Anda di halaman 1dari 2

Apa saja pertimbangan penting yang perlu diperhatikan dalam keputusan pengambilan

hutang.

Pertimbangan Pertama: Tujuan Berutang

Ada beberapa alasan orang mengambil utang, dari yang utang produktif (utang baik) hingga utang
tidak produktif (utang buruk). Ada beberapa versi yang menyatakan mengenai utang produktif (utang
baik) dan utang tidak produktif (utang buruk). Menurut Anda apakah yang dimaksud dengan utang
produktif (utang baik)? Apakah utang KPR termasuk utang baik? Nah bagi sebagian orang utang KPR
adalah termasuk utang yang baik, tetapi utang KPR bisa jadi hal yang kurang tepat bagi beberapa
orang (tentunya dalam kondisi keuangan tertentu).

Seorang konsultan keuangan di Amerika bernama Robert T. Kiyosaki memiliki pendapat mengenai
utang produktif (utang baik) dan utang tidak produktif (utang buruk).

Menurut Robert T. Kiyosaki segala utang yang dibayar oleh orang lain adalah utang baik. Jadi apabila
utang KPR tersebut dibayar oleh orang lain (contoh membeli sebuah properti secara KPR kemudian
disewakan untuk gudang) maka utang KPR tersebut termasuk utang baik.

Pertimbangan Kedua: Sumber Pengembalian Utang

Pertimbangan kedua ini adalah hal yang paling lupa saat memutuskan mengambil utang atau tidak.
Sumber pengembalian utang menjadi hal yang memusingkan ketika seseorang sudah harus
membayar cicilan pokok dan bunga utang. Solusinya adalah pikirkan masak-masak bagaimana cara
saya akan membayar cicilan pokok dan bunga utang. Jika dari pendapatan aktif, ingat-ingat terlebih
dahulu apakah Kita sudah memiliki cicilan atau belum. Tidak lucu juga kalau pendapatan aktif Kita
sebesar Rp 10.000.000 per bulan dan Kita harus membayar cicilan utang dan kartu kredit sebesar Rp
8.000.000 per bulan. Usahakan agar jumlah pembayaran cicilan dan utang kartu kredit maksimum 30%
pendapatan aktif Kita. Jadi kalau pendapatan bulanan Rp 10.000.000 per bulan, maka cicilan
maksimum sebaiknya adalah Rp 3.000.000 per bulan.

Pertimbangan Ketiga: Jenis atau Karakteristik Utang

Ada beberapa pembagian jenis utang atau karakteristik utang, antara lain:

Berdasarkan Pembayarannya: pelunasan sekaligus (single payment) dan cicilan (installment). Contoh
utang yang umumnya pelunasannya sekaligus adalah utang dalam jumlah kecil (< Rp 500.000) ke
teman. Contoh utang yang dibayar dengan progam cicilan (installment) adalah utang kendaraan,
utang kepemilikan rumah, utang usaha dan lainnya.

Berdasarkan Jaminannya: utang dengan jaminan agunan (secured loan) dan utang tanpa jaminan
agunan (unsecured loan). Contoh utang dengan jaminan aguanan adalah utang usaha di bank yang
pada umumnya dijamin dengan sertifikat hak milik atas rumah. Contoh utang tanpa jaminan adalah
KTA – Kredit Tanpa Agunan.
Berdasarkan Bunga utang dibedakan menjadi 3 macam yaitu utang variable rate (effective rate), bunga
fixed rate (flat rate) dan bunga anuitas.

Berdasarkan Jatuh Temponya utang dapat dibedakan menjadi utang jangka pendek (shot term loan)
dan utang jangka panjang (long term loan). Utang jangka pendek biasanya memiliki waktu jatuh tempo
kurang dari 1 tahun, contohnya utang kartu kredit. Utang jangka panjang adalah utang yang memiliki
waktu jatuh tempo lebih dari 1 tahun, contoh utang kepemilikan rumah.

Pertimbangan Keempat: Sumber Utang

Utang dapat berasal dari banyak sumber. Sebelum mengambil pinjaman pastikan biaya pinjaman (alias
bunga dan biaya adminstrasi) adalah yang paling murah. Contoh untuk mendanai usaha lebih murah
menggunakan bunga utang usaha dibanding dengan utang kartu kredit.

Berikut ini adalah sumber utang ketika Kita sedang akan mengambil pinjaman : Perorangan,
Perusahaan tempat bekerja (induk perusahaan), Pegadaian, Koperasi, Bank dan lainnya.

Pertimbangan Kelima: Agunan

Pertimbangan berikutnya ketika Kita akan mengambil pinjaman adalah agunan. Agunan atau dalam
bahasa Inggrisnya Collateral adalah jaminan pada umumnya asset real yang nilainya minimal sama
dengan jumlah pinjaman Kita. Contoh Jika pinjaman Kita sebesar Rp 100.000.000 setidaknya agunan
Kita lebih besar atau sama dengan Rp 100.000.000.

Bentuk agunan disesuaikan dengan sumber utang, misal ketika menggunakan utang dari bank, agunan
berupa sertifikat rumah adalah pilihan agunan yang memiliki plafon cukup tinggi. Lain cerita ketika
Kita mengambil pinjaman di koperasi atau di pegadaian.

Pertimbangan Keenam: Risiko

Ada risiko-risiko yang Kita hadapi ketika mengambil pinjaman yaitu risiko atas kematian pemilik utang
dan penurunan nilai asset atau agunan. Mari Kita bahas kedua risiko utama tersebut.

Risiko yang pertama adalah kematian dari pemilik utang. Pernah dengar cerita ada seorang anak yang
diberi warisan berupa utang? Nah hal itu adalah salah satu risiko dari mengambil pinjaman. Ketika si
pemilik utang mengidap penyakit kritis atau meninggal, utang menjadi beban orang lain yang tidak
berutang. Solusinya dalam hal ini dapat diselesaikan dengan asuransi jiwa, dana darurat dan strategi
waris yang tepat.

Risiko yang kedua adalah penurunan asset. Hal ini pernah terjadi di Amerika, ketika krisis subprime
mortgage. Illustrasinya adalah Pak XYZ membeli rumah dengan sistem KPR dengan DP sebesar Rp
50.000.000 dan total utang sebesar Rp 450.000.000. Ketika rumah Pak XYZ ditawarkan di pasar ternyata
harga rumah tersebut hanya sebesar Rp 250.000.000 (karena adanya krisis).

Anda mungkin juga menyukai