Anda di halaman 1dari 139

MAKALAH

RANGKUMAN KELOMPOK 1 SAMPAI KELOMPOK 9


PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH

Dosen Pengampu :
Rahmawati, M.Pd., Si

Oleh :
Muhammad Fiqri Haekal
(180101041111)
PMTK C 2018

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2019/2020
KELOMPOK 1
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK MATEMATIKA

A. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata
lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari
hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-
pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
adalah dasar terbentuknya matematika.

Beberapa Definisi Para Ahli Mengenai Matematika antara lain :


1. Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang
tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalildalil di
mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum,
karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2. James dan James (1976). Matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu
aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan
bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar,
geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan
statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972) Matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori
dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu
tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984) Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973) Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi, dan alam.1

Dengan memperhatikan definisi matematika di atas, maka menurut Asep


Jihad (Destiana Vidya Prastiwi, 2011: 33-34) dapat diidentifikasi bahwa
matematika jelas berbeda dengan mata pelajaran lain dalam beberapa hal
berikut, yaitu :
a. objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di
sekolah anak diajarkan benda kongkrit, siswa tetap didorong untuk
melakukan abstraksi;
b. pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa
pengertian dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus
dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis;

1 Nur Rahmah, Hakikat Pendidikan Matematika, al-Khwarizmi, Volume 2, Oktober 2013, halaman
2-3 di akses pada tanggal 3 september jam 20:44.
c. pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga
terjaga konsistennya;
d. melibatkan perhitungan (operasi);
e. dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-
hari.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti
serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bilangan.
B. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah
sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu
pengetahuan yang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada
pengembangan konsep matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan
cabang-cabang dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan
differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai permintaan dan
penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus
tentang differensial dan integral. Dari kedudukan matematika sebagai
pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu
yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan
bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai
suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-
ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk, 2001:29).2

C. Matematika Adalah Ilmu Deduktif


Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari
kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai

2 https://eprints.uny.ac.id/9151/3/bab%202%20-%2008301244043.pdf di akses pada tanggal 3


september jam 20:05
adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan
alam adalah metode induktif dan eksperimen.
Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus
dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari
sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara
deduktif.

D. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur


Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini
karena matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur
yang didefinisikan ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-
konsep amtematika tersusun secara hierarkis, terstruktur. logis, dan sistimatis
mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya
yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik
atau konsep selanjutnya.

Struktur matematika adalah sebagai berikut


a. Unsur- Unsur yang tidak didefinisikan.
Misal : titik, garis , lengkungan, bidang, bilangan dll.
b. Unsur Unsur yang didefinisikan, terbentuk dari unsur-unsur tak
terdefinisi.
Misal : Sudut, persegi pangjang, segitiga dll.
c. Aksioma dan postulat.
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang
didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan
aksioma atau postulat.
Misal : Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
Aksioma dan postulat tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima
kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
E. Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan aksioma maka disusun teorema-
teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan dengan cara
deduktif. Misal: Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap, Jumlah ketiga sudut pada
sebuah segitiga sama dengan 180, Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah
segitiga siku-siku sama dengan Kuadrat sisi miringnya.

F. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan


Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering
dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-
konsep tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk membuat
generalisasi.
Demikian juga cabang matematika satu dengan lainnya saling berhubungan
seperti aritmatika, aljabar, geometri dan statistika, dan analisis

G. Matematika Adalah Bahasa Simbol


Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan
bersifat internasional. Padat arti berarti simbol-simbol matematika ditulis dengan
cara singkat tetapi mempunyai arti yang luas.

H. Kegunaan Matematika
 Matematika banyak menyumbangkan kontribusi bagi
cabang ilmu pengetahuan lainnya. Contoh nya Teori
Mendel yang menggunakan konsep Probabilitas, Bilangan
imajiner untuk memecahkan masalah kelistrikan, Statistika
kependudukan untuk menghitung jumlah dan kemungkinan
pertumbuhan penduduk, dll.
 Matematika digunakan untuk memecahkan masalah di
kehidupan sehari-hari. Contoh : Jual beli, Menghitung luas
daerah, membentuk pola pikir yang kritis, sistematis dan
logis.
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK MATEMATIKA SEKOLAH

A. Hakikat Matematika Sekolah


Menurut Reyt.,et al. (1998:4) matematika adalah: (1) studi pola dan hubungan
(study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu
akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara
berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur,
menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-
hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi
internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan
didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk
berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri,
serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari.
Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah Erman Suherman
(1993:134) mengemukakan bahwa matematika sekolah merupakan bagian
matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah (formal), yaitu SD,
SLTP, dan SLTA. Menurut Soedjadi (1995:1) matematika sekolah adalah bagian
atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau
berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan
dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu
sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.3

B. Karakteristik Matematika Sekolah


1. Pengertian Matematika Sekolah
Matematika yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah
merupakan matematika sekolah. Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau
bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi
kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Dari pengertian
3 https://elisaoktaviana.wordpress.com/2012/12/05/hakekat-matematika-sekolah/ Desember 5,
2012 by elisaoktaviana
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa matematika yang diajarkan disekolah
telah dipilih dan disesuaikan dengan jenjang tertentu menurut tahap
perkembangan intelektual siswa.

2. Fungsi Matematika Sekolah


Fungsi matematika sekolah adalah sebagai sarana atau media bagi siswa
dalam mencapai kompentensi. Agar seorang siswa mampu mencapai
kompetensi yang diharapkan, diperlukan media atau jembatan untuk menjadi
kendaraan bagi siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Fungsi lain dari
matematika sekolah adalah sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan, dimana fungsi tersebut dijadikan acuan dalam pembelajaran
matematika sekolah.

3. Matematika sebagai Alat


Misalkan siswa dihadapkan dengan soal-soal uraian ataupun soal-soal cerita,
siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dengan mengunakan persamaan atau
dengan menggunakan tabel agar leebih mudah mengerjakannya. Dengan ini
siswa menggunakan matematika sebagai alat agar mampu memahami atau
menyampaikan informasi agar lebih mudah dalam penyelesaiannya.

4. Matematika sebagai Pola Pikir


Para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman atau meneliti beberapa
objek tentang sifat-sifat yang dimiliki atau tidak dimiliki dari sekumpulan
objek tersebut.

5. Matematika sebagai Ilmu dan Pengetahuan


Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu
ilmu, Serta untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam
pengembangan dan operasionalnya. Sebagai contoh: bentuk teori-teori dan
cabang-cabang dari ilmu lain yang dikemukakan dan dikembangkan melalui
konsep kalkulus, khususnya tentang integral dan diferensial.
6. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah
Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Matematika
dikemukakan bahwa Tujuan Umum pembelajaran matematika di jenjang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Umum adalah:

 Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan dalam


kehidupan dunia yang selalu berkembang.

 Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir


matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.

7. Peran Matematika Sekolah


Matematika dipelajari untuk perkembangan matematika itu sendiri. Bagi
kebanyakan siswa matematika adalah mata pelajaran yang sulit, Jika
matematika tidak diajarkan di sekolah mungkin saja matematika akan punah.
Disamping itu, siswa memerlukan matematika untuk:

 Memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan


sehari-hari. Misalnya: dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat,
dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menafsirkan data, serta
dapat meoprasikan kalkulator dan komputer.

 Dapat mengikuti pelajaran matematika ke tingkat yang lebih lanjut. Karna


dari sekolah dasar sampai sekolah lanjut matematika dengan mata
pelajaran lainnya saling berkaitan.

 Dapat berkomunikasi melalui tulisan atau gambar seperti membaca grafik


atau presentase, membaca tabel, dan juga diagram.

 Matematika juga mempunyai peranan penting dalam teknologi. Tanpa


bantun matematika tidak akan mungkin terjadi perkembangan teknologi
seperti saat ini. Perkembangan matematika telah banyak melahirkan atau
mencetuskan ide-ide kearah pelaksanaan peralatan modern, seperti
komputer dan sistem komunikasi.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Matematika Sekolah

a. Kualitas Masukan Sekolah


Kebutuhan sekolah pada masa lampau berbeda dengan kebutuhan sekolah
pada masa kini. Dulu kesadaran untuk sekolah sangat rendah karena hanya
diperuntunkan bagi lapisan masyarakat tertentu. Tapi sekarang sekolah
sudah menjadi kebutuhan pokok. Kualitas atau kemampuan siswa
disekolah pada umumnya menurun karena umumnya banyak anak yang
kurang mampu mengikuti kegiatan. Dalam setiap tahun terpaksa sebagian
anak harus naik kelas dan harus lulus walau dengan kemampuan yang pas-
pasan, karena kondisinya memang demikian. Akibatnya kualitas siswa
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya juga menurun.

b. Minat Siswa Terhadap Matematika


Minat siswa terhadap pelajaran matematika tidak sama, ada yang sangat
menyukai matematika, namun ada pula yang tidak menyenangi
matematika bahkan membenci pelajaran matematika. Mereka yang
membenci matematika pada umumnya sudah menanamkan bahwa
matematika itu rumit, matematika itu sulit. Namun ada pula siswa yang
tadinya tidak menyukai matematika menjadi menyenagi matematika.

c. Kesiapan Belajar

Proses belajar mengajar yang efektif apabila kemampuan berfikir anak


diperhatikan. Proses belajar mengajar dikatakan sukses apabila terjadi
transfer belajar, yaitu materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat
dipahami oleh murid bukan hanya menghafalnya.4

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Ali. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:


Rajawali Pers.
Runtukahu, J.Tombokan&Kandau, Drs. Selpius. 2014. Pembelajaran Matematika
Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wijaya, Ariadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nur Rahmah, Hakikat Pendidikan Matematika, al-Khwarizmi, Volume 2, Oktober
2013.
https://eprints.uny.ac.id/9151/3/bab%202%20-%2008301244043.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEM
ATIKA/HAKIKAT_MATEMATIKA.pdf
Karakteristik Matematika IAIN Tulungagung oleh Lailatul Mufidah dkk.
https://elisaoktaviana.wordpress.com/2012/12/05/hakekat-matematika-sekolah/

4 Karakteristik Matematika IAIN Tulungagung oleh Lailatul Mufidah dkk. Di akses pada tanggal 3
september 2019 jam 20:13
KELOMPOK 2
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pecapaian tujuan banyak


dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh sebab
itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.

Ada beberapa pengertian belajar ditinjau dari beberapa sumber, di antaranya


Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Slavin dalam Catharina
Tri Anni belajar merupakan proses kemampuan yang berasal pengalaman.
Morgan mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. 5 Menurut Gagne
belajar terdiri dari 3 komponen penting yaitu: kondisi ekternal, kondisi internal
dan hasil belajar. Belajar menurutnya adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi
kapasitas baru.6

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar


merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Maksud dari perubahan tersebut adalah perubahan yang terjadi
secara sadar dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih dari sebelumnya.

a. Unsur Belajar

Cronbach dalam Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan adanya tujuh


unsur utama dalam proses belajar, yaitu:

1. Tujuan

Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin di capai. Tujuan ini
muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.

5 Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), hlm.


6 Dimyanti dan Mudjino, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka citra, 2013), hlm
2. Kesiapan

Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu
perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang beruoa
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan kecakapan yang mendasarinya

3. Situasi

Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar.

4. Interpretasi

Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interprestasi, yaitu melihat


hubungan diantara komponen komponen situasi belajar, melihat makna dari
hubungan tersebut, dan menghubungkan tersebut dengan menghubungkannya
dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

5. Respon

Berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu mungkin atau


tidak mungkin mencapai tujuan yang di harapkan, maka ia memberikan respon.

6. Konsekuensi

Setiap usaha akan membawakan hasil, akibat atau konsekuensi entah itu
keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga respons atau usaha belajar siswa.

7. Reaksi terhadap kegagalan

Selain keberhasilan mungkin lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah
kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi
siswa terhadap kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha
usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
semangat yang berlipat ganda untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.

b. Tujuan Belajar

Gagne menyebutkan ada 5 macam hasil belajar berikut ini:


1. Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakpu belajar
konsep, prinsip, pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi
yang disajikan oleh guru disekolah

2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah masalah baru


dengan jalan mengatur prosesinternal masing masing individu dalam
memperhatikan, mengingat dan berfikir.

3. Invormasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan


kata kata dengan jalan mengatur informasi informasi yang relevan.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan


mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.

5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku


seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan, serta faktor
intelektual.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai


sesuatu yang diharapkan tercapai oleh siswa setalah berlangsungnya proses
belajar. Secara garis besar tujuan pembelajaran ada tiga:

a) Pengumpulan pengetahuan

b) Penanaman konsep dan kecekatan

c) Pembentukan sikap dan perbuatan

B. Pengertian Pembelajaran

Banyak para ahli mendefinisikan pembelajaran seperti winkel, dimyanti dan


mudjiono, dan yang lainnya.

Menurut winkel pembelajaran adalah seperangkat tindakanyang dirancang


untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian kejadian
internal yang berlangsung dalam diri peserta didik.
Menurut dimyanti dan mujyono pembelajaran adalah usaha usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri siswa.

Dari beberapa penjelasan tentang pembelajaran maka dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru agar terjadi
proses belajar pada diri siswa.

a. Ciri ciri pembelajaran

1. Rencana, penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-


unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2. Kesaling tergantungan, antara unsur unsur sistem pembelajaran yang serasi


dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing
memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.


Dengan tujuan dapat menuntun proses perancang sistem. Tugas perencana sistem
adalah mengorganisasi tenaga, metrial, dan prosedur agar siswa belajar secara
efisien dan efektif.

b. Komponen komponen pembelajaran

1) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan


dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain yaitu
suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran. Tujuan-tujuan
pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan
dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur, dan dapat
diamati keterpercayaannya.

2) Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan


pembelajaran yang di pelajari oleh siswa. Penentuan materi pembelajaran mesti
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Suharsimi Arikunto materi
pembelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan pembelajaran,
karena memang materi pembelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh
siswa.

3) Kegiatan pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi
dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya

4) Metode

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan


yang telah ditetapkan.

5) Media

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka


mencapai tujuan pembelajaran.

6) Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai


tempat dimana materi pembelajaran terdapat.

7) Evaluasi

Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan
menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.7

C. Pengertian Matematika

Kata matematika sendiri berasal dari bahasa latin “mathemata” yang


mempunyai arti “sesuatu yang dipelajari”. Sedangkan matematika yang pada
bahasa belanda disebut “wiskunde” yang mempunyai arti “ilmu pasti”. Jadi
dapat disimpulkan bahwa matematika ialah ilmu pasti yang berkenaan dengan
suatu penalaran.8

secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut:

7 Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), hlm.


8 Woocara.blogspot.com
1) Matematika sebagai yang terorganisasi

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan


sebuah bangunan struktur yang terorganisasi, ia terdiri atas beberapa komponen,
yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.

2) Matematika sebagai alat ( tool)

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi


berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari

3) Matematika sebagai pola pikir deduktif

Maksudnya suatu teori pernyataan dalam matematika dapat diterima


kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif

4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking)

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, seperti matematika


yang memuat cara pembuktian yang benar (valid), rumus-rumus atau aturan yang
umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.

5) Matematika sebagai bahasa artifisial

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa


matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti
bila dikenakan pada suatu konteks.

6) Matematika sebagai seni yang kreatif

Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola
yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya seni berpikir yang kreatif.9

DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, Sobry. (2013). Belajar dan pembelajaran. Lombok: Holistica.

Fathani, Abdul Halim. (2009). Matematika hakikat dan logika. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.

9 Abdul Halim Fathani, Matematika dan Logika, ( Yogyakarta: Ar-ruzz, 2009), hlm.
Dimyanti dan mudjiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.

http://woocara.blogspot.com/2015/12/pengertian-matematika-menurut-para-
ahli.html?m=1.
KELOMPOK 3
TEORI BELAJAR MATEMATIKA

A. TEORI BELAJAR KOGNITIF


Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep
utama dalam psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan
diperoleh schemata (skema bagaimana seorang memersepsikan
lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresenpasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan kedalam konstruktivisme, bukan teori nativisme
yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan. Teori kognitif berpendapat bahwa
manusia membangun kemampuan kognitifnya melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Menurut teori
kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.belajar tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Prinsif kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khusussnya
terlihat pada perencanaan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami
sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu.
2. Penyusunan materi pembelajaran harus dari sederhana ke kompleks.
3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya
menghafal tanpa pengertian penyajian.10

Menurut teori belajar kognitif, pengetahuan bermanfaat bagi anak


jika ia mengerti apa yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran matematika,
anak akan mengerti matematika dengan mengonstruksikan pengetahuan
matematika. 11

Tokoh Teori Kognitif


10 M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
93-94
11 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 66
1. Jean Piaget
Piaget mengembangkan teorinya berdasarkan pada pandangan
tentang struktur anak. Menurut Piaget ada tiga tahapan dalam proses
belajar, yaitu:
i. Proses asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak siswa.
ii. Proses akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru.
iii. Proses ekulibrasi yaitu penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.

Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan


dengantahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Tapahan
tersebut dibagi jadi 4 tahap, yaitu:

a. Tahap Sensori Motor


Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), seorang anak
belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan
mental menjadi rangkaian pernuatan yang bermakna.
b. Tahap Pra-Operasional

Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak


masih sangat dipengruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari
pengalaman menggunakan indera sehingga ia belum mampu
untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu
secara konsisten.

c. Tahap Operasional Konkret

Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang


anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata
atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu
mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara
bersama-sama, misalnya antara bentuk dan ukuran.

d. Tahap Operasional Formal


Pada tahap operasional formal (11 tahun keatas),
kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda
nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak
meningkat sehingga seseorang mampu untuk secara deduktif.
Pada tahap ini pula seorang mampu mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.12

2. Brunner

Brunner telah menyusun teori belajarnya dalam konteks


matematika. Ia mengatakan bahwa belajar terdiri dari pembentukan
konsep yang merupakan perwujudan gagasan abstrak dalam berbagai
bentuk fisik yang berbeda. Menurut Brunner anak membentuk konsep
matematika melalui tiga tahap sebagai berikut:

i. Tahap Enaktif

Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran


yang bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan
benda-benda konkret. Dalam tahap ini, anak langsung terlibat
dalam memanipulasi objek-objek.

ii. Tahap Ikonik

Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran


yang bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunakan
ikon, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan
nyata dengan benda-benda konkret Dengan demikian, topic
pembelajaran yang bersifat abstrak telah direpresentasikan atau
diwujudkan dalam bentuk benda nyata yang dapat diamati
siswa, lalu direpresentasikan dalam gambar atau diagram yang
bersifat semi-konkret.

iii. Tahap Simbolik

12 M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
95-97
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol atau
lambang objek-objek tertentu. Siaiwa mampu menggunakan
notasi tanpa tergantung pada objek-objek nyata.13

Dalam mengajarkan matematika Brunner menganjurkan agar


guru-guru memperhatikan:

a. Predisposisi dalam Belajar

Keinginan untuk belajar matematika harus disakurkan


pada penemuan terbimbing dengan memilih penyajian yang
tepat dan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakannya.
Penyajian matematika dapat berupa gambar dan simbol
matematika yang cocok. Guru perlu membuat soal-soal latihan
yang menekankan pada pembentukan konsep matematika,
misalnya menemukan bilangan-bilangan segitika (panjang sisi
segitiga).

b. Urutan Pengajaran Matematika

Urutan pengajaran dapat memudahkan anak belajar.


