MAKALAH
Metta Santoso
1
BAB I
PENDAHULUAN
mekanik dapat dilakukan antara lain pada: unit perawatan kritis, medikal bedah umum,
bahkan di rumah. Ventilasi mekanik ini dapat disalurkan melalui suatu alat, yaitu
ventilator, atau dapat dibantu pula oleh seorang asisten dengan mengompresi bag atau
teknologi ini dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Untuk itu,
mekanik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
3. Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang
ventilasi, dua kategori umum, yaitu: ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan
positif.
Prinsip dari ventilator jenis ini adalah mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Mesin tekanan negatif pertama, yaitu iron lung (Drinker and Shaw
3
udara harus dipindahkan ke dalam maupun luar paru untuk membantu
tekanan yang terjadi antara tekanan atmosfer dan tekanan di dalam toraks
Pada iron lung, udara ditarik secara mekanik untuk membentuk ruang vakum
paru. Ketika vakum dilepaskan, tekanan di dalam tangki menjadi sama dengan
sekitar, menyebabkan terjadinya ekshalasi pasif dada dan paru. Ketika ruang
tekanan negatif digunakan terutama pada gagal napas kronik yang berhubungan
lateral amiotrofik, dan miastenia gravis. Penggunaan ventilator jenis ini tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
4
endotrakeal atau trakeostomi untuk meningkatkan tekanan jalan napas. Tekanan
positif ini akan membiarkan udara mengalir ke dalam jalan napas hingga
turun hingga menjadi nol, dan dinding dada dan paru akan mendorong volume
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu: tekanan bersiklus, waktu
hidup mengantarkan aliran udara hingga tekanan tertentu yang telah ditetapkan.
Ketika tekanan tersebut seluruhnya telah tercapai, siklus akan mati. Kerugian
prinsip ini adalah jika terjadi perubahan pada komplain paru, volume udara
yang diberikan juga berubah, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada pasien
dengan status paru yang tidak stabil. Ventilator jenis ini digunakan hanya untuk
au
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas per menit).
udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah
dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara
5
pasif. Keuntungan prinsip ini adalah perubahan pada komplain paru pasien
sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan pada pasien tidak
sebagai profilaksis terhadap kolaps yang akan terjadi dari fungsi fisiologis lainnya, atau
pertukaran gas yang tidak efektif di dalam paru. Contoh indikasi medis penggunaan
1. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas, henti napas (apneu), maupun
ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distres pernapasan
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan
Gagal napas dibagi menjadi 2 tipe, yaitu: gagal napas hipoksemia dan gagal napas
6
yaitu: edema paru, pneumonia, perdarahan paru, dan respiratory distress syndrome
hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%, meskipun fraksi oksigen inspirasi >
0.6. Tujuan dari pemasangan ventilasi mekanik pada kondisi ini yaitu untuk
menyediakan saturasi oksigen yang adekuat melalui kombinasi oksigen tambahan dan
intrapulmonary shunt.
Sedangkan, gagal napas hiperkarbia disebabkan oleh kondisi yang menurunkan minute
ventilation atau peningkatan dead space fisiologis sehingga ventilasi alveolar menjadi
PPOK, dan penyakit paru restriktif. Kondisi gagal napas hiperkarbia ditandai dengan
Pasien apneu, seperti pada kondisi kerusakan sistem saraf pusat katastropik,
3. Syok
Semua jenis syok menyebabkan proses metabolik seluler yang akan memicu
terjadinya jejas sel, organ failure, dan kematian. Syok akan menyebabkan paling
tidak tiga respon pernapasan, yaitu: peningkatan ruang mati ventilasi, disfungsi
otototot pernapasan, dan inflamasi pulmoner. Pasien dengan syok biasanya dilaporkan
sebagai dispneu. Pasien juga biasanya mengalami takipneu dan takikardi, asidosis
7
respiratorik.
4. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer.
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada sistem pernapasan (sebagai akibat peningkatan kerja napas dan konsumsi oksigen)
5. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang berisiko mengalami apneu berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu, ventilator mekanik juga berfungsi untuk
Rentang laju pernapasan yang digunakan pada ventilator mandatori cukup luas. Hal ini
tergantung pada nilai sasaran ventilasi semenit (minute ventilation) yang berbedabeda
pada tiap individu maupun kondisi klinis tertentu. Secara umum, rentang laju
pernapasan berkisar antara 4 sampai 20 kali tiap menit dan pada sebagian besar pasien-
pasien yang stabil, berkisar antara 8 sampai 12 kali tiap menit. Pada pasien dewasa
dengan sindroma distres pernapasan akut, penggunaan volume tidal yang rendah harus
diimbangi dengan peningkatan laju pernapasan sampai 35 kali tiap menit untuk
8
b. Volume tidal
Pada beberapa kasus, volume tidal harus lebih rendah terutama pada sindroma distres
pernapasan akut. Pada saat mengatur volume tidal pada mode tertentu, perkiraan
kasarnya berkisar antara 5 sampai 8 ml/kg berat badan ideal. Pada pasien dengan paru-
paru normal yang terintubasi karena alasan tertentu, volume tidal yang digunakan
sampai 12 ml/kg berat badan ideal. Volume tidal harus disesuaikan sehingga dapat
manuver menahan napas selama inspirasi yang disebut dengan istilah tekanan alveolar
dinding dada, distensi abdomen atau asites, komplians dinding dada menurun.Hal ini
tekanan transalveolar jarang terjadi pada pasien yang memiliki komplians paru yang
normal.
c. Tekanan inspirasi
inspirasi diatur sedemikian rupa sehingga tekanan platokurang atau sama dengan 35
cm H2O. Volume tidal juga harus dipertahankan pada rentang yang telah ditetapkan
sebelumnya.
9
d. Fraksi oksigen terinspirasi (FiO2)
Pada sebagian besar kasus, FiO2 harus 100% pada saat pasien diintubasi dan
dihubungkan dengan ventilator untuk pertama kali. Ketika penempatan pipa endotrakea
sudah ditetapkan dan pasien telah distabilisasi, FiO2 harus diturunkan sampai
Tujuan utama ventilasi adalah mempertahankan nilai saturasi 90 % atau lebih. Kadang-
membutuhkan suatu proteksi terhadap paru-paru dari volume tidal, tekanan dan
konsentrasi oksigen yang terlalu besar. Pada keadaan ini, target saturasi oksigen dapat
diturunkan sampai 85% saat faktor-faktor yang berperan pada penyaluran oksigen
sedang dioptimalkan.
Sesuai dengan namanya, PEEP berfungsi untuk mempertahankan tekanan positif jalan
napas pada tingkatan tertentu selama fase ekspirasi. PEEP dibedakan dari tekanan
positif jalan napas kontinyu (continuous positive airway pressure/ CPAP) berdasarkan
saat digunakannya. PEEP hanya digunakan pada fase ekspirasi, sementara CPAP
Penggunaan PEEP selama ventilasi mekanik memiliki manfaaat yang potensial. Pada
meningkatkan area reekspansi atelektasis dan dapat mendorong cairan dari ruang
atau terendam cairan, untuk berperan serta dalam pertukaran gas. Pada edema
kardiopulmonal, PEEP dapat mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri sehingga
10
Pada gagal napas hiperkapnea yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas, pasien
hiperinflasi dinamik. Hal ini menyebabkan timbulnya auto-PEEP yaitu tekanan akhir
ekspirasi alveolar yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Bila didapatkan autoPEEP,
maka dibutuhkan pemicu ventilator (trigger) berupa tekanan negatif jalan napas yang
lebih tinggi dari sensitivitas pemicu maupun auto-PEEP. Jika pasien tidak mampu
mencapainya, maka usaha inspirasi menjadi sia-sia dan dapat meningkatkan kerja
pernapasan (work of breathing). Pemberian PEEP dapat mengatasi hal ini karena dapat
mengurangi auto-PEEP dari tekanan negatif total yang dibutuhkan untuk memicu
ventilator. Secara umum, PEEP ditingkatkan secara bertahap sampai usaha napas
pasien dapat memicu ventilator secara konstan hingga mencapai 85% dari autoPEEP
yang diperkirakan.
Sensitivitas pemicu adalah tekanan negatif yang harus dihasilkan oleh pasien untuk
memulai suatu bantuan napas oleh ventilator. Tekanan ini harus cukup rendah untuk
mengurangi kerja pernapasan, namun juga harus cukup tinggi untuk menghindari
sensitivitas yang berlebihan terhadap usaha napas pasien. Tekanan ini berkisar antara -
1 sampai -2 cmH2O. Pemicu ventilator ini timbul bila aliran napas pasien menurun 1
sampai 3 l/menit.
Hal ini sering dilupakan pada mode yang bersifat volume-target.Laju aliran ini penting
hiperinflasi dinamik dan auto-PEEP.Pada sebagian besar ventilator, laju aliran diatur
secara langsung. Pada ventilator lainnya, misalnya Siemen 900cc, laju aliran ditentukan
11
contohnya adalah sebagai berikut:
Laju pernapasan = 10
12
h. Perbandingan waktu inspirasi terhadap waktu ekspirasi
Sejalan dengan laju aliran inspirasi, ahli terapi respirasi mengatur I:Eratio
dan kenyamanan pasien. I:Eratio yang umum digunakan adalah 1:2. Pada
adanya pemanjangan waktu inspirasi, tekanan jalan napas rata-rata atau alveoli
yang terisi cairan yang dapat memperbaiki oksigenasi. Pada hipoksemia berat,
ventilator bekerja dalam situasi tertentu. Istilah ini ditemukan oleh para
13
1. Pilih mode assist-control dan FiO2 100%
2. Atur volume tidal awal (VT) 8 ml/kg menggunakan berat badan perkiraan
3. Pilih laju respirasi (RR) untuk mencapai minute ventilation (MV) pra
SaO2>88%
b. PCO2dan pH arterial
8. Jika Ppl> 30 cm H2O atau pH< 7,30, ikuti rekomendasi tata cara ventilasi
14
Menurut sejarah, mekanisme trigger (pemicu) sering disebut dengan istilah
mode. Mode kontrol (pemicu waktu), mode assist (pemicu tekanan) dan mode
assist/control (pemicu waktu dan tekanan) adalah mode yang paling umum
release ventilation).
untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang efektif dan FVS ini hanya
terjadi bila laju napas ventilator 8 atau lebih dan volume tidal antara 8-12 ml/kg
berat badan ideal, karena pengaturan ventilasi ini dapat menyebabkan PaCO2
kurang dari 45 mmHg. Pada PVS, laju napas ventilator dan volume tidal yang
diberikan kurang daripada FVS, sehingga pasien berperan serta dalam kerja
volume atau ventilasi tekanan. Mode harus diatur sedemikian rupa sehingga
15
pasien dapat bernapas spontan atau tidak. Pada PVS dapat digunakan mode
ventilasi apa saja, tetapi pasien dapat berperan serta secara aktif dalam
Pada gagal napas akut, tujuan awal pemberian ventilasi adalah bantuan napas
beberapa jam sampai beberapa hari, diharapkan kondisi pasien telah stabil dan
mulai pulih. Bila mode ventilasi tetap dipertahankan, maka akan terjadi
penggunaan FVS dan lebih menyukai PVS digunakan sejak awal. Namun
otot pernapasan.
diterapkan pada pasien yang tidak memiliki usaha napas sendiri atau pada saat
pada pasien-pasien yang tidak sadar karena pengaruh obat, gangguan fungsi
serebral, cedera saraf spinal dan frenikus serta pasien dengan kelumpuhan
16
C. Ventilasi Assist-Control
pasien dengan laju napas, sensitivitas dan tipe pernapasan minimum. Pasien
dapat memicu pernapasannya dengan laju yang lebih cepat namun volume
Bila telah ada usaha napas pasien, maka mode assist-control dapat digunakan.
Dengan mode ini, tiap napas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan
pernapasan yang diatur. Pemicu dari pasien timbul karena ventilator sensitif
terhadap tekanan atau perubahan aliran pada saat pasien berusaha untuk
bernapas. Pada saat terdapat tekanan negatif yang ringan (-1 cm H2O) atau
terjadi penurunan aliran (2-3 l/menit di bawah aliran bias ekspirasi) maka
Laju napas minimum harus diatur pada ventilator untuk menjamin adanya
pernapasan (work of breathing), tetapi pada saat ini diketahui bahwa pasien
dapat melakukan kerja inspiasi sebanyak 33-50% atau lebih. Hal ini terjadi
khususnya bila terdapat inspirasi aktif dan aliran gas tidak sesuai dengan aliran
inspirasi yang dibutuhkan oleh pasien. Secara klinis hal ini dapat diketahui
dengan melihat gambaran grafik pada manometer tekanan. Jika tekanan tidak
meningkat dengan lancar dan cepat untuk mencapai puncak, maka alirannya
tidak adekuat.
17
Gambaran kurva tekanan berbentuk konkaf menunjukkan adanya inspirasi aktif.
Aliran harus meningkat sampai kebutuhan pasien tercapai dan kurva menujukkan
Masalah lainnya pada ventilasi assist-control ini adalah sensitivitas. Bila mesin
terlalu sensitif terhadap usaha napas pasien, maka mesin dapat dengan mudah
dipicu (auto triggering) tanpa mengalirkan volume atau tekanan. Hal ini dapat
dikoreksi dengan membuat mesin kurang sensitif terhadap usaha napas pasien.
di manometer, maka mesin kurang sensitif terhadap usaha napas pasien, oleh sebab
respiratorik. PCO2 dapat mencapai batas apnea (32 mmHg) pada beberapa pasien.
8
mode ventilasi yang dikenal dengan ventilasi mandatori berkala (IMV) yang
diperkenalkan pertama kalinya pada tahun 1971. Pada saat itu, mode ini digunakan
kali/menit. IMV didesain untuk memberikan bantuan ventilasi parsial. Mode ini
spontan pasien. Periode pernapasan spontan ini dapat membantu untuk mencegah
hiperinflasi paru dan auto PEEP pada pasien-pasien dengan pernapasan yang cepat.
Selain itu, tujuan dari penggunaan ventilasi ini adalah untuk mencegah atropi otot-
otot pernapasan karena ventilasi mekanik jangka lama. Kekurangan dari IMV ini
pengembangan paru tidak sama, namun masih tetap digunakan karena risiko cedera
paru yang diinduksi ventilator lebih rendah pada mode ini. Ventilasi dengan PCV
secara keseluruhan diatur oleh ventilator, tanpa peran serta pasien (sama dengan
ventilasi assist-control).
samping itu, PSV ini dapat mengatasi resistensi pernapasan melalui sirkuit
penyapihan (weaning) dari ventilator. Tujuan PSV ini bukan untuk memperkuat
volume tidal, namun untuk memberikan tekanan yang cukup untuk mengatasi
resistensi yang dihasilkan pipa endotrakeal dan sirkuit ventilator. Tekanan inflasi
antara 5 sampai 10 cmH2O cukup baik untuk keperluan ini. PSV cukup populer
sebagai salah satu metode ventilasi mekanik non invasif. Untuk ventilasi non
invasif ini PSV diberikan melalui sungkup wajah atau sungkup hidung khusus
dengan tekanan 20
cmH2O.
Pressure / PEEP)
umumnya terjadi kolaps ruang udara bagian distal sehingga sering menyebabkan
gagal napas yang sudah ada. Upaya untuk mengatasi atelektasis ini dengan
paru yang umum pada pasien-pasien yang tergantung pada ventilator, misalnya
alveoli pada akhir pernapasan, maka dibuat suatu tekanan positif pada akhir
ekspirasi (PEEP). Tekanan ini bertindak sebagai penyangga (stent) untuk menjaga
agar jalan napas yang kecil tetap terbuka pada akhir ekspirasi. PEEP ini telah
paru yang terlokalisasi seperti pneumonia karena tekanan yang diberikan dapat
didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal dan hal ini dapat menyebabkan
Pressure/CPAP)
respirasi disebut dengan continuous positive airway pressure (CPAP). Pada mode
ventilasi ini, pasien tidak perlu menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas
yang diinhalasi. Hal ini dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yang membuka
bila tekanan udara di atas tekanan atmosfer. CPAP harus dibedakan dengan PEEP
spontan.Pada PEEP spontan, tekanan negatif jalan napas dibutuhkan untuk inhalasi.
work of breathing.
Penggunaan klinis CPAP adalah pada pasien-pasien yang tidak diintubasi. CPAP
dapat diberikan melalui sungkup wajah khusus yang dilengkapi dengan katup
pengatur tekanan. Sungkup wajah CPAP (CPAP mask) telah terbukti berhasil untuk
menunda intubasi pada pasien dengan gagal napas akut, tetapi sungkup wajah ini
harus dipasang dengan tepat dan kuat dan tidak dapat dilepas saat pasien makan,
sehingga hanya dapat digunakan sementara. Sungkup hidung khusus lebih dapat
ditoleransi oleh pasien terutama pada pasien dengan apnea obstruktif saat tidur, juga
Pada dasarnya tujuan dari ventilasi mekanik adalah untuk menjaga supaya pasien
tetap hidup dan terhindar dari komplikasi iatrogenik sehingga kejadian presipitasi
1. Apneu
Pada studi yang dilakukan pada binatang, peningkatan beban pernapasan akan
kelelahan otot napas (muscle fatigue). Hal ini diperkirakan yang menjadi alasan
kerusakan otot napas pada pasien PPOK dan pasien yang sekarat saat diberikan
ventilasi mekanik. Pada sepsis, peningkatan usaha napas terutama disebabkan oleh
pada pasien dengan gagal napas akut (pada penghentian penggunaan ventilasi
mekanik) dan tidak ditemukan perubahan kontraksi diafragma.11 Oleh sebab itu,
penggunaan ventilator dan asistensi ventilator dalam mengurangi beban (load) otot
Hampir semua pasien gagal napas akut mengalami peningkatan usaha napas, dan
juga mengalami beberapa lain: pertukaran gas abnormal, gangguan perfusi otot,
3. Hipoksemia berat
PaO2 pada pasien PPOK, maka masalah yang mendasari bukan hanya V/Q
mismatch (seperti pada bronkitis akut), malah, pasien memiliki pirau/ shunt.
4. Hiperkapnia berat
Hiperkapnia berat menekan sistem saraf pusat dan keluaran respirasi motorik,
spesifik bagi setiap pasien. Pada pasien hiperkapnia dengan status asmatikus atau
Alkalosis respirasi menurunkan ion kalsium. Setiap peningkatan pH 0,1 unit, ion
oksigen tambahan dan terapi fisik dada (termasuk siprometri insentif). Sekitar 10%
tambahan dan terapi fisik dada tidak mencegah gagal napas. Squadrone et al
penggunaan intubasi, komplikasi (pneumonia, infeksi, dan sepsis), dan ICU. Hasil
ini setelah mengeksklusi pasien PPOK, asma, sleep apneu, gagal jantung,
hiperkapnia, dan asidosis respirasi. Hasil penelitian ini tidak dapat diterapkan pada
Pasien dengan trauma multipel dapat mengalami flail chest. Banyak pasien yang
mengalami gagal napas secara sekunder dari kerusakan paru atau patofisiologi lain
yang mendasari dan membutuhkan ventilasi mekanik. Flail chest sendiri bukan
indikasi untuk ventilasi mekanik. Pada suatu studi randomisasi, pasien dengan
6. Syok
Pada pasien yang hemodinamiknya tidak stabil, perfusi jaringan termasuk sistem
menurunkan VO2 dan menurunkan tonus simpatis. Efek ini dapat memperbaiki
perfusi jaringan.
Ada beberapa komplikasi ventilasi mekanik, antara lain Risiko yang berhubungan
dengan intubasi endotrakea, termasuk kesulitan intubasi, sumbatan pipa endotrakea
oleh sekret.
infeksi paru-paru.
dapat mengurangi venous return, curah jantung dan tekanan darah sehingga
Apabila fungsi paru untuk melaksanakan pembebasan CO2 atau pengambilan O2 dari atmosfir tidak
cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator mekanik. Tidak semua kegagalan pernapasan
merupakan indikasi untuk penggunaan ventilator. Tetapi dapat diramalkan bahwa tanpa penggunaan
alat ini maka keadaan gagalnya pernapasan akan semakin berat dan dapat berakhir dengan kematian.1,6,9
Walaupun demikian penggunaan ventilator mekanik juga mempunyai risiko yaitu terjadinya barotrauma
Ventilator dibagi dua jenis, yaitu ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan positif. Ventilator
tekanan negatif membuat lingkungan negatif disekeliling dada sehingga mengakibatkan udara masuk
ke dalam paru. Contohnya adalah tank respirator dan curais respirator. Ventilator tekanan positif
membuat tekanan positif dalam saluran napas sehingga udar masuk ke dalam paru. Terdapat dua bentuk
ventilator tekanan positif, yaitu ventilator mekanik konvensional yang mampu memberi udara dengan
volume besar, tekanan tinggi dan frekuensi rendah. Yang lain adalah ventilator frekuensi tinggi yang
mampu memberikan aliran udara dengan volume kecil, tekanan rendah, dan frekuensi tinggi. 6,11-13
Ventilator mekanik konvensional mempunyai 3 tipe yaitu (1) tipe pressure cycle, pada tipe ini udara
mengalir ke dalam paru dengan tekanan tertentu dan kemudian titik waktu pengaliran udara ini akan
terhenti setelah mencapai tekanan tertentu dan kemudian pasien mulai ekspirasi kembali. Oleh karena
tekanan telah diatur maka jumlah udara yang masuk selama inspirasi tergantung pada tahanan dan daya
kembang paru. Ventilator ini mempunyai bentuk yang sederhana, mudah digunakan, tidak
membutuhkan ruang atau tempat yang luas, dapat diletakkan di samping tempat tidur pasien dan
harganya lebih murah dibandingkan dengan tipe volume. (2) tipe time cycle, pada tipe ini aliran inspirasi
gas diubah menjadi inspiratory time. Volume tidak diatur oleh aliran dan waktu inspirasi.(3) tipe volume
cycle, volume udara diatur sampai tekanan tertentu dan didasarkan pada compliance dan resistensi
paru.11,12 Komplikasi penggunaan ventilator mekanik konvensional meliputi trauma saluran napas,
chronic lung injury, air leaks syndrome, retinopathy of prematurity, infeksi, perdarahan intra kranial
dan lain-lain.
Ventilator frekuensi tinggi merupakan variasi dari ventilator mekanik, yaitu suatu alat yang
dirancang untuk memberikan ventilasi dengan cepat, menggunakan volume tidal yang kecil dan
mengurangi ruang rugi. Teknik ini lebih baik dari alat ventilator mekanik konvensional, yaitu dapat
mempertahankan volume semenit yang cukup dengan tekanan saluran pernapasan proksimal yang
lebih rendah, hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan menggunakan ventilator mekanik
konvensional. Untuk penanganan kolaps paru dengan tekanan saluran pernapasan yang tinggi dapat
digunakan ventilator frekuensi tinggi. Alat ini juga mempunyai kemampuan untuk memberikan
ventilasi yang cukup walaupun volume tidal diturunkan sehingga dapat menurunkan risiko
barotrauma. Angka kecepatan selama diberikan ventilator frekuensi tinggi sering dinyatakan dalam
Beberapa keadaan pada bayi asfiksia berat yang memerlukan bantuan ventilator frekuensi
Beberapa pusat penelitian menggunakan ventilator frekuensi tinggi untuk penanganan stadium
awal yang gagal atau tidak respon terhadap ventilator mekanik konvensional, (3) Fistula bronkopleural
berat, (4) Hipertensi pulmonal yang berhubungan atau tidak dengan penyakit parenkim paru
(misalnya aspirasi mekonium, pneumonia, hipoplastik paru dan hernia diafragmatika) yang akan
mengakibatkan gagal napas dan mempunyai angka mortalitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian
didapatkan bahwa penggunaan awal ventilator frekuensi tinggi dapat menurunkan 25 – 45 % kematian,
(5) Penyakit membran hialin, (6) Respiratory distress syndrome, (7) Malformasi kistik paru, (8)
Jenis ventilator frekuensi tinggi yang digunakan pada bayi asfiksia berat
Terdapat tiga tipe ventilator frekuensi tinggi. Froese dan Bryan membuat tiga klasifikasi berdasarkan
pada sifat pernapasan, yaitu (1) High frequency positive pressure ventilator (HFPPV), (2) High
frequency jet ventilator (HFJV) dan (3) High frequency oscillatory ventilator (HFOV).6,7,15
1. High Frequency Positive Pressure Ventilator (HFPPV)
Tipe HFPPV merupakan adaptasi dari ventilator mekanik konvensional yang bekerja
meningkatkan pernapasan dengan kecepatan tinggi, yaitu 60 sampai 150 kali permenit. Alat ini
pertama sekali diperkenalkan di Swedia oleh Sjostrand yang melakukan penelitian terhadap 2000
orang dewasa dan anak-anak selama menjalani pembedahan dan 32 neonatus yang menderita
sindrom gagal napas. Ternyata penggunaan alat ini dapat membantu respirasi dengan adekuat. Pada
tahun 1980, Bland dan kawan-kawan melaporkan adanya perbaikan pada 24 bayi yang menderita
sindrom gawat napas SGN setelah diberikan ventilator dengan kecepatan pernapasan berkisar 60
sampai 110 kali permenit. Sejak tahun 1980 penggunaan HPPV pada bagian perawatan intensif
neonatus menjadi populer di seluruh dunia. Ada dua jenis HPPV yang sering digunakan, yaitu
Ventilator HFPPV mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan High Frequency
Oscillatory Ventilator (HFOV) dan High Frequency Jet Ventilator (HFJV), alat ini dijalankan
dengan frekuensi yang sama seperti HFOV tetapi pasien berada dalam keadaan ekspirasi pasif dan
udara yang berlebihan dapat dikeluarkan melalui selang endotrakea. Ventilator HFPPV yang sering
digunakan dan mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) adalah jenis
Infrasonic Infant Star Ventilator. Ventilator ini mempunyai katup pneumatik yang dikontrol oleh
mikroprosesor yang dapat mengubah aliran udara inspirasi untuk mengawali terjadinya peak
mekanik konvensional (VMK). Kecepatan, positive end expiratory pressure (PEEP) dan positive
Ventilator HFJV adalah ventilator mekanik yang dapat menghantarkan udara dengan kecepatan tinggi
ke dalam saluran pernapasan atas secara langsung melalui selang endotrakeal atau jet injector. Jet
ventilator dapat mempertahankan oksigenasi dan ventilasi. Ventilator ini mempunyai volume
kompresibel dan bekerja secara efektif dengan frekuensi 150 atau 240 sampai dengan 600 kali per
menit. Selama alat ini bekerja pasien berada dalam keadaan ekspirasi pasif. Karena penghantaran udara
dilakukan dengan kecepatan tinggi, maka sangat sulit untuk dilakukan monitor tekanan udara di dalam
saluran pernapasan. Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah suatu alat yaitu triple lumen hi-lo-jet
Endotracheal tube untuk memonitor tekanan udara dalam lumen selang endotrakeal. Alat ini
ditempatkan di bagian distal kira-kira 7 cm dari ujung selang endotrakeal. Jet ventilator ini telah dicoba
pada bayi dan anak-anak. Jenis yang sering digunakan dan telah mendapat persetujuan oleh FDA adalah
jenis bunnell life pulse jet ventilator buatan Amerika yang di disain khusus untuk digunakan
bayi.
Ventilator HFOV adalah modifikasi ventilator mekanik yang menggunakan piston sebagai pompa atau
diafragma getar. Alat ini dapat bekerja dengan frekuensi 600 sampai dengan 900 kali per menit ( 10
sampai 15 Hz ). Selama alat ini bekerja, inspirasi dan ekspirasi tetap aktif (tekanan saluran napas
proksimal adalah negatif selama ekspirasi). Osilator dapat menghantarkan udara segar tanpa terputus
ke dalam saluran pernapasan.15,17 Tekanan osilasi dalam saluran pernapasan menghasilkan volume tidal
9,15,16
yang rendah dan akan mempertahankan volume paru. Pengalaman klinik pertama penggunaan
HFOV adalah pada bayi prematur yang menderita penyakit membran hialin yang gagal dengan
penggunaan VMK dan berlanjut menjadi penyakit chronic lung disease.9,10 Jenis yang sering digunakan
dan telah direkomendasikan oleh FDA adalah sensor medics 3100 A oscillator. Alat ini menggunakan
sebuah piston osilasi dan tidak dihubungkan dengan ventilator mekanik konvensional. Parameter yang
diukur adalah frekuensi dan tekanan saluran napas rata-rata.6,9,10 Beberapa penelitian prospektif telah
dilakukan untuk membandingkan HFOV dengan VMK, antara lain satu studi di Amerika Utara
menemukan penurunan insiden kematian, frekuensi serta beratnya penyakit paru kronik pada bayi usia
28 hari dengan berat badan lahir 750 sampai 1250 g. Selanjutnya penelitian kedua yang dilakukan pada
tahun 1988 sampai 1990 mendapatkan hasil penurunan risiko terjadinya air leak syndrome.4,6,15 Clarck
dan kawankawan menemukan penurunan insiden displasia bronkopulmonal pada kasus yang diberikan
HFOV. Lamanya pemakaian HFOV yang pernah dilaporkan berkisar antara 7 sampai 20 hari.
Komplikasi penggunaan ventilator frekuensi tinggi
Komplikasi utama penggunaan ventilator frekuensi tinggi adalah terperangkapnya udara dalam paru.
Tetapi hal ini dapat dicegah dengan memonitor gas darah serta foto toraks secara serial. Apabila
dijumpai tandatanda peningkatan tekanan intra toraks serta adanya overinflasi, maka tekanan dapat
diturunkan.
Jika fungsi hemodinamik telah berjalan baik, oksigenasi telah cukup adekuat, pasien dalam keadaan
sadar dan ventilator siap dilepaskan, maka dapat dilakukan penghentian atau pelepasan ventilator.
Adapun syaratsyarat penghentian ventilator adalah (1) Jika paO2 telah normal dan gambaran foto toraks
tidak memperlihatkan gambaran hiperinflasi atau atelektasis paru, (2) Bila FiO2 60 %, PEEP
dihentikan, (3) Jika paCO2 telah turun sampai dengan normal ( paCO2<40 mmHg), amplitudo
dihentikan, (4) Ketika amplitudo mencapai batas terendah (10 ml), dapat dimulai pernapasan biasa. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dimonitor pada neonatus asfiksia berat selama pemakaian
ventilator frekuensi tinggi, yaitu ukuran dan posisi pemasangan selang endotrakeal, tanda klinis (warna
kulit, frekuensi pernapasan, pola pernapasan, adanya retraksi atau tidak, kesesuaian gerakan dada dan
perut), analisa gas darah serta foto toraks untuk menilai adanya pulmonary air leak, atelektasis dan lain-
lain. Selain itu juga dimonitor FiO2, PIP, PEEP, paw, rate, flow rate, I : E 1:2 dan volume tidal. Selama
melakukan penghentian pemakaian ventilator frekuensi tinggi perlu dilakukan monitoring elektrolit,
kalsium, glukosa, ureum, dan kreatinin. Karena gangguan metabolik akan mempengaruhi proses
penghentian ventilator tersebut, pasien dipuasakan selama 4 jam sebelum ekstubasi atau makanan
Asuhan Keperawatan
2.6.1 Pengkajian
Perawat mempunyai peran penting dalam mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji pasien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut:
a. Tanda-tanda vital.
b. Bukti adanya Hipoksia (Gelisah, Ansietas, Takikardia, Peningkatan Frekuensi Pernapasan,
Sianosis).
c. Frekuensi dan Pola Pernapasan.
d. Bunyi Napas.
e. Status Neurologis.
f. Volume Tidal, Ventilasi Satu Menit, Kapasitas Vital Kuat.
g. Kebutuhan Penghisapan.
h. Upaya Ventilasi Spontan Pasien.
i. Status Nutrisi.
j. Status Psikologis.
KESIMPULAN
Ventilasi mekanik adalah upaya untuk membantu atau menggantikan napas spontan
pada seseorang, dengan menggunakan ventilator. Indikasi penggunaan ventilator adalah: gagal
napas, apneu, disfungsi neurologis, syok, dan insufisiensi jantung. Namun penggunaannya
alveolus, dan VAP (Ventilator Associated Pneumonia). Penggunaan ventilator pada pasien ini
atas indikasi gagal napas dan ARDS yang bertujuan untuk membantu pernapasan pasien telah
tepat. Mode yang digunakan juga sesuai dengan keadaan klinis pasien dengan
Kadang kala penanganan gagal napas pada neonatus dengan asfiksia berat tidak berhasil
ventilator frekuensi tinggi yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ventilator mekanik
konvensional. Yaitu dapat menghantarkan gas atau udara secara langsung ke dalam saluran
pernapasan dengan kecepatan tinggi sehingga pertukaran udara paru menjadi optimal. Selain
itu efek samping barotrauma serta displasia bronkopulmonal lebih rendah dibandingkan dengan
Selain mempunyai beberapa keuntungan, ventilator frekuensi tinggi juga mempunyai efek
samping yang tidak ringan pula, maka sebaiknya penggunaan ventilator frekuensi tinggi
dilakukan dengan bantuan tenaga ahli yang telah terlatih dan dididik secara khusus untuk itu.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA