TIK1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

ANATOMI, FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

FAKTOR KIMIA, FISIKA DAN BIOKIMIA SISTEM RESPIRASI

ORGAN RESPIRASI

1. Rongga Hidung

Jalur utama udara dari dan ke paru-paru; dilapisi oleh membran berlendir lengket
yang mengikat partikel debu dan kuman, terbagi dua oleh piringan tulang rawan di tengah
(septum nasal); bercak-bercak berbulu halus (epitel olfaktori) di atap rongga hidung adalah
organ indra pembau (Parker,2007).

Menurut Syaifuddin (2014) Bagian-bagian dari hidung, antara lain :

 Batang hidung : dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa nasalis.
 Cuping hidung : bagian bawah dinding lateral hidung yang dibentuk oleh
tulang rawan
 Septum nasi : dinding yang membatasi dua rongga hidung.
 Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi).

Menurut Syaifuddin (2014) Persarafan Hidung, antara lain :

 Nervus Olfaktorius : sebagai saraf sensibel (saraf pembau), masuk melalui


lubang-lubang di lamina kribosa etmoidalis.
 Nervus Trigeminus : mempunyai cabang N. Oftalmikus dengan ranting N.
Nasalis posteroir superior dan N. Nasalis anterior superior, untuk dinding
lateralis kavum nasi superior dan konka nasalis media.
 Nervus Etmoidalis anterior : cabang dari oftalmikus masuk ke dalam kavum
nasi melalui lubang frontal di lamina kribosa ossis etmoidalis.
 Nervus Palatinus anterior : masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang
dalam pars perpendikularis ossis palatini.

Menurut Syaifuddin (2014) Fungsi hidung dalam proses pernapasan, antara lain :
 Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 36° C.
 Udara dilembapkan. Sejumlah besar udara yang melewati hidung bila
mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75%.
 Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disaring oleh
rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata).
Fungsi ini dinamakan fungsi air conditioning jalan pernapasan atas. Kenaikan
suhu tidak melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai trakea bagian
bawah bila seseorang bernapas melalui tabung langsung masuk trakea.
Pendingin dan pengeringan berpengaruh pada bagian bawah paru sehingga
mudah terjadi infeksi paru.
 Penciuman. Pada pernapasan biasa 5-10% udara pernpasan melalui celah
olfaktori. Dalam menghirup udara dengan keras, 20% udara melalui celah
olfaktori.

2. Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii
dan vertebrae servikalis VI (Syaifuddin,2014).
Faring berbentuk pipa pendek yang berawal dari rongga hidung dan berakhir di laring
(Parker,2007).

Menurut Syaifuddin (2014) Faring terbagi atas tiga bagian, yaitu :


 Nasofaring : bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi berhubungan
dengan kavum nasi melalui konka dinding lateral. Nasofaring hanya melewatkan
makanan.
 Orofaring : melewatkan makanan dan cairan.
 Laringofaring : mempunyai hubungan dengan laring melalui mulut laring
yaitu aditus laringues. Berfungsi melewatkan makanan dan cairan.

Fungsi Faring adalah pada lipatan-lipatan vokal suara mempunyai elastisitas yang
tinggi dan dapat memproduksi suara yang dihasilkan oleh pita suara. Lipatan-lipatan vokal
memproduksi suara melalui jalan udara, glotis, serta lipatan produksi gelombang suara.
Faktor-faktor yang menentukan frekuensi puncak bunyi dan produksi bergantung pada
panjang dan ketegangan regangan yang membangkitkan frekuensi dan getaran yang
diproduksi. Ketegangan dari pita suara dikontrol oleh otot kerangka dibawah kontrol
korteks (Syaifuddin,2014).

3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat dan ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring
membentuk tepi epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid, dan
sebelah bawah tepi bawah kartilago krikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan
membatasi daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut
subglotis (Syaifuddin,2014).
Laring adalah pipa tulang rawan pendek yang menyambungkan faring dengan trakea;
dengan adanya pita suara, laring berperan penting dalam pembentukan suara
(Parker,2007).

Menurut Syaifuddin (2014) Rangka laring terdiri dari :


 Kartilago tiroidea : terdiri dari dua.
 Kartilago krikoidea : berbentuk cincin bagian ventral, yang sempit disebut
arkus, bagian yang lebar disebut lamina.
 Kartilago aritenoidea : sepasang berbentuk segitiga dengan apeks di kranial,
terdapat kartilago kornikulata dan kartilago epiglotika.
 Kartilago epiglotika : berbentuk kaudal meruncing, disebut peptiolus.

Fungsi laring adalah sebagai alat vokalisasi (pembentukan suara). Vokalisasi adalah
pembicaraan yang melibatkan sistem respirasi yang meliputi pusat khusus pengaturan
bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak, dan artikulasi serta
struktur resonansi dari mulut dan rongga hidung.

4. Trakea

Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang
dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea verterbra torakalis V.
Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai
dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea
tetap terbuka (Syaifuddin,2014).
Trakea disebut juga tenggorokan, saluran udara utama menuju paru-paru; panjang
sekitar 11 cm (4 inci) dan tetap terbuka meskipun mendapatkan tekanan dari organ sekitar
karena adanya cincing tulang rawan berbentuk huruf C (Parker,2007).
Menurut Syaifuddin (2014) Struktur trakea yaitu pada ujung bawah trakea, setinggi
angulus sterni tepi bawah trakea vertebrae torakalis IV, trakea bercabang dua menjadi
bronkus kiri dan bronkus kanan. Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang berbentuk
cincin yang terdiri dari 15-20 cincin. Diameter trakea tidak sama diseluruh bagian. Pada
daerah servikal agak sempit, bagian pertengahan sedikit melebar, dan mengecil lagi dekat
percabangan bronkus. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina, terletak
agak ke kiri dari bidang median. Bagian dalam dari trakea terdapat sel-sel bersilia, berguna
untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama udara ke jalan pernapasan.
Mukosa trakea terdiri dari epitel keras seperti lamina yang berisi jaringan serabut-
serabut elastis. Jaringan mukosa ini berisi glandula mukosa yang sampai ke permukaan
epitel menyambung ke pembuluh darah bagian luar. Submukosa trakea menjadikan
dinding trakea kaku dan melindungi serta mencegah trakea mengempis. Kartilago antara
trakea dan esofagus lapisannya berubah menjadi elastis pada saat proses menelan sehingga
membuka jalan makanan dan makanan masuk ke lambung. Rangsangan saraf simpatis
memperlebar diameter trakea dan mengubah besar volume saat terjadinya proses
pernapasan (Syaifuddin,2014).

5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah
tampuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang dua kiri dan kanan yang dibatasi
oleh garis pembatas. Setiap perjalanan cabang utama tenggorokan ke sebuah lekuk yang
panjang di tengah permukaan paru (Syaifuddin,2014).
Menurut Syaifuddin (2014) Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian :

 Bronkus prinsipalis dekstra: Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus


pulmonalis paru kanan, mempercabangkan bronkus lubaris superior. Pada
waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus lobaris medius, bronkus
lobaris inferior, dan bronkus lobaris superior, di atasnya terdapat V. Azigos,
dibawahnya A. Pulmonalis dekstra.
 Bronkus prinsipalis sinistra: Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih
horizontal dibandingkan bronkus dekstra, panjangnya sekitar 5 cm, berjalan ke
bawah aorta dan di depan esofagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri, bercabang
menjadi dua (bronkus lobaris superior dan bronkus lobaris inferior).

Bronkus lobaris atau bronkioli (cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil
dari bronkus. Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli. Percabangan
bronkus lobaris meliputi bronkus lobaris superior dekstra, bronkus lobaris media dekstra,
bronkus lobaris inferior dekstra, bronkus lobaris superior sinistra, dan bronkus lobaris
inferior sinistra.

Bronkus mengadakan pendekatan pada lobus pernapasan. Struktur dalam bronkus


berbeda dengan di luar bronkus. Seluruh gabungan otot menekan bagian yang melalui
cabang-cabang tulang rawan yang semakin sempit dan semakin kecil yang disebut
bronkiolus. Dan tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak
dengan diameter kira-kira 0,5 mm. Bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan dan
melepaskan udara ke permukan pernapasan di paru. Pernapasan bronkiolus membuka
dengan cara memperluas ruangan pembuluh alveoli tempat terjadinya pertukaran udara
antara (oksigen dan karbondioksida). (Syaifuddin,2014).

