DISKUSI KASUS
Pada makalah ini dibahas sebuah kasus Ny. W.A berusia 31 tahun dengan
bulan, mengeluhkan keluar lender darah sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit, keluar air-air tidak ada, keluhan kencang-kencang juga di rasakan oleh
pasien sejak 12 jam sebelum masuk RS hilang timbul. Pasien tidak ada
mengeluhkan pandangan mata kabur (-), nyeri ulu hati (-), nyeri kepala (-), mual
Dari pemeriksaan fisik tekanan darah pasien 177/110 mmHg (sistolik ≥160
+2 protein dipstick positif +2, LDH meningkat 455 U/L peningkatan SGOT tidak
ada (24 ug/dl). Riwayat penyakit dahulu pasien mengaku tidak memiliki riwayat
disertai gejala dan tanda tersebut pasien dapat di diagnosis dengan preeklamsia
40
yang meliputi mata kabur, mual muntah, nyeri epigastrium, nyeri kuadran kanan
atas abdomen.
berdasarkan hasil laboratorium, walaupun sampai saat ini belum ada batasan yang
yang mengakibatkan beredarnya eritrosit imatur. Pada pre eklampsia, SGOT dan
SGPT meningkat 1/5 kasus, dimana 50% diantaranya adalah peningkatan SGOT.
Jumlah platelet yang rendah menjadi acuan untuk dikelompokkan dalam kelas
Sindroma HELLP yang berbeda. Pada pasien ini hanya di temukan peningkatan
LDH (455 U/L) dan tidak ditemukan tanda-tanda HELLP syndrome lainya.
normal (399. 103 /μL), SGOT tidak meningkat (24 ug/dl), SGPT dalam batas
normal (18 u/l), Albumin yang normal (3,5 g/dl), proteinuria (+). Pada PEB,
41
proteinuria bisa terjadi karena kerusakan sel glomerulus yang menyebabkan
pada urin. Pada pasien ini, terdapat edema pada extremitas inferior. Edema
sebenaranya normal terjadi pada 40% wanita hamil kecuali edema yang
patologik. Edema patologik yaitu edema nondependent pada muka dan tangan,
atau edema generalisata (anasarka) dan biasanya disertai kenaikan berat badan
yang cepat.
organ tubuh termasuk pada sistem saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan
gejala seperti kejang, nyeri kepala, vertigo, hiperrefleksi, dan buta kortical. Nyeri
kepala merupakan salah satu keadaan yang mengancam kearah eklamsia atau
42
meliputi pemberian terapi intravena, dan pemberian antikejang MgSO4 sebagai
pencegahan dan terapi kejang. Pada pasien juga diberikan MgSO4. Pemberian
vakum ektrasi
Pada pasien ini tekanan darah saat datang adalah 177/110, kemudian
sebagai terapi hipertensi pada kehamilannya. Pada literatur, tekanan darah harus
diturunkan secara bertahap yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan
tekanan darah diturunkan hingga mencapai < 160/ 105 atau MAP < 125.
pertama dengan dosis 10-20 mg per oral, diulang setelah 30 menit dengan dosis
maksimal 120mg/24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek
vasodilatasi sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan per oral dan metildopa
juga merupakan antihipertensi lini pertama dengan dosis awal 3x 500 mg dosis
Calsium Canal Blocker seperti nifedipin dengan dosis bervariasi antara 30- 90
mg/ hari.
43
A) Setelah dilakukan persalinan dengan VE pasien didiagnosa P3A0 post VE a/I
PEB + Primitua sekunder + HD baik , dan mendapatkan terapi:
IVFD RL 500cc + 2 amp oksitosin 20 tpm s/d 12 jam post VE
Selanjutnya pasien akan tetap diobservasi dan dimonitoring untuk ukuran tekanan
darah.
44