Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DIABETES MELLITUS
Oleh :
Firda Razaq 1210313071
Dila Khairat 1210312045
Kevin Maulanda 1210311009
Meivita Wulandari 1210311008
Preseptor :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
penulis dapat menyelesaikan laporan keluarga binaan yang berada di lingkungan
Puskesmas Lubuk Begalung. Kegiatan Keluarga Binaan ini merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik FOME 3 di Puskesmas Lubuk
Begalung.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. Firdawati, M.Kes, PhD selaku
preseptor dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dr. Sylvia Dewi Anwar
dan dr. Viona Putria selaku preseptor dari Puskesmas Lubuk Begalung serta
semua pihak yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
Keluarga Binaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan Keluarga Binaan ini, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
kami harapkan. Semoga laporan keluarga binan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Manfaat Penulisan 2
ii
3.7 Data Risiko Internal Keluarga 32
3.8 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga 34
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 53
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah Diagnostik DM dan TGT dan TTGO 10
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosan darah kapiler 11
Tabel 2.2 Klasifikasi kaki diabetes berdasarkan Wagner-Meggit 25
Tabel 3.1 Anggota keluarga yang tinggal serumah 27
Tabel 3.2 Fungsi-fungsi dalam keluarga 30
Tabel 3.3 Perilaku Kesehatan Keluarga 32
Tabel 3.4 Faktor Pelayanan Kesehatan 34
Tabel 3.5 Lingkungan Tempat Tinggal 36
Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan 46
v
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat
untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis bahkan oleh semua
tenaga kesehatan yang ada. Mengingat bahwa Diabetes Melitus akan memberikan
dampak terhadap kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar, semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah sebaiknya
ikut serta dalam usaha penaggulangan Diabetes Mellitus, khususnya dalam upaya
pencegahan.4
1
Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
diukur dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan salah satu dari 12
indikator. Semakin banyak indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga,
maka ststus keluarga tersebut semakin mengarah kepada keluarga sehat. Sejalan
dengan hal tersebut, maka akan semakindekat tercapainya Indonesia Sehat.
Pada Program Keluarga Binaan yang kami lakukan kali ini, kami mencoba
melakukan suatu pembinaan pada suatu keluarga dimana dalam keluarga tersebut
terdapat penderita diabetes mellitus. Penatalaksanaan kasus sesuai dengan
identifikasi masalah yang kami rumuskan sejak awal kunjungan. Serta harapan
selanjutnya, baik pasien maupun keluarga pasien dapat merubah perilaku agar
sesuai dengan yang semestinya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
satu tanda khas penyakit diabetes melitus (DM), meskipun juga mungkin
didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Sedangkan menurut WHO, diabetes
melitus adalah suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif,
tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau tidak dapat
sel beta pankreas yang memungkinkan glukosa yang berasal dari makanan masuk
ke dalam sel-sel tubuh dan diubah menjadi energi. Penderita DM akan mengalami
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2014, prevalensi global DM usia lebih dari 18 tahun
diperkirakan mencapai 9%. Angka ini sangat jauh meningkat dibandingkan data
pada tahun 2000 yang juga dilaporkan oleh WHO yaitu sebesar 2,8.3 International
3
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 melaporkan bahwa diestimasikan
sekitar 382 juta atau 8,3% usia dewasa di dunia menderita DM. Sebanyak 80%
diantaranya berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jika
tren ini berlanjut, pada tahun 2035, sekitar 592 juta orang, atau 1 diantara 10
dewasa akan menderita DM.
DM.7 Data lain menyebutkan bahwa negara-negara Asia berkontribusi lebih dari
4
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi: 9,11,12
A. DM Tipe 1
DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta yang menyebabkan
defisiensi insulin absolut.
a. Faktor herediter:
1. Antibodi sel islet (ditemukan pada 90% pasien dalam
tahun pertama diagnosis).
2. Insiden lebih tinggi dengan Human Leukocyte Antigen
(HLA) DR3 dan DR4.