Selain urutan pengajaran, kita juga perlu menyiapkan beberapa
cara belajar matematika bagi anak berkesulitan belajar. Dengan
menyediakan beberapa cara belajar kita telah memerhatikan
kebutuhan individualnya. Sebagai contoh ada yang cocok
belajar nilai tempat menggunakan kalkulator, anak lain dengan
lidi. Selanjutnya, pengajaran berbagai gagasan matematika
harus mulai dari yang sederhana.

c. Motivasi dan Imbalan

Anak harus merasakan bahwa apa yang dikerjakan


mempunyai maksud. Pengetahuan matematika yang
diperolehnya harus berguna bagi diri anak. Agar mereka
merasakan kegunaan belajar matematika kita perlu memberikan

13 M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
99-100
motivasi. Dengan adanya motovasi akan terjadi kepuasan
dalam diri anak. Misalnya guru mengarahkan mereka
menemukan sendiri jawaban soal dan jika berhasil mereka akan
puas.14

3. Dienes

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat


dipandang senagai studi tentang struktur, keterkaitan antar struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan diantara berbagai struktur.

Dienes menguraikan ber,ain menjadi dua jenis yaitu bermain


primer dan bermain sekunder. Bermain primer adalah kegiatan dengan
benda atau objek dengan tujuan memenuhi keinginan atau insting.
Bermain sekunder adalah kegiatan yang dibuat secara sadar dan
tujuannya lebih dari memenuhi keinginan naluriah. Bermain dalam
matematika menurut Dienes termasuk dalam kedua jenis bermain
diatas. Bermin primer dalam matematika menyangkut manipulasi dan
meneliti materi itu sendiri. Bermin sekunder menyangkut upya
membentuk dan menemukan pola dan aturan melalui materi yang
tersedia. Bermain sekunder kemudian menjadi bermain primer pada
periode berikutnya dan seterusmya proses bermain dilanjutkan sampai
pada bermain formalisasi.

Selamjutnya Dienes mengemukakan bahwa konsep belajar


matematika akan berhasil dipelajari melalui 6 tahapan bermain sebagai
berikut:

a. Permainan bebas (free play)

Tahap belajar konsep melalui kegiatan yang tidak


trstruktur dan tidak terarah. Kegiatannya antara lain
mengadakan percobaan dan memanipulasi benda atau
objek yang dipelajarinya. Dalam tahap ini mereka juga

14 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70
belajar struktur mental dan struktur sikap dalam
mempersiapkan diri memahami konsep-konsep
matematika.

b. Permainan yang di sertai aturan (games)

Dalam tahap ini anak-anak dihadapkan dengan alat


peraga, seperti balok-balok logika (balok-balok tebal, tipis,
dan berwarna) yang membantu mereka memepelajari
berbagai konsep abstrak. Dengan alat beraga tersebut,
mereka akan mengenal warna benda, tipis tebal benda yang
sesuai dengan ciri khas benda atau objek yg dipelajarinya.

c. Permainan persamaan sifat

Pada tahap ini anak-anak diarhkan pada kegiatan-


kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dari permainan
yang sedsng diikuti. Guru perlu mengarahkan mereka
dengan mengadakan latihan mencari kesamaan sifat dan
dengan mentraslasikan kesamaan struktur dari bentuk
permainan lain. Translasi tidak boleh mengubah sifat
abstrak yg ada pada permainan semula.

d. Representasi

Tahap menentukan kesamaan sifat dari beberapa


situasi yang sejenis. Anak menetukan representasi
berdasarkan konsep tertentu setelah berhasil menyimpulkan
kesamaan sifat yang terdapat pada situasi-situasi tertentu
yang mereka hadapi. Representasi yang dibuat dengan cara
ini bersifat abstrak.

e. Simbolisasi

Tahap simbolisasi termasuk tahap belajar konsep


yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi
setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.
Namun, disarankan agar jangan terlalu cepat
memperkenalkan simbol-simbol matematika, karena
simbol-simbol berfungsi sebagai manipulasi aturan dan
bukan sebagai alat bantu untuk berfikir.

f. Formulasi

Tahap terakhir dalam belajar konsep matematika. Generalisasi


menurut Dienes adalah proses mengembangkan suatu kelas
konsep pada situasi baru. Pada tahap ini anak dituntut untuk
memerhatikan sifat-sifat konsep dalam perumusan sifat-sifat.15

15 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70-72
Penerapan Teori Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika

Anak telah belajar tentang simbol “5” dan dapat memperluas


simbol ini apabila menemukan simbol “58”. Simbol “5” disini
menunjukkan puluhan. (Akomodasi)
Anak mampu mengerjakan soal-soal operasi gabungan

×, ÷ ,−,+ ¿ ). (Tahap operasional formal)


¿

 Anak mengatakan bahwa diagonal sebuah persegi adalah sama


karena keduanya kelihatan sama. (Tahap pra-operasional).
Anak yang berada pada tahap operasional konkret mengatakan
keduanya sama setelah membandingkan sisi-sisi dan sudut-
sudut daru dua segitiga yang membentuk diagonal.
A B

D C16

16 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 78-80
B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku, yang bisa di amati, di ukur dan di nilai secara konkrit, karena adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan S-R.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi antara
stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.[2] Misalnya;
siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia
belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti,
ronda dll.

Tokoh Teori Behavioristik


1. Thorndike (Koneksionisme).
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan
Amerika. Menurutnya, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi (koneksi)
antara peristiwa yang disebut dengan Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus
adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan
organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku
yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya
tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan
(trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari
belajar adalah “Trial and Error learning atau selecting and conecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang
dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan kegiatan
membentuk asosiasi (conection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan
bertindak.
Dari exsperimen puzzle box-nya thorndike menemukan tiga hukum belajar
yaitu; Hukum kesiapan (Law of readiness) dimana semakin siap suatu organisme
memperoleh perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Hukum
Latihan (Law of excercise) yaitu semakin sering tingkah laku di ulang/dilatih
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Yang terakhir adalah hukum
akibat (law of effect) yaitu hubungan stimulus respon akan cenderung di perkuat bila
akibatnya menyenangkan dan sebaliknya cenderung melemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
2. Watson (Conditioning)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable)
dan dapat di ukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu di perhitungkan karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
diukur. Hanya dengan asumsi seperti itulah – menurut watson - kita dapat
meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa.
3. Guthrie (Conditioning)

Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar
yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.

Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.

4. Skinner (Operant conditioning)


Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai
seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui
proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku
organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang
relatif besar.
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang
tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung
merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif). Bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan
negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan
–menurut skinner- (1) pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat
bersifat sementara, (2) dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi
(menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama, (3) hukuman
mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia
terbebas dari hukuman, (4) hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-
hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang
diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif
maupun positif.

5. Pavlov (Classic Conditioning)


Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa
yang diinginkan. Berangkat dari asumsi tersebut Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara
hakiki, manusia berbeda dengan binatang.

Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada


seekor anjing. Sehingga keluar kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan
sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam
percobaan berikutya sebelum makanan diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah
terlebih dahulu, kemudian baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar
pula. Apabila perbuatan demikian di lakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika
dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun
akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan.


Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan
buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing
tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di
ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar
merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus)[3]. Ketika sinar
merah di nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov
berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lainpun dapat dilatih sebagaimana
tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik

 Kelebihan teori behavioristic


a. membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar.
b. guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid tidak dibiasakan
belajar mandiri.jika menemukan kesulitan,baru ditanyakan kepada guru
yang bersangkutan.
c. mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan
penguatan positif dan sesuatu yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif yang di dasari pada perilaku yang tampak.
d. dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan,da[at
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelummnya.jika anak sudah mahir dalam bidang tertentu,akan dapat
dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut lebih optimal.
e. bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana hingga
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian bagian
kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu
mampu menghasilkan suatu perilaku yang konsiten terhadap bidang
tertentu.
f. dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan
praktik dan pembinaan yang mengandung unsur-unsur
kecepatan,spontanitas dan daya tahan.
h. teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatiha anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suka mengulangi dan
harus dibiasakan,senang meniru,dan senang dengan bentuk penghargaan
langsung.
 Kekurangan teori behavioristik
a. sebuah konsekuensi bagi guru untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap.
b. tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c. murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang di dengar sebagai cara belajar efektif.
d. penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik
justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
e. murid dipandang pasif,perlu motivasi diluar,dan sangat di pengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
f. murid hanya mendengarkan denngan tertib penjelasan dari guru dan
menghafalkan apa yang di dengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang
muncul secara temporer tidak bisa diselesaikan oleh siswa.
g. cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir linier,konvergen,tiidak
kreatif tidak produktif dan mendudukan siswa sebagai individu yang
pasif.
h. pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistik dan
hanya berprentasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
i. penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang tidak menyenamgkan bagi
siswa,yaitu guru sebagai sentre,otoriter,komunikasi berlangsung satu
arah,guru melatih,dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.

Penerapan Teori Behavior dalam Pembelajaran Matematika

Para penganut psikologi tingkah laku (behaviorism) memandang belajar sebagai


hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) seperti „2 x 2‟
dan balasan dari siswa (response) seperti „4‟ yang dapat diamati. Semakin sering
hubungan antara rangsangan dan balasan terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan
keduanya (law of exercise). Hal ini sejalan dengan peribahasa batu saja akan berlubang
jika ditetesi air terus menerus. Karena itu, para penganut teori belajar tingkah laku sering
menggunakan cara mengulang-ulang atau tubian (drill).

C. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK


Pembelajaran menurut paradigma Konstruktivistik
Menurut Suparno, paham konstruktivistik merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata).
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadi
proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.
Konstruksi berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedekit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengetahuan nyata.
Adapun menurut Tran Vui, konstruktivisme adalah suatu filsafat
belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman sendiri.
Sedangkan teori konstruktivisme adalah suatu teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.

Tujuan teori koinstruktivisme, adalah sebagai berikut:

a. Menegmbangkan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan


dan mencari sendiri pertanyaannya.
b. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana
belajar itu.

Karaktersitik atau ciri-ciri pemebelajaran secara konstruktivisme,


adalah sebagai berikut:

a. Memeberi peluang kepada pembelajaran untuk memebina


penegetahuan barau melalui keterlibatannya dalam dunia
sebenarnya.
b. Mendorong ide-ide pembelajaran sebagai panduan merancang
penegetahuan.
c. Mendudkung pembelajaran secar koperatif.
d. Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh
pembelajaran.
e. Mendorong pembelajaran mau bertanya dan berdialog dengan
guru.
f. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama
penting dengan hasil pembelajaran.
g. Mendorong proses inkuiri pembelajaran melalui kajian dan
eksperemen.
Hal yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
memeberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
pengetahuan dalam benaknya. Seorang guru dapat membantu proses
dengan cara membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, seperti menerapkan ide-ide dan mengajak
siswa menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep
umum seperti pembelajaran aktif membina pengetahuan berasaskan
pengalaman yang sudah ada.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia sering
diasosiasikan dengan pendekatan pendadogi yang mempromosikan
learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia
untuk belajar menemukan kompetensi diri, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lainnya. Menburut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif siswa mengonstruksi pengetahuan. Proses
tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Belajar berarti memebentuk makna. Makna diciptakan siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
Konstruktivisme makna ini dipengaruhu oleh pengertian yang
telah ia punyai.
b. Konstruksi makan merupakan suatu proses yang berlangsung
terus menerus seumur hidup.
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih
berorientasi pada penegmbangan berfikir dan pemikiran dengan
cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil
dari pengembangan, melainkan suatu perkembangan yang
menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih
lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan sesuatu yang baik
untuk belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia
fisik dan lingkungan siswa.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah
diketahuinya.

Tokoh Teori Konstriktivisme

1. Driver dan Bell

Driver dan Bell mengajukan karakteristik teori belajar


konstruktivistik sebagai berikut;

d. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang fasif, tetapi


memiliki tujuan.
e. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
keterlibatan siswa.
f. Penegtahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan
dikonstruksi secara personal.
g. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan meliankan
melibatkan pengaturan situasi kelas.
h. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.

2. Jean Piaget

Ada tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap


perkembangan intelektual atau tahap perkembangan
konstruktivisme kognitif atau biasa juga disebut tahap
perkembangan mental, yaitu sebagai berikut;

a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap


beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama.
Setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan
dengan urutan yang sama.
b. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu
clusterdari operasi mental (pengurutan, pengekalan,
pengelompokkan, pembuatan hipotesis dan penarikan
kesimpulan).
c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh
keseimbangan (equilibration), proses pengembangan
yang menguraikan interaksi antara pengalaman (asimilasi)
dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Menurut Ruseffendi, asimilasi adalah penyerapan informasi


dalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali
struktur pikiran karena adanya informasi baru sehingga
informasi tersebut mempunyai tempat.

3. Wheatley

Menurut Wheatley ada dua prisnsip utama dalam


pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme, yaitu sebagi
berikut.

a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara


aktif oleh struktur kognitif siswa.
b. Fungsi kognisi bersifat adaftif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki
anak.

Menurut pengertian diatas menekankan bagaimana


pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses
pengaitan sejumla gagasan dan pengonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya.

4. Vigotsky

Menurut vigotsky konstruktivisme memiliki pengertian


bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan sosial fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar
lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang.

Unsur penting dalam lingkungan pembelajaran


konstruktivisme
Widodo menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam
lingkungan pembelajaran yang konstruktivis sebagai berikut.

a. Memerhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa.


Siswa didorong untuk mengonstruksi pengetahuan baru
dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus memerhatikan
pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk
mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.
b. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
Minat, sikap dan kebutuhan belajar siswa benar-benar
dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk
mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari,
penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga
penerapan konsep.
c. Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi secara
produktif dengan sesama siswa maupun guru. Selain itu, juga
ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai
konteks sosial.
d. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri.
Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap
proses belajarnya. Oleh karena itu, siswa dilatih dan diberi
kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan
belajarnya.
e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
Sains bukan hanya berupa produk (fakta, konsep, prinsip,
dan teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena
itu, pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan
memperkenalkan siswa tentang kehidupan ilmuwan.

Aspek-Aspek Pembelajaran Konstruktivistik

Fornot mengemukakan aspek-aspek pembelajaran


konstruktivistik berupa adaptasi, konsep pada lingkungan, dan
pembentukkan makna. Dari ketiga aspek tersebut, oleh J. Piaget
mengemukakan adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua
proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

a. Proses Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses kognitif ketika seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman
baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikiran. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan atau
pergantian skemata, tetapi perkembangan skemata.
b. Proses Akomodasi
Proses akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan
pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dimiliki.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema
yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik

a. Kelebihan
1. Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar
berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide-
idenya, dan membuat keputusan.
2. Karena pembelajar terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, pembelajar lebih paham dan dapat
mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3. Karena pembelajar terlibat langsung secara aktif,
pembelajarakan mengingat semua konsep lebih lama
4. Pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan
sosialnya, yang diperoleh dari interaksi dengan teman dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Karena pembelajar terlibat langsung secara terus-menerus,
pembelajar akan paham, ingat, yakin, dar. berinteraksi
dengan sehat. Dengan demikian, pembelajar akan merasa
senang belajar dan membina pengetahuan baru.
b. Kekurangan
1. Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
2. Karena cakupannya lebih luas, lebih sulit dipahami.
Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar


konstruktivisme, Tyler mengajukan beberapa saran yang berkaitan
dengan rancangan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan


gagasannya dengan bahasa sendiri.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan
baru.
d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan
mereka.
f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
D. TEORI PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia. Pendekatan ini melihat kejadian, yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajarannyapada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain efektif. Emosi adalah karakteristik
yang sangat kuat yang tampak dari para pendidik beraliran
humanisme.
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan pada pengalaman-pengalaman mereka. Teori humanisme
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme memberikan
perhatian atas guru sebagai fasilitator. 17
Tokoh Teori Humanistik
1. Kolb
Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu
sebagai berikut.

 Tahap pengalaman konkrit

Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa


hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia
belum memiliki kesadaran tentang hakikat kejadian
tersebut. Diapun belum mengerti bagaimana dan
mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.

 Pengalaman aktif dan Reflektif

Pada tahap kedua, siswa mulai mampu mengadakan


observasi terhadap suatu kejadian dan mulai berusaha
memikirkan dan memahaminya.

 Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar membuat abstraksi


pada teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya.
Siswa diharapkan mampu membuat aturan-aturan umum
(generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang
meskipun tampak berbeda-beda, mempunyai aturan yang
sama.

 Eksperimentasi Aktif

Pada tahap akhir,siswa mampu mengaplikasikan suatu


aturan umum kesituasi yang baru. Misalnya, dalam
matematika, usul-usul sebuah rumus.Akan tetapi, ia juga
mempu memaknai rumus tersebut untuk memecahkan
masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.

17Muhammad Thobroni & Arif Mostofa, Pengembangan wacana dan praktik


pembelajaran dan pembangunan Nasional, (jogyakarta:Ar Ruzz Media,
2012), hlm.157-158
2. Honey dan Momford
Honey dam momford membuat penggolongan siswa menjadi
empat macam, yaitu tipe siswa aktivis, reflektor, teoretis, dan
pragmatis.
 Tipe siswa aktivis bercirikan mereka yang suka melibatkan
diri pada pengalaman-pengalaman baru. Mereka cenderung
berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Namun, siswa
semacam ini biasanya kurang skeptik terhadap sesuatu.
Kadang identik dengan sifat mudah percaya.
 Tipe siswa Refektor adalah sebaliknya. Mereka cenderung
sangat berhati-hati mengambil langkah. Dalam proses
pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung konservatif,
yaitu mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat,
baik buruk suatu keputusan.
 Tipe siswa teoritis biasanya sangat kritis, senang menganalis,
dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya
sangat subjektif.bagi mereka berfikir secara rasional adalah
sesuatu yang sangat penting. Mereka juga biasanya sangat
skeptik dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekualatif.
 Tipe siswa pragmatis biasanya menaruh perhatian besar
pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Menurut mereka,
teori memang penting, namun apabila teori tidak
dipraktikkan, tidak akan berhasil. Siswa tipe ini suka berlarut-
larut dalam membahas aspek teoritis filosofis dari sesuatu.
3. Hebermas

1. Habermas

Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia, habermas mengelompokkan tipe
belajar menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

a. Belajar Teknis (Technical Learning)

Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan alam


sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara
mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis (praktical Learning)

Dalam belajar praktis, siswa juga berinteraksi. Akan tetapi, pada tahap ini lebih
dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.

c. Belajar Emansipatoris (Emancipatoris Learning)

Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemhaman, kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.

Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanistik

a. Kelebihan

Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukkan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.

1. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,


berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku, serta
sikap atas kemauan sendiri.

2. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,disiplin, atau
etika yang berlaku.

b. Kekurangan

Adapun kekurangan teori humanistik, yaitu siswa yang tidak mau memahami
potensi akan ketinggalan dalam proses belajar18

Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Aplikasi Teori humanistik lebih menunjuk pada proses pembelajaran yang


mewarnai metode-metode yang diterapkan. Pesan guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para mahasiswa, sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kebidupan siswa. Guru memfasilitasi

18 Ibid,hlm.176
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang meamaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Ketika siswa memahami potensi diri, siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Sedangkan, proses yang umumnya dilalui adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur, dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atau


inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis

5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat

6. Guru menerima siswa apa adanya

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju

8. Evaluasi diberikan secara individual19

19 Ibid,hlm.177-178
E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Teori belajar sibernetik adalah yang paling baru dari semua teori belajar yang
telah dikenal. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Uno,2008:17). Teori ini memiliki
kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting
dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting adalah sistem informasi yang di
proses karena akan menentukan proses.20
Teori sibernetik (pemprosesan informasi) umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut

1. Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pmprosesan informasi
ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.

2. Stimulus yang di proses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan


bentuk ataupun isinya.

3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Teori pemprosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu


sebagai berikut:

1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol

2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap

4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai

5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya

6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu

7. Belikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat untuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.21

Tokoh Teori Sibernetik

1. Landa
20 Muhammad Thobroni dan Arif mustofa, Pengembangan wacana dan
praktik pembelajaran dalam pembangunan Nasional, (yogyakarta: Ar Ruzz
Media,2012), hlm .183
21 Ibid,hlm.184-188
Landa merupakan salah seorang psikologi yang beraliran sibernetik.
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, yaitu sebagai berikut:

a. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, dan lurus
menuju ke satu target tertentu. Contoh: kegiatan menelpon, menjalankan
mesin mobil, dan lain-lain.

b. Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen menuju ke beberapa


target sekaligus. Contoh: operasi pemilihana atribut geometri, penemuan
cara-cara pemecahan masalah, dan lain-lain.

c. Pask dan scot

Cara berpikir pask dan scot adalah cara berpikir menyeluruh adalah
berpikir yang cenderung melompat ke dalam, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Contohnya, saat melihat lukisan, bukan detail-detail
yang diamati terlebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus,
sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.22

Keunggulan dan kelemahan Teori sibernitik dalam kegiatan pembelajaran

1. Keunggulan

a. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda
–beda ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah
suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.

b. Isi proses belajar adalah sistem informasi ang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep,teori,atau informasi
umum.

c. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku meupun secara kemampuan pada tanah kogniti, efektif,
dan psikomotrik.

2. Kelemahan

22 ibid,hlm.189-190
Teori ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung kedunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.23

Penerapan Teori Sibernetik Dalam Pembelajaran Matematika

Menurut suciati dan prasetya irwan dapat diterapkan dengan langkah-langkahsebagai


berikut:

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

2. Menentukan materi pembelajaran

3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam meteri pembelajaran

4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut


(apakah algoritmikatau heuristik)

5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yaitu sesuai dengan sistem informasinya

6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.24

B. Contoh kasus pelaksanaan sibernetik

1. Latar belakang masalah

2. Kemampuan berpikir kritis matematis

a. Deskripsi kemampuan berpikir kritis matematik

b. Fase-fase dalam berpikir kritis

3. Konsep pembelajran Teori praktek sibernetik

a. Teori belajar sibernetik

23 ibid,hlm.190-191
24Ibid,hlm.191-192
Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi

b. Kelebihan pembelajarn sibernetik

1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses yang lebih menonjol

2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap

4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.

5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya

6. Kontrol belajar memungkirkan belajar sesuai dengan irama masing-


masing individu.

7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat


untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang
diharapkan.

c. Pembelajaran teori praktik sibernetik

d. Alur pembelajaran sibernetik Teori praktik 25

C. TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Jika kita terus melangkah dengan cara mengenas pendidika, pembelajaran,


dan belajar dengan menggunakan paradigma behavioristik, kita akan bertemu dengan
anak-anak yang menjunjung tinggi kekerasan, pemaksaan kehendak, dan penindasan
nilai-nilai kemanusiaan. Sebagaimana tampak selama ini, perilaku manusia indonesia
sudah terjangkit virus keseragaman. Virus inilah yang mengendalikan perilaku
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. 26

Tokoh Teori Revolusi Sosiokultural

1. Jean piaget

25 .ibid,hlm.195-203
26 Ibid,hlm.209
Menurut peaget, siswa adalah anak manusia. Identitas insani manusia
sebagai subjek yang berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan melalui sistem dan
model pendidikan serta pembelajaran yang bersifat “bebas dan egaliter”.
Menurut piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk
perkembangan sistem saraf.
Menurut piaget dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi
sekunder, sedangkan faktor utama yang menetukan terjadinya belajar tetap pada
individu yang bersangkutan.

2. Vygotsky

Ia mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar


sosial budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan
dengan cara menelusur apa yang ada dibalik otaknya dan kedalaman jiwanya,
melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan interaksi sosial yang
dilatarbelakangi oleh sejarah hidupnya.27

Penerapan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural dalam Pembelajaran

1. Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran, perhatian guru harus


dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar
sendri, yaitu mereka yang hanya dapat memecahkan masalah dengan dibantu
(solve problems with help)

2. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps) yang dapat
memfasilitas anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.

3. Bimbingan atau bantuan dan orang dewasa atau teman yang lebih kompeten
sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar. Bantua-bantuan tersebut
tentunya harus sesuai dengan konteks sosiokultural atau karakteristik anak.

4. Kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah meskipun telah diberikan
berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah; kesiapan
belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada path zone of

27 Ibid,hlm.211-214
proximal development. Oleh Karena itu, siap memanfaatkan bantuan atau
saffolding yang disediakan. 28

Contoh Kasus pelaksanaan pembelajaran Revolusi Sosiokultural

Karateristik atau sifat studi integral dari berbagai komputensi yang dimiliki oleh
siswa, antara lain;

1. IPS bertujuan untuk mempromosikan komputensi warga negara yang mencakup


pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan oleh siswa untuk dapat
melakukan kewajiban sebagai warga negara yang baik.

2. Program IPS mengintegrasikan seluuh kemampuan, pengetahuan, keterampilan,


dan sikap yang besifat interdisipliner.

3. IPS bertujuan untuk membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan
sikap yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan.

Program IPS mencerminkan perubahan alamiah dari pengetahuan, melalui pendekatan integral
terbaru untuk menyelesaikan isu-isu kemanusiaan (kemiskinan,kejahatan,dan kesehatan), serta
melihat isu-isu dan berbagai disiplin ilmu, penggunaan teknologi, dan hubungan global

DAFTAR PUSTAKA

J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media.

M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Dewi Nuur Rahmasari, Penerapan Teori Belajar Behavio dalam Matematika Keuangan

28 Ibid,hlm.221-222
KELOMPOK 4
PEMBELAJARAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MATEMATIKA

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru matematika dalam
mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru
untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
didik serta antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika.

2. Konsep dalam Matematika


Meskipun tidak hanya konsep yang terkait dalam pembelajaran matematika, tetapi juga
sikap, minat, hingga disposisi matematis (Nasrullah & Bernard, 2015; Nasrullah, 2015). Coney
(Tambunan, 1987; Suradi, 2001) mengemukakan beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
mengajarkan konsep matematika,

a. Pendefinisian (defining)

Membuat definisi adalah langkah yang baik karena definisi menggunakan bahasa yang
sangat singkat tetapi padat dan terstruktur. Dalam mengajarkan definisi sebaiknya dibuat blok-
blok untuk dipelajari, karena mungkin beberapa siswa tidak dapat memahami rangkaian kata
penting yang dapat diambil dari definisi. Untuk itu, definisi sering kali ditulis dalam bentuk
pengkelasan seperti:

. . . . .I . . . . adalah . . . . . II . . . . . . sehingga . . . . III . . . . .

I : diisi istilah yang didefinisikan, II : diisi istilah yang merupakan superset dari kumpulan
objek dari istilah yang didefinisikan, dan III : diisi satu atau lebih ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh istilah yang didefinisikan.

Contoh:

Jajargenjang adalah segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar.


 Jajargenjang adalah istilah yang didefinisikan (I)

 Segiempat adalah superset dari jajargenjang (II)

 Dua pasang sisi sejajar adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh jajargenjang.

b. Menyatakan syarat cukup

Perhatikan contoh ilustrasi berikut:

“Jika segiempat memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar, maka segiempat tersebut
merupakan jajargenjang.”

Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa syarat cukup supaya suatu segiempat
merupakan jajargenjang adalah memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar. Secara umum
syarat cukup didahului oleh kata “jika”, tetapi kadang-kadang digunakan istilah lain, seperti:
asalkan, sebab, karena, dengan alasan.

Contoh lain:

a) Suatu fungsi adalah fungsi linier asalkan grafiknya merupakan garis lurus.
b) Persamaan 14x2 – 9y2 = 144 adalah hiperbola sebab bentuknya a2x2 – b2y2 = a2b2.
Dengan logika syarat cukup, siswa diharapkan mampu mencari contoh objek yang
dinyatakan oleh konsep, sehingga langkah syarat cukup memudahkan penerapan dari konsep.
c. Memberi contoh

Contoh-contoh adalah objek-objek yang ditunjuk oleh konsep, yaitu anggota-anggota


himpunan yang ditentukan oleh konsep tersebut. Contoh-contoh yang diambil dapat
memperjelas konsep yang dipelajari, karena bersifat definitive, spesifik, dan mudah dikenal.
Untuk itu diharapkan contoh yang dipilih adalah yang sederhana, kemudian siswa dituntun
untuk mencari contoh-contoh sendiri.

Contoh:

“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada
persamaan itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”

Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep itu seperti
berikut ini.
x = 2 adalah penyelesaian dari persamaan x2 + 2x –8 = 0.

Tidak semua konsep dapat diberikan contohnya. Misalnya konsep “tidak ada bilangan
prima genap yang lebih besar dari 2”, maka tidak mungkin dapat diberikan contoh untuk konsep
ini.

d. Memberi contoh disertai alasannya

Pemberian contoh yang disertai dengan alasan relevan dengan penyajian syarat cukup.
Dengan kata lain, alasan yang dikemukakan tidak lain adalah syarat cukup dari definisi. Selain
itu, contoh yang dibuat siswa tidak dibuat secara spekulatif dan menghindari unsur tebakan.
Cara ini sangat membantu bagi siswa yang lamban, dimana pada umumnya sulit mengerti
hubungan logika antara syarat cukup suatu konsep dengan contoh.

Contoh:

“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada
persamaan itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”

Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep beserta
alasannya seperti berikut ini.

“x = 2 adalah penyelesaian dari persamaan kuadrat x2 + 2x –8 = 0, karena jika x = 2


disubtitusi pada persamaan kuadrat tersebut peroleh pernyataan (2) 2 + 2.2 – 8 = 0 yang
bernilai benar.” (alasan yang diberikan tidak lain adalah syarat cukup agar x = 2 merupakan
penyelesaian dari persamaan kuadrat x2 + 2x –8 = 0).

e. Memberi kesamaan atau perbedaan objek yang dinyatakan konsep

Cara ini menuntun siswa agar dapat membandingkan objek-objek yang ditunjukkan oleh
konsep yang sedang diajarkan dengan objek-objek lain yang sudah dikenal oleh murid.
Mempertentangkan objek-objek yang ditunjukkan oleh konsep dengan objek-objek lain yang
dapat diperbandingkan untuk menunjukkan kesamaan dan perbedaannya. Kesamaan dan
perbedaan yang ditemukan akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengingat
konsep yang sedang dipelajarinya.

Contoh.

a) Dalam mengajarkan grafik fungsi cosinus, guru dapat membandingkan dan


mempertentangkannya dengan grafik fungsi sinus yang sudah lebih dulu diajarkan.
b) Dalam mengajarkan konsep persegi, guru dapat membandingkan dan mempertentangkannya
dengan jajargenjang untuk menemukan kesamaan dan perbedaan sifat-sifat dari kedua
konsep tersebut.

f. Memberi suatu contoh penyangkal

Contoh penyangkal digunakan untuk menyangkal kesalahan generalisasi atau definisi.


Misal seorang siswa menyatakan bahwa trapesium adalah segiempat yang mempunyai sepasang
sisi yang sejajar. Salah seorang temannya diminta menggambarkan persegi atau pesegipanjang
di papan tulis. Lalu guru bertanya: apakah gambar-gambar itu mempunyai dua sisi yang sejajar?.
Jawaban yang diharapkan adalah “Ya”. Segera guru bertanya lagi, apakah gambar tersebut
merupakan trapesium, sesuai dengan definisi yang telah dipelajari (bukan definisi yang
diberikan oleh temanmu tadi)? Jawaban yang diharapkan adalah “Bukan”. Gambar yang
diberikan siswa tadi merupakan contoh penyangkal dari pendefinisian trapesium yang
dikemukakan siswa sebelumnya.

g. Menyatakan syarat perlu

Untuk menunjukkan pernyataan merupakan suatu syarat perlu, biasanya digunakan tanda
linguistik “harus” atau “hanya jika”.

Contoh:

“Sebuah segiempat adalah jajar genjang hanya jika (harus) kedua pasang sisi yang berhadapan
sejajar.” (kedua pasang sisi berhadapan sejajar merupakan syarat perlu agar sebuah segiempat
disebut jajar genjang).

Syarat perlu sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman konsep, karena dengan
syarat perlu kita dapat mengidentifikasi contoh objek yang tidak dinyatakan oleh konsep.

h. Menyatakan syarat perlu dan cukup

Untuk menyatakan objek suatu konsep mempunyai syarat perlu dan cukup biasanya
digunakan kata “jika dan hanya jika”; dengan menyatakan syarat perlu dan cukup
memungkinkan siswa menguasai konsep dengan baik, karena syarat cukup dapat
mengidentifikasi contoh, sedangkan syarat perlu dapat megidentifikasi bukan contoh. Siswa
mungkin tidak dapat menangkap adanya syarat perlu dan cukup dalam kalimat segi banyak
beraturan adalah sama sisi dan sama sudut, lain halnya dalam kalimat segi banyak adalah
beraturan jika dan hanya jika dia sama sisi dan sama sudut. Jadi ada dua syarat yang perlu untuk
menjadikan segi banyak menjadi beraturan yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika kedua
syarat itu dikonjungsikan, maka terjadilah syarat cukup.

i. Memberi bukan contoh

Bukan contoh suatu konsep adalah objek yang tidak termasuk dalam kumpulan yang
ditentukan konsep. Bukan contoh biasanya diberikan jika siswa melupakan satu atau lebih syarat
perlu dari konsep suatu objek.

Contoh:

Dalam menjelaskan faktor persekutuan dari dua buah bilangan, misalnya 12 dan 24. Guru dapat
memilih 4 dan 6 sebagai contoh faktor persekutuan dari kedua bilangan itu dan memilih 8
sebagai bukan contoh. (Guru dapat menunjukkan bahwa 8 memang dapat membagi 24, tetapi
tidak dapat membagi 12).

k. Memberi bukan contoh disertai alasan

Langkah ini setara dengan memberi contoh disertai dengan alasannya. Alasan yang
menyertai bukan contoh adalah kegagalan untuk dipenuhinya syarat perlu. Memberikan bukan
contoh disertai alasannya adalah langkah yang efektif dalam untuk mengajarkan konsep.
Kegunaan memberikan bukan contoh bersama dengan alasannya akan nampak dengan jelas jika
guru mengajar murid yang belajar lambat. Murid seperti ini tidak selalu melihat hubungan antara
bukan contoh dengan syarat perlu. Guru biasa dengan sengaja menunjukkan hubungan itu pada
murid.

Contoh:
“Segi banyak adalah beraturan jika dan hanya jika dia sama sisi dan sama sudut”, ada dua syarat
perlu agar suatu segi banyak menjadi beraturan, yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika
salah satu atau kedua syarat perlu itu tidak dipenuhi, maka suatu segi banyak bukan beraturan
(bukan contoh). Atau dinyatakan dengan kalimat implikatif sebagai berikut:

 Jika sisi-sisi segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.
 Jika sudut-sudut segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.

3. Keterampilan Matematika Sekolah


Keterampilan belajar ditujukan untuk meningkatkan kemampuan
seseorang dalam hal belajar, untuk lebih memahami konsep belajar dan
untuk menekankan implikasi praktis dari konsep tersebut pada aplikasi
nyata dalam kegiatan sehari-hari. Selanjutnya bila dikaitkan dengan
belajar matematika Hudojo (1993) menyatakan bahwa karena objek
matematika itu bersifat abstrak, maka dalam matematika memerlukan
daya nalar yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa belajar
matematika harus selalu diarahkan pada pemahaman konsep-konsep
yang akan mengantarkan individu untuk berpikir secara matematis
dengan jelas dan pasti berdasarkan aturan-aturan yang logis dan
sistematis.
Definisi mengenai keterampilan belajar sering berdasarkan pada
daftar keterampilan yang spesifik seperti melakukan organisasi,
memproses dan memakai informasi yang didapat dari aktivitas
membaca dan aktivitas belajar lainnya dari sumber belajar. Keterampilan
belajar merupakan salah satu potensi dan tugas asasi manusia yang
kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Seseorang
yang terampil dalam belajar akan dapat terbentuk kesadaran dalam
dirinya bahwa dirinya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai
khalifah dimuka bumi, dan dianugerahi daya cipta untuk mencipta,
berkarya, memiliki tanggung jawab besar untuk menata masa depan
sebagai mahluk Tuhan. Seseorang yang terampil dalam belajar dikenal
dengan istilah seorang pembelajar. Bila seorang telah menjadi
pembelajar ia akan memperoleh keterampilan belajar dan akan menjadi
manusiawi, yang pada akhirnya menjadi manusia yang berkualitas,
berkepribadian atau berkarakter.
Keterampilan belajar yang pertumbuhannya memerlukan berbagai
prasyarat tersebut se arah dengan konsep “Menjadi Manusia
Pembelajar” yang ditulis oleh Harefa (2000). Harefa (2000: 53) menulis
apa yang diingatkan Jakob Sumardjo bahwa manusia hidup untuk belajar
(learning how to be), bukan belajar untuk hidup (learning how to do).
Hidup untuk belajar searah dengan perlunya keterampilan belajar, dan
belajar untuk hidup searah dengan belajar terampil. Hidup untuk belajar
berarti mengeluarkan segenap potensi dirinya untuk membuat dirinya
nyata bagi sesamanya. Belajar untuk hidup berarti upaya mendapatkan
pekerjaan. Hidup untuk belajar lebih esensial, karena belajar bukan
hanya pelatihan tetapi proses untuk menjadi diri sendiri.
Tujuan akhir dari terampilnya dalam belajar matematika adalah
dimilikinya kemampuan-kemampuan yang diharapkan tercapai dalam
pembelajaran matematika secara akuntabilitas yang tinggi. Ada lima
standar proses dalam pembelajaran matematika, yaitu: pertama, belajar
untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); kedua,
belajar untuk bernalar dan bukti (mathematical reasoning and proof);
ketiga, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication);
keempat, belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); dan
kelima, belajar untuk mempresentasikan (mathematics representation).
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut, menurut Harefa (2000) dalam Dwi
Nugroho ada dua tujuan yang harus dilampuai, yakni: (1) mampu
mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dan (2)
dapat berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap
potensinya, mengekspresikan dan menyatakan dirinya
sepenuhnyaseutuhnya dengan cara menjadi diri sendiri.
Potensi yang harus dikembangkan agar terbentuknya keterampilan
belajar, paling tidak pelajar memerlukan empat pilar yakni pengetahuan,
keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan penegasan UNESCO dalam
konverensi tahunannya di Melbourne (Diptoadi, 1999) yang menekankan
perlunya Masyarakat Belajar yang berbasis pada empat kemampuan
yakni: (1) belajar untuk mengetahui, (2) belajar untuk dapat melakukan,
(3) belajar untuk dapat mandiri, dan (4) belajar untuk dapat bekerjasama.
Empat kemampuan tersebut di atas merupakan pilar-pilar belajar yang
akan menjadi acuan bagi sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan
belajar-membelajarkan yang akan bermuara pada hasil belajar optimal
yang aktual diperlukan dalam kehidupan manusia.

