Jurnal 2
Jurnal 2
ABSTRAK
Ada pendapat dari masyarakat yang menyatakan bahwa hanya dengan memakai
bahan bakar premium yang ada saat ini kendaraan yang mereka miliki sudah bisa
berjalan. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis ingin mengajak masyarakat untuk
lebih memahami situasi yang terjadi pada satu atau dua generasi ke depan. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bensin dan
etanol terhadap unjuk kerja motor bakar bensin berdasarkan nilai kalor bahan bakar.
Prosedur pengujian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Pengujian nilai kalor bahan
bakar; Pengujian motor bensin; Pengujian emisi gas buang. Pengujian menggunakan
bahan pencampuran bensin dan bioetanol (0%, 5%, 15%, 25% etanol). Hasil pengujian
nilai kalor bahan bakar diperoleh nilai kalor premium 11.414,453 kal/gram; campuran
etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran
etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Hasil pengujian performansi diperoleh daya
tertinggi ada pada campuran 15% yaitu 9,02 kW dan mampu menghabiskan 10 ml
bahan bakar dalam waktu 35,87 detik. Hasil pengujian emisi gas buang diperoleh nilai
CO terendah ada pada campuran 25% etanol yaitu 0,85% volume udara; nilai CO2
tertinggi ada pada campuran 25% etanol yaitu 10,6% volume udara.
There are opinions from people who claim that only by using premium fuel existing vehicles that
they have been able to walk. However, in this study the author would like to invite the public to
better understand the situation that occurs in one or two generations ahead. The purpose of this
study was to determine the effect of a mixture of gasoline and ethanol to gasoline combustion
engine performance based on fuel heating value. The testing procedure is divided into three
stages, namely: Testing calorific value of the fuel; testing gasoline motors; Testing of exhaust
emissions. The tests would using the material mixing gasoline and ethanol (0%, 5%, 15%, 25%
ethanol). The test results obtained calorific value fuel heating value premium 11414.453 cal /
gram; 5% ethanol blend = 8905.921 cal / gram; mixture of 15% ethanol = 8717.552 cal / gram;
mixture of 25% ethanol cal = 8358.941 / gram. Performance testing results obtained supreme
power is in a mixture of 15% ie 9.02 kW and able to spend 10 ml of fuel in 35.87 seconds.
Exhaust emissions test results obtained by the value of the lowest CO exist in a mixture of 25%
ethanol is 0.85% by volume of air; highest CO2 value is in a mixture of 25% ethanol is 10.6%
by volume of air.
PENDAHULUAN
Etanol merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui. Sebagai salah satu bahan bakar,
etanol bisa dihasilkan dari fermentasi glukosa yang bisa didapatkan dari tanaman-tanaman yang
banyak mengandung karbohidrat. Termasuk bahan dari selulosa meskipun membutuhkan
langkah awal untuk dapat merubah struktur karbonnya menjadi karbohidrat.
Nilai oktan etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio kompresi mesin dan juga
meningkatkan efisiensi termal. Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang kompleks ditambah
sirkulasi ulang pipa gas buang yang ditingkatkan bisa meningkatkan rasio kompresi sampai 19,5
dengan bahan bakarnya etanol murni sampai E50. Hal ini nantinya akan menghasilkan ekonomi
bahan bakar mobil etanol sama dengan ekonomi bahan bakar mobil bensin (Brusstar, 2008).
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dilakukan pengujian motor bensin dengan menggunakan
campuran bahan bakar premium dan etanol dengan memanfaatkan secara maksimal peralatan
laboratorium yang memadai.
Bahan
Bahan yang menjadi obyek pengujian adalah bensin jenis premium dari pertamina dan
ethanol hidrat 96% dengan komposisi campuran (0%, 5%, 15%, 25% etanol).
Alat
Alat yang dipakai dalam eksperimental ini terdiri dari: Mesin otto 4-langkah 1-silinder
merk Yamaha Vega R-110 3S0/4D7; Bom kalorimeter untuk mengukur nilai kalor bahan bakar;
Untuk emisi gas buang menggunakan alat uji multi gas analizer;Alat bantu perbengkelan;
Pipette fuel consumption; Hofmann Dynatest, untuk mengukur torsi motor dalam keadaan on
chassis.
Metode
Pengujian nilai kalor bahan bakar menggunakan metode standard benzoid. Yaitu pengujian
dibagi menjadi dua langkah; yang pertama menentukan standard benzoid dengan mencari nilai
kalor rata-rata benzoid, kedua menguji nilai kalor bahan bakar yang akan diuji tanpa melakukan
pengulangan. Sehingga bisa dimasukkan ke dalam rumus:
Pengujian performansi motor bensin dilakukan pada 2 variasi putaran mesin yaitu 2000 dan
3000 rpm. Untuk pengujian performansi motor bensin menggunakan rangkaian alat Hofmann
Dynatest yang terdiri dari:
Roller set sensor dengan diameter 1 m berfungsi sebagai pembebanan roda belakang
Panel power sebagai pengatur sumber tegangan
Klem hidrolik untuk menjepit roda depan motor
Blower sebagai pengganti fungsi pendingin udara
Seperangkat komputer dilengkapi dengan pemrograman Hofmann Dynatest Program untuk
menampilkan hasil pengujian
Port Magnetic Tachometer sebagai sensor pengukur rpm
IR Remote control untuk menyalakan blower.
Pengujian emisi gas buang yang dilakukan meliputi kadar CO, CO2, HC, O2 dan NOx yang
terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan
pengujian performansi motor bakar bensin. Sementara metode pengujian emisi gas buang yang
dilakukan pada putaran idle berdasarkan SNI 19-7118.3-2005. Pengujian emsi gas buang yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat multi gas analizer.
Gambar 2. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya mesin
Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah campuran etanol dengan daya roda
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa daya tertinggi yang mampu dihasilkan mesin ada pada
campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah ada pada
campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Hal yang sama juga dapat dilihat pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa daya tertinggi yang dihasilkan melalui roda ada pada campuran
etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan daya terendah roda ada pada campuran
25% dan pada putaran input 2000rpm.
Adanya peningkatan daya tersebut terjadi karena adanya penambahan oktan pada premium
setelah ditambahkan etanol. Oleh karena oktan yang tinggi dapat meningkatkan rasio kompresi,
maka ketika mesin bekerja terjadi efisiensi termal (Brusstar, 2008). Yaitu kemampuan etanol
meredam temperatur pembakaran yang dibutuhkan oleh mesin agar bisa mengeluarkan daya
optimal. Dan puncak efisiensi terjadi pada campuran premium dan etanol 15%, sehingga
menghasilkan daya mesin 9,02 kW dan pada daya keluaran roda sebesar 7,23 kW. Sedangkan
penurunan daya yang terjadi pada campuran 25% lebih disebabkan adanya kelebihan kadar air
pada campuran bahan bakar. Namun pada dasarnya hasil yang ada pada grafik tidak banyak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Yang artinya penambahan etanol pada bahan bakar
premium tidak banyak mempengaruhi kemampuan motor bensin.
Gambar 4. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan waktu menghabiskan bahan bakar
10 ml
Gambar 5. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar
Gambar 6. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan konsumsi bahan bakar spesifik
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa waktu terlama motor bensin dalam menghabiskan 10
ml bahan bakar ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000rpm. Sedangkan
waktu paling singkat motor bensin dalam menghabiskan 10 ml bahan bakar ada pada campuran
etanol 0% atau premium murni dan pada putaran input 2000rpm. Sementara hal berbeda dapat
dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai tertinggi konsumsi bahan bakar
maupun konsumsi bahan bakar spesifiknya ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran
input 2000rpm. Sedangkan nilai konsumsi bahan bakar dan konsumsi bahan bakar spesifik
terendah ada pada campuran etanol 15% dan pada putaran input 3000 rpm.
Konsumsi bahan bakar erat hubungannya dengan nilai kalor bahan bakar. Yaitu semakin
besar nilai kalor bahan bakar, maka nilai konsumsi bahan bakar semakin kecil (Turnip,2009).
Akan tetapi dalam penelitian ini, campuran premium dan etanol yang mampu menghasilkan
tenaga yang lebih besar sama dengan premium murninya, akan didapatkan nilai konsumsi bahan
bakar yang lebih rendah dari nilai konsumsi bahan bakar premium itu sendiri. Yang mana
membuktikan bahwa penambahan etanol pada bahan bakar premium mampu memberikan
efisiensi termal pada reaksi pembakaran dalam mesin (Brusstar,2008). Dengan adanya efisiensi
termal, pemborosan panas yang terjadi pada mesin akibat hasil pembakaran bahan bakar yang
melebihi suhu yang dibutuhkan menjadi berkurang. Sehingga kerja mesin semakin irit bahan
bakar.
Gambar 8. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan efisiensi termal brake
Emisi CO
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini:
Emisi CO2
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi CO2 pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini:
premium, maka emisi CO2 semakin meningkat. Dalam suatu reaksi kimia premium
menghasilkan CO2 lebih banyak dari etanol. Akan tetapi energi yang dihasilkan etanol hanya
80% dari energi yang mampu dihasilkan premium (Popa, 2009). Sehingga dalam penelitian ini
motor bensin yang mampu mengeluarkan daya yang hampir sama (dapat dilihat pada Gambar
11) akan menghasilkan emisi CO2 yang lebih banyak dari bahan bakar premium saja. Kecuali
pada kondisi idle yang mana pada saat tersebut motor belum mengeluarkan daya maksimal.
Emisi HC
Hubungan antara jumlah campuran premium dan etanol dengan emisi HC pada putaran
input 2000 dan 3000 rpm dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini:
Gambar 12. Grafik hubungan antara campuran etanol dengan emisi NOx
Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa emisi NOx tertinggi yang keluar dari knalpot gas
buang ada pada campuran etanol 25% dan pada putaran input 2000rpm. Sedangkan emisi NOx
terendah yang keluar dari knalpot gas buang ada pada campuran etanol 0% dan pada putaran
input 2000rpm.
Di sini dapat dibandingkan antara hasil pengujian emisi CO (dapat dilihat pada Gambar 18)
dan emisi HC (dapat dilihat pada Gambar 11) dengan ambang batas emisi CO dan HC
kendaraan bermotor (dapat dilihat pada Tabel 2). Hasil pengujian yang didapat menunjukkan
bahwa nilai CO dan HC tidak melebihi ambang batas yang sudah ditentukan. Sehingga dapat
dikatakan kesemua hasil pengujian emisi gas buang masih memenuhi standar nasional.
SIMPULAN
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan di antaranya: Nilai kalor
premium murni 11.414,453 kal/gram; campuran etanol 5% = 8905,921 kal/gram; campuran
etanol 15% = 8717,552 kal/gram; campuran etanol 25% = 8358,941 kal/gram. Penambahan
etanol tidak banyak mempengaruhi daya keluaran motor, akan tetapi mampu meningkatkan
daya keluaran motor meskipun sedikit. Kecuali pada campuran etanol 25% yang terdapat
kelebihan kadar air. Penambahan etanol menurunkan konsumsi bahan bakar dari 1,59 kg/jam
menjadi 0,75 kg/jam. Sehingga bisa dikatakan dengan penambahan etanol, motor menjadi 50%
lebih irit. Penambahan etanol dapat meningkatkan efisiensi daya motor terhadap energi yang
mampu dihasilkan bahan bakar. Penambahan etanol mampu menciptakan pembakaran yang
lebih sempurna. Pada hal ini terbukti dengan penurunan nilai emisi gas buang CO dan
peningkatan emisi CO2.
DAFTAR PUSTAKA