3. 50% terjadi pada kembar identik.
b.Faktor lingkungan: infeksi virus (virus coxsackie, virus mumps).
B. DM Tipe 2
DM tipe 2 diakibatkan oleh defek sekresi insulin progresif dan
adanya resistensi insulin.
a.Faktor herediter: 90% terjadi pada kembar identik.
b.Faktor lingkungan: obesitas, sedentary lifestyle, diet tinggi
karbohidrat.
C. Diabetes Tipe Lain
Kelebihan hormonal: sindrom cushing, akromegali,
glukagonoma, feokromositoma.
Obat: glukokortikoid, diuretik, kontrasepsi oral.
Ketidaktersediaan reseptor insulin.
Penyakit pankreas: pancreatitis dan fibrosis kistik.
Sindrom genetik: maturity onset diabetes of the young
(MODY), hiperlipidemia familial, distrofi miotonik,
lipoartrofi.
D. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah DM yang didiagnosis selama
kehamilan yang disebabkan oleh resistensi insulit terkait kehamilan.
5
2.4 Faktor Risiko
2.4.1 Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi8,12
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga dengan diabetes
c. Umur
Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Usia> 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2500 gram. Bayi
yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi
dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal.
2.5 Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1 atau disebut juga Insulin-Dependent Diabetes
Melitus (IDDM) terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas yang
diperantarai oleh proses autoimun. Penanda destrusi sel beta yang dapat diperiksa
antara lain autoantibody islet cell, autoantibody insuln, autoantibody GAD
(GAD65), dan autoantibody tyrosine phosphatases IA-2 and IA-2β. Satu atau
lebih antibodi tersebut dapat terdeteksi pada 85-90% individu dengan gula darah
puasa (GDP) abnormal (ADA, 2010).Manifestasi klinis DM terjadi jika lebih dari
90% sel beta mengalami destruksi. Pada DM dalam bentuk berat, sel beta telah
dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolik
yang berkaitan dengan defisiensi insulin.13
6
Diabetes melitus tipe 2 atauNon–Insulin-Dependent Diabetes Melitus
(NIDDM) ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang menyebabkan mobilisasi
pembawa GLUT 4 (glucose transporter) glukosa dan meningkatkan transpor
glukosa menembus membran sel. Pada pasien-pasien dengan DM tipe 2 terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membran sel yang selnya
responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin
intrinsik.Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor
insulin dengan sistem transpor glukosa. Pada akhirnya timbul kegagalan sel beta
dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk
mempertahankan kondisi euglikemia.13
2.6 Patogenesis
2.6.1 Diabetes melitus tipe 1
Pada saat diabetes melitus tergantung insulin muncul, sebagian besar sel
pankreas sudah rusak. Proses perusakan ini hampir pasti karena proses autoimun,
meskipun rinciannya masih samar. Ikhtisar sementara urutan patogenetiknya
adalah: pertama, harus ada kerentanan genetik terhadap penyakit ini. Kedua,
keadaan lingkungan seperti infeksi virus diyakini merupakan satu mekanisme
pemicu, tetapi agen noninfeksius juga dapat terlibat.Tahap ketiga adalah insulitis,
sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah monosit/makrofag dan limfosit T
teraktivasi.Tahap keempat adalah perubahan sel beta sehingga dikenal sebagai sel
asing.Tahap kelima adalah perkembangan respon imun. Karena sel pulau sekarang
dianggap sebagai sel asing, terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja sama dengan
7
mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta dan
penampakan diabetes.15
2.6.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Pasien DM tipe 2 mempunyai dua defek fisiologik : sekresi insulin
abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (target).