Pentingnya memahami dan menguasai keterampilan belajar yang


dia sebut istilah Learning Skill menurut Surya (2011), adalah
kemampuan menyusun kerangka berpikir, bersikap, dan keterampilan
berbuat secara terfokus, terarah dan terukur step by step untuk
melakukan proses kegiatan atau perbuatan. Selanjutnya Surya membagi
keterampilan ini menjadi empat keterampilan yang sama lain saling
mempengaruhi, yaitu:

a. Thinking Skills (Keterampilan Berpikir)

b. Attitude Skills (Keterampilan Bersikap)

c. Emotional Skills (Keterampilan Emosional)

d. Action Skills (Keterampilan Berbuat/Bertindak)

Keterampilan berpikir berkaitan erat dengan sistem kerja otak yang


benar, bila otak selalu digunakan akan berkembang dendritdendrit baru,
bila diibaratkan dengan sebatang pohon akan muncul ranting-ranting
baru yang mengakibatkan pohon itu akan rimbun begitulah otak itu bila
dipakai untuk berpikir. Cara mengembangkan keterampilan berpikir
menurut Surya dengan menguasai dan membiasakan mempergunakan
berpikir taktis, metodologis dan imajinatif. Dengan berpikir taktis akan
bisa mengarahkan perhatian jadi terepusat dan kosentrasi jadi terfokus
menuju pada objek dan kegiatan tertentu. Berpikir metodologis akan
dapat membuat berpikir prosedural dan runtut agar mudah dipahami,
sedangkan berpikir imajinatif, berkaitan dengan berpikir kreatif dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam memecahkan soal-soal
yang dikerjakan.

Keterampilan bersikap suatu keterampilan yang sangat penting


untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar, karena
kedalaman dan keberhasilan individu dalam belajar dipengaruhi oleh
sikap individu ketika melakukan proses belajar. oleh karena itu individu
harus dapat mengembangkan keterampilan sikap dalam belajar agar
dapat memaksimalkan kemampuan sesorang dalam mencapai hasil
belajar. Ada empat sikap uyang mesti dikembangkan dalam belajar yaitu;
sikap kritis, sikap aktif, sikap antusias dan sikap tubuh tegak dan
busungkan dada.
Emotional skill merupakan sumber energy atau pendorong minat,
perhatian dan motivasi belajar yang kuat. Untuk itu sese orang harus
membuat bagaimana proses belajar itu dapat mendatangkan cita rasa,
manfaat dan kegunaan yang dapat langsung merangsang, menantang
dan memuaskan individu dalam belajar. Membangkitkan minat dalam
belajar hendaknya menjadi suatu kebutuhan yang mendasar agar dapat
merangsang emotional dari dalam diri untuk belajar. langkah-langkah
dalam membentuk emotional skill adalah berani membangun mimpi;
berusaha menghargai diri sendiri; adanya keinginan memiliki nilai plus;
jangan takut salah; memupuk semangat untuk mencari solusi. Yang
penting untuk dicamkan adalah jangan pernah menyerah pada perasaan
yang belum tentu benar karena belum dibuktikan. Pupuklah selalu
perasaan senang, gembira karena akan meningkatkan adrenin dalam
pembuluh darah dan bergabung dengan kadar gula dari hati memicu
energi tubuh untuk melakukan sesuatu.

Action skill berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam


melakukan sesuatu sesuai dengan kompetensi terentu. Tujuan belajar
tentu ingin menguasai seperangkat ilmu pengetahuan, melatih potensi
diri agar mampu melakukan atau menghasilkan sesuatu berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh. Agar kemampuan melakukan atau
menghasilkan sesuatu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh, ada
beberapa aspek yang harus dikuasai yaitu: menyusun rencana kerja;
mempraktikkan proses belajar; inovatifkreatif; dan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Risnawati. 2013. Keterampilan Belajar Matematika. Yogyakarta:Aswaja


Pressindo.

Nasrullah Pemu, Konsep Dalam Kegiatan Pembelajaran Matematika, di akses pada :


https://www.researchgate.net/scientificcontributions/2144130324_Pemahaman
_Konsep
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4588/3/BAB%20II.pdf
KELOMPOK 5
PEMBELAJARAN MATERI BILANGAN

1. Pengertian bilangan

Dalam kehidupan sehari-hari bilangan sering dijumpai dalam kehidupan


manusia bahkan merupakan kebutuhan dasar manusia dari semua lapisan
pergaulan hidup sehari-hari. Keadaan seperti ini dapat ditunjukkan dengan
fakta-fakta bahwa dengan menggunakan bilangan orang dapat:

1. Menyebut banyak, sedikit, kurang, sama, atau tambah;


2. Memberi harga atau nilai kepada barang atau jasa dalam transaksi
sehari-hari, dan;
3. Menyatakan ciri, sifat atau keadaan benda sebagai hasil pengamatan
dan pengukuran antara lain diperolah ukuran panjang, tinggi,
kecepatan, jarak, temperatur dan kekuatan29.

Bilangan merupakan ide abstrak untuk menyatakan banyaknya anggota


suatu himpunan30. Perhitungan bilangan dimulai dengan perbandingan,
misalnya milik si Fulan lebih banyak dibandingkan milik si Badu. Kemudian
berkembang, bilangan digunakan untuk menyatakan banyaknya sesuatu,
misalnya menghitung jumlah ternak, dengan cara korespondensi satu-satu
antara banyaknya benda dengang banyaknya kerikil, sipul atau yang
lainnya31.

Sedangkan lambang bilangan adalah simbol yang digunakan untuk


menandai suatu bilangan. Lambang bilangan yang umu digunakan adalah
labang bilangan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, . . .)

29 E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 15
30 Didi Haryono, Filsafat Matematika, (Bandung: ALFABETA, 2014) hlm. 75
31 Afidah Khairunnisa, matematika dasar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 84
2. Pemahaman Konsep Bilangan

Untuk menanamkan konsep membilang sejak zaman dahulu kala


manusia telah mempelajari pertanian, mengembangkan kalender, membuat
sistem pengukuran, menemukan dan menggunakan roda, membuat perahu,
dan menemukan sistem numerasi.

1. Cara mengajarkan bilangan


Misalnya Guru menunjukkan kepada siswa sebuah himpunan dari 3
benda misalnya 3 gambar kucing pada papan flanel. Guru mengatakan
“ini adalah himpunan 3 gambar kucing”. Setelahnya guru kemudian
meminta siswa untuk menemukan 3 benda lainnya dan
memasangkannya dengan dengan himpunan gambar kucing tadi,
kemudian mencari lagi 3 benda lainnya dan memasangkannya dengan
himpunan induk seperti yang dikerjakan guru pada papan flanel dan
memeriksa pekerjaan siswanya kemudian memberikan lambang
bilangan 3 disamping himpunan induk tadi. Kegiatan ini dilakukan
berulang-ualang sampai siswa mahir betul dan paham tentang
bilangan 1 sampai dengan 9 sebagai sifat dari suatu himpunan.
Jadi makna bilangan dalam hal ini adalah sebagai alat untuk
menyatakan banyaknya suatu benda atau objek.
2. Cara mengajarkan ketidaksamaan
Ketidaksamaan adalah konsep yang esensial bagi siswa untuk
dapat mendalami konsep bilangan. Ketidaksamaan berperan penting
dalam mempelajari taksiran pembagian panjang, statistik dan topik
matematika yang lain.
Contoh kegiatan:
Guru dapat menanyakan siswa untuk menentukan mana diantara
himpunan misalnya pada suatu gambar yang mempunyai anggota
yang lebih banyak dengan cara pemasangan satu-satu.
Setelah Guru mengembangkan konsep “lebih dari” dan “kurang dari”,
guru tentunya ingin mengenalkan cara menyimpulkannya32.

Selain itu, Untuk merepresentasikan bilangan-bilangan seperti


bilangan nyata, maka bilangan ini dapat dipandang sebagai titik-titik pada

32 E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 16-20
sepanjang sebuah garis mendatar. Dimana garis ini mengukur jarak ke kiri
dan ke kanan (garis mendatar) dari titik tetap yang disebut titik asal yang di
beri simbol O. Untuk bilangan yang di sebelah kanan adalah bilangan bulat
positif 1, 2, 3, ... yang dimulai dari titik asal. Sedangkan untuk bilangan yang
disebelah kiri adalah bilangan bulat negatif -1, -2, -3, ... yang dimulai dari
titik asal .

3. Jenis- jenis bilangan

Bilangan merupakan suatu konsep matematika yang digunakan untuk


pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan
untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang
bilangan. Lain halnya dengan nomor, nomor biasannya menunjuk pada satu
atau lebih angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu
barisan bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya, istilah nomor 3
menunjukkan salah satu posisi urutan dalam barisan bilangan-bilangan
antara 1, 2, 3, 4, ..., dan seterusnya .

Simbol yang berbentuk angka mengalami perkembangan dengan


berbagai aturannya masing-masing milai dari angka-angka yang negatif ,
angka nol, sampai angka yang positif. Inilah yang sekarang disebut sebagai
sistem bilangan.

Sistem bilangan yang telah dikembangkan pada abad modern terbagi


kedalam beberapa jenis dari bilangan diantaranya adalah:

1. Bilangan bulat merupakan gabungan bilangan negatif, bilangan positif,


dan nol. Bilangan bulat yang dilambangkan dengan Z yakni singkatan
dari kata zahl. Bilangan tersebut meliputi: ..,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...
2. Bilangan asli
Diantara sistem bilangan, yang paling sederhana adalah bilangan-
bilangan asli yang biasanya dilambangkan dengan huruf N yakni
singkatan dari kata nature dan dimulai dari: 1, 2, 3, 4, 5, ..., dan
seterusnya. Yang termasuk bagian dari bilangan asli adalah sebagai
berikut: Pertama, bilangan genap yang merupakan bilangan bulat
kelipatan dua yang meliputi: 2, 4, 6, 8, 10,..., dan seterusnya. Kedua,
bilangan ganjil yang anggotannya terdiri dari 1, 3, 5, 7, 9,... dan
seterusnya. Ketiga, bilangan prima merupakan bilangan yang dapat
dibagi dengan satu dan dirinya sendiri, seperti 2, 3, 5, 7, 11, 13, ..., da
seterusnya. Keempat, bilangan komposit merupakan bilangan bulat
selain dari bilangan prima dan bilangan asli yang mempunyai lebih
dari dau faktor atau bilangan yang dapat dinyatakan atas faktor-faktor
yang masing bukan bilangan1, misalnya, 4, 6, 8, 9, 10, ..., dan
seterusnya.
3. Bilangan Rasional dan Irrasional
Bilangan rasional merupakan bilangan yang dapat dibentuk p / q,
dimana p dan q adalah bilagan bulat dan q ≠ p. Biasa dilambangkan
dengan simbol Q yakni singkatan dari kata Quotient karena bilangan
rasionanal dapat dinyatakan bentuk pembagian bilangan bulat.

3 −7 21 2 8 9
Contoh: , , , , , dan .
4 8 5 5 1 1
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk p / q, dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ p.
Misalkan: Nilai π, bilangan e, log 3 dan lain sebagainya.

4. Bilangan real (nyata) adalah gabungan dari bilangan-bilangan rasional


dan bilangan irrasional. Bilangan real biasa juga dikatakan sebagai
bilangan yang dimulai dari –α (tak terhingga) sampai + α dan sering
dinyatakan dengan simbol R yakni singkatan dari real.
Dalam sistem bilangan real, antara bilangan-bilangan real dengan
titik-titik pada garis bilangan ada hubungan satu-satu sehingga pada
garis bilangan tidak terdapat bilangan yang kosong. Pada sistem
bilangan real, jika kita melakukan operasi penjumlahan dan perkalian,
maka hasilnya selalu bilangan real juga. Selain bilangan ada juga
bilangan imajiner yang merupakan khayal sebagai contoh √ – n .
5. Bilangan kompleks yang biasa dilambangkan dengan C yakni
singkatan dari kata complex yang merupapkan gabungan dari semua
bilangan. Definisi yang biasa digunakan berkenaan dengan bilangan
kompleks ialah bilangan yang dinyatakan dengan a + bi, dengan a dan
b merupakan bilangan real dan i= √ – n yang merupakan bilangan
imajiner.33

33 Didi Haryono, Filsafat Matematika, (Bandung: ALFABETA, 2014) hlm. 75-77


DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Didi. Filsafat Matematika. Bandung: ALFABETA, 2014

Rusfendi , E.T. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetenssinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito, 1980.

Khairunnisa, Afidah. Matematika Dasar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


2014.
KELOMPOK 6
PEMBELAJARAN GEOMETRI

A. Pengertian Geometri

Geometri merupakan salah satu sistem dalam matematika yang


diawali oleh konsep pangkal, yaitu titik. Titik selanjutnya digunakan untuk
membuat garis dan garis akan menyusun bidang. Pada bidang akan
mengontruksi macam-macam bangun datar dan segi banyak. Lebih
banyaj kemudian dapat digunakan untuk mengatur bangun-bangun
ruang.

Dari sudut pandang psikologi, geometri terdiri dari pengalaman visual


dan spasial, misalnya bidang, pola, perhitungan dan pemetaan.
Sementara dari sudut pandang matematik, geometri membahas tentang
pemecahan, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, ektor,
dan transformasi (Burger dan Shaughnessy dalam Widayanto dan Rofiah,
2012).

Menurut Clements Geometri membangun konsep dimulai dengan


bentuk-bentuk dan bentuk bangunan dan melengkapi gambar-gambar
seperti segi empat, lingkaran, segitiga, dll.

Secara umum geometri merupakan suatu sains di dalam sistem


matematika yang di dalamnya memuat garis dan menjadi simbol seperti
bentuk persegi , segitiga, lingkaran, dan lain-lain.

B. Geometri Ruang

Dalam pengenalan geometri ruang, selama ini guru sering kali


langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri
ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini menunjukkan kekurangpahaman guru
dalam menyampaikan topik geometri ruang melalui metode dan teknik
pembelajaran matematika yang benar.

Dalam banyak kasus, guru hanya mengambar bangun geometri ruang


tersebut di papan tulis, atau cukup hanya dengan menunjukkan gambar
yang ada di dalam buku sumber yang digunakan siswa. Bahkan,
walaupun menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja bangun
ruang yang ditunjukkan guru tersebut.

Kegiatan pembelajaran ini memang efisien, karena tidak


membutuhkan waktu dan alat yang banyak. Akan tetapi, keefektifannya
bagi pengalaman belajar siswa harus dipertanyakan, karena siswa tidak
dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-ciri bangun geometri
ruang yang dipelajari.
A. Kubus

Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus


mempunyai ciri khas yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran topik
kubus ini kepada siswa bukanlah hal yang sulit, tetapi lagi-lagi
permasalahannya bersumber dari pemberian drill seacara langsung,
mengenai bentuk dan ciri-ciri kubus. Pada akhirnya, hal ini akan
menyulitkan siswa dalam mendapatkan pengertian yang utuh dan
benar tentang bangun ini.

Serangkaian kegiatan kegiatan berikut akan memberi panduan


pengajaran topik kubus yang benar dan bermakna, dan dengan
menggunakan alat peraga yang dapat ditemukan di sekeliling kita.

Penanaman konsep

 Media yang diperlukan


1. Kubus atau kerangka kubus yang terbuat dari kawat, karton,
plastik, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk kubus.
 Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar, guru memberikan pernyataan mengenai
bangun ruang datar persegi dan persegi panjang yang sudah
dikenal siswa.
2. Secara kolompok atau perorangan, siswa kemudian mengamati
bangun kubus yang sudah disiapkan. Setelah itu, guru memberikan
pertanyaan penggiring sebagai berikut:
a. Bearapa jumlah sisi kubus? (siswa kemudian mengamati dan
menghitung sendiri. Jawaban yang diharapkan: kubus
mempunyai 6 sisi).
b. Berapa jumlah rususknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban
yang diharapkan: 12 rusuk).
c. Bagaimana bentuk sisi-sis kubus tersebut? (siswa mengamati,
dan jwaban yang diharapkan: sisi kubus berbentuk persegi).
Gambar
3. Lakukan kegiatan diatas pada bangun kubus dengan ukuran
berbeda, agar siswa yakin bahwa bangun kubus memiliki ciri yang
sama.
4. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan bangun
kubus tadi sebagai berikut:

Jumlah sisi kubus 6 sisi


Jumlah rusuk 12 buah
Bentuk sisi Persegi
Pemahaman konsep

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep


kubus, dapat dilakukan kegiatan berikut:

1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk kubus,


baik yang ada di sekitar maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk kubus,
termasuk pada gambar berikut

Pembinaan keterampilan

Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada


siswa untuk mebuat jaring-jaring kubus, kemudian membenruknya
menjadi bangun kubus yang utuh.

B. Balok
Pengenalan bangun kubus melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciri-
cirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta
dengan menggunakan media peraga yang dapat di gunakan sendiri oleh siswa.
Penanaman konsep
 Media yang diperlukan
1. Balok atau kerangka balik yang terbuat dari kwat, karton, plastik, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk balok.
Gambar
 Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar, siswa di inggatkan kembali tentang bangun persegi panjang dan
kubus yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun balok yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi balok? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Baloknya mempunyai 6 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan:
12 rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi-sisi balok tersebut? (siswa mengamati, dan jawaban yang
diharapkan: sisi balok berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian kubus dan balok tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri kubus dan balok yang telah mereka ketahui pada
tabel berikut.

Ciri-ciri Kubus Balok


Jumlah sisi 6 sisi 6 sisi
Jumlah rusuk 12 rusuk 12 rusuk
Bentuk sisi Persegi Persegi panjang
4. Berdasarkaann tabel tersebut, siswa diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara kubus dan balok? (dengan membaca tabel, siswa
diharapkan dapat menjawab bahwa kubus dan tabel memiliki jumlah sisi dan
rusuk yang sama)
b. Apa perbedaan antara kubus dan balok? (jawaban yang diharapkan: sisi kubus
berbentuk persegi dan sisi balok berbentuk persegi panjang)
5. Ulangi kegiatan diatas pada balok dengan ukuran yang berbeda, agar siswa yakin
bahwa setiap bangun balok memiliki ciri yang sama.
6. Guru bersama siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun balok
tersebut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep balok ini, dapat dilakukan
kegiatan berikut:
1. Siswa di perintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk balok, baik yang ada di
sekitar maupun diluar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk balok, termasuk pada gambar
berikut.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring balok, kemudian membentuknya menjadi bangun balok yang utuh.

C. Prisma Segitiga
Perbedaan antara prisma segitiga dengan prisma (kubus dan balok) terletak pada sisi alas dan
sisi atas bangun prisma tersebut. Sisi alas dan sisi atas prisma segitiga berbentuk segitiga, dan
mempunyai sisi tegak yang sama, yaitu berbentuk persegi panjang. Konsep ini penting untuk
diketahui siswa, agar terbentuk pemahaman yang benar. Meskipun demikian, harus dilakukan
pengenalan bangun prisma segitiga berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri-cirinya.
Penanaman konsep
 Media yang diperlukan
1. Prisma segitiga atau kerangka prisma segitiga yang terbuat dari kawat, karton, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk prisma.
 Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun prisma segitiga, siswa diingatkan kembali
tentang bangun kubus dan balok yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan siswa mengamati bangun prisma segitiga yang
telah disiapkan. Kemudian guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi prisma segitiga? (siswa kemudian mengamati dan menghitung
sendiri. Jawaban yang diharapkan: Prisma segitiga mempunyai 5 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya dan jawaban yang diharapkan : 9
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas prisma segitiga berbentuk segitiga)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi atas prisma segitiga berbentuk prisma segitiga).
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak prisma segitiga berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian prisma segitiga tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri prsima dan prisma segitiga yang telah meeka ketahui
pada tabel berikut.

Ciri-ciri Prisma Prisma Segitiga


Jumlah sisi 6 sisi 5 sisi
Jumlah rusuk 12 rusuk 9 rusuk
Bentuk sisi tegak Persegi panjang Persegi panjang
Bentuk sisi alas dan sisi
Persegi panjang Segitiga
atas

4. Berdasarkan tabel tersebut, siswa diberikan serangkaian pertanyaan berikut:


a. Apa persamaan antara prisma dan prisma segitiga? (Dengan membaca tabel, siswa
diharapkan dapat menjawab bahwa kedua nya memiliki sisi tegak berbentuk persegi
panjang)
b. Apa perbedaan antara prisma dengan prisma segitiga? (jawaban yang diharapkan:
perbedaan terletak pada jumlah sisi, jumlah rusuk, dan bentuk sisi alas serat sisi
atasnya)
5. Lakukan kegiatan diatas pada bangun prisma segitiga dengan ukuran yang berbeda, agar
siswa yakin bahwa setiap bangun prisma segitiga memiliki ciri yang sama.
6. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun prisma segitiga
tersebut.
Jumlah sisi 5 sisi
Jumlah rusuk 9 rusuk
Bentuk sisi alas Segitiga
Bentuk sisi atas Segitiga
Bentuk sisi tegak Persegi panjang

Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep prisma segitiga ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut :
1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk prisma segitiga, baik yang ada
disekitar maupun diluar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk prisma segitiga, termasuk pada
gambar berikut.

Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring prisma segitigga, kemudian membentuknya menjadi bangun prisma segitiga yang
utuh.

D. Limas Persegi Panjang


Penamaan limas bergantung dari bentuk alasnya. Apabila alasnya berbentuk persegi panjang,
maka limas tersebut disebut limas persegi panjang. Limas persegi panjang merupakan bangun
ruang yang memiliki sisi tegak berbentuk segitiga, dan sisi alas berbentuk persegi panjangg.
Oleh karena sisi tegaknya berbentuk segitiga, maka limas tidak mempunyai sisi atas, tapi
memiliki titik puncak.
Pengenalan bangun limas yaitu berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri-cirinya.
Penanaman Konsep
 Media yang diperlukan
1. Limas atau kerangka limas yang terbuat dari kawat, karton, plastik, atauu kayu
2. Benda-benda di sekitar yang berbentuk limas
 Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun limas persegi panjang, siswa diinggattkan
kembali tentang bangun prisma yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan,, siswa mengamati bangun lima yang telah
disiapkan. Kemudian guru memberikanpertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi limas? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkkan: Limas mempunyai 5 sisi.)
b. Berapa jumlah rusuknya? (Siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan:
Limas mempunyai 8 rusuk.)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnay? (Siswa mengamati dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas limas berbentuk persegi panjang).
d. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (Siswa mengamati, dan jawaban yyang diharapkan:
sisi tegak limas berbentuk segitiga).
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian limas persegi panjang tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri prrisma segitiga dan limas persegi panjang yang telah
mereka ketahui pada tabel berikut.

Ciri-ciri Prisma Segitiga Limas Persegi Panjang


Jumlah sisi 5 sisi 5 sisi
Jumlah rusuk 9 rusuk 8 rusuk
Bentuk sisi tegak Persegi panjang Segitiga
Bentuk sisi alas dan sisi Persegi panjang dan titik
Segitiga
atas puncak
4. Berdasarkan tabel tersebut, siswa diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara prisama segitiga dan limas persegi panjang? (Dengan memaca
tabel, siiswa diharapkan dapat menjawab bahwa keduanyan memiliki jumlah sisi
yang sama, yaitu sebanyak 5 sisi).
b. Apa perbedaan antara prisam segitiga dan limas persegi panjang? (Jawaban yang
diharapkan: Perbedaan terletak pada jumlah rusuk dan bentuk sisinya).
5. Lakukan kegiatan diatas pada bangun Limas persegi panjang maupun limas persegi
dengan ukuran yang berbeda, agar siswa yakin bahwa setiap bangun prisma segitiga
memiliki ciri yang sama.
6. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun limas persegi
panjang tersebut.
Jumlah sisi 5 sisi
Jumlah rusuk 8 rusuk
Bentuk sisi alas Persegi Panjang
Banyak titik puncak 1 buah
Bentuk sisi tegak Segitiga
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep prisma segitiga ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut :
1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk limas, baik yang ada
disekitar maupun diluar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk limas, termasuk pada
gambar berikut.

Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring limas, kemudian membentuknya menjadi bangun limas yang utuh.

E. Tabung

Bagi siswa sekolah dasar, pengenalan bangun tabung hanya berupa identifikasi bentuk bangun
beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, selam ini pengajaran bangun tabung
khususnya, dan berbagai bangun ruang lain pada umumnya, sering kali tidak membuat siswa
benar-benar paham. Hal ini dikarenakann siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat
bangun ruang tersebut, melainkan hanya pemberian maeri berupa drill langsung.
Contoh berbagai benda berbentuk tabung

Penanaman Konsep

Media yang diperlukan

1. Tabung yang terbuat dari karton, plastik, kayu, kaleng, ruas bambu dan sebagainya.
2. Benda-benda di sekitar yang berbentuk tabung.

Kegiatan pembelajaran

1. Sebagai pengantar dalam pembelajran bangun tabung ini, siswa diingatkan kembali
tentang bangun prisma yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun tabung yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi tabung? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Tabung mempunyai 3 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 2
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas tabung berbentuk lingkaran)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi atas tabung berbentuk lingkaran)
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak tabung berbentuk persegi pangjang)
Sisi Rusuk
Sisi atas

Sisi tegak

Sisi alas

3. Siswa kemudian membandingkan bangun prisma dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas, sisi atas, dan sisi tegak)
b. Apa perbedaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwasisi alas dan sisi atas prisma berbentuk persegi panjang, sedangkan
pada tabung berbentuk lingkaran. Selain itu, jumlah sisi tegak prisma adalah 4 sisi,
sedangkan pada tabung hanya 1 sisi)
4. Lakukan kagiatan diatas pada bangun tabung dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun tabung memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun ruang tersebut.

Jumlah sisi 3 sisi


Jumlah rusuk 2 rusuk
Bentuk sisi alas Lingkaran
Bentuk sisi atas Lingkaran
Bentuk sisi tegak Persegi panjang

Pemahaman Konsep

Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep tabung ini, dapat dilakukan
kegiatan berikut:

1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk tabung, baik yang ada di


sekitar maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memiliki benda-benda yang termasuk tabung, termasuk pada gambar
berikut.

Pembinaan Keterampilan

Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring tabung, kemudian membentuknya menjadi bangun tabung yang utuh.
Jaring-jaring tabung

Teknik Pembuatan Bangun Tabung


Andaikan kita akan membuat bangun tabung dengan jari-jari 7 cm dan tinggi 20 cm. Untuk
dapat menggambarkannya, terlebih dahulu harus dicari panjang selimut tabung:

Panjang selimut tabung = keliling


lingkaran
? cm K = 2 πr
20 cm 22
K = 2× ×7
7
K = 2× 22=44 cm

Setelah didapatkan besar panjang selimut tabung, jaring-jaring tabung yang berbentuk ada
sebagai berikut.

7 cm

44 cm 20 cm

F. Kerucut
Pengenalan bangun kerucut bagi siswa sekolah dasar hanya berupa identifikasi bentuk
bangun beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, dalam pengenalan bangun kerucut ini,
siswa sering kali tidak benar-benar memahami topik yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa
tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut, melainkan hanya
pemberikan materi berupa drill langsung.
Berbagai bentuk kerucut

Pemahaman Konsep

Media yang diperlukan

1. Kerucut yang terbuat dari karton, plastik, mika, kaleng, dan sebagainya.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk kerucut.

Kegiatan Pembelajaran

1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun kerucut ini, siswa diingatkan kembali
tentang berbagai bangun ruang yang telah mereka kenal, seperti prisma, limas dan
tabung.
2. Secara kelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun kerucut yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi kerucut? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: kerucut mempunyai 2 sisi, yaitu sisi alas dan selimut).
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 1
rusuk)
c. Bagaiman bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan: sisi
alas kerucut berbentuk lingkaran)
d. Bagaima bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
kerucut tidak memiliki sisi atas, melainkan titik puncak)
gambar
3. Siswa kemudian membandingkan bangun kerucut dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan
dapat menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas yang berbentuk lingkaran)
b. Apa perbedaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamtan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa tabung memiliki sisi atas, sedangkan kerucut memiliki titk puncak.
Bentuk sisi tegak kerucut dan tabung juga berbeda)
4. Lakukan kegiatan diatas pda bangun kerucut dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun kerucut memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulakan hasil pengamatan pada bangun kerucut
tersebut.

Jumlah sisi 2 sisi


Jumlah rusuk 1 rusuk
Bentuk sisi alas Lingkaran
Banyak titik puncak 1 buah

Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep kerucut ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut:
1. Siswa diperintahkan menyebutkan banda-benda berbentuk kerucut, baik yang ada
disekitar maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk kerucut, termasuk pada
gambar berikut.

Pembinaan Keterampilan

Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk


membuat jaring-jaring kerucut, kemudian membentuknya menjadi bangun kerucut yang
utuh.

Jaring-jaring kerucut
Teknik Pembuatan Kerucut

Andaikan kita membuat kerucut dengan tinggi 4 cm dan jari-jari 3 cm. Untuk itu,
terlebih dahulu harus dicari tinggi apotema/sisi miring kerucut tersebut, dengan
mengunakan dalil phytagoras:

Sisi miring kerucut:

√ c 2=√ t2 +r 2
√ c 2=√ t2 +r 2
√ c 2=√ 4 2+3 2=√ 16+9=√ 25
c=5 cm

Selain sisi miring, kita juga perlu mengetahui besar sudut α (alpha), yang menyatakan besar
selimut kerucut

Sudut α :

jari− jari °
α= ×360
tinggi sisi miring

3 °
α = ×360
5

°
α =216

Sudut α =216°

DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/12/pengertian-geometri-dan-jenis-jenisnya.html?
m=1
KELOMPOK 7
PEMBELAJARAN STATISTIK

A. Pengertian

Pertama-tama dalam strategi pembelajaran materi statistik ini, siswa diajarkan


pemahaman tentang pengertian statistik dan statistika. Dalam hal ini juga siswa secara langsung
mengetahui perbedaan antara keduanya. Berikut bahasannya.

Untuk menyatakan kumpulan data, yang umumnya berbentuk angka


disusun dalam daftar atau diagram digunakan istilah “statistik”. Ilmu
pengetahuan tentang pengumpulan data, penyajian data, penganalisaan
data, sehingga mendapatkan suatu kesimpulan sampel membuat ramalan-
ramalan dinamakan “statistika”.
Mengenai konsep pengertian diatas, serta merta siswa kurang
memahami pengertian tersebut. Oleh karena itu, sebagai pendidik
menggambarkan pengertian tersebut dengan pengertian lainnya. Bagi kami
penulis, “permisalan” yang mewakili pengertian statistik dan statistika
sekaligus perbedaan antara keduanya dapat diterapkan kepada siswa.
Prosedur pembelajaran dikelas dapat di sajikan sebagai berikut.
 Apersepsi

Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran.

Tentunya ada persiapan sebelum memulai pembelajaran, seperti salam, berdoa, absensi
dan mengingat sedikit pelajaran yang dilakukan sebelumnya terkait materi pembelajaran.

 Memotivasi

Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan

Dalam hal ini siswa di beri pertanyaan seputar awal materi statistika dan sebelum siswa
menjawab pertanyaan tersebut pendidik mendefinisikan jawaban yang dapat merangsang
jawaban siswa, seperti “Anak-anak siapa yang tau hal apa saja yang terkait dengan statistik?
Misalnya nilai rata-rata kalian pada waktu SMP kemaren. ”

 Memberikan informasi tentang kompetensi yang akan dicapai.


Pendidik memberitahukan materi yang akan diajarakan pada saat pembelajaran hari itu.
Terkait hal tersebut kita dapat memprosedurkan pembelajaran materi statistik sebagai berikut.

Standar Kompetensi :

1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan
masalah.

Kompetensi Dasar :

1. Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive.

Indikator :

1. Membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang
2. Mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan diagram
b. Tujuan Pembelajaran

Selanjutnya sebagai pendidik yang sudah mempersiapan diri sebelum pembelajaran


dikelas dimulai, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Seperti,

1. Peserta didik dapat membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang.

Pembelajaran yang dilakukan pendidik sudah dilaksanakan dalam hal ini materi
mengenai diagram, bagaimana cara kita menginterpretasikan materi kepada siswa sehingga
siswa dapat membaca sajian data. Membaca disini diartikan sebagai kemampuan siswa
menuliskan, membuat, dan menelaah data dalam bentuk diagram.

2. Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan
diagram.

Pengidentifikasian terhadap nilai disini diartian sebagai, siswa mengenal yang mana
sebagai Nilai dan Frekuensi suatu data. Yang tentunya sudah diajarkan oleh pendidik sehingga
siswa dapat memahami pembentukan data ke dalam tabel dan diagram.

Dari tujuan pembelajaran diatas kita dapat menyimpulkan materi ajar yang dilaksanakan di
kelas.

Materi Ajar

Diagram, Batang, Diagram garis, Diagram Lingkaran dan Ogive


c. Metode Pembelajaran

Ceramah dan diskusi.

 Metode Ceramah

Merupakan metode konvensional yang paling banyak dan digunakan, yaitu dengan
menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa.

Namun dalam hal pembelajaran materi statistik ini, ada memuat gambar dalam hal ini tabel
dan diagram. Sehingga pendidik tidak selalu mengajar dengan kata-kata melainkan ada juga
menggambarkan diagram dan tabel dipapan tulis ataupun melalui proyektor.

Dan secara langsung merangsang siswa untuk mendalami materi dengan bertanya mengenai
apa yang belum siswa pahami dari pembelajaran yang dilakukan.

 Metode Diskusi

Merupakan suatu metode pengajaran yang mengedepankan aktivitas diskusi siswa dalam
belajar memecahkan masalah. Metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok diskusi
untuk membahas suatu masalah.

Masalah disini ialah, pendidik membawa siswa mengidentifikasi suatu data ke tabel dan
diagram yang telah ditentukan oleh pendidik. Baik data tunggal maupun data berkelompok.

Selanjutnya, pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang digunakan dikelas yakni,

1. Tatap Muka

Mengamati dan mengidentifikasi tentang data-data di sekitar sekolah atau madrasah.

2. Terstruktur

Mengelompokkan berbagai macam diagram dan tabel

3. Mandiri
Siswa dapat mengidentifikasi data-data yang dinyatakan dalam berbagai model.

 Kegiatan Inti

1). Eksplorasi

Guru menjelaskan Diagram, Batang, diagram garis, Diagram Lingkaran dan Ogive.

Pemberian materi oleh guru (misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari
buku paket atau buku-buku penunjang lain, ataupun internet

Siswa mengkomunikasikan secara lisan atau tertulis mengenai mempresentasikan


mengenai cara memperoleh, menentukan, memeriksa, untuk menyelesaikan masalah

2). Elaborasi

Siswa mengerjakan beberapa soal mengenai pengidentifikasian data yang bersifat


kualitatif atau kuantitatif (data diskrit atau kontinu), mengenai populasi dan sampel, pencatatan
data kuantitatif, dan penentuan statistik lima serangkai, jangkauan, jangkauan antar-kuartil
(hamparan), dan jangkauan semi antar-kuartil (simpangan kuartil) untuk data tunggal

Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:

- Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui


- Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

 Penutup

Peserta didik membuat rangkuman dari materi mengenai data (jenis-jenis data, ukuran
data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan data
tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil kedua,
kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median, kuartil
pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-kuartil, dan
jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal. Guru memberi tugas rumah kepada siswa
(secara berkelompok ataupun sendiri) untuk mempersiapkan materi selanjutnya.

Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan data (jenis-jenis data,
ukuran data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan
data tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil
kedua, kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median,
kuartil pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-
kuartil, dan jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal dari Aktivitas Kelas atau Latihan
yang belum terselesaikan di kelas atau dari referensi lain.
Berikut merupakan pembahasan materi yang akan diajarkan.

A. Pengumpulan data

Data dapat dikumpulkan dengan berbaagai cara, aanatara lain dengan


observasi (pengamatan) ,daftar pertanyaan atau kuessioner berupa angket,
wawancara interview dan dengan memanfaatkaan data yang telah
dikumpulkan oleh para peniliti terdahulu.

1. Observasi (pengamatan)

Dengan cara observasi atau pengamatan ini kita pergike lapangan


langsung mengamati data yang di inginkan dan mencatatnyaa sehingga
data tersebut dapat dikumpulkan.

2. Kuessioner

Angket ini merupakan sekelompok pertanyaan tentang data yang di


inginkan, yang di susun secara tertulis. Pertanyaan ini akan dijawab oleh
orang-orang yang akan di minta keterangannya. Ada 3 macam angket yaitu
berstruktur , tak berstruktur dan pilihan jamak. Pada bentuk berstruktur
jawaban pertnyaan hanya Ya atau Tidak. Jadi datanya objektif dan dapat
diolah secaara statistik. Pada bentuk tak berstruktur , jawaban pertanyaan
boleh bebas. Jadi pertanyaan bersifat terbuka. Dalam hal ini tidak dapat
dinilai secara objektif. Kuessioner biasanya diberikan kepada orang-orang
yang akaan dimintai keteranganya cukup anyak aatau jaauh tempatnya.

