Anda di halaman 1dari 28

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologi yang
mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008)

B. Faktor Risiko
1. Hipertensi.
2. Obesitas.
3. Hiperkolesterol.
4. Peningkatan hematokrit.
5. Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF.
6. DM.
7. Merokok.
8. Alkoholisme.
9. Penyalahgunaan obat : kokain.

C. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.

1
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
 Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang

2
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
b. Myokard infark
3. Fibrilasi
a. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-
waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus
kecil.
b. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
4. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

3
5. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
6. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

D. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap
ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.

Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus

4
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah
atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya
cardiac arrest.
Ada dua bentuk patofisiologi stroke hemoragik :
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak.
Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian
yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon,
dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.

2. Perdarahan sub arachnoid


Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.

5
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran
darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala
disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.

E. Klasifikasi
1. Patologi serangan stroke.
a. Stroke Hemoragik

6
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oelh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi
dua, yaitu ;
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak.

2) Perdarahan Sub Araknoid


Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan +/- +++
meningeal
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++

b. Stroke Non Hemoragik/Iskemik


Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau
di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
serta kesadaran umumnya baik.
1) Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA

7
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit
sampai dengan beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Stroke Involusi
Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis
semakin berat/buruk dan berlangsung selama 24 jam/beberapa
hari.
c) Stroke Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, dapat diawali
oleh serangan TIA berulang.

F. Tanda dan gejala


1. Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.
2. Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.
3. Gangguan persepsi.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik.
5. Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot,
kandung kemih.

G. Komplikasi
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis

8
11. CHF
12. Disritmia, hidrosepalus, vasospasme

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
sertaa besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark dari
hemoragik.
3. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler.
4. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis)
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarakhnoid.

9
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya
proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari
pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospinal
5) Analisa gas darah (AGD)
6) Biokimia darah
7) Elektrollit

I. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

10
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.

J. Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara
percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.

K. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

L. Pencegahan Stroke
1. Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
2. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah
kegemukan).
3. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
4. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju,
dan lainnya).

11
5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan
sayuran)
6. Olahraga secara teratur.

M. Penanganan dan perawatan stroke di rumah


1. Berobat secara teratur ke dokter.
2. Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa
petunjuk dokter.
3. Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan
kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh.
4. Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah.
5. Bantu kebutuhan klien.
6. Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik.
7. Periksa tekanan darah secara teratur.
8. Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda
dan gejala stroke.

12
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Hj. E

Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Diagnosa Medis : Stroke
Alamat : L.Pakam
Tanggal Masuk : 10 April 2013
Tanggal Pengkajian : 07 November 2017, Pukul 14. 00 WIB
No. RM : 010000

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. A
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Hubungan Dengan Klien: Saudara
Alamat : L. Pakam

13
2. Keluhan Utama
Keluarga Klien mengatakan bahwa klien mengalami penurunan
kesadaran.

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada klien tanggal 28 April 2013, pukul
14. 00 WIB klien mengalami penurunan kesadaran sopor apatis, tanda -
tanda vital klien belum stabil yang di tandai dengan demam tinggi, kadang
- kadang nafas ngorok, suara mengerang.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah mengalami penyakit
darah tinggi, dan diabetes millitus kurang lebih satu tahun yang lalu dan
pernah mengalami penyakit yang sama ( stroke ).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti diabetes millitus.

B. DATA BIOLOGIS
No Kebutuhan Sebelum Sakit Ketika Sakit
1. Nutrisi
a. BB / TB 65 kg / 155 cm 60 kg / 155 cm
b. Diit Terakhir Tidak terkaji 500 kal / NGT
c. Kemampuan Mengunyah
 Mengunyah Bisa Tidak bisa

 Menelan Bisa Tidak bisa

 Bantuan total / Tidak ada Total


sebagian
d. Frekuensi makan 3 x 1 hari Puasa

14
e. Porsi Makan Habis 1 porsi 1500 kal / NGT
f. Makanan yang disukai Manis - manis Tidak terkaji
g. Makanan yang Tidak ada Tidak ada
menimbulkan alergi
2. Cairan
a. Intake
 Oral Jenis Tidak ada Tidak ada

 Jumlah Tidak ada Tidak ada

 Bantuan total / Tidak ada Total


sebagian
 Intervensi Tidak terkaji Infuse / tts

 Jenis Air putih Ringer Laktate

 Jumlah 1600 cc 300 cc


b. Output
 Suction Tidak ada Ada

 Drain ( Darah) Tidak ada Tidak ada

 Muntah Tidak ada Tidak ada

3. c. Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari

 Warna & Konsistensi Kuning / lembek Coklat


Kemerahan /
lembek
 Jumlah 100 gr 50 gr

 Keluhan Tidak ada Tidak terkaji


 Bantuan Total/sebagian Tidak ada Total
b. BAK
a. Frekuensi 5 x sehari 4 x sehari
b. Warna Kuning / putih Kuning
Kemerahan

