Anda di halaman 1dari 21

SENI RUPA BAGI ANAK USIA DINI

A. Pengertian Seni Rupa


Pendidikan seni, sejatinya merupakan sarana atau media untuk
pengembangan potensi dan kreativitas anak. Adapun pendidikan seni
rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar,
menanamkan kesadaran budaya local, mengembangkan kemampuan
apresiasi seni rupa, menyediakan, kesempatan untuk
mengaktualsasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni
rupa, dan mempromosikan gagasan multicultural (Catur Budi,2012:5).
Menurut Catur, seni rupa merupakan ungkapan gagasan dan
perasaan manusia yang diwujudkan melalui pengolahan media dan
penataan elemen serta prinsip-prinsip desain. Sedangkan Paul Ricouer
mengatakan bahwa “seni rupa memberikan model-model untuk
redeskripsi dunia. Seni rupa mendekatkan kita kepada orang lain,
sejarah kita, dan kepada diri kita sendiri dengan menyediakan
permadani yang kaya dengan jalinan waktu, tempat, karakter, dan
bahkan nasihat tentang apa yang mungkin kita lakukan dengan hidup
kita” (Retnowati & Pribadi, 2010)
Sementara itu, menurut Soetedja (2007) dalam Novi Mulyani,
2017:60-61, seni rupa merupakan bidang yang memfokuskan pada
pencitraanobjek yang dibuat, ditunjukkan, dan diapresiasikan. Dalam
bidang ini, pengembangan pemahaman perseptif dan konseptual
sangat di tekankan untuk membaca sistem, komunikasi, dan budaya
yang ada dalam masyarakat untuk dituangkan dalam bahasa visual.

B. Seni Rupa Anak Usia Dini


Menurut Dewey (Seefeldt & Wasik, 2008), bahan-bahan seni itu
merangsang dan membuat anak-anak untuk berpikir secara berbeda.
Sedangkan menurut Eisner dalam Novi Mulyani, 2017:62, jika anak-
anak sedang menggambar, mengecat, atau membangun bangunan dari
balok, terlebih dahulu secara mental, ia menciptakan gambaran atau
pikiran di dalam benak mereka.
Mengutip dari Seefeldt dan Wasik (dalam Novi Mulyani), dalam
bukunya Pendidikan Anak Usia Dini, dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1) Coretan Anak Tiga Tahun
Bagi anak–anak usia tiga tahun, kegiatan mencoret-coret
merupakan pengalaman sensorimotor. Anak akan menggerakkan
seluruh tubuh ketiika membuat coretan dikertas. Selain itu, sering
pula anak mengabaikan batas kertas, dan meneruskan membuat
coretan di meja belajar, bahkan dilengan temannya yang berada
dekat di sampingnya.
Dalam usia ini, pada umumnya anak tidak tertarik dengan hasil
coretan mereka. Hal yang paling penting bagi anak adalah
pengalaman membua coretan, yang terkadang membuat anak
sangat sibuk dengan dunia yang anak ciptakan sendiri. Dalam
proses membua coretan, tidak jarang anak memperlakukan spidol
aau krayon seolah-olah alat mainan. Menurut Seefeldt dan Wasik,
pada tahap ini, anak-anak usia tiga tahun bergerak dari spidol,
pensil, atau krayon, menuju coret-coret terkendali dan cenderung
mengulang coretan-coretan tanda yang sama.
2) Coretan Anak Empat Tahun
Anak-anak usia empat tahun, tentunya berbeda dengan anak-anak
usia tiga tahun. dalam usia ini, anak-anak sudah mempunyai
pengalaman coret-coret sebelumnya. selain itu, mereka juga bisa
memegang pensil, spidol, atau krayon, seperti layaknya orang
dewasa, meskipun ada sebagian anak yang masih memegang alat
gambar dengan erat-erat ketika mulai sekolah.
Diusia ini, anak-anak bisa menggunakan beberapa “teknik” ketika
mereka melakukan coret-coret. Menurut Lowenfeld, menanamkan
coret-coret ini menunjukkan bahwa anak-anak berpikir dalam bentuk
khayalan, bukan sekedar melibatkan diri dalam kegiatan otot yang
mereka lakukan ketika dalam usia tiga tahun. Namun, anak-anak
usia empat tahun melakukan coret-coret tanpa ada perencanaan
dibenak anak.
3) Coretan Anak Lima Tahun
Pada usia lima tahun, anak-anak yang mempunyai banyak
kesempatan di tahun-tahun sebelumnya dalam mencorat-coret, di
tahun ini akan mulai mencoret (menggambar) dengan rencana
dibenaknya. Bahkan anak juga sudah memilih media gambar,
seperti: kertas, spidol, pensil, yang kiranya paling cocok untuk
memenuhi rencana mereka.
Menurut Seefeldt dan Wasik, kebanyakan anak usia lima tahun
mampu menghadirkan apa yang anak tahu ke dalam gambar.
dengan kata lain, coret-coret sudah menjadi semakin mendekati
kenyataan. Meskipun gambar anak tidak seperti anak-anak yang
sudah sekolah di tingkat dasar, tetapi secara umum anak usia lima
tahun sudah secara skematis dan realistis dalam mengilustrasikan
konsep yang ada pada sebuah gambar. Dalam hal ini, seorang
dewasa aau guru dengan mudah melihat dan mengenali apa yang
telah digambar oleh anak.
National Education Association (NEA) yang merupakan asosiasi
pendidik professional amerika serikat menetapkan tujuan pendidikan
seni rupa sebagai berikut :
a. Mengembangkan apresiasi terhadap keindahan.
b. Mengembangkan dorongan-dorongan kreatif.
c. Mengembangkan daya penglihatan.
d. Membantu mengembangkan kemampuan menyatakan sesuatu.
e. Menyiapkan keterampilan bagi anak-anak. (Retnowati & Pribadi,
2010) dalam Novi Mulyani, 2017:64.
C. Jenis-Jenis Pembelajaran Seni Rupa Untuk Anak Usia Dini
1. Menggambar
Menggambar merupakan kegiatan yang menyenangkan dan
disukai anak-anak. hal ini senada dengan pendapat Seefeldt dan
Wasik, yang menjelaskan bahwa menggambar adalah satu-
satunya kegiatan seni yang paling penting bagi anak usia dini
khususnya usia tiga, empat, dan lima tahun. Hal ini karena
bagaimanapun pada usia ini anak-anak sedang memasuki
tingkat seni dan berpikir membuat lambing. (Seefeldt & Wasik,
2008: 265).
Menurut Eisner, jika anak-anak sedang menggambar,
mengecat, atau membangun bangunan dari balok, terlebih
dahulu secara mental, ia menciptakan gambaran atau pikiran di
dalam benak mereka. Jadi, gambar yang dihasilkan oleh anak
(atau orang dewasa menyebutnya dengan coretan-coretan) tidak
hanya asal-asalan tanpa dasar yang jelas.
Dengan menggambar anak bisa menuangkan berbagai
imajinasi atau khayalan yang ia bangun sendiri lewat dari
lambang. Selain itu, gambar yang mereka hasilkan juga dapat
menunjukkan tingkat kreativitas dan suasana hati anak.
Herbert Read yang terkenal degan gagasannya education
through art menekankan bahwa neluri berolah seni rupa anak
adalah sesuatu yang universal, sesuatu yang tumbuh secara
alamiah pada diri anak dalam mengkomunikasikan dirinya.
artinya, bahwa ekspresi diri tidak bisa diajarkan dan peranan
guru hanyalah sebagai fasilitator (Widiyastuti, 2007:146).
Dalam kegiatan menggambar di Tk atau Paud, biasanya
kegiatan menggambar dibagi dua yakni menggambar dengan
tema dan menggambar bebas. Menggambar dengan tema
misalnya dengan tema binatang, tumbuhan, alat transportasi dan
lainya. Sedangkan menggambar bebas , anak di beri
kesempatan untuk menggambar sesuai keinginan dan
kebebasan imajinasi anak-anak.
Dalam kegiatan menggambar di Taman Kanak-Kanak, alat-
alat yang biasa digunakan antara lain : buku gambar, pensil,
crayon, pensil warna, penggaris, dan lain sebagainya.

2. Finger Painting
Kegiatan seni rupa yang juga sangat disukai oleh anak
adalah kegiatan melukis dengan jari tangan atau biasa disebut
dengan nama finger painting. Dalam kegiatan ini anak harus
melukis dengan jari-jarinya dan tidak diperbolehkan
menggunakan alat bantu seperti yang dilakukan dalam kegiatan
menggambar atau melukis biasa nya yang lazimnya
menggunakan pensil, crayon, kuas dan sebaginya.
Catur menjelaskan bahwa tujuan dari finger painting adalah
sebagai berikut :
 Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak
otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
 mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari
warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi
emosi anak, kegembiraan, dan kondisi-kondisi emosi mereka.
 Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga
menjadi warna yang sekunder dan tersier.
 Mengenalkan estetika keindahan warna.
 Melatih imajinasi dan kreativitas anak (Catur, 2012: 7)
Kemudian, dalam kegiatan finger painting ini bahan yang
dapat digunakan antara lain cat air, tinta, pewarna makanan,
tepung kanji dan lain sebagainya.

3. Melukis
melukis lebih mengungkapkan unsur ungkapan perasaan
(ekspresi) dan kegiatan melukis sering juga disebut menggambar
ekspresif. Jadi melukis tidak lain dari menyalurkan ungkapan
perasaan dengan menggunakan media gambar.
Unsur-unsur dalam seni lukis antara lain sebagai berikut :
 Unsur fisik (Teknik)
Unsur fisik suatu lukisan adalah unsur yang dapat dilihat dan
diraba. Garis, bidang dan warna, bentuk termasuk proposi,
tekstur bahkan sapuan kuas merupakan unsur fisik suatu
lukisan. Unsur fisik merupakan perantara yang menyampaikan
isi atau kesatuan makna yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu latihan terus menerus diperlukan untuk mengasah
keterampilan melukis anak.
 Unsur Isi
Umumnya gambar karya anak kecil sangat ekspresif, setiap
unsurnya terjadi dengan tidak di buat-buat. Hal ini disebabkan
karena masa kanak-kanak adalah masa fantasi, jika merekan
melakukan permainan, mereka benar-benar menikmati dunia
khayalnya.
Bahan atau alat yang biasa di gunakan untuk melukis antara
lain : kertas kanvas, kuas, palet, dan cat air.

4. Kolase
Secara eimologi atau bahasa , kolase berasal dari bahasa
Prancis, “ collage”, yang berarti melekat. Adapun istilah, kolase
adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan teknik melukis
(lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu
(Hadiati, 2014). Dengan demikian, kegiatan menempel atau
kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas
datar, dengan bahan berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan
berstruktur dan benda-benda menarik lainya.
Sedangkan menurut Catur (2012), kolase dalam pengertian
yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam
bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak biasanya
memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, dan
bahan-bahan bertekstur, lalu meletakkannya di tempat yang
mereka suka.
Adapun bahan-bahan yang bisa di gunakan dalam kolase
antara lain :
 bahan alam yang dapat digunakan antara lain : daun, kulit
batang pisang kering, ranting, bunga kering, kerang, dan batu-
batuan.
 Bahan olahan yang dapat digunakan antara lain : kertas
berwarna , kain perca, benang, kapas, plastic sendok es krim,
sedotan minuman, logam dan karet.
 Bahan bekas yang dapat digunakan antara lain : kertas Koran,
kalender bekas, tutup botol, dan bungkus makanan.
 Bahan-bahan lain seperti serbuk kayu, pasir yang telah
diwarnai, biji bunga matahari, atau kwaci, kancing baju, dan
lain-lain.

5. Menjiplak
Menjiplak juga merupakan salah satu kegiatan seni rupa
anak usia dini. Menjiplak merupakan kegiatan meniru gambar
dngan menggunakan alat atau benda tertentu. Dengan ekspresi
dan imajinasi yang dimiliki, anak-anak merasa teknik mejiplak
sanga mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak
cara. Anak-anak juga dapat dengan mudah membuat banyak
jiplakan yang berbeda dari objek-objek yang ada disekitar anak-
anak. Hal ini merupakan cara yang baik untuk membuat anak
peka pada dunia sekitar mereka (Catur Budi, 2012 : 11).
Alat-alat lain yang biasa digunakan untuk menjiplak antara
lain : benda dengan berbagai bentuk seperti lingkaran, segitiga,
segi empat (tutup botol, gelas, tempat pensil, dan masih banyak
lagi), jenis benda yan ada disekitar rumah yang dapat digunakan
untuk ditiru bentuknya atau dijiplak. Dengan hasil jiplakan
tersebut, melatih kreativitas anak dalam membangun sebuah
pola atau bentuk yang baru sesuai dengan keinginannya.

6. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai
mengubah , membangun, dan mewujudkan. Membentuk dalam
kegiatan seni rupa berasal dari bahasa Belanda, “bootseren”,
dan bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan-bahan yang
digunakan untuk membentuk adalah bahan-bahan yang lunak
seperti, tanah liat, plastisin. Namun bisa juga menggunakan
bahan-bahan lain seperti kertas karton atau bahan-bahan lain
yang mudah dibentuk (Catur Budi, 2012 :9).
Banyak bahan yang bisa digunakan untuk membentu,
namun biasanya bahan yang paling disukai anak adalah tanah
liat. Membuat benda-benda tiga dimensi dengan tanah liat
sangat menyenangkan bagi anak di tambah dengan alat, seperti
sisir, tongkat, atau benda-benda lain, menunjukkan pada anak
bagaimana mereka bisa menghiasi produk-produk mereka.
selain itu, kegiatan ini juga, memberikan pengalaman berharga
bagi anak, terutama untuk meningkatkan kekuatan otot anak.

7. Mencetak
Menurut Nani (Supriyenti, 2013: 18) mencetak atau seni
grafis atau grafika adalah seni rupa yang cetakannya dikerjakan
dengan tangan. Mencetak merupakan suatu cara
memperbanyak bentuk dengan alat cetak atau acuan yang
disebut “klise”. proses mencetak, diawali dengan pembuatan
klise atau acuan cetakan. Dalam hal ini, klise dapat dibuat dari
bahan-bahan yang sederhana, seperti kayu atau papan, karet,
logam, dan bahan lainnya.
Dalam pemebelajaran di PAUD, mencetak merupakan
kegiatan membuat suatu bentuk dengan alat cetak. Alat cetak
yang digunakan biasanya sudah disediakan guru sesuai dengan
tema. Selain alat cetakan, disediakan juga bahan yang akan
dicetak seperti pasir, tanah liat, plastisin, atau juga bisa dengan
adonan kue.
8. Mengecap
Mengecap adalah menirukan bentuk atau gambar sesuai
dengan alat cap atau bisa juga dengan jari. Mengecap dengan
jari bermanfaat bagi perkembangan motorik halus anak. Menurut
Catur Budi (2012), mencetak bisa juga menggunakan pelat atau
stempel. Stempel tersebut berbentuk gambar-gambar yang
timbul, selanjutnya diberi tinta dan kemudian di pindahakan ke
kertas.
Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari
Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak.
Mengecap juga bisa dengan memanfaatkan bahan alam, seperti
pelepah pisang, dan pelepah pohon papaya. kemudian untuk
tinta capnya bisa menggunakan cat air, ataupun dengan
pewarna makanan yang aman dan mudah dibersihkan.

9. Melipat
Melipat merupakan salah satu kegiatan mencipta seni rupa
tiga dimensi. Melipat biasanya menggunakan kertas. Seni
melipat kertas dinamakan juga origami Kertas tersebut dapat
dibuat berbagai macam bentuk seperti burung, perahu, bunga,
kincir air, dan sebagainya sesuai dengan imanjinasi anak.
Selain dengan kertas warna yang biasa digunakan untuk
membuat origami, bisa juga dengan menggunakan kertas kado.,
kertas Koran, kertas bekas kalender, kertas karton bekas
bungkus susu formula, ataupun dari bahan bekas lain yang
sudah tidak digunakan.