3. Wawancara

Pada wawancara juga menginginkan pertanyaan-pertanyan secara


langsung tapi pelaaksanaanya secara lisan sedangkan padaa angket,
jawabanya secra tertulis. Pencaataatan jawaban oleh pewawancara
biasanya dilaksanakan paada waktu wawancara berlangsung. Namun
demikian tidak tertutup kemungkinan pencatatan jawabanya setelah
wawancara selesai bagi terlupa mencatatnya. Pembulatannya atau
penyederhanaan data-data menjadi satu kumpulan nilai dilakukan untuk
memudahkan kita dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan setelah
data-data itu diolah dan diipelaajari(diperiksa) dengaan cukup teliti.
Kumpulan data tersebut disajikan dalam bentuk daftar yang dinamakn
daftar baariss lajur atau dalam bentuk daftar sebran frekuensi.

B. Penyajian data

Data yang diperoleh dari hasil pengamaatan perlu disajikan dengan


maksud agar dapat dengan cepat dilihat dan dibaca. Sekelompok data
dapat disajikan dalam bentuk:

1. Daftar

2. Piktogram

3. Diagram batang

4. Diagram baris

5. Diagram lingkaran

6. Histogram, poligon dan ogive

Berikut uraiannya:

1. Daftar atau Tabel

Perhatikan data berikut ini:

Menurut kantor yayasan perguruan kenangan medan T.P 1995/1996


jumlah siswa SD=200 orang, SMP=250 oraang (laki-laki=105 orang,
perempuan 145 orang), SMA=150 orang (laki-laki=62 orang , perempuan
88 orang). Dataa diatas dapat disajikan dalam bentuk daftar sebagai berikut:
BANYAK SISWA PADA YAYASAN KENANGAN
PERGURUAN KENANGAN MEDAN
MENURUT TINGKAT DAN JENIS KELAMIN
T.P. 1995/1996
Jenis SD SM SM Jumla
kelamin P A h
Laki-laki 72 105 62 239
peremp 12 145 88 361
uan 8
Jumlah 20 250 150 600 Ketentuan
untuk 0 membuat
daftar (tabel)

1. Apa judul daftar, ditulis ddi tengah-tengah bagian atas semuanya


dalaam huruf kapital

2. Judul kolom di tulis singkat dan jelas

3. Sumber mana data itu di kutip

2. Piktogram

Piktogram adalah suaatu bagan yang menampilkan besarnya data


dengan menggunakan gambar-gaambar atau lambang-lambang yang
mewakili sejumlah benda tertentu.
Contoh: penduduk negara X mulai tahun 1991 s.d. 1994
adalahsebagai berikut: tahun 1991=350 juta orang; tahun 1992=400 juta
orang; tahun 1993=450 juta orang; tahun 1994=500 juta orang. Bila data
diatas digambarkan dengan diagram lambang (piktogram), maka diagram
lambang (piktogram) adalah:

Tabel. 5.2 keadaan penduduk


PENDUDUK NEGARA “X’’ MULAI TAHUN 1991 S.D
1994
TAHUN 1991 XX XX XX X
TAHUN 1992 XX XX XX XX
TAHUN 1993 XX XX XX XX X
TAHUN 1994 XX XX XX XX XX
Keterangan: XX mewakili 100 juta orang
X mewakili 50 juta orang
3. Diagram batang

Diagram batang adalah diagram yang menggambarkan sekelompok


data dengan memakai batang aattau balok-balok. Batang-bataang tersebut
dapat digambarkan sejajar dengan sumbu dataar (horizontal) atau sejajar
dengan sumbu tegak (vertikal) . perlu di ingat bahwa balok-balok atau
batang-batang tersebut harus sama besar, sedangkan tinggi batang tidak
perlu sama dan harus sesuai dengan banyaknya masing-masing komponen.
Contoh: kita akan menyayaajikan jumlah asben mahasisiw dalam satu
semester, seperti terlhat dibawah ini.

Tabel 5.3 Daftar Absen Mahasiswa Kelas A NIM 94

PGSD IKIP MEDAN semester 2 Tahun Kuliah 1994/1995

Bulan Absen mahasiswa


I 15
II 16
III 14
IV 13
V 17
VI 10

Dengan diagram batangnya dapat digambarkan sebaagai berikut:


Absen Mahasiswa Kelas A NIM 94
PGSD IKIP MEDAN semester 2 Tahun Kuliah 1994/1995
18
16
14
12 Absen Mahasiswa
10
8
6
4
2
0
I II III IV V VI
Bulan Absen Mahasiswa

4. Diagram garis

Ada suatu rentetan peristiwa yang mengalami perubahaan yang terus-


menerus tidak putus-putusnya (kontinu) , misalnya peristiwa pemakain air
minum. Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM) Apabila perubahan
sekelompok data itu kontinu maka dalam periode tertentu dapat disajikan
dengan diagram batang ataau diagram garis. Pada diagram garis kurvanya
berbentuk garis seperti terlihat dibawah ini misalnya:
Tabel 5.4
BANYAKNYA AIR MINUM (dalam M3) YANG DIBUTUHKAN

KELUARGA RONALD TAHUN 1994


Bulan Banyakny
a Air
Januari 30
Februari 25
Maret 40
April 35
Mei 30
Juni 20
Juli 15
Agustus 40
September 25
Oktober 30
November 35
Desember 20
Diagram garisnya yaitu:

Chart Title
Banyaknya air minum (dalam M3) yang dibutuhkan
100% keluarga Ronald
90%
45
80%
40
70%
35
60%
30
50%
25
40%
20
30%
15
20%
10
10%
5 0%
ar
i ri
ar
et ri l ei ni Ju
li
tu
s
be
r er be
r
be
r
u ua Ap M Ju us to
b
an br M em Ok
m em
J Fe Ag pt ove s
Se N De

Col umn2
Bulan

5. Diagram lingkaran

Untuk membuat diagram lingkaran, gambarkan sebuah lingkaran, lalu


dibagi-bagi menjadi beberapa sektor. Tiap sektor melukiskan kategori data
yang terlebih dahulu diubah kedalam derajat. Dianjurkan titik pembagian
mulai dari titik tertinggi lingkaran. Diagram lingkaran ini sering digunakan
untuk melukiskan data atribut.

Contoh:

Kita ambil dalam data tentang biaya tiap bulan. Terlebih dahulu tiap
nilai data diubah kedalam derajat. Pos A, misalnya menjadi

28 18
×360o =100, 8o dan Pos B ¿ ×360O =64, 8O . Lainyya dihitung dengan
100 100
cara yang sama dan didapat untuk Pos C ¿ 50,4O Pos D ¿ 79,2O Pos E
¿ 36O dan Pos F ¿ 28, 8O . Dengan teliti sudut-sudut tersebut digambarkan
dalam sebuah lingkaran. Hasilnya dapat dilihat dalam gambar berikut.

DAFTAR BIAYA TIAP BULAN DIDAERAH A (DALAM %)


KEPERLUAN BIAYA
UNTUK (%)
Pos A 28
Pos B 18
Pos C 14
Pos D 22
Pos E 10
Pos F 8
Jumlah 100

Column1
8.00%
Pos A
10.00% 28.00% Pos B
Pos C
Pos D
Pos E
22.00% Pos F

18.00%

14.00%

6. Histogram dan poligon frekuensi


Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar distribusi
frekuensi menjadi diagram , seperti biasa dipakai sumbu mendatar untuk
menyaatakan kelas interval dan sumbu tegak untuk menyatakan frekuensi
baik absolut maupun relatif. Yang dituliskan pada sumbu datar adalah batas-
batas kelas interval. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini
sisi-sisi batang berdekatan harus berinpitan.

DAFTAR NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA

Nilai Ujian Banyak Mahasisiwa


(f)
31-40 2
41-50 3
51-60 5
61-70 14
71-80 24
81-90 20
91-100 12
Jumlah 80

Sekarang, tengah-tengah tiap sisi atas yang berdekatan kita


hubungkan dengan sisi terakhir dihubungkan dengan setengah jarak kelas
interval pada sumbu datar. Bentuk yang dinamakan poligon frekuensi. Untuk
ini lihat gambar III ( 2 )

Ogive

III (3)

C. Ukuran Pemusatan Data


Ukuran pemusatan data, yang meliputi di antaranya nilai rata-rata, median, modus,
standar dan deviasi, akan memberikan kepada kita satu informasi penting dan sangat bermakna
dengan cepat ringkas.
a. Rata-Rata (Mean)

1) Rata-rata hitung untuk data tunggal


Rata-rata hitung untuk data tunggal dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh
nilai dan membaginya dengan banyaknya data. Rata-rata hitung untuk data tunggal dirumuskan
dengan:
x 1 + x 2+ x3 + …+ x n
x́=
n
Atau

n
x́=∑ i
i=1

Keterangan:

x́=rata−rata

∑ i= jumlah seluruhdata
i=1

n=banyaknya data

2) Rata-rata hitung untuk data berkelompok

x́=
∑ f i xi
∑ fi
b. Median

1) Median untuk data tunggal

Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan. Median dilambangkan Me. Untuk
menentukan nilai Median data tunggal dapat dilakukan dengan cara:

a) Mengurutkan data kemudian dicari nilai tengah,


b) Jika banyaknya data besar, setelah data diurutkan, digunakan rumus:

x 1 + x 2+x 3 +…+x n
M e=
2

2) Median untuk data kelompok

Jika data yang tersedia merupakan data kelompok, artinya data itu dikelompokkan ke dalam
interval-interval kelas yang sama panjang. Untuk mengetahui nilai mediannya dapat ditentukan
dengan rumus berikut ini.

1
M e =L+ P
2
( )
n−F
f

Keterangan:

L = tepi bawah kelas median

P = panjang kelas

n = banyaknya data

F = frekuensi kumulatif kurang dari sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

c. Modus

Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua
modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal.
Modus dilambangkan dengan Mo.

1) Modus data tunggal

Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan frekuensi tertinggi.

Perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh:
Tentukan modus dari data di bawah ini.

2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10

Jawab:

Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.

2) Modus data kelompok

Modus data kelompok dirumuskan sebagai berikut:

d1
M o=L+ P
d1 +d 2

Keterangan:

L = tepi bawah kelas modus

P = lebar kelas

d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya

d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya

d. Kuartil (Q)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa median membagi data yang telah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak. Adapun kuartil adalah membagi data yang
telah diurutkan menjadi empat bagian yang sama banyak.

1) Kuartil data tunggal

Urutkan data dari yang kecil ke yang besar, kemudian tentukan kuartil dengan rumus sebagai
berikut:

n+1
letak Q1 :
4

2 ( n+1 )
letak Q 2 :
4

3 ( n+1 )
letak Q3 :
4
2) Kuartil data kelompok

Nilai kuartil data kelompok dirumuskan sebagai berikut.

1
Q1=L+ P
4
( )
n−F
f

1
Q2=L+ P
2
( )
n−F
f

3
Q3=L+ P
4
( )
n−F
f

Keterangan:

Qi = kuartil ke-i (1, 2, atau 3)

L = tepi bawah kelas kuartil ke-i

P = lebar kelas

n = banyaknya data

F = frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas kuartil

f = frekuensi kelas kuartil

e. Persentil

Persentil adalah niilai yang membagi data menjadi seratus bagian yang sama setelah data
disusun dari yang terkecil sampai terbesar.

1) Persentil untuk data tunggal


i
P i= ( n+1)
100

2) Persentil untuk data berkelompok

r i−F
Pi=L+ P ( f )
Keterangan:

L = tepi bawah kelas Pi

P = panjang kelas

ri = r% dari n

F = jumlah frekuensi sebelum kelas Pi

F = frekuensi kelas Pi

D. Ukuran Penyebaran Data


Ukuran pemusatan yaitu mean, median dan modus serta yang lainnya, merupakan
informasi yang memberikan penjelasan kecenderungan data sebagai wakil dari beberapa data
yang ada. Adapun ukuran penyebaran data memberikan gambaran seberapa besar data menyebar
dari titik-titik pemusatan.

1. Jangkauan (Range)

Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan (range) atau
rentangan nilai, yaitu selisih antara data terbesar dan data terkecil.

1) Range data tunggal

Untuk range data tunggal dirumuskan dengan:

R=x maks−x min

Contoh :

Tentukan range dari data-data di bawah ini.

6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20

Jawab:

Dari data di atas diperoleh xmaks = 20 dan xmin = 3

Jadi, R = xmaks – xmin

= 20 – 3 = 17

2. Simpangan Rata-Rata (Deviasi Rata-Rata)

Simpangan rata-rata suatu data adalah nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan nilai
rataan hitung.

1) Simpangan rata-rata data tunggal

Simpangan rata-rata data tunggal dirumuskan sebagai berikut.

n
SR=∑|x 1− x́|
i= I

n
Keterangan:
SR = simpangan rata-rata
x = nilai rata-rata
xi = data ke-i
n = banyaknya data
2) Simpangan rata-rata data kelompok

Simpangan rata-rata data kelompok dirumuskan:

SR=
∑ f i|x 1−x́|
∑ fi

3. Simpangan Baku (Deviasi Standar) dan Ragam

Sebelum membahas simpangan baku atau deviasi standar, perhatikan contoh berikut.
Kamu tentu tahu bahwa setiap orang memakai sepatu yang berbeda ukurannya. Ada yang
berukuran 30, 32, 33, ... , 39, 40, dan 41. Perbedaan ini dimanfaatkan oleh ahli-ahli statistika
untuk melihat penyebaran data dalam suatu populasi. Perbedaan ukuran sepatu biasanya
berhubungan dengan tinggi badan manusia. Seorang ahli matematika Jerman, Karl Ganss
mempelajari penyebaran dari berbagai macam data. Ia menemukan istilah deviasi standar untuk
menjelaskan penyebaran yang terjadi. Saat ini, ilmuwan menggunakan deviasi standar atau
simpangan baku untuk mengestimasi akurasi pengukuran. Deviasi standar adalah akar dari
jumlah kuadrat deviasi dibagi banyaknya data.

1) Simpangan baku dan ragam data tunggal

Simpangan baku/deviasi standar data tunggal dirumuskan sebagai berikut.


n

∑ ( x i− x́ )2
i=I
S=
n

Ragam data tunggal dirumuskan sebagai berikut.

∑ ( x i−x́ )2
S 2= i=I
n
2) Ragam dan Simpangan baku data kelompok Ragam dan Simpangan baku (s) data kelompok

dirumuskan sebagai berikut.


2
( ∑ f i xi )
∑ f i xi −2

S=
∑ fi
∑f i
−1

2
2 ( ∑ f i xi )
∑ f i xi −
S=
2 ∑ fi
∑ fi −1

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Simple nature. 2016. MIPA Metode Pembelajaran Statistik Kelas XI,
http://simplenatureon.blogspot.com/2016/05/mipa-metode-pembelajaran-statistik.html?m=1,
diakses pada tanggal 13 November 2019 pukul 21.46.
KELOMPOK 8
PEMBELAJARAN ALJABAR

2.1 Pengertian Dasar Aljabar

A. Dari Aritmatika ke Aljabar

Dalam aritmetika dikenal dua operasi biner (operasi antara dua bilangan) dasar
beserta inversnya, yaitu: ”Penjumlahan dan Pengurangan” dan ”Perkalian dan
Pembagian”.

Dalam suatu operasi hitung, penjumlahan dan pengurangan dilakukan ”sesuai


urutan” bilangan yang dioperasikan. Dikatakan bahwa penjumlahan dan pengurangan
“sama kuat”. Demikian pula, perkalian dan pembagian sama kuat, namun perkalian dan
pembagian didahulukan (“lebih kuat”) daripada penjumlahan maupun pengurangan.

Di samping itu, perpangkatan dan penarikan akar merupakan operasi bilangan


terhadap diri sendiri (operasi unar). Dalam melakukan perhitungan dengan operasi
hitung campuran, perpangkatan dan penarikan akar memiliki kekuatan yang sama pula,
dan merupakan operasi yang lebih kuat daripada keempat operasi yang telah disebut
sebelumnya.

Di samping operasi-operasi tersebut, “sepasang tanda kurung” merupakan


lambang yang mengingatkan bahwa operasi yang ada di dalamnya harus dilakukan
terlebih dahulu, mendahului keenam operasi yang disebutkan di atas. Jika ada lebih dari
satu pasang tanda kurung, maka yang dioperasikan terlebih dahulu adalah operasi
dalam pasangan kurung paling dalam. Operasi pembagian yang dinyatakan dengan
adanya pembilang dan penyebut setara dengan adanya tanda kurung ini.

Contoh

a. 10 – 2 + 7 = 8 + 7 = 15;

b. 10 + 2 ´ 3 = 10 + 6 = 16, bukan 12 ´ 3 = 36 seperti yang dihasilkan pada


kalkulator basic/sederhana;
c. 10 – 2 + 3 = 8 + 3 = 11, bukan 10 – 5 seperti pernah diberlakukan;

d.  32 = 2  9 = 18, bukan 62
Yang perlu diingatkan kepada siswa adalah, bahwa “3” dan
“x” atau “a”, semuanya merupakan simbol atau lambang bilangan,
bukan lambang benda. Mengoperasikan bilangan yang
dilambangkan dengan huruf tidak jauh berbeda dengan yang telah
dimiliki pengalamannya oleh siswa dalam operasi bilangan yang
dilambangkan dengan angka.

Aljabar akan dikuasai siswa hanya bila konsep-konsep dasar


aritmetika dikuasai dengan baik dan penjelasan mengenai konsep
maupun kesepakatan dilatarbelakangi dengan pengalaman belajar yang
dimiliki siswa atas hal-hal yang fundamental. Memang penting bagi siswa
untuk dengan dapat cepat menentukan hasil operasi bilangan, misalnya
12 ´ 25. Bukan menghafal, tetapi memahami bahwa 12 ´ 25 = 3 ´ (4 ´ 25)
= 300 jauh lebih penting untuk pengembangan penalarannya.

B. Beberapa Pengertian Dasar Aljabar

Belajar aljabar dapat dipandang sebagai belajar bahasa simbol dan


relasi antar bilangan. Jadi perlu dipahami konsep dan kesepakatan-
kesepakatan dasar yang digunakan dalam bahasa matematika, yaitu aljabar.
Berikut ini beberapa hal yang perlu dipahami oleh siapapun yang belajar
aljabar.

1. Variabel
a) Pengertian
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan
yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel
disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil a, b, c, ... z. Variabel (peubah) adalah
sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol yang mewakili
(menunjuk pada; designate) sebarang anggota pada suatu himpunan
semesta.

Jika dalam pembelajaran aljabar di SMP yang dibahas, atau


semestanya, adalah bilangan, maka dapat dinyatakan bahwa variabel
adalah simbol (atau gabungan simbol) yang menunjuk pada sebarang
bilangan dalam himpunan semestanya.

b) Masalah dan Alternatifnya


Salah satu sumber penyebab kesulitan siswa dalam aljabar adalah
masalah interpretasi terhadap huruf. Salah satu kesalahan persepsi
yaitu bahwa huruf dipandang sebagai objek, bukan mewakili bilangan,
dan huruf juga sering dianggap melambangkan satu bilangan tertentu.