Abnormalitas yang utama tidak diketahui.Secara deskriptif, tiga fase dapat
dikenali pada urutan klinis yang biasa. Pertama, glukosa plasma tetap normal
walaupun terlihat resistensi insulin karena kadar insulin meningkat. Pada fase
kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga meskipun konsentrasi
insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah
makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
menurun, menyebabkan hiperglikemia puasa dan diabetes yang nyata.15
2.7 Diagnosis
8
- Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena.Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer.Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Kriteria diagnosis dapat didasarkan pada:1
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.(B). Atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. (B). Atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik.Atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP). (B)
Cara pelaksanaan TTGO :9,11
1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-
hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Diperiksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
9
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi menjadi 3
yaitu:9,11
a. <140 mg/dL = normal
c. >200 = diabetes
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2 ) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang
b. First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga)
c. Kelompok ras/etnis tertentu
10
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL
>4 kg atau mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional
(DMG)
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi)
f. HDL 250 mg/dL
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
h. Riwayat prediabetes
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans
j. Riwayat penyakit kardiovaskular
2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas
Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma
normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali pada kelompok
prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1 tahun. Pada keadaan yang tidak
memungkinkan dan tidak tersedia. fasilitas pemeriksaan TTGO, maka
pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus
diperhatikan adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma
vena dan glukosa darah kapiler seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah kapiler11
11
TGT sering berkaitan dengan resistensi insulin.Pada kelompok TGT ini
risiko terjadinya aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan kelompok
normal.TGT sering berkaitan dengan penyakit kardiovaskular, hiperlensi
dan dislipidemia.Peran aktif para pengelola kesehatan sangat diperlukan
agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini mungkin dan pencegahan
primer dan sekunder dapat segera diterapkan.Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan melalui pemeriksaan konsentrasi glukosa darah sewaktu
atau konsentrasi glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
tolerasi glukosa orat (TTGO) standar.
12
Penggunaan glycosilated hemoglobin (HbA1c) sebagai uji
diagnostik alternatif dapat digunakan untuk mengukur keadaan glikemia
kronis, bukan hanya kadar glukosa darah seketika. HbA1c dapat
digunakan sebagai penanda objektif pengendalian glukosa darah rata-rata
selama bertahun-tahun, dan dapat digunakan untuk keputusan manajemen
signifikan, seperti terapi insulin. Pengukuran HbA1c memberikan
keuntungan signifikan dibandingkan pengukuran glukosa darah untuk
diagnosis diabetes, karena dapat dilakukan kapan saja tanpa persiapan
khusus, seperti diet atau puasa.20
Tingkat HbA1c ≥6,5% (48 mmol/mol) direkomendasikan sebagai
cutpoint untuk mendiagnosis diabetes. Pada pasien asimtomatik dengan
hasil tes postif, tes harus diulang untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Penggukuran HbA1c akan mempermudah proses diagnostik dan dapat
menyebabkan diagnosis lebih dini pada pasien diabetes, akan tetapi
HbA1c tidak boleh digunakan sebagai tes skrining awal untuk diabetes.19
Akurasi tes HbA1c dipengaruhi oleh konsisi yang mempengaruhi
waktu kelangsungan hidup sel darah merah atau glikolisis hemoglobin
non enzimatik. Waktu kelangsungan hidup hemoglobin berkurang akan
menurunkan tingkat HbA1c dan dapat menyebabkan hasil negatif palsu.
Waktu kelangsungan hidup hemoglobin berkurang pada anemia
hemolitik, gagal ginjal kronis, penyakit hati berat, dan anemia pada
penyakit kronis. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat juga dapat
mempersingkat masa hidup hemoglobin.19
2.8 Tatalaksana9,11
13
Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama,
yang meliputi:
1. Riwayat Penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Evaluasi Laboratorium
4. Penapisan Komplikasi
Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis
dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
Edukasi
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi
tingkat lanjutan
1. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Primer yang meliputi:
a. Materi tentang perjalanan penyakit DM.
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan.
c. Penyulit DM dan risikonya.
d. Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
e. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
f. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan
glukosa darah mandiri tidak tersedia).
g. Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia
h. Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
i. Pentingnya perawatan kaki.