10. Montase
Montase adalah susunan gambar yang diambil dari berbagai
media sperti koran,majalah,tabloid dll. sedangkan teknik
montase adalah teknik menggambar dengan cara menempelkan
susunan gambar yang telah ada sebelum gambar tersebut
dibentuk. Biasanya teknik montase dalam bentuk kartun atau
serial anak.
Adapun Alat dan Bahan : Gunting, Lem, Cutter, Pensil,
Spidol, Crayon, Kertas Gambar/HVS, majalah/tabloid, Koran,
kalender.
https://brainly.co.id/tugas/14213844#readmore
11. Mozaik
Lukisan Mozaik adalah gambar atau lukisan yang dibuat
dengan cara menggabungkan kepingan dari berbagai material
seperti kaca kertas, batu dan bahan lainnya menjadi karya yang
utuh dan indah.
Berikut bahan-bahan yang bisa digunakan membuat lukisan
mozaik:Kepingan keramik, Kepingan kaca, Kertas, Biji-bijian,
Cangkang telur, Bebatuan, Kerang, Daun, dan lain
sebagainya.Sementara alat yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:Pensil untuk menggambar pola, alat pemotong (cutter,
gunting dan sebagainya), alat untuk menata perekat.
Media Diorama merupakan sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk
menggambaran pemandangan sebenarnya (Sudjana dan Ahmad 2013:170).
Prastowo (2015: 236) menyatakan diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk
sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang
disesuaikan dengan penyajian

Sudjana,Nana dan Ahmad Rivai. 2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Prastowo,Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:


Diva Press

D. Pembelajaran Seni Rupa Dan Kreativitas Anak Usia Dini


Seni merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan daya
kreativitas anak usia dini. Namun untuk mengembangkan kreativitas
anak, anak harus diberi kebebasan yang diberikan, anak akan
melakukan eksplorasi sendiri dalam membua sebuah karya. hal ini
senada dengan yang disampaikan oleh Beaty (2013) bahwa “the key to
setting up an environment that promotes creativity is freedom”
(kebebasan merupakan kunci untuk meningkatkan kreativitas).
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa
sejak lahir, dan merupakan kemampuan untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang asli, idak biasa, dan sangat fleksibel dalam
merespons dan mengembangkan pikiran dan kreativitas. Kreativitas
alami anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. terkait
dengan seni rupa, maka dalam hal ini kreativitas seni rupa adalah
kemampuan menemukan, menciptakan, membuat, merancang ulang,
dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi
baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya seni rupa
dengan didukung kemampuan terampil yang dimiliki seorang anak.
Dengan bereksperimen membentuk benda sesuai dengan imajinasi
anak, maka hal itu akan memancing kreativitas, serta membuat anak
mengenali alam sekitar lebih dekat. Dengan demikian, diharapkan pula,
anak mampu menjaga lingkungan tempat dimana anak tinggal.

SENI DAN KREATIVITAS

A. Pengertian Kreativitas
Beberapa ahli mengemukakan pendapat, yaitu sebagai berikut :
1. James J. Gallagher
kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu
berupa gagasan atau produk baru, atau mengkombinasikan antara
keduanya, yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (Rahmawati
& Kurniati, 2010).
2. Clark Moustakas
Kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan
mengakualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara
hubungan diri sendiri, alam dan orang lain (Munandar, 1995).
3. Chaplin
Kreativitas merupakan kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam
seni atau, dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-
masalah dengan metode-metode baru (Rahmawati & Kurniati, 2010).
4. Nashori Dan Mucharam
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu yang baru. hasil karya atau ide-ide yang baru itu sebelumnya
tidak dikenal oleh orang lain. kemampuan ini merupakan aktivitas
imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari
informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat (Nashori, 2005).
5. De Porter Dan Hernacki
Kreativitas adalah kemampuan melihat hal yang dilihat orang lain, tetapi
memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain (Nashori, 2005).

selain itu, definisi kreativitas juga dapat ditinjau dari empat aspek yaitu
sebagai berikut :
 Pribadi, kreativitas mencerminkan keunikan.
 Proses, yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berpikir.
 Pendorong, kondisi internal dari diri sendiri berupa keinginan
atau hasrat untuk menciptakan diri secara kreatif dan kondisi
eksternal yang mendorong seseorang untuk berpikir kreatif.
 Produk, suatu karya dapat dikatakan kreatif jika merupakan
suatu ciptaan yang baru atau orisinal dan bermakna bagi individu
dan lingkungan pada umumnya (munandar, 2012).

B. Proses Kreatif
Berdasarkan teori Guilford, Munandar (Nashori,2005) dalam Novi
Mulyani, 2017: 99, menyebutkan empat unsur berpikir kreatif yang
meliputi sebagai berikut :
1) Unsur kelancaran atau fluency, kegiatan yang berupaya
mengembangkan kelancaran berpikir kreatif mendorong seseorang
untuk memikirkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu
persoalan atau masalah.
2) Unsur fleksibilitas atau kelenturan, pada tahap ini seseorang disebu
mempunyai keluwesan berpikir, apabila gagasan-gagasan yang di
ungkapkannya mempunyai jangkauan yang lebih luas dan beragam
untuk memecahkan suatu masalah.
3) Unsur orisinalitas atau keahlian, orisinalitas adalah kemampuan
untuk menemukan ide-ide yang tidak biasa atau ide yang tidak lazim.
Berdasarkan pengalaman, ide-ide yang orisinal biasanya bukanlah
ide yang pertama-tama diberikan. Biasanya, ide-ide yang mula-mula
muncul adalah ide yang lazim, yang diberikan oleh banyak orang.
4) Unsur elaborasi, adalah kemampuan mengembangkan suatu ide,
memerinci, melengkapi, dan menambahkan detail-detail terhadap
ide, sehingga dapat dilaksanakan dan dikerjakan.

Graham Wallas dikutip (Novi Mulyani, 2017: 100) dalam bukunya,


the art of thought, yang dikemukakan pada tahun 1926, menjelaskan
tentang tahap-tahap proses kreativitas yang meliputi sebagai berikut:
1) Tahap 1 : persiapan (prepation), pada tahap ini ide yang datang dan
timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu
berlangsung dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau
ilmu pengetahuan tertentu, sebagai latar belakang atau sumber dari
mana ide tersebut lahir.
2) Tahap 2 : inkubasi (incubation), pada tahap ini diharapkan hadirnya
suatu pehaman serta kematangan terhadap ide yang tadi timbul.
Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kedsadaran
itu, seperti mediasi. Latihan peningkatan kreativitas dapat
dilangsungkan untuk memudahkan, perluasan, dan pendalaman ide.
3) Tahap 3 : iluminasi (illumination), suatu tingkat penemuan saat
inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju
kepada pengembangan suatu hasil. Pada masa tahap ini, terjadi
komunikasi terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi
penemu, sehingga hasil yang telah capai dapat lebih disempurnakan
lagi.
4) Tahap 4 : verifikasi (verification), perbaikan dari perwujudan hasil
dan tanggung jawab terhadap hasil, menjadi tahap terakhir dari
proses ini Setelah perbaikan dan menyempurnakan terhadap karya,
maka selanjutnya diteruskan kepada masyarakat luas.

C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kreativitas


Menurut Kuwanto (Nur’aeni, 2008), menjelaskan setidaknya ada
tiga faktor yang dapat memengaruhi kreativitas yaitu sebagai berikut :
1) Faktor kemampuan berpikir yang mencakup inteligensi dan
pemerkayaan bahan berpikir.
2) Faktor kepribadian.
3) Faktor lingkungan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas, salah satunya
dijelaskan oleh Amabile (dikutip Nur’aeni, 2008) dalam Novi Mulyani,
2017: 102. Amabile menjelaskan empat faktor yang dapat
mempengaruhi kreativitas sebagai berikut:
1) Kemampuan kognitif.
2) Karakteristik kepribadian.
3) Motivasi intrinsic.
4) Lingkungan.
Begitu halnya dengan “merangsang” kreativitas anak usia dini,
lingkungan yang kondusif sangat dibutuhkan untuk cara berpiir
kreatif anak. Selain itu, untuk membuat anak menjadi kreatif,
memang dibutuhkan beberapa rangsangan dari orang tua maupun
guru. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan untuk
mengembangkan kreativitas anak, yaitu sebagai berikut :
1) Memberi rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun
kepribadian serta suasana psikologis anak.
2) Menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak
untuk mengakses apa pun yang di lihatnya, dipegang, didengar, dan
dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya.
3) Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas anak.
4) Selain tenaga pendidik, peran serta orang tua dalam
mengembangkan kreativitas anak jelas tidak bisa dikesampingkan
begitu saja.
Dalam hal ini, kreativitas sangat erat kaitannya dengan
kebebasan berkreasi pada anak. Hal itu artinya, seorang anak
harus mempunyai rasa aman dan kepercayaan diri sebelum
berkreasi (Rachmawati & Kurniati, 2012) dalam Novi Mulyani, 2017:
103).

D. Kreativitas Anak Usia Dini


Menurut Isenberg dan Jalongo (dikutip Musfiroh, 2003) dalam Novi
Mulyani, 2017: 104, kreativitas anak dikoridori oleh keunikan gagasan
dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak-anak yang kreatif, sangat
sensitif akan adanya stimulasi. dalam mengaplikasikan sifat
kreativitasnya, anak tidak dibatasi oleh frame-frame apapun. Artinya
mereka mempunyai kebebasan dan keleluasaan dalam beraktivitas
kreatif. Selain itu, kreativitas anak usia dini juga ditandai dengan
kemampuan membentuk imaji mental, konsep berbagai hal yang tidak
hadir dihadapannya.
menurut musfiroh, 2003 (dalam Novi Mulyani, 2017: 105),
menyebutkan ciri-ciri seorang anak yang disebut kreatif, yaitu sebagai
berikut :
1) Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main,
mengajukan pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan.
2) Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, dan
bercerita.
3) Berkonsentrasi untuk “tugas tunggal” dalam waktu yang cukup lama.
4) Menata sesuatu sesuai selera.
5) Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa.
6) Mengulang untuk tahu lebih jauh.
Pernyataan serupa dengan yang dikemukakan oleh Torrance
dikutip Munandar 2012, yang menjelaskan ciri-ciri lain dari anak yang
kreatif yaitu sebagai berikut :
1) Berani dalam pendirian dan keyakinannya.
2) Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
3) Mandiri dalam berpikir dan memberikan pertimbangan.
4) Mampu berkonsentrasi secara terus menerus dalam proyek
kreatifnya
5) intuiif, artinya dalam memecahkan suatu masalah anak tidak hanya
berdasarkan pemikiran yang rasional, tetapi juga menggunakan alam
bahwa sadarnya.
6) Mempunyai keuletan yang tinggi.
7) Anak-anak tidak begitu saja menerima pendapat dari orang lain jika
tidak sesuai dengan pendirian dan keyakinannya.
8) Mempunyai kepercayaan diri yang cukup tinggi.

E. Menumbuhkan Sikap Dasar Kreatif Anak


Menurut Fadillah dan Khorida, 2013 (dalam Novi Mulyani, 2017:
108), mengemukakan bahwa sikap natural (karaker anak) yang
menunjang tumbunya kreativitas, yaitu sebagai berikut :
1) Bekal Kebaikan
2) Suka Meniru
3) Suka Bermain
4) Rasa Ingin Tahu Tinggi
5) Imajinasi Yang Tinggi

F. Peran Seni dalam menigkakan kreativitas anak


Seni dalam hal ini adalah salah sau stimulasi kreativitas bagi anak.
Artinya, melibatkan seni dalam pembelajaran dapat mengaktifkanlebih
banyak area-area dalam otak, daripada tanpa melibatkan seni (suyadi,
2014: 171). Keterlibatan anak-anak dalam seni, dapat meningkatkan
spontanitas dan mengekspresikan diri, mengontrol efek-efek
pembetasan diri dan menghasilkan karya-karya kreatif. Selain itu, seni
juga dapat mengembangkan control perhatian yang diperlukan untuk
ketangguhan dalam menghadapi rasa takut, frustasi, dan kegagalan
yang biasanya hadir ketika berusaha menciptakan karya-karya yang
monumental.
melalui aktivitas seni, baik itu menggambar, menari, menyanyi, dan
lainnya anak dapat mengekspresikan kreativitasnya. dalam bidang
aktivitas kesenian itu sendiri , memang terdapat banyak kesempatan
dalam mengembangkan kemampuan kreativitas anak, yang tentunya
ada “penekanan” keativitas yang berbeda antara bidang seni tersebut.
Namun, semua bidang seni tersebut mempunyai peranan yang sama,
yakni sebagai media untuk mengembangkan kreativitas anak.

Anda mungkin juga menyukai