15
c. Jumlah 500 cc 400
c. Keluhan Tidak ada Terpasang DC
d. Bantuan total / sebagian Tidak ada Total
4. Istirahat Tidur
a. Lama Tidur
d. Siang 2 jam Tidak Sadar
e. Malam 8 jam Tidak Sadar
f. Kesulitan Mulai Tidur Tidak ada Tidak terkaji
g. Kebiasaan Tidur Tidak ada Tidak terkaji
5. Personal Hygine
a. Mandi
h. Frekuensi 3 x sehari 1 x sehari
i. Kebiasaan Mandi Memakai air Memakai air
dingin biasa hangat
j. Bantuan total / Tidak ada Total
sebagian
k. Gosok Gigi 3 x sehari Tidak
l. Cuci Rambut 3 x seminggu Tidak
m. Gunting Kuku 1 x seminggu 1 x seminggu
n. Ganti Pakaian 2 x sehari 1 x 2 hari
6. Apakah ada kesulitan Tidak ada Ada
melakukan aktivitas?
a. Apakah ada anjuran Bed Tidak ada Ada
Rest?

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran : Sopor Apatis
2. Penampilan umum : Klien tampak kotor dan kusut
3. Berat badan dan tinggi badan : 60 kg dan 155 cm

16
4. Pemeriksaan tanda - tanda vital
 Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
 Nadi : 123 x / menit
 Respirasi : 23 x / menit
 Suhu : 38, 6 0 celcius
5. Pengkajian Head To Toe
a. Kepala
Distribusi rambut merata, bentuk kepala simetris, rambut terlihat kotor
dan kusut,ada ketombe, warna rambut hitam, rambut agak pendek, kulit
kepala tidak ada benjolan, tidak ada lesi, hal ini terbukti saat melakukan
palpasi pada kepala klien.
b. Mata
Bentuk kedua mata simetris, warna konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, ketajaman penglihatan tidak terkaji, kemampuan membedakan
warna tidak terkaji, alis mata tampak kotor, pupil membesar dan ketika
sinar penlight di dekatkan pada kedua pupil, pupilnya mengecil, cek
lapang pandang tidak terkaji, tidak ada lesi maupun benjolan di kelopak
mata hal ini terbukti saat di palpasi, bulu mata dan alis mata ada.
c. Telinga
Kedua telinga bentuknya simetris, ada serumen di telinga kiri dan kanan
terbukti saat di sinari dengan penlight dengan cara inspeksi, tidak ada lesi
maupun benjolan hal ini terbukti saat di palpasi dan inspeksi,
pendengaran klien tidak terkaji.
d. Hidung
Bentuk hidung simetris (inspeksi), tidak ada lesi maupun benjolan
(inspeksi dan palpasi), cuping hidung kotor, tidak ada nyeri tekan
(palpasi), kemampuan penciuman tidak terkaji.
e. Mulut
Kedua bentuk bibir simetris, warna bibir agak merah dan kering dan
pecah - pecah, mulut tampak kotor, gigi geraham bawah tanggal, tidak

17
ada karies pada gigi, tidak ada lubang - lubang pada gigi ( inspeksi dengan
menggunakan penlight), lidah tampak kotor, lidah berwarna putih
kemerahan, tidak ada nyeri tekan pada lidah (menggunakan tongue
spatel), tidak ada benjolan pada gusi, gusi berwarna merah muda
(inspeksi), kemampuan mengunyah tidak ada, nafas bau.
f. Leher
Bentuk leher simetris dan kotor, teraba nadi karotis (palpasi), tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar tiroid, kemampuan menggerakan leher tidak
ada, tidak adanya lesi maupun benjolan, reflek menelan ada.
g. Dada dan Payudara
Kedua bentuk dada simetris dan kotor, ekspansi dada seimbang, tidak
ada benjolan maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada dada terbukti saat
di palpasi, bunyi jantung iregular terbukti saat auskultasi menggunakan
stetoskop, ada suara nafas ngorok, pernafasan menggunakan pernafasan
abdomen, bentuk payudara simetris, tampak kotor, tidak ada lesi maupun
benjolan.
h. Ketiak
Ketiak tampak kotor (inspeksi), tidak ada lesi maupun benjolan (palpasi).
i. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada kembung dan tampak kotor, bising usus
normal terbukti saat di auskultasi abdomen menggunakan stetoskop,
bising usus 10 x / menit, tidak ada lesi maupun benjolan (inspeksi dan
palpasi).
j. Punggung
Bentuk punggung simetris dan tampak kotor, adanya luka dekubitus di
punggung.
k. Genetalia
Tidak terkaji

18
l. Kulit
Kulit tampak kotor dan keriput, warna kulit sawo matang, turgor kulit
menurun, terbukti saat kulit di cubit, kulit klien terlihat berwarna putih
dan saat di lepaskan lagi kurang dari 3 detik, kulit klien agak lambat
kembali merah, tidak ada lesi maupun benjolan.
m. Kuku
Kuku terlihat kotor dan panjang, pengisian cafilary refill time kembali
dengan baik, terbukti saat ditekan kuku dan cafilary refill kembali kurang
dari 2 detik.
n. Ekstremitas atas
Kedua tangan simetris sama panjang dan tampak kotor, kedua jari - jari
tangan lengkap ada 10, ada nyeri tekan pada tangan sebelah kiri karena
terpasang infus, reflek trisep dan bisep tidak ada, ada oedem pada tangan
kiri dan kanan.
o. Ekstremitas bawah
Kedua kaki klien simetris, kedua jari kaki lengkap ada 10, adanya reflek
patela terbukti saat diperkusi patela dengan menggunakan refleks
hummer, ada sedikit reflek pada jari - jari kaki kanan, ada oedem pada
kaki kiri dan kanan.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan Metode
Hematologi
Haemoglobine 11, 2 % * 12-18 % Pria
11-16 % Wanita
Jml. Leukosit 54, 200 * 5000-
10.000/mm
Jml. Trombosit 572, 000 * 150.000-
350.000/mm

19
Hematokrit 31 * 36-48 %
Gula Darah
Gula Darah 308, 0 * 70-110 mg/dl Pukul 09. 15 GOD PAP
Sewaktu WIB
Elektrolit
Natrium, Na 131, 9 135-155 Elektrolit
mg/dl Analizer. K
Kalium, K 5, 4 * 3,5-5,0 mg/dl Elektrolit
Analizer. K
Clorida, Cl 96, 9 * 80-120 mg/dl Elektrolit
Analizer. K
Kalsium, Ca 7, 3 * 8,1,-10,5 CPC
mg/dl

E. TERAPI SESUAI ADVIS DOKTER


1. Sanmol ( Parasetamol ) B/P
2. Pumpitor 1–x-1
3. Metronidazole 3x1
4. Manitol 3 x 100
5. Bralin 2 x 300
6. Phenitoin 50 mg B / P
7. Merobat 3x1
8. Aminovel 1 x 1 / 2 4 Jam

20
F. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : -  Stroke Gangguan mobilitas
Do : Terdapat luka  Penurunan
di bagian kesadaran
punggung dan  Bed rest total
mobilitas minimal.  Mobilitas minimal

2. Ds : Keluarga  Mikroorganisme Gangguan


klien mengatakan  Infeksi peningkatan
bahwa klien  Leukosit tinggi ketidakseimbangan
demam.  Peningkatan suhu suhu tubuh

tubuh
Do : Suhu tubuh
klien 38, 6 0celcius
3. Ds : -  Berkurangnya suplai Gangguan
darah ke otak pemenuhan
Do : Badan klien  Hipoksia karena kebutuhan personal
terlihat kotor, gangguan paru dan hygine
rambut klien jantung
kotor, nafas bau,  Pendarahan serebral
gigi klien kotor,  Stroke
kuku klien kotor
dan panjang.

21
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kelemahan dan bed rest total.
2. Gangguan peningkatan ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan
dengan proses infeksi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine berhubungan dengan
penurunan kesadaran.

22
H. INTERVENSI, RASIONAL, IMPLEMENTASI, EVALUASI
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan  Bantu klien miring kiri  Dengan adanya  Membantu klien memposisikan S:-
berhubungan dengan tindakan keperawatan dan miring kanan miring kiri dan miring miring kiri dan miring kanan 1 x 2 O : Luka dekubitus di
bed rest total. selama 1 x 24 jam selama 1 x 2 jam. kanan agar tidak jam punggung masih
dengan kriteria hasil  Bantu klien memperparah luka  Membantu klien memposisikan ada.
Ds : - : tidak memperparah menggerakkan dekubitus di tangan di atas bantal sejajar A : Otot - otot tangan
luka yang sudah ada tangan dan kaki dan punggung dan lesi. dengan kepala. dan kaki masih
Do : Terdapat luka agar otot tidak kaku. bantu mengubah  Dengan adanya kaku.
dekubitus di bagian posisi tangan dan pergerakkan dapat P : Lanjutkan
punggung, mobilitas kaki. mencegah kekuatan intervensi.
minimal. otot tangan dan kaki.

