TIK1
TIK1
TIK1
ORGAN RESPIRASI
1. Rongga Hidung
Jalur utama udara dari dan ke paru-paru; dilapisi oleh membran berlendir lengket
yang mengikat partikel debu dan kuman, terbagi dua oleh piringan tulang rawan di tengah
(septum nasal); bercak-bercak berbulu halus (epitel olfaktori) di atap rongga hidung adalah
organ indra pembau (Parker,2007).
Batang hidung : dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis.
Cuping hidung : bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh
tulang rawan
Septum nasi : dinding yang membatasi dua rongga hidung.
Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi).
Menurut Syaifuddin (2014) Fungsi hidung dalam proses pernapasan, antara lain :
Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 36° C.
Udara dilembapkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila
mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75%.
Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disaring oleh
rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata).
Fungsi ini dinamakan fungsi air conditioning jalan pernapasan atas. Kenaikan
suhu tidak melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai trakea bagian
bawah bila seseorang bernapas melalui tabung langsung masuk trakea.
Pendingin dan pengeringan berpengaruh pada bagian bawah paru sehingga
mudah terjadi infeksi paru.
Penciuman. Pada pernapasan biasa 5-10% udara pernpasan melalui celah
olfaktori. Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara melalui celah
olfaktori.
2. Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii
dan vertebrae servikalis VI (Syaifuddin,2014).
Faring berbentuk pipa pendek yang berawal dari rongga hidung dan berakhir di laring
(Parker,2007).
Fungsi Faring adalah pada lipatan-lipatan vokal suara mempunyai elastisitas yang
tinggi dan dapat memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-lipatan vokal
memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan produksi gelombang suara.
Faktor-faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi bergantung pada
panjang dan ketegangan regangan yang membangkitkan frekuensi dan getaran yang
diproduksi. Ketegangan dari pita suara dikontrol oleh otot kerangka dibawah kontrol
korteks (Syaifuddin,2014).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat dan ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring
membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid, dan
sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan
membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut
subglotis (Syaifuddin,2014).
Laring adalah pipa tulang rawan pendek yang menyambungkan faring dengan trakea;
dengan adanya pita suara, laring berperan penting dalam pembentukan suara
(Parker,2007).
Fungsi laring adalah sebagai alat vokalisasi (pembentukan suara). Vokalisasi adalah
pembicaraan yang melibatkan sistem respirasi yang meliputi pusat khusus pengaturan
bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak, dan artikulasi serta
struktur resonansi dari mulut dan rongga hidung.
4. Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea verterbra torakalis V.
Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai
dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea
tetap terbuka (Syaifuddin,2014).
Trakea disebut juga tenggorokan, saluran udara utama menuju paru-paru; panjang
sekitar 11 cm (4 inci) dan tetap terbuka meskipun mendapatkan tekanan dari organ sekitar
karena adanya cincing tulang rawan berbentuk huruf C (Parker,2007).
Menurut Syaifuddin (2014) Struktur trakea yaitu pada ujung bawah trakea, setinggi
angulus sterni tepi bawah trakea vertebrae torakalis IV, trakea bercabang dua menjadi
bronkus kiri dan bronkus kanan. Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang berbentuk
cincin yang terdiri dari 15-20 cincin. Diameter trakea tidak sama diseluruh bagian. Pada
daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan sedikit melebar, dan mengecil lagi dekat
percabangan bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina, terletak
agak ke kiri dari bidang median. Bagian dalam dari trakea terdapat sel-sel bersilia, berguna
untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama udara ke jalan pernapasan.
Mukosa trakea terdiri dari epitel keras seperti lamina yang berisi jaringan serabut-
serabut elastis. Jaringan mukosa ini berisi glandula mukosa yang sampai ke permukaan
epitel menyambung ke pembuluh darah bagian luar. Submukosa trakea menjadikan
dinding trakea kaku dan melindungi serta mencegah trakea mengempis. Kartilago antara
trakea dan esofagus lapisannya berubah menjadi elastis pada saat proses menelan sehingga
membuka jalan makanan dan makanan masuk ke lambung. Rangsangan saraf simpatis
memperlebar diameter trakea dan mengubah besar volume saat terjadinya proses
pernapasan (Syaifuddin,2014).
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi
oleh garis pembatas. Setiap perjalanan cabang utama tenggorokan ke sebuah lekuk yang
panjang di tengah permukaan paru (Syaifuddin,2014).
Menurut Syaifuddin (2014) Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian :
Bronkus lobaris atau bronkioli (cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil
dari bronkus. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli. Percabangan
bronkus lobaris meliputi bronkus lobaris superior dekstra, bronkus lobaris media dekstra,
bronkus lobaris inferior dekstra, bronkus lobaris superior sinistra, dan bronkus lobaris
inferior sinistra.
6. Pulmo (paru-paru)
Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat
lunak, elastis dan berada dalam rongga toraks. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air.
Paru berwana biru keabu-abuan dan ber bintik-bintik karena partikel-partikel debu yang
masuk termakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang.
Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul menjorok ke atas, masuk ke
leher kira-kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan
dinding dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar
pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan tempat bronkus,
pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru membentuk radiks pulmonalis.
Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol ke arah dasar yang lebar melewati
apertura torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung stemal iga I. Basis pulmo adalah bagian
yang berada di atas permukaan cembung diafragma. Oleh karena kubah diafragma lebih
menonjol ke atas, maka bagian kanan lebih tinggi dari paru kiri.
Dengan adanya insisura atau fisura pada permukaan, paru dapat dibagi atas beberapa
lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan dalam penentuan diagnosis. Pada paru kiri
terdapat suatu insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru kiri atas dua
lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak di atas dan di depan insisura) dan lobus
inferior (bagian paru yang terletak di belakang dan bawah insisura) (Syaifuddin,2014).
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kan- tong
tempat paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak
berhubungan. Pleura mempunyai dua lapisan :
1. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis: Lapisan pleura van
langsung berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru, memisah kan
lobus-lobus dari paru.
2. Lapisan dalam pleura viseralis: Pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai
dengan letaknya, pleura parietalis ada empat bagian:
a. Pleura kostalis: Menghadap ke permukaan lengkung kosta dan otot
otot yang terdapat di antaranya, sebelah depan mencapai sternum,
bagian belakang melewati iga di samping vertebra. Bagian ini
merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling kuat dalam
dinding toraks.
b. Pars servikalis: Bagian pleura yang melewati apertura torasis
superior memasuki dasar lebar dan berbentuk seperti kubah,
diperkuat oleh membran suprapleura.
c. Pleura diafragmatika: Bagian pleura yang berada di atas
diafragma.
d. Pleura mediastinalis: Bagian pleura yang menutup permukaan
lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamya.
Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi
ditarik kembali dari rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian:
a. Sinus kostomediastinalis: Terbentuk pada pertemuan pelura media
stinalis dengan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi hampir semua terisi oleh
paru.
b. Sinus frenikokostalis: Terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika
dengan pelura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum
dapat diisi oleh pengembangan paru.
FISIOLOGI RESPIRASI