Sering terjadi pula, kesulitan interpretasi disebabkan kurang


pahamnya siswa atas kesepakatan-kesepakatan (konvensi). Sebagai
contoh 5 + 5 = 2 ´ 5 = 10. Tetapi mengapa p + p hanya ditulis 2p, tidak
selalu 2 ´ p? Jika 34 dapat berarti 30 + 4, mengapa 3p mempunyai
makna lain?

Pencecaran (drill) diperlukan dalam memahami berbagai materi


pembelajaran (Cooney, Davis, dan Henderson, 1975: 174), termasuk
fakta antara lain yang berupa kesepakatan. Misalnya, berapakah nilai
dari :

(i) x + 2 (iii) 2x (v) 2x2

(ii) 2 – x (iv) x2 vi) –x2

untuk x = 2, 3, 4, 5, 2 ½ , –1, –2, – 3, dan -2 ½

Kemudian dilanjutkan dengan adanya dua (atau lebih variabel). Sebagai


contoh siswa diminta untuk menentukan nilai dari:

(i) x + y (iii) 2x + y (v) x2 + y2


(ii) xy (iv) 2(x + y) (vi) (x + y)2

untuk x = 2, y = 3; x = 4, y = 5; x = 5, y = –3; dan x = –3, y = 5.

Jika kita ingin membelajarkan variabel kepada siswa secara


kontekstual dan mengaitkan misalnya variabel a itu dengan apel
(dalam semesta himpunan bilangan cacah), maka bukan digambarkan
a sebagai apel, melainkan dapat dipilih menggambarkan a sebagai
sejumlah apel dalam satu kotak berbentuk kubus atau harga a buah
apel. Pada konteks lain mungkin a menyatakan harga sebuah apel.
Dengan kotak berbentuk kubus itu yang menggambarkan a, atau a
sebagai harga sebuah apel.

2a menggambarkan dua kotak apel (ukuran kotaknya sama),


sehingga jika satu kotak berisi 100 buah apel (yang berukuran
sama), dalam dua kotak itu seluruhnya ada 2  100 buah apel
(atau dari 100 + 100).

Demikianlah maka dengan tanya jawab diharapkan siswa paham

bahwa:

3a digambarkan dengan :

4a digambarkan dengan :

a2 digambarkan dengan : . . .

sebanyak a kotak

Jika a bernilai 10, maka gambarannya adalah:

sebanyak a (= 10) kotak masing-masing


berisi 10 (apel) Isi seluruhnya
adalah 10  10 = 100
Jika kotaknya dibuka dan isinya dikeluarkan, isinya dapat ditata
seperti berikut.

Jadi, dalam menghitung a2 dalam konteks apel seperti di atas dapat


digambarkan dengan menata apel tersebut sebanyak a ke arah kiri-
kanan dan juga sebanyak a ke arah belakang.

·
···
···
··

···

Selanjutnya, a3 dengan a = 10 (buah apel) dapat digambarkan


seperti gambar di bawah ini. Perhatikan, bahwa a menyatakan
banyak apel dan bukan buah apelnya sendiri!
Bagaimana tentang
b ?

Siswa dapat diberikan gambaran bahwa jika b bernilai 64, dapat


digambarkan adanya 64 buah bola yang ditata sama banyak ke
kedua arah, mendatar (kiri-kanan) dan ke belakang, masing-masing
sebanyak 8 bola ke kiri-kanan dan 8 bola ke belakang.

menggambarkan banyak bola ke satu arah.

3b
Bentuk dengan b = 64 dapat digambarkan berupa 64 buah bola yang
ditata ke arah mendatar, belakang, dan arah tegak sama banyak. Itu terjadi
b
jika penataannya sebagai berikut.

Jadi dengan b = 64, √3 b=4 , karena banyak bola yang sama ke setiap
arhanya adalah 4.

Yang sangat penting dan perlu ditekankan adalah bahwa dalam hal
yang dipelajari ketika SMP, variabelnya bukan benda melainkan
bilangan yang menyatakan banyaknya atau ”nilai” bendanya.

2. Konstanta
Konstanta adalah sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol
yang mewakili (menunjuk pada; designate) anggota tertentu pada suatu
semesta pembicaran.
Huruf-huruf a, c, dan k dapat digunakan untuk menyatakan sebuah
konstanta. Misalnya dalam bentuk aljabar ax2 + bx + c, huruf a, b, dan c
menyatakan bilangan tertentu. Jadi, a, b, dan c merupakan konstanta.

Untuk menuliskan berbagai konstanta yang termuat dalam bentuk


aljabar tertentu, seringkali digunakan “indeks”, misalnya: a1, b1, c1, a2,
b2, c2, a3, b3, dan c3 adalah konstanta dalam: a1x2 + b1x + c1 , a2x2 + b2x +
c2, dan a3x2 + b3x + c3.

3. Ekspresi Bentuk Aljabar


Simbol-simbol, baik berupa angka maupun huruf dapat digunakan
untuk melambangkan bilangan. Pada bilangan, dapat dikenakan
operasi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
perpangkatan, maupun penarikan akar. Oleh karena itu, lambang
operasi hitung dapat dikenakan pada konstanta maupun variabel.

(1) Operasi Bentuk Aljabar


Operasi penjumlahan dan pengurangan pada
bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan
memanfaatkan sifat komutatif, asosiatif dan
distributif dengan memerhatikan suku-suku yang
sejenis.
Contoh:

Tentukan hasil penjumlahan 3 x2 −2 x +5 dengan


2
x + 4 x−3 !
Penyelesaian :
( 3 x 2−2 x +5 ) + ( x2 + 4 x−3 )
2 2
¿ 3 x −2 x +5+ x + 4 x−3
2 2
¿ 3 x + x −2 x+ 4 x +5−3 (kelompok suku-
suku sejenis)
2
¿ ( 3+1 ) x + (−2+4 ) x +(5−3) (sifat distributif)
2
¿ 4 x +2 x+2
Jika a,b dan c bilangan bulat maka berlaku
a ( b+ c )=ab+ ac . Sifat distributif ini daapt
dimanfaatkan untuk menyelesaikan operasi perkalian
pada bentuk aljabar.34

Contoh:
Jabarkan bentuk perkalian berikut

2(3 x− y )

Penyelesaian :
2 (3 x− y )=2× 3 x+2 ×(− y)
¿ 6 x−2 y
(2) Suku
Komponen dalam bentuk aljabar adalah suku (term). Suku
dapat berupa sebuah konstanta, sebuah variabel, atau hasil
kali/pangkat, penarikan akar konstanta maupun variabel, tetapi
bukan penjumlahannya. Jadi, masing-masing suku merupakan
bentuk aljabar yang lebih sederhana dari bentuk aljabar yang lebih
kompleks.
Contoh :
Nyatakan 12 sebagai penjumlahan 3 bilangan asli berbeda !
Penyelesaian :
12 = 5 + 1 + 6
(3) Suku Sejenis

5xy, –7xy, dan 15xy adalah contoh dari suku sejenis, yaitu suku
yang lambang variabelnya dalam bentuk huruf, sama, baik macam
maupun pangkatnya. Bentuk aljabar xy dengan x2y bukan suku sejenis.
Demikian juga x2y dengan xy2.

Contoh :

34 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
(i) 5xy – 7xy +15xy = (5 – 7 + 15)xy = 13xy dan
(ii) 2a + 6b + 3a – 4b = (2 + 3)a + (6 – 4)b = 5a + 2b.

4. Suku Banyak (Polinom)


Bentuk-bentuk aljabar berikut ini merupakan polinom dalam satu variable :

5x2, 8a, 2x, 2x + 3, 5a4 – 3a2

Bentuk-bentuk aljabar berikut adalah polinom dalam beberapa variabel:

5x – xy2 + 7y, 9xy2 – 4x3z + 2x4y2 + 12

5. Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu
suku pada bentuk aljabar. Bagian konstanta dari suku-suku yang
memuat (menyatakan banyaknya) variabel disebut koefisien variabel
yang bersangkutan. “Banyaknya variabel” di sini bukan bermakna
banyaknya objek (yang bermakna penjumlahan), melainkan bermakna
“banyaknya bilangan” dari variabel tersebut yang juga lambang
bilangan, sehingga koefisien dan variable yang bersangkutan berada
dalam konteks operasi perkalian.

Dalam 5x2 + 3x + xy – 4y – y2 – 7, koefisien dari x2 adalah 5,


koefisien dari 3x adalah 3, koefisien dari xy adalah 1, koefisien dari y
adalah –4, dan koefisien dari y2 adalah –1. Karena –7 adalah suku yang
tidak terkait langsung dengan variabel manapun, maka tidak ada
koefisien dalam suku ini.

6. Faktor
Dalam semesta himpunan bilangan cacah, faktor suatu
bilangan adalah pembagi bulat (dalam hal ini bilangan asli) dari
bilangan tersebut.

12 = 1 x 12, maka 1 dan 12 masing-masing adalah faktor bilangan dari 12.


12 = 2 x 6, maka 2 dan 6 masing-masing adalah faktor bilangan dari 12.

12 = 3 x 4, maka 3 dan 4 masing-masing adalah faktor bilangan dari 12.35

Bentuk aljabar 3a memiliki faktor-faktor, yaitu 3


dan a . Faktor 3 disebut faktor angka atau faktor
numerik. Faktor ini sering disebut juga koefisien dari a .
Faktor a disebut faktor huruf atau faktor alfabetik.

2
3 p q=3 × p × p × q

3 : faktor numerik

p
2
: faktor huruf

q : faktor huruf

Jadi, faktor dari 3 p2q adalah 3 , p2 , dan q . Pada

p2 , bilangan 2 disebut pangkat atau eksponen. 36

7. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat (kalimat deklaratif; kalimat berita) yang
bernilai benar saja atau salah saja (tetapi tidak sekaligus benar dan salah).
Kebenaran pernyataan mengacu pada kecocokan pernyataan itu dengan
keadaan sesungguhnya.

Contoh:

(1) Hasil penjumlahan 3 dan 7 adalah 10 (bernilai benar). Pernyataan di atas


secara singkat dapat ditulis sebagai: 3+ 7 = 10 (contoh kesamaan yang
bernilai benar)

35 Al Krismanto – KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN ALJABAR DI KELAS VII SMP

36 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
(2) 3 + 5 < 10 (bernilai benar, contoh ketidaksamaan)
(3) 25 : 7 = 3 (pernyataan bernilai salah)

C. Kalimat Terbuka
Kalimat Terbuka adalah kalimat yang memuat variabel, dan jika
variabelnya diganti dengan konstanta akan menjadi sebuah pernyataan
(yang bernilai benar saja atau salah saja). Kebenaran pernyataan tersebut
dinilai dari kebenaran relasi yang dinyatakan dalam kalimatnya. Kalimat
terbuka yang dimaksud adalah persamaan dan pertidaksamaan.
1. Persamaan

Persamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan relasi “sama


dengan” (lambang: “=”). Persamaan dapat dinyatakan pula sebagai dua
bentuk aljabar yang dihubungkan dengan tanda “=”. Secara umum,
persamaan berbentuk A1  A2 (A merupakan bentuk aljabar), dengan paling

sedikit satu di antara A1 dan A2 memuat variabel. Dalam hal ini, A1 disebut
ruas kiri dan A2 disebut ruas kanan persamaan tersebut. Jika A1 dan A2
keduanya ekuivalen dan tidak memuat variabel, persamaan tersebut
dinamakan kesamaan. Persamaan yang bernilai benar untuk setiap variabel
anggota domainnya disebut identitas. Sebagai contoh, (x + y)2 = x2 + 2xy + y2
adalah identitas, karena untuk setiap penggantian x dan y dengan sebarang
bilangan real, pernyataan yang diperoleh selalu bernilai benar.

Contoh: Bentuk aljabar/bukan persamaan

Persamaan 2x – 7

2x – 7= 9

2x2 + 7x – 22 2x2 + 7x = 22
2. Pertidaksamaan

Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda relasi <, >,
 , , atau . Dalam masalah aljabar, biasanya pertidaksamaan terkait dengan
empat lambang pertama.

3. Penyelesaian Kalimat Terbuka


Penyelesaian kalimat terbuka dengan satu variabel adalah konstanta
(atau konstanta-konstanta) anggota daerah definisinya, yang jika digantikan
(disubstitusikan) pada variabel dalam kalimat itu, kalimat terbuka semula
menjadi pernyataan yang bernilai benar. Penyelesaian persamaan disebut
juga akar persamaan. Pada pertidaksamaan, selain berupa bilangan
tunggal, penyelesaiannya dapat berupa sejumlah bilangan dalam interval
tertentu.

Contoh:

Untuk domain himpunan bilangan real, pada persamaan 2x + 6 = 0,

(1) 3 adalah penyelesaian, karena 2(–3) + 6 = 0 bernilai benar.

(2) bukan penyelesaian, karena 2(3) + 6 = 0 merupakan


pernyataan bernilai salah.

Untuk domain himpunan bilangan nonnegatif, 2x + 6 = 0 tidak mempunyai


penyelesaian. Meskipun –3 memenuhi, tetapi karena –3 bukan anggota
domain, maka bukan penyelesaian.

4. Himpunan Penyelesaian

Himpunan penyelesaian suatu kalimat terbuka adalah himpunan semua


penyelesaian kalimat terbuka tersebut.

2.2 Menyusun Model Matematika Aljabar

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk


pencacahan dan pengukuran atau lebih mudahnya bilangan adalah suatu
sebutan untuk menyatakan jumlah atau banyaknya sesuatu.
A. Menyusun Bentuk Aljabar Sederhana
Dalam memecahkan masalah matematika salah satu
kuncinya adalah keberhasilan penyusunan model
matematikanya.
1. Langkah Awal
Sebelum memuat kompetensi siswa tentang dasar-dasar
operasi aljabar, perlu dilakukan adanya pendahuluan
mengingatkan operasi yang berlaku dalam aritmatika.
2. Alternatif Menyusun Bentuk Aljabar dari Masalah Verbal
Masalah verbal yang sering dikeluhkan siswa pada
umumnya adalah masalah yang sering muncul pada
soal-soal terapan dibagian akhir soal-soal suatu pokok
bahasan
3. Pembelajaran Menyusun Bentuk Aljabar dari Masalah
Verbal
Agar kompeten dalam membuat model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan tidak serta-merta membuat model dari
situasi yang sudah kompleks. Seperti contoh menyusun
bentuk aljabar dari masalah verbal pada butir 2 KB ini.
contoh
a. 2 kali sebuah bilangan ditambah 3
b. 50 ekor ayam siti mati beberapa ekor
4. Alternatif kegiatan Menyusun Kalimat Terbuka dari
Masalah Verbal
Sebelum siswa terbiasa dengan soal-soal cerita yang
memuat sejumlah kalimat sehingga menjadi soal yang
tersaji dalam 5-10 baris, setelah mengenal bentuk
aljabar seyogyanya siswa dilatih menerjemahkan
kalimat biasa yang cukup sederhana menjadi kalimat
matematika.
Contoh
a. Umur Ali 3 tahun lebihnya dari umur Budi
b. Daya tampung gedung itu tidak lebih dari 3000
orang.

B. Langkah menyelesaikan masalah verbal


1. Pilihlah sebuah Variabel
2. Susunlah bentuk-bentuk Aljabar
3. Susunlah model matematikanya
4. Selesaikanlah kalimat terbuka atau model
matematikanya
5. Nyatakan jawaban sesuai yang ditanyakan pada
masalah itu
6. Periksa kebenaran jawaban dengan mengembalikannya
kepersoalan awal

C. Menyusun model dan menyelesaikan masalah


Contoh
Empat tahun yang lalu umur seorang bapak 5 kali umur
anak pertamanya. Tiga tahun mendatang umur bapak itu
tiga kali umur anak pertama tersebut. Berapa tahun lagi
umur bapak tersebut setengah abad
Penyelesaian:
1. Memilih variabel
Misalkan umur anak sekarang a tahun dan umur
bapaknya b tahun.
2. Menyusun bentuk aljabar
Membuat diagram atau sketsa situasi berdasar umur
sekarang

4 tahun yang sekara 3 tahun


lalu ng sekarang
Anak a
bapa b
k

Setelah dilengkapi dengan menggunakan 4 tahun yang lalu


dan 3 tahun yang akan datang, diagramnya yang memuat
bentuk aljabar adalah sebagai berikut. (urutan pengisian
sesuai arah anak panah).

4 tahun yang Sekara 3 tahun


lalu ng mendatang
Anak a−4 ← a→ a+3
Bap b−4 ← b→ b+3
ak
3. Menyusun model matematika
Dalam hal ini mencari hubungan (relasi) antara bentuk
aljabar.
Empat tahun yang lalu umur bapak 5 kali umur anak
pertamanya
b−4=5(a−4) (1)
Tiga tahun mendatang umur bapak itu tiga kali umur
anak pertamanya
b+3=3( a+3) (2)
Bentuk model matematika yaitu berapa suatu sistem
persamaan linier dengan dua variabel

{ b−4=5 ( a−4 ) … … … … … … …(1)


b+3=3 ( a+3 ) … … … … … … … (2)
4. Menyelesaikan kalimat terbuka (model matematika)-nya
b=5 a
b+7=3 a+ 21
−¿
−7=2 a−21 ↔ 2a=14 ↔ a=7
Atau b+7=3 ( a+7 ) ; b=5 a
Sehingga 5 a+7=3 a+21
↔2 a=14 ↔ a=7
Jika nilai a=7 disubstitusikan kepersamaan pertama,
diperoleh b=5× 7=35
Situasi sebennarnya adalah

4 tahun sekarang 3 tahun


yang lalu mendatang
Anak a=7 → a+ 4=7+ 4=11 a+7=7+7=14
Bap b=35→ b+ 4 b+7=35+7=42
ak

5. Menyatakan jawaban sesuai yang dinyatakan pada


masalah ini
Umur bapak itu sekarang 39 tahun. Jadi umur bapak itu
mencapai setengah abad 11 tahun mendatang
6. Pemeriksaan
4 tahun yang lalu umur ayah 35 tahun, sedangkan
anaknya 7 tahun. Pernyataan umur ayah 5 kali umur
anak bernilai benar.
3 tahun lagi umur ayah 42 tahun, sedangkan anak 14
tahun. Pernyataan umur ayah 3 kali umur anaknya,
benar.

2.3 Perbandingan

1. PERBANDINGAN SENILAI

Jika ada dua variabel x dan y , maka y dikatakan


berbanding senilai dengan x jika untuk setiap k berlaku
y=kx atau

x ↔ y ⇒ kx ↔ ky

x ↔ y ⇒ x :k ↔ y :k

2. PERBANDINGAN BERBALIK NILAI

Jika ada dua variabel x dan y , maka y dikatakan


berbanding berbalik nilai dengan x jika untuk setiap k

k
berlaku y= , atau
x

x ↔ y ⇒ kx ↔ y /k

x ↔ y ⇒ x :k ↔ y x k

1. Masalah Perbandingan Senilai

Dikenal ada tiga cara untuk menyelesaikan masalah yang


berkaitan dengan perbandingan senilai, yaitu dengan
perhitungan berdasar:

a. hasil kali; b. satuan; c. perbandingan

a. Perhitungan berdasar hasil kali

Sebagaimana dinyatakan di atas, jika suatu variabel di kolom


kiri diperbesar atau diperkecil n kali maka variabel yang
bersesuaian di kolom kanan akan diperbesar atau diperkecil n
kali juga.

x ↔ y ⇒ kx ↔ ky

x ↔ y ⇒ x :k ↔ y :k

Jadi, pada perbandingan senilai yang disajikan dengan tabel


seperti di atas, suatu baris bisa didapat dari baris lainnya
dengan cara mengalikan atau membagi dengan bilangan
yang sama. Sifat inilah yang menjadi dasar penyelesaian soal
berdasar hasil kali berikut.