14
2 Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:
a. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
b. Pengetahuan mengenai penyulit menahunDM.
c. Penatalaksanaan DM selama menderitapenyakit lain.
d. Rencana untuk kegiatan khusus (contoh:olahraga prestasi).
e. Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:hamil, puasa, hari-hari
sakit).
f. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kinidan teknologi
mutakhir tentang DM.
g. Pemeliharaan/perawatan kaki.
Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
15
2. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.Komposisi yang dianjurkan
adalah lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda < 10 %,
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.Bahan makanan yang perlu dibatasi
adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging
berlemak dan susu fullcream.Konsumsi kolesterol yang dianjurkan <200 mg/hari.
3. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.Pada pasien dengan
nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari
atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi.
Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat
yaitu <2300 mg perhari.Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
5. Serat
Penyandang DMdianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan,
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
6. Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake/ADI).Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada
penyandang DM karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan
menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.
16
Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas,
berat badan, dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah
sebagai berikut:
1. Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca yang
dimodifikasi:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
Normal: BB ideal ± 10 %
Kurus: kurang dari BBI - 10 %
Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
2. Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT
- BB Kurang <18,5
- BB Normal 18,5-22,9
- BB Lebih ≥23,0
- Dengan risiko 23,0-24,9
- Obes I 25,0-29,9
- Obes II ≥30
a. Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untukperempuan sebesar 25 kal/kgBB
sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
17
b. Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhankalori dikurangi 5% untuk setiap
dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien usia diantara 60 dan 69
tahun,dikurangi 10%. Pasien usia diatas usia 70 tahun,dikurangi 20%.
c. Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuaidengan intensitas aktivitas fisik.
- Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada
keadaan istirahat.
- Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan:
pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga.
- Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang: pegawai
industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang.
- Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh,
atlet, militer dalam keadaan latihan.
- Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat: tukang
becak, tukang gali.
d. Stres Metabolik
Penambahan 10-30% tergantung dariberatnya stress metabolik (sepsis,
operasi, trauma).
e. Berat Badan
PenyandangDM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar
20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
Penyandang DM kurus, kebutuhankalori ditambah sekitar 20-30%
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Jumlah kalori yang diberikan palingsedikit 1000-1200 kal perhari
untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang
terhitung dan komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi
besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),
serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya.
18
Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2
apabila tidak disertai adanya nefropati.Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama
sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
20
3. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan:
21
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Krisis Hiperglikemia
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Jenis dan Lama Kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni :
22
Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Terapi
kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed dose
combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis
dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat diberikan
kombinasi tiga obat anti-hiperglikemia oral.
2.9 Komplikasi
1. Ketoasidosis Diabetikum16
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dl), disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritasplasma meningkat (300-320 mOs/ml) dan terjadi peningkatan
anion gap.
23
Prinsip pengobatan:
24
4. Kaki Diabetik17,18
25
pengukuran oksigen transkutan, ankle-brachial index (ABI), dan
tekanan sistolik jari kaki.
c. Penilaian risiko neuropati perifer
Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan
posisi, hilangnya refleks tendon dalam, ulserasi trofik, foot drop,
atrofi otot, dan pembentukan callus hipertropik khususnya di
daerah penekanan misalnya tumit.
Tatalaksana meliputi:
a. Mechanical Control
b. Wound Control
c. Microbiological Control
d. Vascular Control
e. Metabolic Control
f. Educational Control
26
BAB III
LAPORAN KELUARGA BINAAN
Kedudukan Jenis
No Nama dalam keluarga kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Bustami Ayah Laki-laki 61 tahun SMA PNS
Perempua Ibu Rumah
2 Ariani Ibu n 53 tahun SMP Tangga
M.
