Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Dalam


penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry awal 1990-an, kasus autisme masih
berkisar pada perbandingan 1 : 2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000 dalam catatan
Sutism Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150 anak punya
kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih mengkhawatirkan. Di sana
berdasarkan data International Congress on Autism tahun 2006 tercatat 1 dari 130 anak
punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita autis, ini karena
orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari gejala-gejala
autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di RS. Misalnya ke
bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan pendengaran dan ke Poli
Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya mengalami masalah dengan
perkembangan fisik.
Belum diketahui apa penyebab makin banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang
bisa dilacak adalah faktor yang terkait dengan autisme, misalnya genetik dan biologis.
Secara biologis, ada kemungkinan autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi,
gangguan kandungan, maupun polusi.

B. TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa mampu menguasai konsep keperawatan dan melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan autisme. Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca mengenai anak berkebutuhan khusus “autisme”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Autisme berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme yang berarti aliran.
Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Ada pula yang
menyebutkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup bidang
komunikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai tampak pada anak sebelum usia tiga
tahun (E. Kosasih, 2012).
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, 1996)
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi
yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-
Cohen, 1993).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan
perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan
antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas.

B. ETIOLOGI

1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosom (sindrom X yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan
struktur cerebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori
serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan
tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal.
Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu
dan tampak berteriak-teriak.

Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang
abnormal terhadap suara, anak takut pada suara tertentu dan tercengang pada suara
lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Dengan bertumbuhnya
anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian
prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan
dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorasi lingkungannya.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu
dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi
potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan
berteman.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit,
keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercengang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara
lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak
bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Kontak mata minim atau tidak ada.
6. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap
rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon
terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas
pada rangsangan lain.
7. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
8. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjingkat-jingkat.

Ciri yang khas pada anak yang autisme :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan
orang lain).

Menurut (Baron dan Cohen, 1994) ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sosial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak
imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

D. KLASIFIKASI

1. Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak
berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil
namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah
meskipun terjadinya hanya sesekali.
2. Autis Sedang

Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun tidak
memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti
diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit untuk
dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.

3. Autis Berat

Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat
tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara
berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah,
namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi
berada di pelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak
baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal
tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala
hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi
verbal
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)
Berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk
mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal
tahun 1990-an.
3. The Autism Screening Questionare
Daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia
atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old
Tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy
Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain,
imitasi motor dan konsentrasi.
F. PENATALAKSANAAN

1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin
5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak
heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.

Anda mungkin juga menyukai