ABSTRAK
Dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia dan sudah tumbuhnya
kesadaran masyarakat dalam perawatan wajah dan tubuh, maka untuk mencapai kepuasan
konsumen, perusahaan harus mengeluarkan produk yang bermutu, sehingga disukai oleh
konsumen.Dalam menjalankan usahanya perusahaan hendaknya selalu berorientasi pada
kepuasan konsumen, perbaikan mutu secara berkesinambungan dan terlibat dalam semua
proses. Prinsip ini dikenal dengan nama TQM (Total Quality Management). Dalam
penerapan TQM tidak lepas dari standar mutu produk. Mutu produk itu sendiri ada
standarisasinya untuk memudahkan kita dalam mengukur mutu dari standar yang berbeda-
beda. Salah satu instrument pengukuran standar mutu yang digunakan dalam pabrikasi adalah
ISO 9002
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis mengambil sampel salah satu perusahaan terbesar di
Indonesia, yaitu PT Mustika Ratu yang sudah menerapkan TQM (Total Quality Management)
yang berhubungan dengan ISO 9002, untuk dijadikan studi kasus dalam menilai produktivitas
perusahaan dengan menghitung QPR (Quality Product Ratio). Perbedaan dapat dilihat dari
sebelum penerapan TQM dan setelah penerapan TQM, dengan indikasi meningkatnya
produksi, berkurangnya produk cacat, dan berkurangnya pengerjaan ulang akibat cacat
produksi.
Diantara berbagai jenis produk yang dikeluarkan oleh PT Mustika Ratu, saya mengambil
sampel produk yang paling banyak, yaitu jamu, dengan tingkat produksi 388.782.000 unit.
Hasilnya ternyata setelah penerapan TQM, dapat disimpulkan bahwa QPR sebelum TQM
mengalami peningkatan sebesar 1% (1,64%-1,63%), meskipun biaya bahan baku dan
pembungkus jamu mengalami kenaikan. Akan tetapi kenaikan biaya tersebut dapat
mengurangi produk cacat. Kenaikan produktivitas PT Mustika Ratu merupakan hal yang
sangat menggembirakan karena merupakan bukti nyata bahwa departemen produksi telah
berhasil meningkatkan produktivitasnya.
Kata kunci: Total Quality Management, The International Organization for Standardization
I. PENDAHULUAN
Cakupan ISO 9000 dapat berupa pabrik yang memiliki kegiatan perancangan dan
pengembangan, produksi, instalasi, dan jasa pelayanan, contohnya pabrik komputer. Selain
itu juga dapat berbentuk perusahaan yang terlibat dalam jaminan mutu untuk kesinambungan
produksi dan instalasi rancangan produksi, dan dalam kasus yang amat jarang, perusahaan
yang bergerak dalam bidang pemeriksaan dan pengujian akhir.
Dalam industri kosmetika di Indonesia, PT Mustika Ratu merupakan salah satu
perusahaan terbesar yang telah memiliki sertifikat ISO 9002 yang berhubungan dengan
peningkatan produktivitas melalui analisa peranan Total Quality Management.
Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Analisis
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Meningkatkan Produktivitas PT Mustika
Ratu yang Bersertifikat ISO 9002”.
B. Perumusan Masalah
Peningkatan produk yang menyeluruh merupakan hal yang penting dalam perusahaan
untuk dapat memenangkan persaingan di pasar domestik maupun internasional. Ada beberapa
faktor yang mendukung peningkatan mutu produk perusahaan tersebut. Salah satunya adalah
penerapan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan ISO seri 9000, yang merupakan sistem
manjemen mutu ISO seri 9000 yang telah menetapkan 20 elemen terkait sebagai pendukung
peningkatan mutu dan sekaligus sebagai persyaratan bagi perusahaan yang ingin
mendapatkan sertifikat ISO 9000.