2. Gangguan peningkatan Setelah dilakukan  Observasi tanda -  Mengetahui perkemb  Mengobservasi tanda - tanda S : Keluarga klien
ketidakseimbangan tindakan selama 1 x tanda vital angan vital, dengan suhu tubuh klien mengatakan
suhu tubuh. 24 jam suhu tubuh  Kompres hangat pada kesetabilan tanda - mencapai 37, 10 celcius. demamnya turun.
klien kembali kepala. tanda vital  Mengompres hangat kepala klien O : Suhu tubuh : 37,

23
Ds : Keluarga klien dengan kriteria hasil :  Anjurkan pada  Terjadinya proses  Menganjurkan pada keluarga 10celcius.
mengatakan klien suhu tubuh mencapai keluarga klien untuk konduksi panas pada klien untuk memakaikan pakaian A : Masalah teratasi.
demam. 36, 50celcius - 37, membantu kain kompres, tipis pada klien. P:-
5 0celcius. memakaikan pakaian menurunkan suhu
Do : Suhu tubuh klien yang tipis. tubuh.
38, 6 0celcius, klien  Pakaian yang tipis
demam, dan badannya dapat menyerap
panas. keringat.

3. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan  Mandikan /waslap  Menjadikan klien  Mewaslap klien S: -
kebutuhan personal tindakan keperawatan klien. bersih dan  Menganjurkan pada klien untuk O : Klien terlihat agak
hygine berhubungan selama 1 x 24 jam  Anjurkan pada memberikan mewaslap tubuh klien. bersih.
dengan penurunan klien tampak bersih, keluarga klien untuk rasa nyaman.  Menganjurkan pada keluarga A : Masalah teratasi
kesadaran. rapi dengankriteria : mewaslap tubuh  Memberikan rasa klien untuk menggunting kuku sebagian
badan klien bersih, klien. segar pada tubuh klien. P : Lanjutkan
rambut klien bersih,  Anjurkan pada klien. intervensi.
kuku klien bersih dan keluarga klien untuk  Kuku klien terbebas
panjang. menggunting kuku dari mikroorganisme.
klien.

24
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Hj. E Dengan Diagnosa


Medis Stroke Di Ruang ICU, pada tanggal 07 November 2017 melalui pendekatan
kesengajaan secara teori dan kenyataan di lapangan, pembahasan di bahas
melalui langkah - langkah keperawatan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Penulis dapat melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa medis
stroke yang dapat meliputi pengumpulan data, analisa data, dan penegakan
diagnosa keperawatan.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut tinjauan analisa data pada diagnosa keperawatan terdapat
beberapa masalah di antaranya:
1. Gangguan peningkatan ketidakseimbangan suhu tubuh
2. Gangguan mobilisasi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine
C. Perencanaan
Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi di dukung oleh sikap
keluarga dan klien yang kooperator. Perencanaan yang sehat berdasarkan
teori yang di peroleh dari beberapa literatur yang mendukung.
D. Implementasi
Pada tahap ini penulisan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan perencanaan yang telah di susun sebelumnya. Banyak faktor yang
mendukung terlaksananya implementasi keperawatan di antaranya peran
keluarga yang mendukung, tersedianya alat - alat serta adanya bimbingan
dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing akademik, serta adanya
peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.

25
E. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan di laksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
di tetapkan dengan melibatkan kerjasama klien, keluarga dan tim kesehatan
yang lain dengan menggunakan sarana dan prasarana yang di sediakan oleh
institusi pendidikan yang ada di rumah sakit.
F. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan. Evaluasi di laksanakan
secara langsung melalui observasi / catatan keperawatan yang ada, karena
keterbatasan penulis dalam mengevaluasi asuhan keperawatan maka
penulis menanyakan kepada keluarga dan perawat ruangan sebagai
perkembangan klien dapat di ketahui.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai
dengan rusaknya jaringan otak. Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu
kerusakan jaringan otak akibat penyumbatan / penyempitan (infark) dan
akibat perdarahan pembuluh darah otak (bleeding).
Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi
susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke
hemoragik.

B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita,
maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan
penyakit. Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit
stroke tersebut dan hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan
pencegahan terhadap penyakit stroke dari pada kita sudah terkena
dampaknya.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Adib, muhammad cara mudah memahami dan menghindari hipertensi


jantung dan stroke (Yogyakarta, dian loka 2009).
2. http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/04/cara-menghindari-penyebab-
stroke-tips.html (tidak diterbitkan).
3. http://id.wikipedia.org (tidak diterbitkan).

28

Anda mungkin juga menyukai