4.1.1.8b PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO
4.1.1.8b PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO
Dokumen
No. Revisi :
Berlaku :
Tanggal
PANDUAN
MANAJEMEN RESIKO KLINIK
Penanggung Jawab
Disiapkan Disahkan
Tim Mutu dan Akreditasi, Kepala
Poliklinik Korem 031/WB,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global, termasuk keselamatan di
Klinik. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di Klinik
yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Klinik yang berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Klinik yang
terkait dengan kelangsungan hidup Klinik. Kelima aspek keselamatan tersebut
sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Klinik. Hal tersebut harus dikelola
secara professional, komprehensif, dan terintegrasi
Di Klinik terdapat ratusan macam obat berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik beresiko menimbulkan insiden. Karena itu Klinik perlu
melakukan pengelolaan resiko dalam suatu manajemen resiko yang professional,
komprehensif, dan terintegrasi agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini
mungkin.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen resiko di Poliklinik
Korem 031/WB.
C. Sasaran
1. Tersedianya pedoman manajemen resiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen resiko kepada pimpinan di
unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Klinik.
D. Ruang Lingkup
1. Resiko terhadap pasien terkait pelayanan
2. Resiko terhadap staf medis
3. Resiko terhadap staf/pegawai
4. Resiko terhadap sarana prasarana fasilitas/asset Puskesmas
5. Resiko terhadap keuangan
6. Resiko-resiko lainnya.
II. PENGERTIAN
Manajemen resiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana, fasilitas, dan keuangan Klinik melalui identifikasi dan penilaian potensi
kehilangan asset Klinik, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen resiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai,
dan menyusun prioritas resiko dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.
Pendekatan manajemen resiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi
(reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen resiko
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan
proses, fungsi, dan layanan.
C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen resiko sangat luas dan kegiatan Klinik yang sangat
beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen resiko. Klinik harus
menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara
manajemen resiko professional dengan semua unit layanan structural dan fungsional
Klinik serta fungsi lain di dalam dan di luar Klinik.
Manajemen resiko professional perlu menetapkan mekanisme komunikasi
dengan orang-orang kunci dalam organisasi.
Kepala dan para pimpinan unit layanan di Klinik berfungsi sebagai pembuat
keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen resiko
Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung antara
program manajemen resiko dan staf medis, membantu manajemen resiko dalam
koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa organisasi melakukan
clinical appointmenr staf medis, kredensialis, clinical privilege, dan prosedur disiplin
telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bagian Keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen resiko, mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan
Klinik.
Bagian Umum dan Kepegawaian bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang
pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi pemberian cuti pegawai
dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk
mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan tindakan/pelayanan.
Ketua Tim mutu Klinik memilik tanggung jawab utama membantu
manajemen resiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya,
kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung
jawab utama membantu manajemen resiko dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan Klinik dan keselamatan pasien.
D. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak di bawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention)
misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistic tentang
sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani
klaim dan mengatasi resiko yang terkait dengan sumber daya manusia, system
prosedur, pengawasan internal maupun gabungannya.
1. Tugas satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut:
a. Mencegah dan mengurangi kerugian
b. Mengembangkan mekanisme identifikasi resiko seperti laporan insiden,
rujukan staf, tinjauan rekam medic, tinjauan keluhan pasien
c. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan
terkait seperti manajemen mutu, kepelayanan, staf medis, dan kontrol infeksi.
d. Mengembangkan statistic dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen
resiko.
e. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam
bagian:
a. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
b. Manajemen klaim
c. Pembiayaan resiko
d. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
e. Pelaksanaan manajemen resiko
f. Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan
manajemen resiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen resiko secara
spesifik. Manajemen resiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya melaporkan kemajuan untuk menetapkan
tujuan Klinik.
IV. TUJUAN
Tujuan dari manajemen resiko adalah untuk melestarikan asset, meningkatkan mutu
pelayanan, dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan resiko kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan:
a. Mengidentifkasi semua resiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan resiko yang tidak perlu untuk pegawai,
pasien, dan lain-lain.
b. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan
resiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien, dan lain-lain.
c. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang
sesuai dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.
d. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.
e. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan
pasien dan layanan yang terkait
5. Pengelolaan Resiko
Bila memungkinkan paparan resiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat
yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila resiko tidak dapat dieliminasi, maka
perlu dicari teknik lain untuk menurunkan resiko kerugian.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa resiko, maka satuan tugas manajemen resiko
harus menangani dan mengendalikan resiko tersebut.
Ada 2 pendekatan dasar:
a. Mengendalikan resiko (Risk Control)
Resiko sedapat mungkin dihindari karena Klinik tidak berani mengambil resiko
dengan metode berikut:
Menghindari resiko (Risk Avoidance)
Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian
b. Menanggung resiko (Risk Retention)
Resiko diterima dan ditangani sendiri oleh Klinik, jadi Klinik mentolerir terjadinya
kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional Klinik dengan
menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
Laporan insiden Klinik (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi potensial
cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung, maupun
karyawan yang terjadi di Klinik
Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonym dan
tertulis ke Klinik setiap kondisi potensial cedera dan insiden keselamatan pasien,
dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan solusinya.