Melalui TQM, diharapkan hambatan-hambatan maupun masalah-masalah yang sering
terjadi dapat dihilangkan, dengan demikian mutu produk yang diinginkan oleh pihak
perusahaan maupun pelanggan dapat ditigkatkan dan dapat meningkatkan produktivitas mutu
produk tersebut. Untuk itu dalam penulisan penelitian ini, masalah yang dapat dikemukakan
adalah:
1. Bagaimana penerapan TQM pada PT Mustika Ratu?
2. Bagaimana penerapan sistem manajemen mutu ISO 9002 PT Mustika Ratu?
3. Bagaimana peranan TQM dikaitkan dengan proses penerapan dalam upaya untuk
meningkatkan produktivitas PT Mustika Ratu?
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan atas Mutu
Pengertian Mutu
Gregory B. Hutchins dalam buku “Introduction to Quality: Management, Assurance, and
Control” (1991:1-2), mengemukakan bahwa mutu adalah:
1. Conformance to applicable specifications and standards (sesuai dengan syarat dan standar
yang dipakai).
2. Fitness for use (Ketepatan penggunaan).
3. Satisfaction of customer wants, needs, and expectations at a competitive cost (Kepuasan
akan keinginan, kebutuhan dan harapan pelanggan, serta biaya yang dapat bersaing).
Kata mutu memiliki banyak pengertian, akan tetapi pada dasarnya mangacu pada
pengertian pokok yaitu: mutu terdiri dari sejumlah keistimewaan atau keunggulan produk
yang dapat memenuhi keinginan konsumen, yang pada akhirnya akan dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan atas penggunaan produk yang bersangkutan.
Fungsi Mutu
Pada dasarnya ada tiga fungsi utama mutu produk, yaitu:
1. Pemeriksaan Mutu (Quality Inspection), merupakan tindakan untuk mengetahui apakah
produk sesuai dengan yang dimaksud atau tidak.
4 Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Meningkatkan Produktivitas PT Mustika Ratu yang Bersertifikat ISO 9002
2. Pengendalian Mutu (Quality Control), bila suatu produk tidak sesuai dengan persyaratan
pada waktu pemeriksaan mutu, maka harus ditindaklanjuti agar dapat sesuai dengan
kondisi yang dimaksud.
3. Pemastian Mutu (Quality Assurance), mutu tidak dijamin melalui pemeriksaan saja, tetapi
memerlukan rancangan yang rasional, pelaksanaan operasi, dan prosedur pengendalian
mutu yang benar. Mutu dapat dipastikan sedemikian rupa sehingga konsumen yang
membeli bebas dari rasa cemas dalam jangka panjang.
W. Edward Deming, seorang pakar mutu Amerika Serikat yang namanya diabadikan
dalam Deming Prize, dalam buku John Bank, “The Essence of Total Quality Management”
(1992:66-67), melihat mutu dari segi proses pencapaiannya, yaitu sesuai dengan sarannya
yang berupa 14 langkah yang harus ditempuh. Jika saran tersebut diikuti, maka sama artiya
dengan menerapkan konsep manajemen mutu. Ke-14 saran Deming pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan yang jelas dan konstan untuk perbaikan mutu produk yang dihasilkan.
2. Menerima filosofi baru yang tidak mentolelir kesalahan, keterlambatan, cacat produksi.
3. Tidak mengandalkan pada pemeriksaan masal.
4. Jangan hanya mengandalkan pada harga produk semata dalam menghargai produk.
5. Mencari masalah dan solusinya.
6. Terapkan metode yang tepat dalam pelatihan karyawan.
7. Mencari cara baru dalam memeriksa pekerja produksi.
8. Menghilangkan rasa takut pada karyawan, sehingga setiap karyawan dapat bekerja
dengan efektif.
9. Hilangkan penghalang komunikasi antar bagian.
10. Hilangkan standar kerja yang menerapkan kuota dalam bentuk angka, slogan, tidak ada
cacat produksi, dalam mencapai target produksi.
11. Hilangkan standar kerja yang menerapkan kuota dalam bentuk angka untuk seluruh
karyawan.
12. Hilangkan hambatan antara atasan dengan bawahan dalam bekerja, sehingga tercipta
suasana yang harmonis dan bangga dengan produk yang dihasikan.