Contoh. Buce adalah seorang tukang cat yang diminta


mengecat di rumah seorang pengusaha yang sedang
membangun rumah baru. Biasanya, dengan 5 liter cat merk
tertentu ia dapat mengecat dinding seluas 20 m2. Luas
dinding yang diminta kepadanya untuk dicat adalah 80 m2.
Pemilik rumah menyediakan 15 liter dengan merk yang sama
yang biasa digunakan Buce. Berlebih atau kurangkah
persediaan catnya?

Jawab:

Misalkan luas dinding yang dapat dicat adalah x m2 .

Soal di atas dapat diperjelas dengan diagram berikut.

Cat yang digunakan Luas dinding

5 ↔ 20

15 ↔ x

Karena 15 diperoleh dari mengalikan 5 dengan 3, maka x,


yaitu luas dinding yang dapat dicat dengan 15 liter tersebut
diperoleh dengan mengalikan 20 dengan 3. Jadi, diperoleh
gambaran:

Cat yang digunakan Luas dinding

5 20

x3 juga x 3

menjadi 15 x=20 x 3=60

2
Jadi, dengan 15 liter hanya dapat dicat seluas 60 m . Cat
yang disediakan kurang.

b. Perhitungan berdasar satuan

Perhitungan berdasar satuan ini banyak didasarkan pada


perhitungan berdasar hasil kali. Untuk menyelesaikan soal
berdasar satuan, maka dari yang diketahui, lebih dahulu
dicari nilai variabel untuk 1 satuan. Setelah itu, baru dikalikan
dengan variabel yang ditanyakan. Soal di atas dapat
diselesaikan dengan perhitungan berdasar satuan sebagai
berikut.

2
Misalkan luas dinding yang dapat dicat adalah xm .

Yang digunakan Luas hasil pengecatan

2
5 liter 20 m

↓dibagi 5 → dibagi 5 ↓

1 liter 4 m2

↓ kali 15 → dikali 15 ↓

2 2
15 liter x=15 x 4 m =60 m
2
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 m . Berarti
persediaan catnya kurang.

c. Perhitungan berdasar perbandingan

Perhitungan berdasar perbandingan ini menggunakan sifat


perbandingan senilai, yaitu perbandingan dua elemen.
Karena yang dapat dibandingkan adalah variabel dengan
satuan sama, maka situasi, jika dimisalkan luas dinding yang
2
dapat dicat adalah xm , maka dapat digambarkan seperti
berikut.

Cat yang digunakan Luas dinding

5 liter ←→ 20 m2

15 liter ←→ x m2

Jika dinyatakan x sebagai perbandingan diperoleh

15 20
= . Karena keduanya senilai, berarti
5 x

15 20
= ⇔5 x=15 x 20 ⇔ x=60 .
5 x

2
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 m . Berarti
persediaan catnya kurang.

2. Masalah Perbandingan Berbalik Nilai

Dikenal ada tiga cara untuk menyelesaikan soal-soal yang


berkait dengan perbandingan berbalik nilai yaitu perhitungan
berdasar:

a. hasil kali b. satuan c. perbandingan

Contoh.

Dari kota A ke kota B, sebuah kendaraan dapat


menempuhnya selama 6 jam
dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Jika jarak itu akan
ditempuhnya selama 5 jam saja, berapa rata-rata kecepatan
mobilnya?

Jawab:

a. Perhitungan berdasar hasil kali.

Untuk menempuh jarak tertentu, jika ingin menempuh dalam


waktu yang lebih pendek, tentu saja diperlukan kecepatan
yang lebih. Dengan demikian maka hubungan antara
kecepatan dan waktu tempuh merupakan perbandingan
berbalik nilai. Dengan demikian, kerangka penyelesaiannya
adalah sebagai berikut.

Misal kecepatannya x km/jam.

Kecepatan (km/jam) Waktu tempuh


(jam)

60 6

x 5

Jarak yang ditempuh sama, dan jarak itu merupakan hasil kali
kecepatan dan waktunya. dengan demikian maka: 60 x 6=x
x 5 ⇔ x=72 .

Jadi kecepatan yang diperlukan agar dapat ditempuh hanya


dalam 5 jam adalah 72 km/jam.

b. Perhitungan berdasar satuan

Soal yang sama pada cara 1 akan diselesaikan dengan cara 2.

Misal kecepatannya x km/jam.


Untuk menempuh 1 perjalanan dengan kecepatan 60 km/jam
diperlukan waktu 6 jam. Berarti, dengan kecepatan 1 km/jam

1
dan waktu 6 jam ditempuh perjalanan.
60

Dengan kecepatan 1 km/jam dan waktu 1 jam, ditempuh

1 1 1
x = perjalanan.
6 60 360

Secara umum, dengan kecepatan rata-rata x km/jam dan

1
waktu tempuh 1 jam, ditempuh x × perjalanan =
360

x
perjalanan, sehingga untuk 1 perjalanan diperlukan
360

360
waktu jam.
x

Karena waktu tempuhnya 5 jam berarti

360
5= ⇔ 5 x =360 ⇔ x=72
x

Jadi, dengan waktu 5 jam maka kecepatannya adalah 72


km/jam.

c. Perhitungan berdasar perbandingan

Masalahnya adalah:

Kecepatan (km/jam) Waktu


tempuh (jam)

60 6

x 5

Dengan alasan sama, masalahnya menyangkut


perbandingannya berbalik nilai, sehingga “arah
perbandingannya” berbalik seperti digambarkan di atas.
Diperoleh:

60 5
= ⇔ 5 x=360 ⇔ x=72
x 6

Jadi, kecepatan rata-ratanya 72 km/jam.37

37 Al Krismanto – KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN ALJABAR DI KELAS VII SMP


DAFTAR PUSTAKA

Krismanto, Al. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP. Yogyakarta :
PPPPTK Matematika

Sukino dan Wilson Simangunsong. 2006. MATEMATIKA untuk SMP Kelas VII.
Jakarta : ERLANGGA
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
KELOMPOK 9
PEMBELAJARAN ALJABAR

A. PENGERTIAN LOGIKA
Dalam mempelajari logika, kita tak bisa lepas dari penalaran, yang
diartikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argument. Banyak
pula yang mengartikan penalaran sebagai cara berpikir, yaitu penjelasan
dalam upaya menunjukkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan
sifat-sifat tertentu yang sudah diakui kebenarannya dengan menggunakan
cara-cara tertentu hingga mencapai suatu kesimpulan.
Secara etimologis, istilah “logika” berasak dari bahasa Yunani,
“logos”, yang berarti kata, ucapan, pikiran, atau bias juga mengandung arti
ilmu pengetahuan. Dalam arti luas, logika merupakan suatu metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah.
Dalam mengahadapi kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
senantiasa menggunakan akal pikiran dalam melakukan setiap kegiatan
yang penuh pemikiran dan pertimbangan. Kita harus memiliki pola piker
yang tepat, akurat, rasional, dan objektif. Pola berpikir seperti ini adalh
pola berpikir yang terdapat dalam logika.
Dilain pihak, mempelajari logika juga dapat memberikan nilai
praktis. Dengan menguasai prinsip-prinsipnya, kita akan sangat tertolong
untuk menjadi lebih efektif dalam mengenal dan menghindari kesalahan
bernalar yang dilakukan oleh orang lain, maupun yang dilakukan oleh diri
kita sendiri.
Beberapa kata penghubung logika matematika:

1. Konjungsi ˄ Dan
2. Disjungsi ˅ Atau
3. Implikasi => Jika . . . maka
4. Biimplikasi  Jika dan hanya jika

B. PENGERTIAN PERNYATAAN
Pernyataan harus dibedakan dari kalimat biasa. Tidak semua
kalimat termasuk ke dalam pernyataan. Pernyataan diartikan sebagai
kalimat matematika tertutup yang benar saja, atau salah saja, tetapi tidak
kedua-duanya dalam waktu yang bersamaan. Biasanya pernyataan
dinotasikan dengan huruf kecil, seperti: p, q, r, s, dan sebagainya.

Contoh Pernyataan:

p : semua monyet termasuk hewan menyusui.

q :3+2=7

r : semua makhluk hidup pasti akan mati

s : bilangan ganjil adalah bilangan yang tidak habis dibagi dua.

Contoh Bukan Pernyataan:

1. Kamu sudah makan?


2. Nonton, yuk!
3. 2x + 1 = 5
4. 25y – 3 = 17, dengan y adalah bilangan real

C. NILAI DAN TABEL KEBENARAN


Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan disebut nilai
kebenaran dari pernyataan tersebut. Nilai kebenaran suatu pernyataan p
ditulis (p). Jika benar, maka nilai kebenarannya B, dan jika salah nilai
kebenarannya S.
Table Kebenaran:

p q p^q p˅q p => q pq


B B B B B B
B S S B S S
S B S B B S
S S B S B B

D. PERNYATAAN GABUNGAN
Beberapa pernyataan dapat digabung dengan kata penghubung dan,
atau, tidak/bukan, serta variatifnya, yang selanjutnya disebut pernyataan
gabungan atau pernyataan majemuk atau compound statement.
Macam-macam pernyataan gabungan
1. KONJUNGSI
Konjungsi adalah pernyataan gabunngan dari dua pernyataan
dengan kata penghubung dan
Notasi-notasi konjungsi:
p ^ q, p × q, p.q, pq
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah konjungsi?
Konjungsi dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik seri:

Bila lampu A dan lampu B hidup maka aruss listrik dapat mengalir
dari kutup positif menuju negatif sebuah baterai, akibatnya kedua
lampu A dan B menyala/hidup. Bila lampu B dan lampu A hidup atau
sebaliknya, maka arus listrik tidak dapat mengalir menuju kutup
negatif baterai, akibatnya kedua lampu A dan B tidak menyala/mati.
Demikian juga lampu A dan B mati. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa konjungsi benar bila keduanya hidup, selain itu
salah.
Tabel Kebenaran Konjungsi

Contoh:
p =sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
dapat berbeda secara terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah
pernyataan benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
hanya dapat mengasumsikan nilai yang berlainan adalah pernyataan
yang benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan
dalam sistem digital adalah pernyataan yang salah
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk desain logika
adalah pernytaan salah.
Maka:
p^q adalah konjungsi yang benar karena p benar, q benar
q × r adalah konjungsi yang salah karena q benar, r salah
r.s adalah konjungsi yang salah karena r benar, s salah

2. DISJUNGSI
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
kata penghubung atau.
Notasi-notasi konjungsi:
p˅q,p+q
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah disjungsi?

Disjungsi dapat dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik yang


paralel.

Bila lampu A dan lampu B hidup maka arus listrik i dapat


bergerak/mengalir dari kutup positif ke kutup negatif sebuah
baterai, akibatnya lampu A dan B menyala.

Bila lampu A hidup dan lampu B mati (atau sebaliknya),maka


arus listriki masih dapat mengalir dari kutup positif ke kutup
negatif sebuah baterai. Akibatnya lampu yang hidup akan menyala
dan yang mati tidak menyala.

Bila lampu A dan B mati, maka arus listrik i tidak dapat


mengalir ke kutup negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa disjungsi salah bila kedua lampu mati, selain itu benar.
Tabel kebenaran disjungsi

Atau

Catatan:

Simbol tabel kebenaran yang biasa digunakan:

Benar = T,B,+,1

Salah = F,S,-,0

Contoh:

p = Keyboard adalah alat yang dapat digunakan untuk input


data kedalam komputer adalah pernyataan benar

q = Hardisk adalah alat yang menentukan kecepatan kerja


komputer adalah pernyataan salah.

r = Procesor alat yang berfungsi sebagai otak dari sebuah


komputer adalah pernyataan benar.
s = Windows XP adalah sistematika menulis buku adalah
pernyataan salah.

Maka:

p∨ q adalah disjungsi yang benar karena p benar, q salah

p∨ r adalah disjungsi yang benar karena p benar, r benar

q ∨ s adalah disjungsi yang salah karena q salah, s salah

3. IMPLIKASI
Jika suatu pernyataan p dan q digabungkan untuk membentuk
pernyataan majemuk dengan memakai kata hubunglogika “jika …
maka…” maka pernyataan majemuk yang terbentuk disebut Implikasi.
Perhatikan pernyataan berikut : jika memakai Microsoft Word
maka Windows adalah system oprasinya.
Microsoft Word merupakan syarat cukup bagi Windows,
sedangkan Windows merupakan syarat perlu bagi Microsoft Word,
artinya Microsoft Word tidak dapat digunakan tanpa Windows tetapi
Windows dapat digunakan tanpa Microsoft Word.
Contoh pernyataan diatas disebut pernyataan bersyrat atau
conditional statement.

Notasi implikasi :

p → q.

Dibaca antara lain :

 Jika p maka q.

 p berimplikasi q

 q hanya jika p

 p syarat cukup untuk q

 q syarat perlu untuk p .


Implikasi yang paling umum digunakan adalah yang pertama. Pada
implikasi p → q, p disebut antaseden (penyebab/alasan) dan q
disebut konsekuen.

Kebenaran Implikasi

 Jika Microsoft Word maka Windows system operasinya adalah


implikasi benar, karena keduanya buatan Microsoft.

Mengacu pada implikasi di atas maka :

 Jika Microsoft Word maka bukan Windows system operasiny


adalah pernyataan salah, karena system oprasi Microsoft Word
adalah Windows.

 Jika bukan Microsoft Word maka Windows system oprasinyanya


adalah pernyataan benar kerena aplikasi under Windows tidak
hanya Microsoft Word.

 Jika bukan Microsoft Word maka bukan Windows system


operasinya adalah pernyataan benar, karena aplikasi selaian
Microsoft Word, sistem oprasinya bias jadi bukan Windows.

TABEL KEBENARAN IMPLIKASI

p q p →
q
B B B
B S S
S B B
S S S

4. BIIMPLIKASI

Jika dua pernyataan p dan q digabungkan untuk membentuk


kalimat majemuk dengan kata hubung “… jika dan hanya jika…”
maka pernyataan majemuk yang terbentuk disebut Biimplikasi.

Perhatikan pernyataan berikut :


Microsoft Word jika dan hanya jika ingin membuat dokumen
dengan sistem operasi Windows.

Pernyataan tersebut disebut BIIMPLIKASI atau bicordational


statement.

Notasi biimplikasi : p ↔ q

Dibaca : p jika dan hanya jika q.

KEBENARAAN BIIMPLIKASI

 Microsoft Word jika dan hanya jika ingin membuat dokumen


dengan sistem operasi Windows adalah pernyataan benar.

Berdasarkan biimplikasi diatas maka :

 Microsoft Word jika dan hanya jika tidak membuat dokumen


dengan sistem operasi Windows adalah pernyataan benar.

 Bukan Microsoft Word jika dan hanya jika membuat dokumen


dengan sistem operasi Windows adalah pernyataan salah.

 Bukan Microsoft Word jika dan hanya jika tidak membuat


document dengan system operasi Windows adalah pernyataan
benar.

TABEL KEBENARAAN BIIMPLIKASI :

P q p ↔ q
B B B
B S S
S B S
S S B

E. ALAT PERAGA LOGIKA

Pipa Logika (Logika Metamatika)


Alat :

 Gergaji besi

 Gergaji kayu

 Palu

 Pensil
 Penggaris
 Gunting
 Cutter
 Kelereng
 Botol

Bahan :
 Papan(triplek)
 Pralon
 Paku
 Kelereng
 Cat
 Seng
 Flannel
 Lem tembak
 Tali tis

Cara Pembuatannya :
 Potong papan kayu ( triplek) dengan ukuran 150 x 125 cm.
 Beri warna pada papan yang sudah diwarnai tersebut dengan
menggunakan flanel dan bagipapanmenjadi 4 bagian.
 Ambil pralon kemudian potong sebanyak 19 buah dengan
ukuran masing-masing panjangnya 20 cm dan 15 cm.
 Susun pralon pada papan konjungsi, disjungsi, implikasi, dan
biimplikasi.
 Siapkan keni (penyambung pipajikadiperlukan) kemudian
disambungkan dengan pipa yang akan dibentuk.
 Siapkan empat wadah bekas botol aqua atau sejenisnya
kemudian potong seper empat bagian.
 Susun keempat potongan botol tersebut di bagian ujung bawah
pada masing-masing pipa.
 Potong seng menjadi 8 buah( seng digunakan sebagai penyekat
pada keni setiap sambungan pralon).

Cara Penggunaannya :
Keterangan gambar :
Garis warna biru adalah pernyataan p dan yang garis berwana
merah adalah pernyataan q dan itu adalah sebagai penutup jika
pernyataan p atau q salah. sedangakan yang bagian di bawah adalah
kotak penadah (finish). Alat yang digunakan sebagai latihan adalah
kelereng kecil.
Peraturannya :
Jika pernyataan p benar maka penutup p (yang berwana biru) di
buka, dan jika pernyataan p salah maka penutup p (yang berwarna
biru) ditutup. Begitu juga dengan p( khusus konjungsi, disjungsi dan
implikasi). Khusus untuk biimplikasi, jika pernyataan p benar, maka
kelereng harus melewati pipa p yang ada tulisannya “benar”, sehingga
pipa yang salah harus di tutup. Begitu juga sebaliknya jika pernyataan
p salah maka pipa p yang ada tulisannya “benar” harus ditutup, dan
untuk yang pernyataan q sama peraturannya seperti konjungsi dan
disjungsi. Dan khusus implikasi jika pernyataan p dan q bernilai salah
maka pipa yang ditutup harus sama, dengan syarat apabila p
menggunakan pipa satu maka q juga menggunakan pipa satu begitu
juga sebaliknya, jika p menggunakan pipa dua maka q juga
menggunakan pipa dua.

Cara Mainnya :
Masukkan kelereng kecil ke dalam pipa yang ada gambar anak
panahnya, gunakan peraturan permainan diatas dengan benar. Jika
kelereng sampai turun pada penadahnya (finish) maka nilai logika
tersebut adalah “BENAR” dan jika kelereng tidak sampai pada
penadahnya (finish) dalam artian berhenti pada pernyataan yang salah
maka nilai logika tersebut adalah “SALAH”.

DAFTAR PUSTAKA

https://peragamatematika.blogspot.com/2017/01/pipa-logika-logika-
metamatika.html
Maulana. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis Kreatif. Sumedang : UPI Sumedang Press
Samuel Wibisono, 2008, matematika diskrit, Yogyakarta : GRAHA ILMU
Sri Kunianingsih, 2006, matematika sma, : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai