Dosen Pengampu :
Rahmawati, M.Pd., Si
Oleh :
Muhammad Fiqri Haekal
(180101041111)
PMTK C 2018
A. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau
ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata
lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar
(berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti
ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari
hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-
pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran
(Russeffendi ET, 1980 :148).
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsepkonsep matematika yang terbentuk itu
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
adalah dasar terbentuknya matematika.
1 Nur Rahmah, Hakikat Pendidikan Matematika, al-Khwarizmi, Volume 2, Oktober 2013, halaman
2-3 di akses pada tanggal 3 september jam 20:44.
c. pengertian/konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga
terjaga konsistennya;
d. melibatkan perhitungan (operasi);
e. dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-
hari.
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti
serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
bilangan.
B. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah
sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu
pengetahuan yang pengembangan teori-teorinya didasarkan pada
pengembangan konsep matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan
cabang-cabang dari fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya tentang persamaan
differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai permintaan dan
penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus
tentang differensial dan integral. Dari kedudukan matematika sebagai
pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu
yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan
bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai
suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-
ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk, 2001:29).2
H. Kegunaan Matematika
Matematika banyak menyumbangkan kontribusi bagi
cabang ilmu pengetahuan lainnya. Contoh nya Teori
Mendel yang menggunakan konsep Probabilitas, Bilangan
imajiner untuk memecahkan masalah kelistrikan, Statistika
kependudukan untuk menghitung jumlah dan kemungkinan
pertumbuhan penduduk, dll.
Matematika digunakan untuk memecahkan masalah di
kehidupan sehari-hari. Contoh : Jual beli, Menghitung luas
daerah, membentuk pola pikir yang kritis, sistematis dan
logis.
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK MATEMATIKA SEKOLAH
c. Kesiapan Belajar
DAFTAR PUSTAKA
4 Karakteristik Matematika IAIN Tulungagung oleh Lailatul Mufidah dkk. Di akses pada tanggal 3
september 2019 jam 20:13
KELOMPOK 2
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pengertian Belajar
a. Unsur Belajar
1. Tujuan
Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin di capai. Tujuan ini
muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu
perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang beruoa
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan kecakapan yang mendasarinya
3. Situasi
4. Interpretasi
5. Respon
6. Konsekuensi
Setiap usaha akan membawakan hasil, akibat atau konsekuensi entah itu
keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga respons atau usaha belajar siswa.
Selain keberhasilan mungkin lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah
kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi
siswa terhadap kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha
usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan
semangat yang berlipat ganda untuk menembus dan menutupi kegagalan tersebut.
b. Tujuan Belajar
a) Pengumpulan pengetahuan
B. Pengertian Pembelajaran
1) Tujuan pembelajaran
2) Materi pembelajaran
3) Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi
dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya
4) Metode
5) Media
6) Sumber belajar
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan aspek yang penting, yang berguna untuk mengukur dan
menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.7
C. Pengertian Matematika
Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola
yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya seni berpikir yang kreatif.9
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, Sobry. (2013). Belajar dan pembelajaran. Lombok: Holistica.
Fathani, Abdul Halim. (2009). Matematika hakikat dan logika. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
9 Abdul Halim Fathani, Matematika dan Logika, ( Yogyakarta: Ar-ruzz, 2009), hlm.
Dimyanti dan mudjiono. (2013). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
http://woocara.blogspot.com/2015/12/pengertian-matematika-menurut-para-
ahli.html?m=1.
KELOMPOK 3
TEORI BELAJAR MATEMATIKA
2. Brunner
i. Tahap Enaktif
12 M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
95-97
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol atau
lambang objek-objek tertentu. Siaiwa mampu menggunakan
notasi tanpa tergantung pada objek-objek nyata.13
13 M. Thobroni, Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm :
99-100
motivasi. Dengan adanya motovasi akan terjadi kepuasan
dalam diri anak. Misalnya guru mengarahkan mereka
menemukan sendiri jawaban soal dan jika berhasil mereka akan
puas.14
3. Dienes
14 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70
belajar struktur mental dan struktur sikap dalam
mempersiapkan diri memahami konsep-konsep
matematika.
d. Representasi
e. Simbolisasi
f. Formulasi
15 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 70-72
Penerapan Teori Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika
D C16
16 J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media. Hlm : 78-80
B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Teori behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku, yang bisa di amati, di ukur dan di nilai secara konkrit, karena adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak, berupa reaksi
fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan S-R.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi antara
stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.[2] Misalnya;
siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia
belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti,
ronda dll.
Azas belajar guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar
yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat dan
menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
2. Jean Piaget
3. Wheatley
4. Vigotsky
a. Proses Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses kognitif ketika seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman
baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikiran. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan atau
pergantian skemata, tetapi perkembangan skemata.
b. Proses Akomodasi
Proses akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan
pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dimiliki.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok
dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema
yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
a. Kelebihan
1. Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar
berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide-
idenya, dan membuat keputusan.
2. Karena pembelajar terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru, pembelajar lebih paham dan dapat
mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3. Karena pembelajar terlibat langsung secara aktif,
pembelajarakan mengingat semua konsep lebih lama
4. Pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan
sosialnya, yang diperoleh dari interaksi dengan teman dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Karena pembelajar terlibat langsung secara terus-menerus,
pembelajar akan paham, ingat, yakin, dar. berinteraksi
dengan sehat. Dengan demikian, pembelajar akan merasa
senang belajar dan membina pengetahuan baru.
b. Kekurangan
1. Peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
2. Karena cakupannya lebih luas, lebih sulit dipahami.
Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran
Eksperimentasi Aktif
1. Habermas
Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia, habermas mengelompokkan tipe
belajar menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
Dalam belajar praktis, siswa juga berinteraksi. Akan tetapi, pada tahap ini lebih
dipentingkan adalah interaksi antara dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemhaman, kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
a. Kelebihan
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukkan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
2. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,disiplin, atau
etika yang berlaku.
b. Kekurangan
Adapun kekurangan teori humanistik, yaitu siswa yang tidak mau memahami
potensi akan ketinggalan dalam proses belajar18
18 Ibid,hlm.176
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang meamaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Ketika siswa memahami potensi diri, siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Sedangkan, proses yang umumnya dilalui adalah sebagai berikut.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur, dan positif.
19 Ibid,hlm.177-178
E. TEORI BELAJAR SIBERNETIK
Teori belajar sibernetik adalah yang paling baru dari semua teori belajar yang
telah dikenal. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi.