6. Pulmo (paru-paru)
Pulmo (paru) adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat
lunak, elastis dan berada dalam rongga toraks. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air.
Paru berwana biru keabu-abuan dan ber bintik-bintik karena partikel-partikel debu yang
masuk termakan oleh fagosit. Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang.
Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul menjorok ke atas, masuk ke
leher kira-kira 2,5 cm di atas klavikula. Fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan
dinding dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk perikardium. Sekitar
pertengahan permukaan kiri terdapat hilus pulmonalis suatu lekukan tempat bronkus,
pembuluh darah, dan saraf masuk ke paru membentuk radiks pulmonalis.
Apeks pulmo berbentuk bundar dan menonjol ke arah dasar yang lebar melewati
apertura torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung stemal iga I. Basis pulmo adalah bagian
yang berada di atas permukaan cembung diafragma. Oleh karena kubah diafragma lebih
menonjol ke atas, maka bagian kanan lebih tinggi dari paru kiri.
Dengan adanya insisura atau fisura pada permukaan, paru dapat dibagi atas beberapa
lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan dalam penentuan diagnosis. Pada paru kiri
terdapat suatu insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru kiri atas dua
lobus yaitu lobus superior (bagian yang terletak di atas dan di depan insisura) dan lobus
inferior (bagian paru yang terletak di belakang dan bawah insisura) (Syaifuddin,2014).

Menurut Syaifuddin (2014) Pada paru kanan terdapat dua insisura:


1. Insisura obliqua (interlobularis primer): Mulai di daerah insisura, ke atas dan
ke belakang sampai hilus setinggi vertebrae torakalis IV, ke bawah dan ke depan
searah dengan iga VI sampai linea aksilaris media ke ruangan interkostal VI,
memotong margo inferior setinggi artikulasio iga IV kembali ke hilus.
2. Insisura interlobularis sekunder: Mulai dari insisura obliqua pada aksilaris
media, berjalan horizontal memotong margo anterior pada artikulasio
kostokondralis IV terus ke hilus. Insisura obliqua memisahkan lobus inferior dari
lobus medius dan lobus posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius
dari lobus superior.

Dari bronkus lobaris bercabang menjadi bronkus segmentorum. Bronkopulmonari


segmen adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus segmentorum, mendapat
darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus egmentorum yang berdekatan, dan darah
vena yang terletak intersegmental.
Paru kanan memiliki 10 segmen:
1. Lobus superior : Segmen apikal, superior, dan anterior.
2. Lobus medius : Segmen lateral dan medial.
3. Lobus inferior : Segmen superior, mediobasal, anterobasal,
laterobasal dan posterobasal.

Paru kiri terdiri dari 8 segmen:


1. Lobus superior : Segmen apiko posterior, anterior, superior, dan inferior.
2. Lobus inferior: Segmen superior, anteriomediobasal, lateral basal, dan
laterobasal.

Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk suatu kan- tong
tempat paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan yang masing-masing tidak
berhubungan. Pleura mempunyai dua lapisan :
1. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis: Lapisan pleura van
langsung berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru, memisah kan
lobus-lobus dari paru.
2. Lapisan dalam pleura viseralis: Pleura yang berhubungan dengan fasia
endotorasika, merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai
dengan letaknya, pleura parietalis ada empat bagian:
a. Pleura kostalis: Menghadap ke permukaan lengkung kosta dan otot
otot yang terdapat di antaranya, sebelah depan mencapai sternum,
bagian belakang melewati iga di samping vertebra. Bagian ini
merupakan bagian yang paling tebal dan yang paling kuat dalam
dinding toraks.
b. Pars servikalis: Bagian pleura yang melewati apertura torasis
superior memasuki dasar lebar dan berbentuk seperti kubah,
diperkuat oleh membran suprapleura.
c. Pleura diafragmatika: Bagian pleura yang berada di atas
diafragma.
d. Pleura mediastinalis: Bagian pleura yang menutup permukaan
lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamya.

Pada waktu inspirasi bagian paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi
ditarik kembali dari rongga tersebut. Sinus pleura ada dua bagian:
a. Sinus kostomediastinalis: Terbentuk pada pertemuan pelura media
stinalis dengan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi hampir semua terisi oleh
paru.
b. Sinus frenikokostalis: Terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika
dengan pelura kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum
dapat diisi oleh pengembangan paru.
FISIOLOGI RESPIRASI

Anda mungkin juga menyukai