13. Lakukan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
14. Didukung oleh manajemen perusahaan dalam mencapai saran ke-13 diatas.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka TQM dapat disimpulkan sebagai suatu cara
yang digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kepuasan konsumen, dengan
mengikutsertakan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, di dalam usaha untuk
menghasilkan produk yang sesuai dengan harapan konsumen, dan dilakukan dengan cara
yang berkesinambungan, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Tujuan TQM
Secara singkat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia sehingga mampu dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Meningkatkan mutu produk dan pelayanan agar kepuasan pelanggan terpenuhi.
3. Meningkatkan kerjasama antar karyawan sehingga semangat kerja dapat terpelihara
dengan baik.
4. Meningkatkan produktifitas kerja.
5. Menurunkan biaya.
6. Terlaksananya kebijakan dan sasaran perusahaan.
Unsur-unsur TQM
TQM merupakan model perbaikan mutu yang sifatnya terus menerus. Menurut Arthur R.
Tenner dan Irving J. De Toro dalam buku “Total Quality Management” (1992:32-33), model
TQM dibangun berdasarkan tiga prinsip mutu:
1. Fokus pada pelanggan
Dalam filosofi TQM, konsumen memegang peranan penting, sehingga segala sesuatunya
dimulai dan didasari oleh harapan konsumen. Mutu ditentukan oleh konsumen bukan oleh
manajemen perusahaan.
2. Proses perbaikan
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan urutan langkah kegiatan terkait
dalam menghasilkan suatu produk. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk dapat
menghasilkan produk yang minim kesalahan serta agar kepuasan konsumen tercapai.
3. Keterlibatan menyeluruh
Keterlibatan semua bagian perusahaan sangat penting untuk diperhatikan, mulai dari
pimpinan perusahaan yang dalam tugasnya untuk mencapai produk yang mempunyai
keunggulan kompetitif di pasar yang dimasuki, karyawan yang diberi wewenang untuk
memperbaiki output dengan cara kerjasama yang luwes dalam memecahkan masalah,
memperbaiki proses dan memuaskan pelanggan. Peranan pemasok juga harus
diperhatikan dalam memasok bahan baku yang berkualitas agar dapat memuaskan
pelanggan.
Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor kunci untuk memenangkan persaingan, dan
dengan TQM akan tercipta produk dengan mutu yang lebih baik, harga yang lebih murah,
penyerahan produk yang lebih cepat, dan pelayanan kepada konsumen lebih baik
dibandingkan dengan para pesaingnya.
menurut Brocka dan Suzanne M. Brocka, dalam bukunya “Quality Management” (1992:227)
adalah:
“Quality circles are a small group or team that is composed of employee who meet
regularly to identify problems that have to do their own work, and to generate possible
solutions to these problems”. (Gugus Kendali Mutu adalah sebuah kelompok atau tim kecil
yang dibentuk dari berhubungan dengan pekerjaan mereka sandiri, dan untuk menghasilkan
pemecahan yang memungkinkan atas masalah itu).
GKM mempunyai tiga tujuan utama yang sangat mendasar, yaitu:
1. Memberikan sumbangan bagi perbaikan dan perkembangan perusahaan.
2. Menghormati harkat manusia dalam usaha untuk mengembangkan diri pribadinya, serta
menciptakan tempat kerja yang kondusif dan menyenangkan, sehingga setiap karyawan
merasa memiliki perusahaan tersebut.
3. Membuktikan bahwa kemampuan manusia itu tidak terbatas dan menciptakan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik, yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan.
Prinsip dasar dari sistem manajemen mutu ISO 9000 ini adalah: “Tuliskan apa yang
dikerjakan, dan kerjakan apa yang dituliskan”.
Produktivitas
Peningkatan Evaluasi
Produktivitas
Siklus produktivitas merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Dengan demikian,
program peningkatan produktivitas harus dimulai pertama kali melalui pengukuran
produktivitas. Jika telah dilakukan pengukuran, maka selanjutnya produktivitas tersebut
dievaluasi agar dapat dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kemudian
direncanakan kembali sasaran produktivitas yang hendak dicapai. Demikian seterusnya,
siklus tersebut tidak terputus dan semua tahap mempunyai peranan yang sama penting serta
membutuhkan perhatian yang serius.
Pengertian Produktivitas
J. Ravianto dalam buku yang berjudul “Produktivitas dan Manusia Indonesia” (1985:3-4),
mengungkapkan bahwa sesuai dengan laporan Dewan Produktivitas Nasional 1983,
pengertian baku produktivitas adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu keidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini.
b. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.
c. Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan
produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan
produktivitas mengandung pengertian hasil dan perbaikan cara pencapaian produk tersebut.
d. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk:
- Jumlah produktivitas meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
- Jumlah produktivitas sama atau meningkat dengan menggunakan sumber daya yang
lebih sedikit.
- Jumlah produktivitas yang lebih besar yang diperoleh dengan menggunakan sumber
daya yang lebih sedikit.
Rasio produktivitas meningkat jika biaya proses atau biaya pengerjaan ulang atau
keduanya menurun. Selain itu juga dapat meningkat jika lebih banyak unit barang bermutu
yang dapat dihasilkan.
B. Kerangka Pemikiran
Peningkatan mutu yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya hanya pada
produk yang dihasilkan saja, maka produk tersebut dapat dikatakan bermutu, namun
bentuk peningkatan mutu seperti ini tidaklah dapat dipertahankan konsistensinya karena
suatu produk yang bermutu bukan hanya mempunyai standar yang baik, akan tetapi lebih
menekankan pada kepuasan pelanggan.
Ada berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk
yang dihasilkan oleh perusahaan, antara lain Total Quality Management (TQM), Total
Quality Control (TQC) serta proses benchmarking.
Pembahasan ini mengangkat TQM sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
mutu secara keseluruhan, yang diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul
di dalam perusahaan, misalnya mutu produk, biaya mutu, mutu waktu penyerahan produk
dan sebagainya agar perusahaan dapat memenangkan persaingan di pasar bebas.
Sedangkan kalau berbicara tentang mutu, sudah pasti mengarah ke standar yang
berlaku, yaitu: ISO 9000, yang merupakan standar sistem manajemen mutu yang dapat
meningkatkan dan menjaga konsistensi mutu produk melalui standarisasi sistem
manajemen mutu terhadap seluruh proses, mulai dari pembelian material sampai dengan
pelayanan purna jual produk.
Masalah peningkatan mutu dengan menggunakan kedua alternatif tersebut dianalisa,
apa peranan TQM, ISO 9000, dan peranan keduanya dalam menciptakan sinergi sistem
manajemen mutu, serta membandingkan antara teori yang ada dengan praktek lapangan,
dan kemudian ditelaah apakah peranan TQM dan ISO 9000 dapat meningkatkan kinerja
perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan serta mempertahankan mutu produk.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas, penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut: penerapan TQM dapat meningkatkan produktivitas PT Mustika Ratu
yang berserifikat ISO 9002.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan studi
kasus, yaitu dengan melakukan pembahasan atau permasalahan yang dihadapi oleh PT
Mustika Ratu dalam melakukan penerapan TQM.
Alasan menggunakan pendekatan ini adalah permasalahan yang diteliti adalah kondisi
yang terjadi di perusahaan, sehingga berguna bagi penulis untuk melihat secara langsung
bagaimana penerapan teori-teori yang ada di dalam kondisi nyata.
E. Metode Analisa
Metode analisa data yang digunakan penulis adalah:
1. Metode kualitatif
Menganalisa data non parametrik, misalnya penerapan TQM, ISO 9002, manajemen
perusahaan serta struktur organisasi.
2. Metode kuantitatif
Mengnalisa data parametrik, misalnya menghitung tingkat biaya produksi per unit,
dan menghitung QPR.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses tesebut, ada enam langkah yang
diterapkan oleh PT Mustika Ratu, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah
Contoh: tingginya tingkat produk cacat dalam produksi.