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Uno,2008:17). Teori ini memiliki
kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting
dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting adalah sistem informasi yang di
proses karena akan menentukan proses.20
Teori sibernetik (pemprosesan informasi) umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut
1. Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pmprosesan informasi
ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
7. Belikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat untuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.21
1. Landa
20 Muhammad Thobroni dan Arif mustofa, Pengembangan wacana dan
praktik pembelajaran dalam pembangunan Nasional, (yogyakarta: Ar Ruzz
Media,2012), hlm .183
21 Ibid,hlm.184-188
Landa merupakan salah seorang psikologi yang beraliran sibernetik.
Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir, yaitu sebagai berikut:
a. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, dan lurus
menuju ke satu target tertentu. Contoh: kegiatan menelpon, menjalankan
mesin mobil, dan lain-lain.
Cara berpikir pask dan scot adalah cara berpikir menyeluruh adalah
berpikir yang cenderung melompat ke dalam, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi. Contohnya, saat melihat lukisan, bukan detail-detail
yang diamati terlebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus,
sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.22
1. Keunggulan
a. Kesemua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda
–beda ini sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah
suatu proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.
b. Isi proses belajar adalah sistem informasi ang diperoleh melalui pengalaman akan
suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep,teori,atau informasi
umum.
c. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku meupun secara kemampuan pada tanah kogniti, efektif,
dan psikomotrik.
2. Kelemahan
22 ibid,hlm.189-190
Teori ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung kedunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.23
5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yaitu sesuai dengan sistem informasinya
6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.24
23 ibid,hlm.190-191
24Ibid,hlm.191-192
Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi
1. Jean piaget
25 .ibid,hlm.195-203
26 Ibid,hlm.209
Menurut peaget, siswa adalah anak manusia. Identitas insani manusia
sebagai subjek yang berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan melalui sistem dan
model pendidikan serta pembelajaran yang bersifat “bebas dan egaliter”.
Menurut piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk
perkembangan sistem saraf.
Menurut piaget dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi
sekunder, sedangkan faktor utama yang menetukan terjadinya belajar tetap pada
individu yang bersangkutan.
2. Vygotsky
2. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps) yang dapat
memfasilitas anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
3. Bimbingan atau bantuan dan orang dewasa atau teman yang lebih kompeten
sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar. Bantua-bantuan tersebut
tentunya harus sesuai dengan konteks sosiokultural atau karakteristik anak.
4. Kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah meskipun telah diberikan
berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah; kesiapan
belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada path zone of
27 Ibid,hlm.211-214
proximal development. Oleh Karena itu, siap memanfaatkan bantuan atau
saffolding yang disediakan. 28
Karateristik atau sifat studi integral dari berbagai komputensi yang dimiliki oleh
siswa, antara lain;
3. IPS bertujuan untuk membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan
sikap yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan.
Program IPS mencerminkan perubahan alamiah dari pengetahuan, melalui pendekatan integral
terbaru untuk menyelesaikan isu-isu kemanusiaan (kemiskinan,kejahatan,dan kesehatan), serta
melihat isu-isu dan berbagai disiplin ilmu, penggunaan teknologi, dan hubungan global
DAFTAR PUSTAKA
J. Tombokan Runtukahu, Selpius Kandou. 2014. Pembelajaran Marematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzza Media.
Dewi Nuur Rahmasari, Penerapan Teori Belajar Behavio dalam Matematika Keuangan
28 Ibid,hlm.221-222
KELOMPOK 4
PEMBELAJARAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MATEMATIKA
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru matematika dalam
mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di dalamnya terkandung upaya guru
untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
didik serta antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika.
a. Pendefinisian (defining)
Membuat definisi adalah langkah yang baik karena definisi menggunakan bahasa yang
sangat singkat tetapi padat dan terstruktur. Dalam mengajarkan definisi sebaiknya dibuat blok-
blok untuk dipelajari, karena mungkin beberapa siswa tidak dapat memahami rangkaian kata
penting yang dapat diambil dari definisi. Untuk itu, definisi sering kali ditulis dalam bentuk
pengkelasan seperti:
I : diisi istilah yang didefinisikan, II : diisi istilah yang merupakan superset dari kumpulan
objek dari istilah yang didefinisikan, dan III : diisi satu atau lebih ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh istilah yang didefinisikan.
Contoh:
Dua pasang sisi sejajar adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh jajargenjang.
“Jika segiempat memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar, maka segiempat tersebut
merupakan jajargenjang.”
Dari contoh di atas dapat dikatakan bahwa syarat cukup supaya suatu segiempat
merupakan jajargenjang adalah memiliki sepasang sudut berhadapan sama besar. Secara umum
syarat cukup didahului oleh kata “jika”, tetapi kadang-kadang digunakan istilah lain, seperti:
asalkan, sebab, karena, dengan alasan.
Contoh lain:
a) Suatu fungsi adalah fungsi linier asalkan grafiknya merupakan garis lurus.
b) Persamaan 14x2 – 9y2 = 144 adalah hiperbola sebab bentuknya a2x2 – b2y2 = a2b2.
Dengan logika syarat cukup, siswa diharapkan mampu mencari contoh objek yang
dinyatakan oleh konsep, sehingga langkah syarat cukup memudahkan penerapan dari konsep.
c. Memberi contoh
Contoh:
“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada
persamaan itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”
Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep itu seperti
berikut ini.
x = 2 adalah penyelesaian dari persamaan x2 + 2x –8 = 0.
Tidak semua konsep dapat diberikan contohnya. Misalnya konsep “tidak ada bilangan
prima genap yang lebih besar dari 2”, maka tidak mungkin dapat diberikan contoh untuk konsep
ini.
Pemberian contoh yang disertai dengan alasan relevan dengan penyajian syarat cukup.
Dengan kata lain, alasan yang dikemukakan tidak lain adalah syarat cukup dari definisi. Selain
itu, contoh yang dibuat siswa tidak dibuat secara spekulatif dan menghindari unsur tebakan.
Cara ini sangat membantu bagi siswa yang lamban, dimana pada umumnya sulit mengerti
hubungan logika antara syarat cukup suatu konsep dengan contoh.
Contoh:
“Penyelesaian dari suatu persamaan adalah nilai-nilai yang apabila disubtitusikan pada
persamaan itu menghasilkan kalimat yang bernilai benar.”
Untuk memperjelas konsep ini, guru dapat memberikan contoh dari konsep beserta
alasannya seperti berikut ini.
Cara ini menuntun siswa agar dapat membandingkan objek-objek yang ditunjukkan oleh
konsep yang sedang diajarkan dengan objek-objek lain yang sudah dikenal oleh murid.
Mempertentangkan objek-objek yang ditunjukkan oleh konsep dengan objek-objek lain yang
dapat diperbandingkan untuk menunjukkan kesamaan dan perbedaannya. Kesamaan dan
perbedaan yang ditemukan akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengingat
konsep yang sedang dipelajarinya.
Contoh.