3 Ardiwan Menantu Laki-laki 34 tahun SMA Polri
Nidia Perempua Ibu Rumah
4 Sastri Anak n 31 tahun SMA Tangga
Nayla Perempua Tidak
5 Fellisya Cucu n 7 tahun SD Bekerja
Raaghib Belum Tidak
6 Nadhif Cucu Laki-laki 5 tahun sekolah Bekerja
Imaam Belum Tidak
7 Farzana Cucu Laki-laki 3 tahun sekolah Bekerja
27
3.2 Genogram
DM
PASIEN
DM DM
Keterangan :
28
3.3 Eco-map
3.4 SCREEM
- Social : Interaksi dengan tetangga baik, keluarga ikut kegiatan sosial yang
pensiunan suami dan dari hasil kebun dengan penghasilan rata-rata Rp. 5
- Educational : Pasien tidak tamat SMP, suami pasien tamat SMA, anak
pertama dan kedua pasien tamat SMA, dan anak ketiga psaien tamat STM.
29
3.5 Family Lifeline
31
3.7 Data Risiko Internal Keluarga
32
- Anggota keluarga
paien telah mendapatkan
imunisasi lengkap.
Gizi Keluarga -Cara pengadaan: Dalam pemenuhan gizi
Pengaturan makanan Belanja dan masak dapat disimpulkan bahwa
keluarga, mulai cara sendiri. pemberian gizi panggota
pengadaan, kuantitas -Kuantitas: frekuensi keluarga cukup terpenuhi.
dan makan anggota keluarga Dalam hal kuantitas dinilai
kualitas makanan serta berbeda pada setiap cukup. Sedangkan pada
perilaku terhadap diet individu, secara umum pasien asupan gizi berlebih,
yang dianjurkan bagi frekuensi makan 3x sehingga status gizi pasien
penyakit tertentu pada sehari. Kecuali cucu overweight.
anggota keluarga pasien (Nayla) 4-5x
sehari
-Kualitas: 1 piring nasi,1
potong lauk dan sayur
- Diet:
Normal karbohidrat
Normal protein
Normal lemak
-Diet pasien:
Kalori: 1500 gram
Protein: 51,5 gram
Lemak: 36,5 gram
H Arang: 235 gram
Latihan jasmani/ Pasien tidak pernah Perhatian keluarga terhadap
aktifitas fisik mengikuti kegiatan latihan jasmani/ aktifitas
Kegiatan keseharian senam lansia atau fisik dinilai kurang.
untuk menggambarkan kegiatan latihan jasmani
apakah sedentary life lainnya
cukup atau tertaur dalam
latihan jasmani.
Physical exercise tidak
selalu harus berupa
olahraga seperti sepak
bola, badminton, dsb
34
4. Murah
5. Gratis
Kualitas pelayanan Sangat baik Baik
kesehatan tersebut Baik
dirasakan Biasa
Tidak memuaskan
Buruk
35
Tabel 3.5. Lingkungan tempat tinggal
36
o Pasien sering merasa mengantuk sehabis makan
o Pada malam sebelumnya pasien memeriksakan gula darah
menggunakan alat pengukur darah digital dan didapatkan gula
darah sekitar 453. Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan
gula darah.
o Pasien memiliki kebiasaan makan banyak dan minum teh dengan
gula sebanyak satu teko sehari serta makan selingan yang dimasak
sendiri diluar jam makan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu / Keluarga
o Pasien tidak pernah diketahui memiliki gula darah tinggi.