2. Mendefinisikan dan mendokumentasikan proses.
Untuk menentukan penyeab masalah tersebut, departemen produksi PT Mustika
Ratu mengklasifikasikan beberapa faktor penyebabnya, yang dapat diketahui dari
pertemuan antara plant manager dengan kepala departemen, yang saling
14 Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Meningkatkan Produktivitas PT Mustika Ratu yang Bersertifikat ISO 9002
memberikan informasi tentang maslah yang terjadi. Setelah dicari solusinya maka
proses produksi dapat berjalan kembali.
3. Mengukur hasil kerja.
Hasil outut perusahaan di evaluasi kembali apakah jumlah produk cacat sudah
menurun atau belum. Kalau belum, maka proses awal diulang kembali.
4. Memahai latar belakang dari penyimpangan yang ada.
Penyebab masalah yang timbul kemudian dipelajari aga masalah tersebut tidak
terjadi lagi di kemudian hari.
5. Membuat ide-ide baru.
Akan lebih baik lagi, dengan berawal dari permasalahan tersebut, dapat ditemukan
inovasi baru yang dapat menurunkan tingginya tingkat produk cacat.
6. Menerapkan dan membuat pemecahan terhadap masalah yang timbul.
Pemecahan masalah harus cepat ditemukan dan segera diterapkan dengan tujuan
agar masalah tidak berlarut-larut dan dapat mengganggu kinerja perusahaan.
3. Keterlibatan seluruh karyawan dalam usaha untuk meningkatkan mutu produk (total
involvement).
Dalam menerapkan prinsip ini, pihak manajemen perusaaan menerapkan suatu
komitmen bersama agar seluruh kayawan ikut merasa terlibat dalam kegiatann
perusahaan. Para karyawan PT Mustika Ratu diberika kebebasan untuk mnerima
suatu tantangan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik, memecahkan masalah yang
dihadapi, mengajukan usul serta memberikan saran-saran yang berguna bagi
perusahaan. Dengan demikian, para karyawan mempunyai rasa percaya diri dan saling
memiliki. Hal ini dapat dilihat pada departemen produksi dalam mengatasi masalah
ketidaksesuaian mutu produk dengan melaksanakan Gugus Kendal Mutu (GKM).
1995 2007
(sebelum TQM) (sesudah TQM)
Jenis Produk Produksi (unit) Cacat Produksi (unit) Cacat
Perawatan wajah 12,220,500 0,10 14,551,800 0,02
Tata rias dasar 9,341,800 0.30 11,117,800 0,05
Tata Rias dekoratif 2,139,700 0.30 3,170,700 0,06
Perawatan tubuh 6,316,900 0.05 8,099,500 0,008
Perawatan rambut 2,452,000 0.04 3,266,300 0,01
Jamu 388,762,000 0.04 524,828,500 0,06
Minuman segar 200,000 0.02 285,300 0,008
421,432,900 565,319,900
Untuk menghitung tingkat kenaikan total produksi setelah penerapan TQM dapat
dilakukan dengan cara membagi peningkatan produksi (unit) dengan total produksi pada
tahun 1995 (sebelum penerapan TQM) dan dikalikan dengan 100%. Hasilnya dapat dilhat
dalam tabel berikut:
1995 2007
(sebelum TQM) (sesudah TQM) Peningkatan produksi
Jenis Produk Produksi (unit) Produksi (unit) (unit) (%)
Perawatan wajah 12,220,500 14,551,800 2,331,300 19.08
Tata rias dasar 9,341,800 11,117,800 1,776,000 19.01
Tata Rias dekoratif 2,139,700 3,170,700 1,031,000 48.18
Perawatan tubuh 6,316,900 8,099,500 1,782,600 28.22
Perawatan rambut 2,452,000 3,266,300 814,300 33.21
Jamu 388,762,000 524,828,500 136,066,500 35.00
Minuman segar 200,000 285,300 85,300 42.65
421,432,900 565,319,900
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwan tingkat kenaikan produksi PT Mustika Ratu
mningkat dengan tajam mulai 19,01% sampai dengan 48,18% bahkan pada produk tata
rias dekoratif, produksinya naik sebesar 48,18% dibandingkan dengan sebelum penerapan
TQM. Keberhasilan ini merupakan suatu hal yang sangat baik. Sedangkan untuk
menghitung tingkat penurunan produk cacat dapat dilihat pada tabel berikut:
1995 2007
(sebelum TQM) (sesudah TQM) Penurunan produk cacat
Jenis Produk Produksi (unit) Produksi (unit) (unit) (%)
Perawatan wajah 1,222,050 291,036 931,014 76.18
Tata rias dasar 2,802,540 555,890 2,246,650 80.16
Tata Rias dekoratif 641,910 190,242 451,668 70.36
Perawatan tubuh 315,845 64,796 251,049 79.48
Perawatan rambut 98,080 32,663 65,417 66.70
Jamu 15,550,480 3,148,971 12,401,509 79.75
Minuman segar 4,000 2,282 1,718 42.94
20,634,905 4,285,880
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa ada penurunan tingkat kecacatan produk
yang tajam antara sebelum penerapan TQM dengan sesudah penerapan TQM. Kenaikan
yang berkisar antara 42,94% sampai dengan 80,16%, sangat mengembirakan. Penurunan
tingkat kecacatan produk disebabkan adanya penerapan elemen-elemen ISO 9002 dengan
baik, peningkatan sumber daya manusia khususnya pada tenaga ahli dalam bidang
kosmetik dan jamu tradisonal. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya jumlah produk
16 Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Meningkatkan Produktivitas PT Mustika Ratu yang Bersertifikat ISO 9002
yang baik, sehingga volume penjualan akan meningkat dan laba perusahaan juga ikut
meningkat.
2. Melalui penerapan TQM, maka mutu prodk yang dihasilkan akan selalu terjaga pada
suatu standar tertentu. Hal ini dapat dilihat pada pengawasan mutu yang baik dalam
pengendalian mutu yang dilaksanakan secara berkala. Dengan adanya dokumentasi di
setiap kegiatan perusahaan, maka dapat dilakukan pengawasan, dan jika terjadi kesalahan
akan dengan cepat diatasi agar tidak menganggu proses produksi.
3. Pihak manajemen PT Mustika Ratu melihat bahwa dengan penerapan TQM ini, biaya
produksi dapat ditekan. Hal ini terbukti dengan berkurangnya produk cacat, sehingga
biaya pengerjaan ulang semakin berkurang.
4. Secara tidak langsung, amnfaat penerapan TQM ini adalah meningkatnya motivasi
karyawan PT Mustika Ratu. Hal ini disebabkan karena para karyawan dilibatkan secara
langsung dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya
suasana kerja yang baik, maka kinerja peusahaan akan berjalan dengan baik pula.
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup membebani para karyawan,
karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan setiap 2 kali dalam satu bulan,
serta jadwal audit eksternal yang dilaksanakan setiap bulan. Oleh sebab itu karyawan
merasa pekerjaan lainnya terbengkalai. Selain itu juga muncul masalah dalam ketepatan
penyampaian dokumen antara depertemen-departemen yang terkait agaknya kurang
mendapatkan perhatian, sehingga sering menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh pihak manajemen PT
Mustika Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan
bagi para manajer dan terutama untuk merubah sistem manajemen PT Mustika Ratu. Di
sisi lain biaya yang besar tadi akan diimbangi oleh peningkatan produktivitas, penurunan
produk cacat, dan berpeluang untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat
mendukung peningkatan penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu
terjaga dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO 9002 yang hanya
diberikan kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan pertimbangan atas
mahalnya biaya program-program pelatihan jika seluruh karyawan diikutsertakan.
Besarnya biaya produksi jamu/unit dapat dihitung berdasarkan data biaya pembuatan
jamu dan pembungkusnya per 1.000 bungkus, datanya adalah sebagai berikut:
Selanjutnya data biaya pengerjaan ulang sebelum TQM adalah Rp 25,20/unit, sedangkan
sesudah TQM Rp 25,70/unit. Untuk memudahkan perhitungan QPR, maka ringkasan datanya
adalah:
= 373.211.520
Rp 22.900.803.136 / unit
= 1.63%
= 521.679.529
Rp 31.861.918.374,70 / unit
= 1.64%
Dapat disimpulkan bahwa QPR sebelum TQM mengalami peningkatan sebesar 1%
(1,64%-1,63%), meskipun biaya bahan baku dan pembungkus jamu mengalami kanaikan.