Untuk menunjukkan pernyataan merupakan suatu syarat perlu, biasanya digunakan tanda
linguistik “harus” atau “hanya jika”.
Contoh:
“Sebuah segiempat adalah jajar genjang hanya jika (harus) kedua pasang sisi yang berhadapan
sejajar.” (kedua pasang sisi berhadapan sejajar merupakan syarat perlu agar sebuah segiempat
disebut jajar genjang).
Syarat perlu sangat berguna untuk menghindari kesalahpahaman konsep, karena dengan
syarat perlu kita dapat mengidentifikasi contoh objek yang tidak dinyatakan oleh konsep.
Untuk menyatakan objek suatu konsep mempunyai syarat perlu dan cukup biasanya
digunakan kata “jika dan hanya jika”; dengan menyatakan syarat perlu dan cukup
memungkinkan siswa menguasai konsep dengan baik, karena syarat cukup dapat
mengidentifikasi contoh, sedangkan syarat perlu dapat megidentifikasi bukan contoh. Siswa
mungkin tidak dapat menangkap adanya syarat perlu dan cukup dalam kalimat segi banyak
beraturan adalah sama sisi dan sama sudut, lain halnya dalam kalimat segi banyak adalah
beraturan jika dan hanya jika dia sama sisi dan sama sudut. Jadi ada dua syarat yang perlu untuk
menjadikan segi banyak menjadi beraturan yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika kedua
syarat itu dikonjungsikan, maka terjadilah syarat cukup.
Bukan contoh suatu konsep adalah objek yang tidak termasuk dalam kumpulan yang
ditentukan konsep. Bukan contoh biasanya diberikan jika siswa melupakan satu atau lebih syarat
perlu dari konsep suatu objek.
Contoh:
Dalam menjelaskan faktor persekutuan dari dua buah bilangan, misalnya 12 dan 24. Guru dapat
memilih 4 dan 6 sebagai contoh faktor persekutuan dari kedua bilangan itu dan memilih 8
sebagai bukan contoh. (Guru dapat menunjukkan bahwa 8 memang dapat membagi 24, tetapi
tidak dapat membagi 12).
Langkah ini setara dengan memberi contoh disertai dengan alasannya. Alasan yang
menyertai bukan contoh adalah kegagalan untuk dipenuhinya syarat perlu. Memberikan bukan
contoh disertai alasannya adalah langkah yang efektif dalam untuk mengajarkan konsep.
Kegunaan memberikan bukan contoh bersama dengan alasannya akan nampak dengan jelas jika
guru mengajar murid yang belajar lambat. Murid seperti ini tidak selalu melihat hubungan antara
bukan contoh dengan syarat perlu. Guru biasa dengan sengaja menunjukkan hubungan itu pada
murid.
Contoh:
“Segi banyak adalah beraturan jika dan hanya jika dia sama sisi dan sama sudut”, ada dua syarat
perlu agar suatu segi banyak menjadi beraturan, yaitu (1) sama sisi dan (2) sama sudut. Jika
salah satu atau kedua syarat perlu itu tidak dipenuhi, maka suatu segi banyak bukan beraturan
(bukan contoh). Atau dinyatakan dengan kalimat implikatif sebagai berikut:
Jika sisi-sisi segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.
Jika sudut-sudut segi banyak tidak sama, maka segi banyak tersebut tidak beraturan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian bilangan
29 E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 15
30 Didi Haryono, Filsafat Matematika, (Bandung: ALFABETA, 2014) hlm. 75
31 Afidah Khairunnisa, matematika dasar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 84
2. Pemahaman Konsep Bilangan
32 E.T Rusfendi, Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetenssinya Dalam Pengajaran
Matematika Untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 1980) hlm. 16-20
sepanjang sebuah garis mendatar. Dimana garis ini mengukur jarak ke kiri
dan ke kanan (garis mendatar) dari titik tetap yang disebut titik asal yang di
beri simbol O. Untuk bilangan yang di sebelah kanan adalah bilangan bulat
positif 1, 2, 3, ... yang dimulai dari titik asal. Sedangkan untuk bilangan yang
disebelah kiri adalah bilangan bulat negatif -1, -2, -3, ... yang dimulai dari
titik asal .
3 −7 21 2 8 9
Contoh: , , , , , dan .
4 8 5 5 1 1
Bilangan irrasional merupakan bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk p / q, dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ p.
Misalkan: Nilai π, bilangan e, log 3 dan lain sebagainya.
A. Pengertian Geometri
B. Geometri Ruang
Penanaman konsep
Pembinaan keterampilan
B. Balok
Pengenalan bangun kubus melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciri-
cirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta
dengan menggunakan media peraga yang dapat di gunakan sendiri oleh siswa.
Penanaman konsep
Media yang diperlukan
1. Balok atau kerangka balik yang terbuat dari kwat, karton, plastik, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk balok.
Gambar
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar, siswa di inggatkan kembali tentang bangun persegi panjang dan
kubus yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun balok yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi balok? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Baloknya mempunyai 6 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan:
12 rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi-sisi balok tersebut? (siswa mengamati, dan jawaban yang
diharapkan: sisi balok berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian kubus dan balok tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri kubus dan balok yang telah mereka ketahui pada
tabel berikut.
C. Prisma Segitiga
Perbedaan antara prisma segitiga dengan prisma (kubus dan balok) terletak pada sisi alas dan
sisi atas bangun prisma tersebut. Sisi alas dan sisi atas prisma segitiga berbentuk segitiga, dan
mempunyai sisi tegak yang sama, yaitu berbentuk persegi panjang. Konsep ini penting untuk
diketahui siswa, agar terbentuk pemahaman yang benar. Meskipun demikian, harus dilakukan
pengenalan bangun prisma segitiga berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri-cirinya.
Penanaman konsep
Media yang diperlukan
1. Prisma segitiga atau kerangka prisma segitiga yang terbuat dari kawat, karton, atau kayu.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk prisma.
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun prisma segitiga, siswa diingatkan kembali
tentang bangun kubus dan balok yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan siswa mengamati bangun prisma segitiga yang
telah disiapkan. Kemudian guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi prisma segitiga? (siswa kemudian mengamati dan menghitung
sendiri. Jawaban yang diharapkan: Prisma segitiga mempunyai 5 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya dan jawaban yang diharapkan : 9
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas prisma segitiga berbentuk segitiga)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi atas prisma segitiga berbentuk prisma segitiga).
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak prisma segitiga berbentuk persegi panjang)
3. Setelah melakukan kegiatan pengidentifikasian prisma segitiga tersebut, siswa
ditugaskan menuliskan ciri-ciri prsima dan prisma segitiga yang telah meeka ketahui
pada tabel berikut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep prisma segitiga ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut :
1. Siswa diperintahkan menyebutkan benda-benda berbentuk prisma segitiga, baik yang ada
disekitar maupun diluar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk prisma segitiga, termasuk pada
gambar berikut.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring prisma segitigga, kemudian membentuknya menjadi bangun prisma segitiga yang
utuh.
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tuggas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring limas, kemudian membentuknya menjadi bangun limas yang utuh.
E. Tabung
Bagi siswa sekolah dasar, pengenalan bangun tabung hanya berupa identifikasi bentuk bangun
beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, selam ini pengajaran bangun tabung
khususnya, dan berbagai bangun ruang lain pada umumnya, sering kali tidak membuat siswa
benar-benar paham. Hal ini dikarenakann siswa tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat
bangun ruang tersebut, melainkan hanya pemberian maeri berupa drill langsung.
Contoh berbagai benda berbentuk tabung
Penanaman Konsep
1. Tabung yang terbuat dari karton, plastik, kayu, kaleng, ruas bambu dan sebagainya.
2. Benda-benda di sekitar yang berbentuk tabung.
Kegiatan pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam pembelajran bangun tabung ini, siswa diingatkan kembali
tentang bangun prisma yang telah mereka kenal.
2. Secara berkelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun tabung yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi tabung? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: Tabung mempunyai 3 sisi)
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 2
rusuk)
c. Bagaimana bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi alas tabung berbentuk lingkaran)
d. Bagaimana bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi atas tabung berbentuk lingkaran)
e. Bagaimana bentuk sisi tegaknya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
sisi tegak tabung berbentuk persegi pangjang)
Sisi Rusuk
Sisi atas
Sisi tegak
Sisi alas
3. Siswa kemudian membandingkan bangun prisma dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas, sisi atas, dan sisi tegak)
b. Apa perbedaan antara prisma dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwasisi alas dan sisi atas prisma berbentuk persegi panjang, sedangkan
pada tabung berbentuk lingkaran. Selain itu, jumlah sisi tegak prisma adalah 4 sisi,
sedangkan pada tabung hanya 1 sisi)
4. Lakukan kagiatan diatas pada bangun tabung dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun tabung memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulkan hasil pengamatan pada bangun ruang tersebut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep tabung ini, dapat dilakukan
kegiatan berikut:
Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan dilakukan dengan memberikan tugas pada siswa untuk membuat
jaring-jaring tabung, kemudian membentuknya menjadi bangun tabung yang utuh.
Jaring-jaring tabung
Setelah didapatkan besar panjang selimut tabung, jaring-jaring tabung yang berbentuk ada
sebagai berikut.
7 cm
44 cm 20 cm
F. Kerucut
Pengenalan bangun kerucut bagi siswa sekolah dasar hanya berupa identifikasi bentuk
bangun beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, dalam pengenalan bangun kerucut ini,
siswa sering kali tidak benar-benar memahami topik yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa
tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut, melainkan hanya
pemberikan materi berupa drill langsung.
Berbagai bentuk kerucut
Pemahaman Konsep
1. Kerucut yang terbuat dari karton, plastik, mika, kaleng, dan sebagainya.
2. Benda-benda disekitar yang berbentuk kerucut.
Kegiatan Pembelajaran
1. Sebagai pengantar dalam mempelajari bangun kerucut ini, siswa diingatkan kembali
tentang berbagai bangun ruang yang telah mereka kenal, seperti prisma, limas dan
tabung.
2. Secara kelompok atau perorangan, siswa mengamati bangun kerucut yang telah
disiapkan. Kemudian, guru memberikan pertanyaan penggiring sebagai berikut.
a. Berapa jumlah sisi kerucut? (siswa kemudian mengamati dan menghitung sendiri.
Jawaban yang diharapkan: kerucut mempunyai 2 sisi, yaitu sisi alas dan selimut).
b. Berapa jumlah rusuknya? (siswa menghitungnya, dan jawaban yang diharapkan: 1
rusuk)
c. Bagaiman bentuk sisi alasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan: sisi
alas kerucut berbentuk lingkaran)
d. Bagaima bentuk sisi atasnya? (siswa mengamati, dan jawaban yang diharapkan:
kerucut tidak memiliki sisi atas, melainkan titik puncak)
gambar
3. Siswa kemudian membandingkan bangun kerucut dengan bangun tabung. Oleh guru,
mereka selanjutnya diberikan serangkaian pertanyaan berikut:
a. Apa persamaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamatan, siswa diharapkan
dapat menjawab bahwa keduanya memiliki sisi alas yang berbentuk lingkaran)
b. Apa perbedaan antara kerucut dan tabung? (dari pengamtan, siswa diharapkan dapat
menjawab bahwa tabung memiliki sisi atas, sedangkan kerucut memiliki titk puncak.
Bentuk sisi tegak kerucut dan tabung juga berbeda)
4. Lakukan kegiatan diatas pda bangun kerucut dengan ukuran yang berbeda, agar siswa
yakin bahwa setiap bangun kerucut memiliki ciri yang sama.
5. Guru dan siswa kemudian menyimpulakan hasil pengamatan pada bangun kerucut
tersebut.
Pemahaman Konsep
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang konsep kerucut ini, dapat
dilakukan kegiatan berikut:
1. Siswa diperintahkan menyebutkan banda-benda berbentuk kerucut, baik yang ada
disekitar maupun di luar kelas.
2. Selanjutnya, siswa memilih benda-benda yang termasuk kerucut, termasuk pada
gambar berikut.
Pembinaan Keterampilan
Jaring-jaring kerucut
Teknik Pembuatan Kerucut
Andaikan kita membuat kerucut dengan tinggi 4 cm dan jari-jari 3 cm. Untuk itu,
terlebih dahulu harus dicari tinggi apotema/sisi miring kerucut tersebut, dengan
mengunakan dalil phytagoras:
√ c 2=√ t2 +r 2
√ c 2=√ t2 +r 2
√ c 2=√ 4 2+3 2=√ 16+9=√ 25
c=5 cm
Selain sisi miring, kita juga perlu mengetahui besar sudut α (alpha), yang menyatakan besar
selimut kerucut
Sudut α :
jari− jari °
α= ×360
tinggi sisi miring
∝
3 °
α = ×360
5
°
α =216
Sudut α =216°
DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2014. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/12/pengertian-geometri-dan-jenis-jenisnya.html?
m=1
KELOMPOK 7
PEMBELAJARAN STATISTIK
A. Pengertian
Tentunya ada persiapan sebelum memulai pembelajaran, seperti salam, berdoa, absensi
dan mengingat sedikit pelajaran yang dilakukan sebelumnya terkait materi pembelajaran.
Memotivasi
Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan
Dalam hal ini siswa di beri pertanyaan seputar awal materi statistika dan sebelum siswa
menjawab pertanyaan tersebut pendidik mendefinisikan jawaban yang dapat merangsang
jawaban siswa, seperti “Anak-anak siapa yang tau hal apa saja yang terkait dengan statistik?
Misalnya nilai rata-rata kalian pada waktu SMP kemaren. ”
Standar Kompetensi :
1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan
masalah.
Kompetensi Dasar :
1. Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive.
Indikator :
1. Membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang
2. Mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan diagram
b. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat membaca sajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang.
Pembelajaran yang dilakukan pendidik sudah dilaksanakan dalam hal ini materi
mengenai diagram, bagaimana cara kita menginterpretasikan materi kepada siswa sehingga
siswa dapat membaca sajian data. Membaca disini diartikan sebagai kemampuan siswa
menuliskan, membuat, dan menelaah data dalam bentuk diagram.
2. Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai suatu data yang ditampilkan pada tabel dan
diagram.
Pengidentifikasian terhadap nilai disini diartian sebagai, siswa mengenal yang mana
sebagai Nilai dan Frekuensi suatu data. Yang tentunya sudah diajarkan oleh pendidik sehingga
siswa dapat memahami pembentukan data ke dalam tabel dan diagram.
Dari tujuan pembelajaran diatas kita dapat menyimpulkan materi ajar yang dilaksanakan di
kelas.
Materi Ajar
Metode Ceramah
Merupakan metode konvensional yang paling banyak dan digunakan, yaitu dengan
menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa.
Namun dalam hal pembelajaran materi statistik ini, ada memuat gambar dalam hal ini tabel
dan diagram. Sehingga pendidik tidak selalu mengajar dengan kata-kata melainkan ada juga
menggambarkan diagram dan tabel dipapan tulis ataupun melalui proyektor.
Dan secara langsung merangsang siswa untuk mendalami materi dengan bertanya mengenai
apa yang belum siswa pahami dari pembelajaran yang dilakukan.
Metode Diskusi
Merupakan suatu metode pengajaran yang mengedepankan aktivitas diskusi siswa dalam
belajar memecahkan masalah. Metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok diskusi
untuk membahas suatu masalah.
Masalah disini ialah, pendidik membawa siswa mengidentifikasi suatu data ke tabel dan
diagram yang telah ditentukan oleh pendidik. Baik data tunggal maupun data berkelompok.
1. Tatap Muka
2. Terstruktur
3. Mandiri
Siswa dapat mengidentifikasi data-data yang dinyatakan dalam berbagai model.
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
Guru menjelaskan Diagram, Batang, diagram garis, Diagram Lingkaran dan Ogive.
Pemberian materi oleh guru (misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi dari
buku paket atau buku-buku penunjang lain, ataupun internet
2). Elaborasi
3) Konfirmasi
Penutup
Peserta didik membuat rangkuman dari materi mengenai data (jenis-jenis data, ukuran
data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan data
tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil kedua,
kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median, kuartil
pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-kuartil, dan
jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal. Guru memberi tugas rumah kepada siswa
(secara berkelompok ataupun sendiri) untuk mempersiapkan materi selanjutnya.
Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan data (jenis-jenis data,
ukuran data), penanganan awal data tunggal berupa pemeriksaan, pembulatan, dan penyusunan
data tunggal, serta penentuan data terbesar, terkecil, median, kuartil (kuartil pertama, kuartil
kedua, kuartil ketiga), statistik lima serangkai (statistik minimum, statistik maksimum, median,
kuartil pertama, kuartil ketiga), rataan kuartil, rataan tiga, desil, jangkauan, jangkauan antar-
kuartil, dan jangkauan semi antar-kuartil untuk data tunggal dari Aktivitas Kelas atau Latihan
yang belum terselesaikan di kelas atau dari referensi lain.
Berikut merupakan pembahasan materi yang akan diajarkan.
A. Pengumpulan data
1. Observasi (pengamatan)
2. Kuessioner
3. Wawancara
B. Penyajian data
1. Daftar
2. Piktogram
3. Diagram batang
4. Diagram baris
5. Diagram lingkaran
Berikut uraiannya:
2. Piktogram
4. Diagram garis
Chart Title
Banyaknya air minum (dalam M3) yang dibutuhkan
100% keluarga Ronald
90%
45
80%
40
70%
35
60%
30
50%
25
40%
20
30%
15
20%
10
10%
5 0%
ar
i ri
ar
et ri l ei ni Ju
li
tu
s
be
r er be
r
be
r
u ua Ap M Ju us to
b
an br M em Ok
m em
J Fe Ag pt ove s
Se N De
Col umn2
Bulan
5. Diagram lingkaran
Contoh:
Kita ambil dalam data tentang biaya tiap bulan. Terlebih dahulu tiap
nilai data diubah kedalam derajat. Pos A, misalnya menjadi
28 18
×360o =100, 8o dan Pos B ¿ ×360O =64, 8O . Lainyya dihitung dengan
100 100
cara yang sama dan didapat untuk Pos C ¿ 50,4O Pos D ¿ 79,2O Pos E
¿ 36O dan Pos F ¿ 28, 8O . Dengan teliti sudut-sudut tersebut digambarkan
dalam sebuah lingkaran. Hasilnya dapat dilihat dalam gambar berikut.
Column1
8.00%
Pos A
10.00% 28.00% Pos B
Pos C
Pos D
Pos E
22.00% Pos F
18.00%
14.00%
Ogive
III (3)
n
x́=∑ i
i=1
Keterangan:
x́=rata−rata
∑ i= jumlah seluruhdata
i=1
n=banyaknya data
x́=
∑ f i xi
∑ fi
b. Median
Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan. Median dilambangkan Me. Untuk
menentukan nilai Median data tunggal dapat dilakukan dengan cara:
x 1 + x 2+x 3 +…+x n
M e=
2
Jika data yang tersedia merupakan data kelompok, artinya data itu dikelompokkan ke dalam
interval-interval kelas yang sama panjang. Untuk mengetahui nilai mediannya dapat ditentukan
dengan rumus berikut ini.
1
M e =L+ P
2
( )
n−F
f
Keterangan:
P = panjang kelas
n = banyaknya data
c. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi. Jika suatu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila memiliki dua
modus disebut bimodal, sedangkan jika memiliki modus lebih dari dua disebut multimodal.
Modus dilambangkan dengan Mo.
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan frekuensi tertinggi.
Contoh:
Tentukan modus dari data di bawah ini.
2, 1, 4, 1, 1, 5, 7, 8, 9, 5, 5, 10
Jawab:
Data yang sering muncul adalah 1 dan 5. Jadi modusnya adalah 1 dan 5.
d1
M o=L+ P
d1 +d 2
Keterangan:
P = lebar kelas
d. Kuartil (Q)
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa median membagi data yang telah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak. Adapun kuartil adalah membagi data yang
telah diurutkan menjadi empat bagian yang sama banyak.