o Kakek dari ibu dan kedua adik kandung pasien memiliki riwayat
diabetes mellitus.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
BB : 72 kg
TB : 160 cm Kesan status gizi: overweight
Kulit : turgor kulit baik
Kepala : normosefal, uban (+)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ditemukan pembesaran
KGB
Thoraks
Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan
dinamis
Palpasi : fremitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
37
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-),
suara nafas menurun di apex
Jantung : Inspeksi :iktus tidak terlihat
Palpasi :iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC
V
Perkusi : batas jantung kiri 1 jari medial
LMCS RIC V, batas jantung kanan
LSD, batas atas RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur
Abdomen : Inspeksi :tidak tampak membuncit, distensi (-)
Palpasi :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Punggung : sudut kostovertebra: nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Genitalia : tidak diperiksa
Anus : tidak diperiksa
Ekstremitas : edema (-), akral hangat, perfusi baik
motorik : 5 5 5 5 5 5 eutonus eutrofi
555 555
sensorik : sensibilitas menurun
reflek fisiologis ++ ++ refleks patologis - -
++ ++ - -
Ditemukan adanya tinea pedis pada sela-sela jari kaki
5. Pemeriksaan laboratorium
Telah dilakukan pemeriksaan gula darah di puskesmas dengan
hasil GDR 463
Hematologi : tidak dilakukan
6. Pemeriksaan Anjuran
EKG : tidak ditemukan kelainan
7. Diagnosis Kerja
Diabetes mellitus tipe 2
38
8. Diagnosis Banding
Tidak ada
Masalah internal
- Pasien tidak mengetahui komplikasi akut dan kronik, dan apa yang
sehari-hari.
- Kondisi kamar tidur kurang tertata rapi, masih terdapat pakaian yang
digantung.
kesehatan
Faktor pendukung :
Faktor penghambat :
Promotif
hipoglikemia.
Preventif
25%, dan protein 10-20% dari total asupan energi. Pasien juga perlu
40
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat. Pemanis alternatif aman
Latihan yang dapat dilakukan seperti jalan cepat, senam, atau jogging.
Kuratif
Rehabilitatif
gejala komplikasi.
41
jantung, dan keganasan.
2. Nama / Jenis Kelamin / Umur : Ny.Nidya Sastri/Perempuan/ 31 tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Ibu rumah tangga / Tamat SMA
Hubungan dengan Pasien : Anak kandung
Riwayat kebiasaan :
Riwayat kebiasaan :
- Cucu pasien memiliki berat badan 40 kg. Cucu pasien memiliki
berat badan kriteria obesitas.
- Cucu pasien memiliki kebiasaan makan berlebih diluar makan
pagi, siang dan malam. Cucu pasien memiliki kebiasaan jajan
makanan diluar jam makan serta makan dengan jumlah
makanan berlebih.
- Cucu pasien memiliki riwayat imunisasi lengkap
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, dan keganasan
disangkal.
5. Nama / Jenis Kelamin / Umur : An.Raaghib Nadhif/Laki-laki/ 5 tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Pelajar/ TK
Hubungan dengan Pasien : Cucu pasien
Riwayat kebiasaan :
- Cucu pasien memiliki kebiasaan susah makan sehingga berat
badan cucu pasien hanya 14,5 kg. Cucu pasien memiliki berat
badan kurang
- Kebiasaan tidur dan istirahat biasa.
- Cucu pasien memiliki riwayat imunisasi lengkap
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, dan keganasan
disangkal.
6. Nama /Jenis Kelamin/ Umur : An. Imaam Farzana / Laki-laki / 3
tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Tidak bekerja
Hubungan dengan Pasien : Cucu pasien
43
Riwayat kebiasaan :
- Cucu pasien berat badan ideal, cucu pasien selalu mengikuti
kegiatan posyandu.
- Kebiasaan makan, tidur, dan istirahat biasa.
- Cucu pasien memiliki riwayat imunisasi lengkap
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat penyakit dahulu disangkal
3.14 Analisis Masalah Keluarga
- Ny. Nidia berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan
- An. Nayla berisiko terkena DM dan penyakit metabolik lainnya
dikemudian hari akibat kelebihan berat badan .
- An.Raaghib berisiko mengalami terhambatnya pertumbuhan akibat
kekurangan gizi.
3.15 Pemecahan Masalah Keluarga
1. Ny. Nidia / Perempuan /31 tahun
Promotif :
- Menjelaskan mengenai tanda-tanda kegawatdaruratan pada
plasenta previa
- Menjelaskan faktor risiko penyakit metabolik yang mungkin
diderita suatu saat nanti.
Preventif :
- Anjurkan untuk selalu kontrol kehamilan kedokter
- Anjurkan ibu untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas fisik
2. An. Nayla/ Perempuan / 7 tahun
Promotif :
- Menjelaskan faktor risiko penyakit degeneratif yang mungkin
diderita suatu saat nanti.
Preventif :
- Anjurkan sering berolahraga, minimal olahraga ringan di rumah.
Pilih olah raga yang biasanya disenangi oleh anak-anak seperti
berenang.
44
- Menjaga pola makan yang sehat, dimulai dengan mengurangi
frekuensi makan dan memperbanyak sayur dan buah daripada
asupan karbohidrat. Menghindari makan malam hari menjelang
tidur.
- Istirahat yang cukup.
3. An. Raaghib/laki-laki / 7 tahun
Promotif :
- Menjelaskan faktor risiko penyakit metabolik yang mungkin
diderita suatu saat nanti kepada orangtua.
- Menjelaskan faktor risiko gangguan pertumbuhan yang mungkin
diderita jika anak memiliki berat badan kurang
Preventif :
- Anjurkan pada ibu untuk membuat variasi makanan yang mungkin
disukai oleh anak
- Praktikan pola makan yang yang teratur
- Tidak memaksa anak untuk makan, tetapi tanyakan kenapa anak
tidak mau makan
- Sajikan makanan dalam porsi kecil namun sering
3.16 Kesehatan Berbasis Lingkungan Dalam Keluarga
Permasalahan
Pasien memiliki kandang ayam dan kandang burung yang tidak memenuhi
kriteria kandang sehat yaitu
1. Lantai kandang tidak rutin dibersihkan, lantai kandang masih terdiri
dari tanah
2. Kandang bukan model panggung. Lantai kandang harus ditinggikan
dari tanah untuk mengurangi hawa dingin dari tanah
3. Kandang menempel dengan rumah. Jarak kandang dengan rumah
tinggal ideal minimal 10 meter.
4. Kandang tidak mudah dibersihkan, kandang sehat mesti mudah
dibersihkan
5. Kandang tidak mendapat sinar matahari yang cukup
45
Pemecahan masalah
1. Edukasi kepada pasien untuk memindahkan kandang ayam dengan
jarak minimal 10 meter dari rumah
2. Edukasi pasien untuk membuat kandang yang memenuhi kriteria
kandang sehat
3. Edukasi keluarga untuk segera laporkan ke petugas jika ditemukan
unggas mati mendadak
Sabtu/ 07 - Identifikasi
April 2018 masalah
keluarga binaan
- Melihat situasi
rumah keluarga
binaan
II
46
Kamar tidur pasien
Dapur pasien
47
Kandang ayam dan kolam ikan
48
Kamis/12 Intervensi
April 2018 masalah :
- Penjelasan
penyakit DM
- Kontrol teratur
ke puskesmas
- Perawatan
kaki
- Olahraga
teratur
- Mengenal
gejala dan
penanganan
awal
hipoglikemia
dan
hiperglikemi
- Keteraturan
minum obat
- Pola makan
yang baik
untuk DM
III
49
Selasa/17 Pemantauan
April 2018 Kabin pertemuan
terakhir:
- Menilai
pengetahuan
pasien setelah
diedukasi,
dengan cara
menanyakan
materi yang
telah diberikan
- Menganjurkan
IV
kepada pasien
untuk tetap
menerapkan
materi yang
telah diberikan
ke kehidupan
sehari-hari
- Memberitahu
kepada pasien,
bahwa program
keluarga binaan
telah berakhir
50
DAFTAR PUSTAKA
52
Lampiran
Diet Pasien
Telur 1 butir
Tempe 50 gr
Sayuran Sekehendak
Tempe/Tahu 50 gr
Sayuran Sekehendak
Tempe 50 gr
Sayuran Sekehendak
53
Media Edukasi (Leaflet)
54
55
HIPOGLIKEMIA RINGAN HIPOGLIKEMIA BERAT
56