1 JANUARI 2017
JURNAL GEOGRAFI
Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet
Abstrak
Penamaan tempat merupakan bagian budaya manusia yang tidak dapat
dipisahkan. Kesan terhadap suatu tempat bagi manusia begitu mendalam
sehingga penamaan suatu tempat seringkali memiliki nilai-nilai yang perlu
dilestarikan keberadaannya. Saat ini penamaan tempat di Kota Cirebon tidak
melihat unsur-unsur nilai lokal. Pengembangan permukiman, perumahan serta
tempat-tempat hiburan jauh dari nilai-nilai lokal yang seharusnya dijaga.
Nama-nama komplek perumahan tidak lagi menggunakan kaidah-kaidah lokal
apalagi melibatkan tokoh-tokoh lokal untuk penamaan tempat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisir nilai lokal yang ada pada
toponimi. Setelah melakukan kajian kualitatif dengan fenomenologi,
dihasilkan bahwa pola penamaan tempat di lokasi penelitian Kecamatan
Kesambi dan Kecamatan Harjamukti dilatarbelakangi oleh: unsur geografis,
biologis, folklor, sosio-historis dan ketokohan. Latar belakang penamaan
tempat yang sudah diidentifikasi nyatanya memiliki nilai-nilai yang sangat
potensial dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran geografi atau
IPS di sekolah.
Alamatkorespondensi:
Gedung C1 Lantai 1 FIS UNNES
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail : jurnal.geografi@mail.unnes.ac.id
54
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
55
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
dikatakan berdasarkan kondisi geografis toponimi ini sangat penting. Selain untuk
dan nilai historis simbolis. memaknai nilai yang ada juga dapat
Kota Cirebon memiliki dinamika merupakan upaya inventarisasi kearifan
ruang yang cukup tinggi, sehingga terjadi lokal yang tertuang dalam toponimi di
perubahan yang cepat baik secara fisik dan Kota Cirebon.
nonfisik di masyarakatnya. Perubahan Toponimi yang ada di wilayah Kota
yang ada ini tidak berdampak signifikan Cirebon memiliki kekhasan yang berbeda
terhadap toponimi di daerah Cirebon. dengan daerah lain. Asal nama Kota
Akan tetapi terjadi perubahan tren dalam Cirebon sendiri dapat diidentifikasi baik
memberikan penamaan tempat yang baru berdasarkan sumber tulisan dan lisan.
(khususnya komplek perumahan atau pusat Menurut beberapa pendapat Cirebon
perbelanjaan). Beberapa nama perumahan berasal dari Bahasa Sunda yang memiliki
mengindahkan toponimi lokal, misalkan penggabungan dua kata, “ci” artinya
perumaham baru yang ada di wilayah sungai dan “rebon” adalah udang rebon.
Majasem menggunakan nama “Graha Kedua kata itu digunakan karena wilayah
Alwita” hal itu membuat toponimi lokal Cirebon memiliki beberapa sungai yang
tidak berarti. Lalu munculnya istilah asing ketika air pasang laut dipenuhi oleh urang
seperti dalam memberikan nama komplek rebon, sehingga berwarna kemerahan, lalu
perumahan seperti: regency, boulevard, orang-orang menyebutnya Cirebon. Versi
estate, cluster, etc. Sehingga nama-nama lain mengenai toponimi Kota Cirebon
tempat baru jauh dari kearifan lokal yang berasal dari perubahan kata “caruban”
ada di Kota Cirebon. yang artinya “pusat”. Caruban akhirnya
Pola-pola kebudayaan yang dimiliki berubah pengucapan dan ejaan menjadi
manusia dapat terekam dari nama tempat Cirebon (Sulendraningrat, 1984). Pada
(toponimi) yang secara eksis secara turun masa kesultanan islam, daerah ini
temurun. Jadi dengan mengkaji toponimi merupakan pusat dari perekonomian,
di Kota Cirebon akan mampu menelusuri sehingga masyarakat pada masa itu
nilai-nilai sosial dan budaya dari menamakan Cirebon sebagai “Caruban”.
masyarakat Kota Cirebon itu Kedua pendapat mengenai toponimi
sendiri.Tertekannya penamaan tempat oleh Cirebon saat ini masih dipercaya oleh
budaya asing juga dengan penamaan masing-masing pihak, untuk pembuktian
tempat (nama jalan atau daerah) dengan lebih lanjut perlu ada penelitian yang
nama nasional maka kajian mengenai mendalam.
56
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
57
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
58
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
pengumpulan data dan sumber data yang Tata cara pembakuan Pemberian
berbeda. Teknik analisis data yang nama pada unsur geografis ternyata tidak
digunakan di dalam penyelidikan ini sesederhana perkiraan banyak orang. Tata
adalah teknik analisis interaktif. Cara kerja cara untuk menstandarisasi dan mengatur
analisis kualitatif yang dilakukan penamaan suatu unsur geografis dikaji dan
melibatkan tiga alur kegiatan yang terjadi diatur dalam suatu cabang ilmu yang
secara serentak, yaitu reduksi data, dikenal sebagai Toponimi. Sistem
penyajian data, dan verifikasi (Miles & penamaan tempat adalah tata cara atau
Huberman 1992). aturan memberikan nama tempat pada
waktu tertentu. Di dalam istilah lain
III. HASIL DAN PEMBAHASAN disebut “toponimi”. Dilihat dari asalusul
3.1 Toponimi Sebagai Identitas Suatu kata atau etimologisnya, kata toponimi
Tempat berasal dari bahasa Yunani topoi =
Tempat identik dengan lokasi dalam “tempat‟ dan onama = “nama‟. Jadi,
sebuah ruang yang dipengaruhi oleh secara harfiah toponimi bermakna “nama
aktivitas manusia sehingga memiliki tempat”. Dalam hal ini, toponimi diartikan
karakteristik tertentu. Maryani (2010:11) sebagai pemberian nama-nama tempat.
mengungkapkan bahwa tempat memiliki Ilmu ini berkaitan erat dengan kajian
karakter fisik dan manusia yang hidup di Linguistik, Antropologi, Geografi Sejarah
dalamnya dengan keberadaan lokasi suatu dan Kebudayaan (Agustan, 2008).
daerah sehingga menjadi branded of place, Yulius (2004:2) berpendapat
landmark, geonomic region, indikasi “Toponimi adalah ilmu atau studi tentang
geografis yang tidak dapat dipindahkan nama-nama geografis. Toponim sendiri
dan menjadi kekhasan serta keunikan suatu mempunyai arti “penamaan unsur-unsur
tempat. Jadi unsur penamaan tempat tidak geografis”. Nama-nama pulau, gunung,
dapat lepas dari unsur aktivitas manusia, sungai, bukit, kota, desa, dsb. adalah
apakah kesan terhadap suatu fenomena nama-nama dari unsur-unsur geografis
geografis ataukah peristiwa yang terjadi di muka bumi”. Dapat dilihat dari pengertian
masa lampau. Memperlajari toponimi diatas, yang menjadi objek kajian dari
artinya sama dengan memahami masa lalu, toponimi adalah penamaan lokasi
seringgali toponimi menggambarkan geografis yang memiliki kenampakan fisik
kejadian realitas sosial dan pola keruangan dan kultural. Objek geografi yang ada
(Vannieuwenhuyze, tanpa tahun:189). dipermukaan bumi akan teridentifikasi
59
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
oleh panca indera manusia, sehingga rekaman peristiwa geografi dan sejarah
dengan nalurinya manusia memberikan yang terungkap. Peristiwa geografis atau
nama pada tempat itu. Mengapa manusia alam mungkin saja sebuah proses alam
memberikan nama pada tempat itulah yang yang menjadi bencana pada masa lalu,
dikaji pada sebuah studi toponimi. sehingga pemberian nama geografis bisa
Toponimi yang mengkaji nama- saja merupakan upaya memperpanjang
nama tempat atau disebut dengan toponim, ingatan, bermakna catatan peristiwa alam
sehingga pada dasarnya kedua istilah ini yang didapat digunakan untuk
terdapat perbedaan. Toponim adalah nama meningkatkan kewaspadaan terhadap
dari objek tempat yang dibuat oleh bencana (Bachtiar, 2016).
manusia, dijelaskan lebih jauh oleh Hanks Penamaan tempat di Indonesia
(2011:344) “A toponym is the name used memiliki proses yang cukup panjang, tidak
to identify a specific location on the hanya dilihat dari fenomena geografis saja,
landscape. An examination of place names namun fenomena sosial juga sangat
in a region can provide a great deal of mempengaruhi penamaan suatu tempat.
information about the cultural landscape, Rais (2008:7) mengatakan “banyak nama
both past and present, and may provide unsur geografi yang diberikan manusia di
clues regarding sequent occupance”. Jadi masa lalu ketika pertama kali mendiami
toponim digunakan oleh manusia untuk suatu wilayah yang berdasarkan legenda
mengidentifikasi secara spesifik dari atau cerita-cerita rakyat dan juga terkait
sebuah tempat yang terdapat dalam dengan sejarah pemukiman manusia”.
morfologi, atau fenomena fisik terkait Dengan begitu dapat dikatakan bahwa
tempat. Selanjutnya Khvesko (2014:402) topinimi suatu tempat memang tidak lepas
memperkuat hal tersebut dengan dari aktivitas manusia, dan sesungguhnya
mengatakan “The serious academic study penamaan tersebut memberikan tempat
of place-names began among medievalists, tersebut identitas yang berbeda dengan
because the geographical and historical tampat lainnya.
record of names can supplement other a. Pola Toponimi Kota Cirebon
historical evidence, sometimes in Toponimi wilayah Kecamatan
unexpected ways”. Mengkaji toponimi Kesambi yang diidentifikasi latar belakang
perlu dilakukan dengan seksama dan penamaanya berjumlah 25 tempat. Pola
melalui prosedur akademik, karena dengan penamaan tempat di Kecamatan Kesambi
mempelajari toponimi seringkali banyak banyak dipengaruhi oleh kondisi sosio-
60
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
historis wilayah ini pada masa lampau. unsur yang berbeda, yaitu kegiatan yang
Selain itu fenomena biologis cukup berkaitan dengan Kesultanan Cirebon.
mendominasi toponimi di kecamatan ini. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan
Ada benang merah yang menghubungkan pola toponimi di Kecamatan Kesambi.
penamaan tempat di Kesambi berdasarkan
Tabel 2. Pola Toponimi Kecamatan Kesambi
Unsur Pemberian Toponimi Nama Tempat
Geografis Siadem, Sicalung, Karangmalang, Kalikebat
Biologis Karangjalak, Sibanteng, Majasem, Simaja,
Kampungmelati, Kesambi
Folklor Saladara, Lebu, Dukuhsemar, Jabangbayi
Sosio-Historis Sunyaragi, Karyamulya, Karangbaru, Kandangperahu,
Langensari, Warnasari, Karangyudha, Sidamulya,
Sigendeng
Ketokohan Drajat, Pekiringan
61
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
Penamaan tempat yang ada di toponimi yang ada di suatu daerah, akan
Kecamatan Harjamukti ini banyak menjadikan pembelajaran geografi lebih
dipengaruhi oleh aktivitas keraton yang bermakna dan menantang. Terdapat
memang menguasai wilayah ini pada masa beberapa toponimi di Kota Cirebon yang
lalu. Meskipun masuk ke dalam unsur dapat dijadikan sumber belajar, tentu tidak
geografis, biologis atau folklor namun dapat semua dijelaskan dalam artikel ini.
beberapa toponimi tersebut memang Sebagai contoh sebuah tempat
terkait dengan kekuasaan Keraton yang bernama “Siadem” merupakan
Kesepuhan dan persebaran Islam oleh sebuah contoh tempat yang diambil dari
Wali. Unsur ketokohan juga tidak lepas kondisi geografis, yaitu temperatur tempat.
dari tokoh-tokoh penyebar agama islam Daerah itu dahulunya memiliki udara yang
yang ada di Kota Cirebon. Tokoh yang sejuk dan suhu yang relatif lebih rendah
terkait dalam toponimi di Kota Cirebon dibandingkan dengan daerah lain
sangat berpengaruh dalam perkembangan disekitarnya yang panas. Hal tersebut
Islam, namun penelitian ini belum ternyata diakibatkan banyaknya
melakukan kajian mendalam mengenai pepohonan, sehingga seringkali petani-
nilai-nilai yang dapat diambil dari tokoh- petani yang beristirahat memilih tempat itu
tokoh tersebut. dan menamainya “Siadem” yang berasal
b. Relevansi Toponimi Sebagai Sumber dari dua kata “Si” artinya tempat dan
Belajar Geografi “adem” artinya sejuk. Sekarang Siadem
Penggalian nilai-nilai yang ada sudah tidak lagi sejuk karena banyaknya
dalam topinimi dilakukan setelah permukiman yang berdiri, namun kondisi
mengetahui latar belakang penamaan masa lalu diabadikan menjadi sebuah
tempat yang bersangkutan. Nilai yang tempat dan peserta didik perlu memahami
ditemukan ini dapat digunakan untuk hal itu. Jika dikaitkan dengan konsep
memperkuat penanaman nilai-nilai lokal geografi maka hal tersebut sangat menarik
dalam pembelajaran geografi sehingga karena, ada hubungan antara kerapatan
memberikan pengetahuan tentang kondisi vegetasi dengan kondisi suhu di suatu
lokal serta penguatan karakter. tempat. Penanaman karakter juga dapat
Pembelajaran dengan memanfaatkan dilakukan dengan menekankan bahwa
lingkungan sangat sesuai dengan menjaga kelestarian vegetasi berdampak
pembelajaran Geografi di sekolah pada kenyamanan hidup.
(Anggini, 2016:115). Melalui inventarisi
62
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
63
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
atau tidak, warga menanam Pohon Benda lingkungan baik di masa lalu ataupun di
dan membuat lahan yang ada dipenuhi masa kini. Nilai-nilai pelestarian
pohon itu menjadi lebat dan saling lingkungan perlu ditanamkan kepada
berhimpitan, yang akhirnya dikenal peserta didik melalui kajian toponimi ini.
dengan Bendakerep. Dilihat dari nama Sebagai contoh, banyak sekali penduduk
latinnya ada istilah elasticus yang artinya yang berperan sebagai pendatang
elastis, hal itu dikarenakan Pohon Benda melakukan perusakan lingkungan yang
memiliki getah dan serat yang sangat mengakibatkan hilang atau rusaknya
elastis dan banyak digunakan oleh suku- habitat dari spesies tertentu. Hal ini dapat
suku pedalaman di Indonesia banyak dijadikan contoh kasus yang dapat
menggunakanya sebagai pakaian. dianalisis oleh peserta didik sehingga
Selanjutnya adalah Suketduwur yang menjadi pembelajaran yang bermakna bagi
diambil dari dua kata Bahasa Cirebon mereka.
“Suket” artinya rumput dan “Duwur” yang Unsur-unsur sosio-historis dari
artinya tinggi. Jadi dahulu wilayah ini pemberian nama tempat yang ada di Kota
memiliki formasi vegetasi ilalang yang Cirebon juga dapat dijadikan sebuah
sangat tinggi, nama latin dari tumbuhan ini pembelajaran geografi yang bermakna dan
adalah Imperata cylindrica (L.) Beauv. memiliki nilai. Contoh nama tempat yang
Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki latar belakang sosio-historis dan
sering dianggap sebagai gulma, tumbuh di memiliki nilai yang dapat dikaitkan
lahan yang cukup subur seperti bukaan dengan pendidikan geografi adalah
hutan, di wilayah Cirebon banyak sekali Kandangperahu dan Warnasari. Pada
dijumpai di lahan yang bertanah merah, zaman dahulu, wilayah yang sekarang
tanaman ini sangat mudah terbakar ketika disebut dengan Kandangperahu itu adalah
musim kemarau, sehingga perlu sebuah rawa yang berada di bagian selatan
diwaspadai keberadaanya ketika ada dalam Gua Sunyaragi. Kemudian kurang lebih
jumlah banyak. sekitar tahun 1818 keraton pernah
Toponimi yang menunjukan formasi merenovasi Gua Sunyaragi pada zaman
vegetasi akan dapat dimanfaatkan untuk kerajaan Pangeran Girilaya, Pangeran
peserta didik mengenal kondisi biosfer di Girilaya ini adalah cucu dari Sunan
lingkungan sekitarnya, serta dapat Gunung jati, semenjak itu banyak
menjadikan toponimi itu sebagai awal dari keluarga-keluarga keraton yang
memahami dan memaknai kondisi berkunjung ke gua sunyaragi untuk
64
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
melihat keindahan gua sunyaragi dan Internasional, maka tidak heran jika
sekitarnya dari rawa tersebut dengan banyak sekali warga asing yang
menggunakan perahu, dan di pinggiran berdatangan dan memutuskan untuk
rawa tersebut banyak gubug-gubug yang menjadi warga negara Cirebon. Hingga
atapnya terbuat dari rumbia yang berfungsi saat ini banyak warga keturunan yang
untuk tempat bersandarnya perahu-perahu masih menetap di daerah Warnasari.
keluarga keraton atau bisa disebut Toponimi berpotensi untuk dijadikan
kandangnya perahu, maka wilayah tersebut sebuah sumber belajar dalam pendidikan
disebut dengan Kandangperahu yang geografi, namun dalam pelaksanaanya
sekarang menjadi pemukiman warga. perlu menggunakan pendekatan integrated
Peserta didik dapat mengetahui kondisi antara geografi, sejarah, linguistik dan
ruang pada masa lalu di tempat itu dengan filsafat (Ayanovna, 2014:1060 ). Tentu
memahami toponimi, petunjuk itu dapat disetiap daerah pendekatan yang
dibuktikan oleh peserta didik dengan digunakan akan berbeda sesuai dengan
melakukan penelitian kecil yang toponimi yang akan dijadikan sumber
didampingi oleh guru dengan melihat, belajar. Mungkin saja bantuan ilmu lain
jenis tanah dan batuan serta kesaksian seperti antropologi dibutuhkan dalam
sesepuh. kajian toponimi, seperti yang ada di
Selanjutnya Warnasari, toponimi ini Cirebon, banyak juga toponimi yang
dapat dikaitkan dengan konsep berasal dari folklor atau cerita rakyat yang
kependudukan, dan kerukunan. Penamaan memiliki nilai-nilai kemanusiaan, sehingga
Warnasari itu karena penduduk di daerah dapat diambil makna dan ditanamkan
tersebut multietnis, tidak hanya terdiri dari kepada peserta didik.
warga lokal Cirebon, akan tetapi banyak Proses pembelajaran dengan
imigran yang datang dan menetap di sana, menggunakan toponimi dalam belajar
seperti orang-orang Arab dan Cina, dapat dimulai dengan mengidentifikasi
berbagai macam warna yang kulit, suku, toponimi yang ada dalam peta, lalu
dan budaya yang ada di daerah tersebut, dikaitkan dengan konsep geografi yang
sehingga disebut dengan Desa Warnasari sesuai dengan kompetensi yang harus
yang terdiri dari dua kata yaitu “Warna” dicapai. Lalu peserta didik
yang menunjukan beraneka warna kulit/ras mengidentifikasi kebenaran dari toponimi
dan “Sari” berarti keutamaan. Pada masa yang ada di lingkungannya dengan
lalu Cirebon merupakan kota perdagangan melakukan penelitian kecil, mereka
65
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
66
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
67