Urutkan data dari yang kecil ke yang besar, kemudian tentukan kuartil dengan rumus sebagai
berikut:
n+1
letak Q1 :
4
2 ( n+1 )
letak Q 2 :
4
3 ( n+1 )
letak Q3 :
4
2) Kuartil data kelompok
1
Q1=L+ P
4
( )
n−F
f
1
Q2=L+ P
2
( )
n−F
f
3
Q3=L+ P
4
( )
n−F
f
Keterangan:
P = lebar kelas
n = banyaknya data
e. Persentil
Persentil adalah niilai yang membagi data menjadi seratus bagian yang sama setelah data
disusun dari yang terkecil sampai terbesar.
r i−F
Pi=L+ P ( f )
Keterangan:
P = panjang kelas
ri = r% dari n
F = frekuensi kelas Pi
1. Jangkauan (Range)
Ukuran penyebaran yang paling sederhana (kasar) adalah jangkauan (range) atau
rentangan nilai, yaitu selisih antara data terbesar dan data terkecil.
Contoh :
6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20
Jawab:
= 20 – 3 = 17
Simpangan rata-rata suatu data adalah nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan nilai
rataan hitung.
n
SR=∑|x 1− x́|
i= I
n
Keterangan:
SR = simpangan rata-rata
x = nilai rata-rata
xi = data ke-i
n = banyaknya data
2) Simpangan rata-rata data kelompok
SR=
∑ f i|x 1−x́|
∑ fi
Sebelum membahas simpangan baku atau deviasi standar, perhatikan contoh berikut.
Kamu tentu tahu bahwa setiap orang memakai sepatu yang berbeda ukurannya. Ada yang
berukuran 30, 32, 33, ... , 39, 40, dan 41. Perbedaan ini dimanfaatkan oleh ahli-ahli statistika
untuk melihat penyebaran data dalam suatu populasi. Perbedaan ukuran sepatu biasanya
berhubungan dengan tinggi badan manusia. Seorang ahli matematika Jerman, Karl Ganss
mempelajari penyebaran dari berbagai macam data. Ia menemukan istilah deviasi standar untuk
menjelaskan penyebaran yang terjadi. Saat ini, ilmuwan menggunakan deviasi standar atau
simpangan baku untuk mengestimasi akurasi pengukuran. Deviasi standar adalah akar dari
jumlah kuadrat deviasi dibagi banyaknya data.
√
n
∑ ( x i− x́ )2
i=I
S=
n
∑ ( x i−x́ )2
S 2= i=I
n
2) Ragam dan Simpangan baku data kelompok Ragam dan Simpangan baku (s) data kelompok
√
2
( ∑ f i xi )
∑ f i xi −2
S=
∑ fi
∑f i
−1
2
2 ( ∑ f i xi )
∑ f i xi −
S=
2 ∑ fi
∑ fi −1
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Simple nature. 2016. MIPA Metode Pembelajaran Statistik Kelas XI,
http://simplenatureon.blogspot.com/2016/05/mipa-metode-pembelajaran-statistik.html?m=1,
diakses pada tanggal 13 November 2019 pukul 21.46.
KELOMPOK 8
PEMBELAJARAN ALJABAR
Dalam aritmetika dikenal dua operasi biner (operasi antara dua bilangan) dasar
beserta inversnya, yaitu: ”Penjumlahan dan Pengurangan” dan ”Perkalian dan
Pembagian”.
Contoh
a. 10 – 2 + 7 = 8 + 7 = 15;
d. 32 = 2 9 = 18, bukan 62
Yang perlu diingatkan kepada siswa adalah, bahwa “3” dan
“x” atau “a”, semuanya merupakan simbol atau lambang bilangan,
bukan lambang benda. Mengoperasikan bilangan yang
dilambangkan dengan huruf tidak jauh berbeda dengan yang telah
dimiliki pengalamannya oleh siswa dalam operasi bilangan yang
dilambangkan dengan angka.
1. Variabel
a) Pengertian
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan
yang belum diketahui nilainya dengan jelas. Variabel
disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan
dengan huruf kecil a, b, c, ... z. Variabel (peubah) adalah
sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol yang mewakili
(menunjuk pada; designate) sebarang anggota pada suatu himpunan
semesta.
bahwa:
3a digambarkan dengan :
4a digambarkan dengan :
a2 digambarkan dengan : . . .
sebanyak a kotak
·
···
···
··
···
3b
Bentuk dengan b = 64 dapat digambarkan berupa 64 buah bola yang
ditata ke arah mendatar, belakang, dan arah tegak sama banyak. Itu terjadi
b
jika penataannya sebagai berikut.
Jadi dengan b = 64, √3 b=4 , karena banyak bola yang sama ke setiap
arhanya adalah 4.
Yang sangat penting dan perlu ditekankan adalah bahwa dalam hal
yang dipelajari ketika SMP, variabelnya bukan benda melainkan
bilangan yang menyatakan banyaknya atau ”nilai” bendanya.
2. Konstanta
Konstanta adalah sebuah lambang/simbol atau gabungan simbol
yang mewakili (menunjuk pada; designate) anggota tertentu pada suatu
semesta pembicaran.
Huruf-huruf a, c, dan k dapat digunakan untuk menyatakan sebuah
konstanta. Misalnya dalam bentuk aljabar ax2 + bx + c, huruf a, b, dan c
menyatakan bilangan tertentu. Jadi, a, b, dan c merupakan konstanta.
Contoh:
Jabarkan bentuk perkalian berikut
2(3 x− y )
Penyelesaian :
2 (3 x− y )=2× 3 x+2 ×(− y)
¿ 6 x−2 y
(2) Suku
Komponen dalam bentuk aljabar adalah suku (term). Suku
dapat berupa sebuah konstanta, sebuah variabel, atau hasil
kali/pangkat, penarikan akar konstanta maupun variabel, tetapi
bukan penjumlahannya. Jadi, masing-masing suku merupakan
bentuk aljabar yang lebih sederhana dari bentuk aljabar yang lebih
kompleks.
Contoh :
Nyatakan 12 sebagai penjumlahan 3 bilangan asli berbeda !
Penyelesaian :
12 = 5 + 1 + 6
(3) Suku Sejenis
5xy, –7xy, dan 15xy adalah contoh dari suku sejenis, yaitu suku
yang lambang variabelnya dalam bentuk huruf, sama, baik macam
maupun pangkatnya. Bentuk aljabar xy dengan x2y bukan suku sejenis.
Demikian juga x2y dengan xy2.
Contoh :
34 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
(i) 5xy – 7xy +15xy = (5 – 7 + 15)xy = 13xy dan
(ii) 2a + 6b + 3a – 4b = (2 + 3)a + (6 – 4)b = 5a + 2b.
5. Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu
suku pada bentuk aljabar. Bagian konstanta dari suku-suku yang
memuat (menyatakan banyaknya) variabel disebut koefisien variabel
yang bersangkutan. “Banyaknya variabel” di sini bukan bermakna
banyaknya objek (yang bermakna penjumlahan), melainkan bermakna
“banyaknya bilangan” dari variabel tersebut yang juga lambang
bilangan, sehingga koefisien dan variable yang bersangkutan berada
dalam konteks operasi perkalian.
6. Faktor
Dalam semesta himpunan bilangan cacah, faktor suatu
bilangan adalah pembagi bulat (dalam hal ini bilangan asli) dari
bilangan tersebut.
2
3 p q=3 × p × p × q
3 : faktor numerik
p
2
: faktor huruf
q : faktor huruf
7. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat (kalimat deklaratif; kalimat berita) yang
bernilai benar saja atau salah saja (tetapi tidak sekaligus benar dan salah).
Kebenaran pernyataan mengacu pada kecocokan pernyataan itu dengan
keadaan sesungguhnya.
Contoh:
36 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
(2) 3 + 5 < 10 (bernilai benar, contoh ketidaksamaan)
(3) 25 : 7 = 3 (pernyataan bernilai salah)
C. Kalimat Terbuka
Kalimat Terbuka adalah kalimat yang memuat variabel, dan jika
variabelnya diganti dengan konstanta akan menjadi sebuah pernyataan
(yang bernilai benar saja atau salah saja). Kebenaran pernyataan tersebut
dinilai dari kebenaran relasi yang dinyatakan dalam kalimatnya. Kalimat
terbuka yang dimaksud adalah persamaan dan pertidaksamaan.
1. Persamaan
sedikit satu di antara A1 dan A2 memuat variabel. Dalam hal ini, A1 disebut
ruas kiri dan A2 disebut ruas kanan persamaan tersebut. Jika A1 dan A2
keduanya ekuivalen dan tidak memuat variabel, persamaan tersebut
dinamakan kesamaan. Persamaan yang bernilai benar untuk setiap variabel
anggota domainnya disebut identitas. Sebagai contoh, (x + y)2 = x2 + 2xy + y2
adalah identitas, karena untuk setiap penggantian x dan y dengan sebarang
bilangan real, pernyataan yang diperoleh selalu bernilai benar.
Persamaan 2x – 7
2x – 7= 9
2x2 + 7x – 22 2x2 + 7x = 22
2. Pertidaksamaan
Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda relasi <, >,
, , atau . Dalam masalah aljabar, biasanya pertidaksamaan terkait dengan
empat lambang pertama.
Contoh:
4. Himpunan Penyelesaian
2.3 Perbandingan
1. PERBANDINGAN SENILAI
x ↔ y ⇒ kx ↔ ky
x ↔ y ⇒ x :k ↔ y :k
k
berlaku y= , atau
x
x ↔ y ⇒ kx ↔ y /k
x ↔ y ⇒ x :k ↔ y x k
x ↔ y ⇒ kx ↔ ky
x ↔ y ⇒ x :k ↔ y :k
Jawab:
5 ↔ 20
15 ↔ x
5 20
x3 juga x 3
2
Jadi, dengan 15 liter hanya dapat dicat seluas 60 m . Cat
yang disediakan kurang.
2
Misalkan luas dinding yang dapat dicat adalah xm .
2
5 liter 20 m
↓dibagi 5 → dibagi 5 ↓
1 liter 4 m2
↓ kali 15 → dikali 15 ↓
2 2
15 liter x=15 x 4 m =60 m
2
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 m . Berarti
persediaan catnya kurang.
5 liter ←→ 20 m2
15 liter ←→ x m2
15 20
= . Karena keduanya senilai, berarti
5 x
15 20
= ⇔5 x=15 x 20 ⇔ x=60 .
5 x
2
Jadi, dengan 15 liter akan dapat dicat 60 m . Berarti
persediaan catnya kurang.
Contoh.
Jawab:
60 6
x 5
Jarak yang ditempuh sama, dan jarak itu merupakan hasil kali
kecepatan dan waktunya. dengan demikian maka: 60 x 6=x
x 5 ⇔ x=72 .
1
dan waktu 6 jam ditempuh perjalanan.
60
1 1 1
x = perjalanan.
6 60 360
1
waktu tempuh 1 jam, ditempuh x × perjalanan =
360
x
perjalanan, sehingga untuk 1 perjalanan diperlukan
360
360
waktu jam.
x
360
5= ⇔ 5 x =360 ⇔ x=72
x
Masalahnya adalah:
60 6
x 5
60 5
= ⇔ 5 x=360 ⇔ x=72
x 6
Krismanto, Al. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP. Yogyakarta :
PPPPTK Matematika
Sukino dan Wilson Simangunsong. 2006. MATEMATIKA untuk SMP Kelas VII.
Jakarta : ERLANGGA
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Surabaya : PT. JePe Press Media Utama
KELOMPOK 9
PEMBELAJARAN ALJABAR
A. PENGERTIAN LOGIKA
Dalam mempelajari logika, kita tak bisa lepas dari penalaran, yang
diartikan sebagai penarikan kesimpulan dalam sebuah argument. Banyak
pula yang mengartikan penalaran sebagai cara berpikir, yaitu penjelasan
dalam upaya menunjukkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan
sifat-sifat tertentu yang sudah diakui kebenarannya dengan menggunakan
cara-cara tertentu hingga mencapai suatu kesimpulan.
Secara etimologis, istilah “logika” berasak dari bahasa Yunani,
“logos”, yang berarti kata, ucapan, pikiran, atau bias juga mengandung arti
ilmu pengetahuan. Dalam arti luas, logika merupakan suatu metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah.
Dalam mengahadapi kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk
senantiasa menggunakan akal pikiran dalam melakukan setiap kegiatan
yang penuh pemikiran dan pertimbangan. Kita harus memiliki pola piker
yang tepat, akurat, rasional, dan objektif. Pola berpikir seperti ini adalh
pola berpikir yang terdapat dalam logika.
Dilain pihak, mempelajari logika juga dapat memberikan nilai
praktis. Dengan menguasai prinsip-prinsipnya, kita akan sangat tertolong
untuk menjadi lebih efektif dalam mengenal dan menghindari kesalahan
bernalar yang dilakukan oleh orang lain, maupun yang dilakukan oleh diri
kita sendiri.
Beberapa kata penghubung logika matematika:
1. Konjungsi ˄ Dan
2. Disjungsi ˅ Atau
3. Implikasi => Jika . . . maka
4. Biimplikasi Jika dan hanya jika
B. PENGERTIAN PERNYATAAN
Pernyataan harus dibedakan dari kalimat biasa. Tidak semua
kalimat termasuk ke dalam pernyataan. Pernyataan diartikan sebagai
kalimat matematika tertutup yang benar saja, atau salah saja, tetapi tidak
kedua-duanya dalam waktu yang bersamaan. Biasanya pernyataan
dinotasikan dengan huruf kecil, seperti: p, q, r, s, dan sebagainya.
