ 𝑥 = 72.
Jadi kecepatan yang diperlukan agar dapat ditempuh hanya dalam 5 jam adalah
72 km/jam.
perjalanan.
1 1 1
Dengan kecepatan 1 km/jam dan waktu 1 jam, ditempuh x = 360
6 60
perjalanan.
Secara umum, dengan kecepatan rata-rata 𝑥 km/jam dan waktu tempuh 1 jam,
1 𝑥
ditempuh 𝑥 × perjalanan = perjalanan, sehingga untuk 1 perjalanan
360 360
360
diperlukan waktu jam.
𝑥
360
Karena waktu tempuhnya 5 jam berarti 5 = ⇔ 5𝑥 = 360 ⇔ 𝑥 = 72
𝑥
Masalahnya adalah:
𝑥 5
60 5
= ⇔ 5𝑥 = 360 ⇔ 𝑥 = 72
𝑥 6
37
Al Krismanto – KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN ALJABAR DI KELAS VII SMP
DAFTAR PUSTAKA
Krismanto, Al. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP. Yogyakarta :
PPPPTK Matematika
Sukino dan Wilson Simangunsong. 2006. MATEMATIKA untuk SMP Kelas VII.
Jakarta : ERLANGGA
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
KELOMPOK 9
PEMBELAJARAN ALJABAR
A. PENGERTIAN LOGIKA
Dalam mempelajari logika, kita tak bisa lepas dari penalaran, yang
diartikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argument. Banyak
pula yang mengartikan penalaran sebagai cara berpikir, yaitu penjelasan
dalam upaya menunjukkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan
sifat-sifat tertentu yang sudah diakui kebenarannya dengan menggunakan
cara-cara tertentu hingga mencapai suatu kesimpulan.
Secara etimologis, istilah “logika” berasak dari bahasa Yunani,
“logos”, yang berarti kata, ucapan, pikiran, atau bias juga mengandung arti
ilmu pengetahuan. Dalam arti luas, logika merupakan suatu metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah.
Dalam mengahadapi kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
senantiasa menggunakan akal pikiran dalam melakukan setiap kegiatan
yang penuh pemikiran dan pertimbangan. Kita harus memiliki pola piker
yang tepat, akurat, rasional, dan objektif. Pola berpikir seperti ini adalh pola
berpikir yang terdapat dalam logika.
Dilain pihak, mempelajari logika juga dapat memberikan nilai
praktis. Dengan menguasai prinsip-prinsipnya, kita akan sangat tertolong
untuk menjadi lebih efektif dalam mengenal dan menghindari kesalahan
bernalar yang dilakukan oleh orang lain, maupun yang dilakukan oleh diri
kita sendiri.
Beberapa kata penghubung logika matematika:
1. Konjungsi ˄ Dan
2. Disjungsi ˅ Atau
3. Implikasi => Jika . . . maka
4. Biimplikasi Jika dan hanya jika
B. PENGERTIAN PERNYATAAN
Pernyataan harus dibedakan dari kalimat biasa. Tidak semua kalimat
termasuk ke dalam pernyataan. Pernyataan diartikan sebagai kalimat
matematika tertutup yang benar saja, atau salah saja, tetapi tidak kedua-
duanya dalam waktu yang bersamaan. Biasanya pernyataan dinotasikan
dengan huruf kecil, seperti: p, q, r, s, dan sebagainya.
Contoh Pernyataan:
q :3+2=7
D. PERNYATAAN GABUNGAN
Beberapa pernyataan dapat digabung dengan kata penghubung dan,
atau, tidak/bukan, serta variatifnya, yang selanjutnya disebut pernyataan
gabungan atau pernyataan majemuk atau compound statement.
Macam-macam pernyataan gabungan
1. KONJUNGSI
Konjungsi adalah pernyataan gabunngan dari dua pernyataan
dengan kata penghubung dan
Notasi-notasi konjungsi:
p ^ q, p × q, p.q, pq
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah konjungsi?
Konjungsi dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik seri:
Bila lampu A dan lampu B hidup maka aruss listrik dapat mengalir
dari kutup positif menuju negatif sebuah baterai, akibatnya kedua lampu
A dan B menyala/hidup. Bila lampu B dan lampu A hidup atau
sebaliknya, maka arus listrik tidak dapat mengalir menuju kutup negatif
baterai, akibatnya kedua lampu A dan B tidak menyala/mati. Demikian
juga lampu A dan B mati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
konjungsi benar bila keduanya hidup, selain itu salah.
Tabel Kebenaran Konjungsi
Contoh:
p =sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
dapat berbeda secara terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah
pernyataan benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
hanya dapat mengasumsikan nilai yang berlainan adalah pernyataan
yang benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan
dalam sistem digital adalah pernyataan yang salah
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk desain logika
adalah pernytaan salah.
Maka:
p^q adalah konjungsi yang benar karena p benar, q benar
q×r adalah konjungsi yang salah karena q benar, r salah
r.s adalah konjungsi yang salah karena r benar, s salah
2. DISJUNGSI
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
kata penghubung atau.
Notasi-notasi konjungsi:
p˅q,p+q
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah disjungsi?
Bila lampu A dan B mati, maka arus listrik i tidak dapat mengalir
ke kutup negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
disjungsi salah bila kedua lampu mati, selain itu benar.
Catatan:
Benar = T,B,+,1
Salah = F,S,-,0
Contoh:
Maka:
3. IMPLIKASI
Jika suatu pernyataan p dan q digabungkan untuk membentuk
pernyataan majemuk dengan memakai kata hubunglogika “jika …
maka…” maka pernyataan majemuk yang terbentuk disebut Implikasi.
Perhatikan pernyataan berikut : jika memakai Microsoft Word maka
Windows adalah system oprasinya.
Microsoft Word merupakan syarat cukup bagi Windows, sedangkan
Windows merupakan syarat perlu bagi Microsoft Word, artinya
Microsoft Word tidak dapat digunakan tanpa Windows tetapi Windows
dapat digunakan tanpa Microsoft Word.
Contoh pernyataan diatas disebut pernyataan bersyrat atau
conditional statement.
Notasi implikasi :
p→q.
Jika p maka q.
p berimplikasi q
q hanya jika p
p syarat cukup untuk q
q syarat perlu untuk p .
Kebenaran Implikasi
Jika Microsoft Word maka Windows system operasinya adalah
implikasi benar, karena keduanya buatan Microsoft.
p q p→q
B B B
B S S
S B B
S S S
4. BIIMPLIKASI
KEBENARAAN BIIMPLIKASI
P q p↔q
B B B
B S S
S B S
S S B
Gergaji besi
Gergaji kayu
Palu
Pensil
Penggaris
Gunting
Cutter
Kelereng
Botol
Bahan :
Papan(triplek)
Pralon
Paku
Kelereng
Cat
Seng
Flannel
Lem tembak
Tali tis
Cara Pembuatannya :
Potong papan kayu ( triplek) dengan ukuran 150 x 125 cm.
Beri warna pada papan yang sudah diwarnai tersebut dengan
menggunakan flanel dan bagipapanmenjadi 4 bagian.
Ambil pralon kemudian potong sebanyak 19 buah dengan
ukuran masing-masing panjangnya 20 cm dan 15 cm.
Susun pralon pada papan konjungsi, disjungsi, implikasi, dan
biimplikasi.
Siapkan keni (penyambung pipajikadiperlukan) kemudian
disambungkan dengan pipa yang akan dibentuk.
Siapkan empat wadah bekas botol aqua atau sejenisnya
kemudian potong seper empat bagian.
Susun keempat potongan botol tersebut di bagian ujung bawah
pada masing-masing pipa.
Potong seng menjadi 8 buah( seng digunakan sebagai penyekat
pada keni setiap sambungan pralon).
Cara Penggunaannya :
Keterangan gambar :
Garis warna biru adalah pernyataan p dan yang garis berwana
merah adalah pernyataan q dan itu adalah sebagai penutup jika
pernyataan p atau q salah. sedangakan yang bagian di bawah adalah
kotak penadah (finish). Alat yang digunakan sebagai latihan adalah
kelereng kecil.
Peraturannya :
Jika pernyataan p benar maka penutup p (yang berwana biru) di
buka, dan jika pernyataan p salah maka penutup p (yang berwarna biru)
ditutup. Begitu juga dengan p( khusus konjungsi, disjungsi dan
implikasi). Khusus untuk biimplikasi, jika pernyataan p benar, maka
kelereng harus melewati pipa p yang ada tulisannya “benar”, sehingga
pipa yang salah harus di tutup. Begitu juga sebaliknya jika pernyataan p
salah maka pipa p yang ada tulisannya “benar” harus ditutup, dan untuk
yang pernyataan q sama peraturannya seperti konjungsi dan disjungsi.
Dan khusus implikasi jika pernyataan p dan q bernilai salah maka pipa
yang ditutup harus sama, dengan syarat apabila p menggunakan pipa
satu maka q juga menggunakan pipa satu begitu juga sebaliknya, jika p
menggunakan pipa dua maka q juga menggunakan pipa dua.
Cara Mainnya :
Masukkan kelereng kecil ke dalam pipa yang ada gambar anak
panahnya, gunakan peraturan permainan diatas dengan benar. Jika
kelereng sampai turun pada penadahnya (finish) maka nilai logika
tersebut adalah “BENAR” dan jika kelereng tidak sampai pada
penadahnya (finish) dalam artian berhenti pada pernyataan yang salah
maka nilai logika tersebut adalah “SALAH”.
DAFTAR PUSTAKA
https://peragamatematika.blogspot.com/2017/01/pipa-logika-logika-
metamatika.html
Maulana. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis Kreatif. Sumedang : UPI Sumedang Press
Samuel Wibisono, 2008, matematika diskrit, Yogyakarta : GRAHA ILMU
Sri Kunianingsih, 2006, matematika sma, : Penerbit Erlangga.