Anda di halaman 1dari 10

PENGKAJIAN DATA RUMAH SAKlT (HOSPITAL RECORD REVIEW)

KASUS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) TAHUN 1999-2000


Dl JAWA TlMUR

This survey was the evaluation of the program on Pdio Eradication through Acute Fleccid
Paralysis (AFP) SurveiNance especially Hospital Based Surveillance. The evaluation was done
by reviewing the Hospitals' Record (Hospital Based Survey). The objective of the survey was to
estimate the under repotied of routine reporting system, which the data of the survey used as a
gold standard.
The results showed that due to incomplete of the records in several hospitals, some of AFP
cases might be could not be covered. However the under reported of the routine surveillance
system was more than 50%. It seems that the strengthening of supervision was still needed to
increase coverage of the routine surveillance system.

Key words: hospitals; medical record; acute flucid paralysis

PENDAHULUAN AFP dalam masyarakat. Sebagai salah


satu indikator keberhasilanA-AFP adalah
Latar Belakang
data yang terkumpul dapat mendeteksi
Dalam upaya untuk membebaskan minimal 1 (satu) kasus AFP diantara
Indonesia dari penyakit polio, Pemerintah 100.000 anak usia < 15 tahun. Untuk
telah melaksanakan Program Eradiksi provinsi Jawa Timur yang berpenduduk
Polio (ERAPO) Programtersebut meliputi lebih dari 31 juta jiwa diperkirakanminimal
kegiatan-kegiatan (a) pemberian terdapat kasus AFP sebanyak 94 kasus
imunisasi polio secara rutin, per tahun.
(b) pemberian imunisasi masal pada anak Dalam pelaksanaannya, kegiatan
balita melalui Pekan lmunisasi Nasional AFP untuk menjaring kasus AFP dapat
(PIN) dan (c) surveilans Acute Flaccid dilaksanakan dengan dua pendekatan
Paralysis (AFP). Khususnya untuk yaitu:
kegiatan yang ketiga, yaitu Surveilanns 1. Sistem Surveilans Rumah Sakit
AFP (S-AFP) diharapkan data yang (Hospital Based Surveillance) dan
terkumpul dapat dipakai untuk 2. Sistem Surveilans Masyarakat
mendeteksi sebanyak-banyaknya kasus (Community Based Surveillance)
Buletin Penelitian Siste'rn Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 17-26

Seperti yang telah didefinisikanpada sepenuhnya. Sebab bagaimanapun juga


buku Petunjuk Teknis Suweilans AFP kalau Sistem Surveilans Masyarakat
(Direktorat Jenderal Pernberantasan dapat dilakukan dengan sepenuhnya,
Penyakit Menular dan Penyehatan maka cakupan AFP paling tidak
Lingkungan Pernukirnan, Departernen mendekati 100%.
Kesehatan RI, 1999). Kasus AFP Berdasarkan pertirnbangan
diidentifikasi dengan adanya gejala efektifitas dan efisiensi maka pengkajian
kelurnpuhanyang sifatnya layuh (flaccid) data Rurnah Sakit sangat dibutuhkan
dan terjadi secara rnendadak (acute) untuk rnemberikan indikasi apakah target
pada anak-anak < 15 tahun. Dengan yang telah ditetapkan dapat tercapai
adanya gejala lurnpuh layuh yang (minimal satu kasus AFP diantara
mendadak, rnaka diasumsikan bahwa penduduk usia < 15 tahun). Kajian yang
seiap orang tua yang rnempunyai anak sifatnya pro-aktif dengan peneliti
dibawah 15 tahun dengan gejala tersebut rnendatangi RS sasaran dan langsung
akan cenderung rnernbawa anaknya mengkaji data RS tersebut mamsih dirasa
untuk mencari pertolonganpada petugas sangat diperlukan rnengingat data yang
kesehatan dan bahkan akan cenderung diperoleh dari aktivitas rutin (existing
untuk merujuk ke rurnah sakit (RS), reporting sistem) biasanya 'under
karena kelurnpuhan pada umumnya reportes terutarna di negara yang
dinilai sebagai penyakit yang serius. sedang berkernbang terrnasuk Indonesia
Dhngan dernikian kasus AFP yang (World Health Report 2000: Cholis
dirujuklyang mencari pengobatan ke RS Bachroen, 1999). Kegiatan untuk
mernpunyaiproporsicukup besar seluruh mengkaji data RS oleh Peneliti tersebut
kejadian AFP di masyarakat. Oleh sebab sekaligus sebagai upaya untuk
itu S-AFP yang berbasis pada RS rnelakukan evaluasi kegiatan Hospital
diasumsikan akan dapat rnenangkap Based Surveilance yang telah
kasus AFP dengan prosentase cakupan dilaksanakan sejak tahun 1997 baik
cukup tinggi dibanding dengan seluruh secara pasif maupun aktif di Provinsi
kasus AFP di rnasyarakat. Sistern Jawa Tirnur.
Surveilans RS akan jauh lebih efektif
dibanding dengan rnelakukan suwelans
yang berbasis pada rnasyarakat
Melakukan evaluasi pelaksanaan
(Community based) rnengingat kasus
Surveilans AFP berbasis Rurnah Sakit
AFP di rnasyarakat terrnamsuk kasus
(Hospital Based Surveillance) dalarn
jarang (rare cases). Narnun dernikian
rangka rnencari perkiraan prosentase
bukan berarti Sistem Survelans
'under reported' dari sistern pelaporan
Masyarakat dapat ditinggalkan
rutin.
Pengkajian Data Rumah Sakit (Cholies Bachroen)

METODOLOGI ternpat tidur banyak dan sediki masing-


rnasing terwakili, rnaka sebelurn ditarik
Kajian ini rnerupakan studi
sarnpelnya secara rendom daftar RS
eksploratif, dengan sasaran studi
tersebut terlebih dahulu diurutkan rnulai
(populasi) adalah rumah sakit, baik RS
dengan RS yang rnernpunyai ternpat tidur
Pernerintah maupun RS Swasta di Jawa
paling banyak sampai dengan RS dengan
tirnur. Teknik sampling yang diterapkan
tempat tidur paling sedikit. Dari sejumlah
adalah Convennience Sample dengan
113 RS Type C diarnbil sarnpel sebanyak
rnemadukan teknik pemilihan sampel
24 RS. Jurnlah sampel tersebut
secara total (totalsample) untuk RS Type
didasarkan atas keterbatasan anggaran
A dan B dan 'stratifiedsystematic random
yang tersedia, sehingga dapat pula
sampling untuk RS Type lain (Type C).
dikatakan sarnpel untuk RS Type C
Jurnlah RS Type A dan B di Provinsi Jawa
adalah Quota Sampel yang dipilih secara
Tirnur 4 buah, yaitu: RSUD Dr. Soetomo-
Stratified Systematic Random Sampling.
Surabaya. RSUD Dr. Syaiful Anwar
Dengan dernikian jumlah sarnpel
Malang, RSUD Dr. Soedono-Madiun dan
seluruhnya adalah 27 RS di ProvinsiJawa
RSUD Dr. Soebandi-Jernber. Keernpat
Tirnur.
RS tersebut diambil sebagai sarnpel
Data dikurnpulkan dengan rnemakai
dengan asurnsi kasus AFP akan banyak
instrumen yang telah dipersiapkan.
dirujuk ke RS dengan kernarnpuan
Penelusuran informasi tentang fasilitasl
pelayanan yang lebih tinggi karena
unit pelayanan untuk anak usia < 15
dianggap kejadian kelurnpuhan secara
tahun dan rnekanisme pelaksanaan
rnendadak rnerupakan kejadian yang
Sueveilans aktif dan pasif secara rutin
serius sehingga orang tua pasien akan
ditanyakan kepada petugas Surveilans
cenderung rnencari pertolongan
Duinas Kesehatan KabupatenIKota dan
pengobatan pada RS 'besar' tersebut
pada Petugas Medical Record RS yang
untuk Jawa Tirnur. Sedangkan antara RS
terkena sarnpel. Sedangkan data tentang
Pemerintah dan RS Swasta yang
tentang kasus AFP ditelusur lewat buku
diasurnsikan mernpunyak mekanisrne
register dari masing-masing unit
pengambilan kebijaksanaan dan
pelayanan anak < 15 tahun. Kalau ada
rnanajernen yang berbeda sehingga
kasus yang dianggap meragukan atau
rnungkin dapat rnempengaruhi hasil
pada buku register tidak terdiagnosa AFP
surveilans rutin. Di sarnping itu RS
tetapi dicurigai kernungkinan AFP, maka
dengan jumlah ternpat tidur lebih banyak
kasus sernacam ini selanjutnya
diasurnsikan mernpunyai kemarnpuan
dikonfirmasikan dengan rnelihat kartu
pelayanandan manajernenyang berbeda
status dan medical record. Kasus yang
dengan RS yang rnempunyai ternpat
rneragukan tersebut disebut sebagai
tiidur sedikit. Agar supaya RS dengan
'grey area'. Untuk kelompok 'grey area'
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 17-26

sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu: yang diperoleh dari kajian peneliti dari
(1) 'dark grey area' adalah kelompok laporan surveilance rutin serta data dari
diagnosa yang kemungkinan besar atau catatan Petugas Medical Record RS.
fifty-fifty kasus tersebut termasuk
AFP, dan (2) 'light grey area' yaitu
kelompok diagnosa yang hanya kecil
kemungkinankasus tersebut AFP, seperti 1. Hasil Suwei Penelusuran Khusus
diagnosa meningitis dan encephalitis. Hasil survei dari 27 RS yang terkena
Pengelompokkan ini bukan didasarkan sampel, ditemukan sebanyak 1.1 10
atas pertimbangan medis akan tetapi kasus dengan diagnosa yang masuk
didasarkan atas pengalaman pelaporan kelompok AFP dan diagnosa yang
ini, yaitu probabilitas kelompok 'darkgrey termasuk 'grey area'. Setelah
area' mempunyai probabilitas masuk ditelusur dengan mencocokkan
kasus AFP lebih besar dari atau berbeda kasus pada buku register dengan
dengan kelompok 'light grey area'. kartu status maupun dengan catatan
Pembedaan kelompok tersebut pada medical record, ternyata
khususnya dipergunakan untuk diperoleh sebanyak 188 kasus
penelusurankasus di RSUD Dr. Soetomo termasuk kelompok AFP. Kurun
yang ternyata jumlah kasus yang waktu rujukan survei ini adalah
termasuk 'grey area'pada buku register Januari 1999 sampai dengan
sangat banyak sehingga dengan September 2000 (lihat Metodologi).
keterbatasansumber daya tidak mungkin Perincian dari kasus kelompok AFP
dilakukan penelusuran kartu status dan yang ditemukan dalam survey dapat
medical record untuk semua kasus dilihat pada Tabel 1.
tersebut. Dengan demikian perlu diambil 2. Hasik Pelaporan Petugas Medical
sampel untuk keperluan penelusuran, Record saat Suwei
sehingga diketahui proporsi masing- Sebagaimana telah dijelaskan pada
masing kelornpok tersebut termasuk metodologi, para petugas Medical
kasus AFP. Pengambilan sampel untuk Record di RS yang terkena sampel
penelusuran diagnosa dilakukan dengan juga diminta untuk mencatat dan
quota systematic random. Masing-masing melaporkan kasus yang termasuk
sebanyak 25 kasus untuk kelompok 'dark kelompok AFP dengan rujukan kurun
grey area' untuk kelompok 'dark grey waktu sesuai dengan survei.
area' (total sebanyak 98 kasus) dan Laporan dari petugas Medical
kelompok light grey area (total kasus Record diperoleh sebanyak 59 kasus
261 kasus). dengan rincian seperti pada
Datayang terkumpul dianalisasecara Tabel 2.
deskriptif dengan membandingkan data
Pengkajian Data Rumah Sakit (Cholies Bachroen)

3. Hasil Pelaporan Rutin Dengan dernikian rencana rnelakukan


Datai dari hasil laporan rutin pada perkiraan angka 'under reported'
periode waMu Januari 1999 sarnpai pelaporan AFP dengan rnenerapkan
dengan September 2000 juga 'Metode Triple' tidak dapat dilakukan.
dipakai sebagai landasan untuk Tim peneliti yang terjun untuk
kajian AFP berbasis RS. Data dari rnelakukan penelusuran data AFP telah
laporan rutin pada periode tersebut berupaya rnaksirnal, narnun dijurnpai
rnenunjukkan bahwa kasus yang beberapa kendala yaitu berupa:
termasuk kelompok AFP sebanyak 1. Adanya buku register yang tidak
103. Perincian tersebut dapat dilihat diketernukan (hilang, dipinjarn pihak
pada Tabel'3. lain, dsb.)
2. Ganti petugas pencatat baik karena
mutasi rnaupun pensiun, sehingga
tidak dapat rnenunjukkan apakah
Dari data yang diperoleh baik rnelalui buku register telah lengkap
survei oleh tirn peneliti. Laporan rutin terkurnpul atau tidak.
suveilans, rnaupun laporan dari petugas 3. Catatan diagnosa yang kurang
Medical Record ternyata terdapat lengkap pada buku register dan kartu
perbedaanyang sangat rnencolok antara status, sehingga tidak dapat
surnber data yang satu dengan yang lain. rnelakukan pelacakan kasus secara
Jurnlah kasus yang dapat dikategorikan baik.
AFP untuk data dari survei sebanyak 188 4. Catatan tentang identitas pasien
kasus, dari laporan rutin sebanyak 103 (alarnat, dsb.) kurang lengkap,
kasus serta dari petugas Medical Record sehingga rnernpersukar dilakukan
hanya sebanyak 59 kasus Perbedaan 'cross checking' pasien antar
jurnlah kasus yang cukup besar tersebut ruanganlpoli.
rnenunjukkanbahwa intensitaspencarian
data dari ketiga surnber tersebut sangat Keernpat kendala tersebut
berbeda. Sebetulnya dengan tiga surnber rnengakibatkan rnasih adanya
data yang independen (data survei, kernungkinan kasus yang 1010s pada
laporan rutin dan laporan petugas Medical pengurnpulan data yang dilakukan oleh
Record) dapat dilakukan perhitungan Peneliti. Narnun dernikian di negara yang
perkiraan kasus AFP dengan 'Metode sedang berkernbang (terrnasuk
Triple'(Haryadi Suparto, 1990). Narnun Indonesia) pada urnurnnya hasil survei
rnengingat intensitas dan tingkat yang dilaksanakan dengan konsekuen
kecerrnatan ketiga surnber tersebut akan rnendapatkan hasil yang lebih baik
sangat berbeda rnaka penerapan rnetoda daripada hasil laporan rutin rneskipun
perhitungan tersebut dirasa kurang tepat. sistern pelaporan telah diupayakan
Tabel 1. Hasil Pengkajian Data Rumah Sakit (HRR) Kasus AFP < 15 Tahun Januari 1999 September 2
-
-
Tabel 2. Jumlah Kasus AFP < 15 Tahun Hasil Laporan Petugas Medical Record di RS Sampel Januari 1999 September 2000 2
3
'Pk
e.
-.
Y
2
-
Tabel 3. Jumlah Kasus AFP < 15 Tahun Hasil Kegiatan SurveilansAaporan Rutin Januari 1999 September 2000
Pengkajian Data Rumah Sakit (Cholies Bachroenf

maksimal (Cholis Bachroen, 1999). Hal survei, maka laporan rutin mempunyai
ini juga dapat dilihat dari jumlah kasus nilai 'under reported'sebesar (220-103)/
yang terrnasuk AFP yang diperoleh dari 220 x 100% = 53,2%.
ketiga sumber data tersebut sebanyak
228-kasus, dengan rincian seperti pada
Tabel 4. KESIMPULAN
Dari Tabel 4 tersebut nampak bahwa Dari uraian di atas dapat ditarik
dari 228 kasus AFP yang dapat beberapa kesimpulan dari hasil survei
diidentikasi dengan tiga cara yaitu:
pengurnpulan data, dengan survei dapat 1. Dijumpai kendala yang sangat
ditemukan sebanyak 188 kasus (82,5%), mempengaruhi cakupan kasus AFP
laporan rutin menemukan sebanyak 103 yang diperoleh dengan survei
kasus (45,2%) dan laporan petugas berupa buku register yang tidak
Medical Report hanya mengidentifikasi 59 diketernukan serta catatan pada
kasus (25,9%). Kalau Laporan Rutin buku register dan kartu status yang
(surveilans) dipakai sebagai data dasar, kurang lengkap.
maka tarnbahan kasus yang diperoleh 2. Data survei dapat rneningkatkan
dari hasil survei adalah 101 + 16 = 117 cakupan kasus AFP lebih dari 2 kali
kasus (113,6%) dan tambahan dari lipat sedangkan laporan dari petugas
laporan petugas Medical Record medical record hanya rnenarnbah
sebanyak 8 kasus (7,8%). kasus sebesar 7,8%.
Secara keseluruhan laporan rutin 3. Tingkat 'undr reported' laporan rutin
menunjukkan 'under reported' sebesar (surveilans) dengan hanya
(228-103) / 228 x 100% = 54,8%. Apabila mempertimbangkan data survei
hanya memperhitungkan data dari dua rnencapai angka lebih dari 50%.
surnber yaitu laporan rutin dan data

Tabel 4. Jumlah Kasus yang termasuk Kelompok AFP Menurut Sumber Data di 27 RS Jawa
Timur Januari 1999 sampai dengan September 2000
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 17-26

DAFTAR PUSTAKA lkatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jawa


Timur, 1998. Penatalaksenaan Acute
Bachroen, Cholis, dkk. 1999. Uji coba
Onset Flacid Paralysis dalam rangka
Penerapan Pedoman Pencatatan
Eradikasi Polio (ERAPO). Updating
Kematian Maternal oleh Bidan Desa di
Imunisasi. Surabaya: SIC.
ProvinsiJawa Tengah.Surabaya: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Suparto, Haryadi, 1990. Metode Triple untuk
Pelayanan Kesehatan. Memperkirakan Jumlah Kelahiran dan
Kematian di Wilayah Puskesmas.
Oirektorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Disertasi. Surabaya: Universitas
Menular dan Penyehatan Lingkungan
Airlangga.
Perumahan. Departemen Kesehatan RI
1999. Petunjuk Teknis Surveilans World HealthOrganization, 2000. World Health
Acute Flaccid Paralysis (Surveilans Report2000. Health Systems Improving
A FP) untuk Petugas Surveilans. Performance. Geneva: World Health
Edisi IV. Jakarta. Organization.

Anda mungkin juga menyukai