Contoh Pernyataan:
q :3+2=7
D. PERNYATAAN GABUNGAN
Beberapa pernyataan dapat digabung dengan kata penghubung dan,
atau, tidak/bukan, serta variatifnya, yang selanjutnya disebut pernyataan
gabungan atau pernyataan majemuk atau compound statement.
Macam-macam pernyataan gabungan
1. KONJUNGSI
Konjungsi adalah pernyataan gabunngan dari dua pernyataan
dengan kata penghubung dan
Notasi-notasi konjungsi:
p ^ q, p × q, p.q, pq
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah konjungsi?
Konjungsi dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik seri:
Bila lampu A dan lampu B hidup maka aruss listrik dapat mengalir
dari kutup positif menuju negatif sebuah baterai, akibatnya kedua
lampu A dan B menyala/hidup. Bila lampu B dan lampu A hidup atau
sebaliknya, maka arus listrik tidak dapat mengalir menuju kutup
negatif baterai, akibatnya kedua lampu A dan B tidak menyala/mati.
Demikian juga lampu A dan B mati. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa konjungsi benar bila keduanya hidup, selain itu
salah.
Tabel Kebenaran Konjungsi
Contoh:
p =sistem analog adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
dapat berbeda secara terus-menerus melebihi jarak tertentu adalah
pernyataan benar.
q = sistem digital adalah suatu sistem dimana tanda fisik/kuantitas,
hanya dapat mengasumsikan nilai yang berlainan adalah pernyataan
yang benar.
r = sistem bilangan desimal adalah sistem bilangan yang digunakan
dalam sistem digital adalah pernyataan yang salah
s = aljabar linear adalah alat matematika dasar untuk desain logika
adalah pernytaan salah.
Maka:
p^q adalah konjungsi yang benar karena p benar, q benar
q × r adalah konjungsi yang salah karena q benar, r salah
r.s adalah konjungsi yang salah karena r benar, s salah
2. DISJUNGSI
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan
kata penghubung atau.
Notasi-notasi konjungsi:
p˅q,p+q
Bagaimana menentukan benar atau salah sebuah disjungsi?
Atau
Catatan:
Benar = T,B,+,1
Salah = F,S,-,0
Contoh:
Maka:
3. IMPLIKASI
Jika suatu pernyataan p dan q digabungkan untuk membentuk
pernyataan majemuk dengan memakai kata hubunglogika “jika …
maka…” maka pernyataan majemuk yang terbentuk disebut Implikasi.
Perhatikan pernyataan berikut : jika memakai Microsoft Word
maka Windows adalah system oprasinya.
Microsoft Word merupakan syarat cukup bagi Windows,
sedangkan Windows merupakan syarat perlu bagi Microsoft Word,
artinya Microsoft Word tidak dapat digunakan tanpa Windows tetapi
Windows dapat digunakan tanpa Microsoft Word.
Contoh pernyataan diatas disebut pernyataan bersyrat atau
conditional statement.
Notasi implikasi :
p → q.
Jika p maka q.
p berimplikasi q
q hanya jika p
Kebenaran Implikasi
p q p →
q
B B B
B S S
S B B
S S S
4. BIIMPLIKASI
Notasi biimplikasi : p ↔ q
KEBENARAAN BIIMPLIKASI
P q p ↔ q
B B B
B S S
S B S
S S B
Gergaji besi
Gergaji kayu
Palu
Pensil
Penggaris
Gunting
Cutter
Kelereng
Botol
Bahan :
Papan(triplek)
Pralon
Paku
Kelereng
Cat
Seng
Flannel
Lem tembak
Tali tis
Cara Pembuatannya :
Potong papan kayu ( triplek) dengan ukuran 150 x 125 cm.
Beri warna pada papan yang sudah diwarnai tersebut dengan
menggunakan flanel dan bagipapanmenjadi 4 bagian.
Ambil pralon kemudian potong sebanyak 19 buah dengan
ukuran masing-masing panjangnya 20 cm dan 15 cm.
Susun pralon pada papan konjungsi, disjungsi, implikasi, dan
biimplikasi.
Siapkan keni (penyambung pipajikadiperlukan) kemudian
disambungkan dengan pipa yang akan dibentuk.
Siapkan empat wadah bekas botol aqua atau sejenisnya
kemudian potong seper empat bagian.
Susun keempat potongan botol tersebut di bagian ujung bawah
pada masing-masing pipa.
Potong seng menjadi 8 buah( seng digunakan sebagai penyekat
pada keni setiap sambungan pralon).
Cara Penggunaannya :
Keterangan gambar :
Garis warna biru adalah pernyataan p dan yang garis berwana
merah adalah pernyataan q dan itu adalah sebagai penutup jika
pernyataan p atau q salah. sedangakan yang bagian di bawah adalah
kotak penadah (finish). Alat yang digunakan sebagai latihan adalah
kelereng kecil.
Peraturannya :
Jika pernyataan p benar maka penutup p (yang berwana biru) di
buka, dan jika pernyataan p salah maka penutup p (yang berwarna
biru) ditutup. Begitu juga dengan p( khusus konjungsi, disjungsi dan
implikasi). Khusus untuk biimplikasi, jika pernyataan p benar, maka
kelereng harus melewati pipa p yang ada tulisannya “benar”, sehingga
pipa yang salah harus di tutup. Begitu juga sebaliknya jika pernyataan
p salah maka pipa p yang ada tulisannya “benar” harus ditutup, dan
untuk yang pernyataan q sama peraturannya seperti konjungsi dan
disjungsi. Dan khusus implikasi jika pernyataan p dan q bernilai salah
maka pipa yang ditutup harus sama, dengan syarat apabila p
menggunakan pipa satu maka q juga menggunakan pipa satu begitu
juga sebaliknya, jika p menggunakan pipa dua maka q juga
menggunakan pipa dua.
Cara Mainnya :
Masukkan kelereng kecil ke dalam pipa yang ada gambar anak
panahnya, gunakan peraturan permainan diatas dengan benar. Jika
kelereng sampai turun pada penadahnya (finish) maka nilai logika
tersebut adalah “BENAR” dan jika kelereng tidak sampai pada
penadahnya (finish) dalam artian berhenti pada pernyataan yang salah
maka nilai logika tersebut adalah “SALAH”.
DAFTAR PUSTAKA
https://peragamatematika.blogspot.com/2017/01/pipa-logika-logika-
metamatika.html
Maulana. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis Kreatif. Sumedang : UPI Sumedang Press
Samuel Wibisono, 2008, matematika diskrit, Yogyakarta : GRAHA ILMU
Sri Kunianingsih, 2006, matematika sma, : Penerbit Erlangga.