Akan tetapi kenaikan biaya tersebut dapat mengurangi produk cacat.
Kenaikan produktivitas PT Mustika Ratu merupakan hal yang sangat
menggembirakan karena merupakan bukti nyata bahwa departemen produksi telah
berhasil meningkatkan produktivitasnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan dengan adanya
penerapan TQM yang berkaitan dengan ISO 9002 adalah:
1. PT Mustika Ratu mengalami peningkatan mutu produk berdasarkan peningkatan
produksi dan penurunan produk cacat.
2. Melalui penerapan mutu TQM, maka mutu produk akan selalu terjaga pada suatu
standar tertentu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sistem pengawasan mutu
yang baik. Dengan adanya dokumentasian setiap kegiatan, maka tingkat kesalahan
dapat diperkecil. Jika terjadi kesalahan, maka dapat segera diatasi sehingga tidak
mengganggu proses produksi.
3. Dengan penerapan TQM ini dapat menekan biaya produksi dengan berkurangnya
produk cacat sehingga biaya pengerjaan ulang dapat ditekan.
4. Manfaat tidak langsung adalah dapat meningkatkan motivasi karyawan PT
Mustika Ratu. Hal inidisebabkan karena para karyawan dilibatkan secara langsung
dalam pegambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan. Dengan terciptanya
suasana kerja yang baik, maka kinerja perusahaan akan berjalan dengan baik pula.
Sedangkan PT Mustika Ratu dalam penerapan TQM yang tidak terlepas dari
ISO 9002 juga mengalami hambatan-hambatan yang harus segera diatasi. Hambatan-
hambatan tersebut adalah:
1. Adanya masalah dokumentasi pada setiap pekerjaan cukup membebani para
karyawan, karena adanya jadwal audit internal yang dilaksanakan setiap 2 kali
dalam satu bulan, serta jadwal audit eksternal yang dilaksanakan setiap bulan.
Oleh sebab itu karyawan merasa pekerjaan lainnya terbengkalai. Selain itu juga
muncul masalah dalam ketepatan penyampaian dokumen antara depertemen-
departemen yang terkait agaknya kurang mendapatkan perhatian, sehingga sering
menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu.
2. Biaya penerapan TQM yang sangat besar juga dirasakan oleh pihak manajemen
PT Mustika Ratu. Adapun biaya yang besar itu disebabkan karena adanya
pelatihan-pelatihan bagi para manajer dan terutama untuk merubah sistem
manajemen PT Mustika Ratu. Di sisi lain biaya yang besar tadi akan diimbangi
oleh peningkatan produktivitas, penurunan produk cacat, dan berpeluang untuk
meraih konsumen yang lebih banyak sehingga dapat mendukung peningkatan
penjualan produk PT Mustika Ratu karena mutunya selalu terjaga dengan baik.
3. Masalah program-program pelatihan penerapan TQM serta ISO 9002 yang hanya
diberikan kepada para manajer level menengah dan keatas. Dengan pertimbangan
atas mahalnya biaya program-program pelatihan jika seluruh karyawan
diikutsertakan.
20 Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Meningkatkan Produktivitas PT Mustika Ratu yang Bersertifikat ISO 9002
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, penulis
menyampaikan saran-saran, yang hendaknya tidak dianggap sebagai sesuatu hal yang
negatf, akan tetapi hendaknya dapat diterima sebagai sesuatu hal yang membangun,
demi kepentingan perusahaan sendiri maupun kepentingan konsumen. Adapun saran
yang akan diungkapkan adalah sebagai berikut:
1. Dalam penerapan TQM yang berhubungan dengan ISO 9002, masalah
dokumentasi agaknya cukup menjadi masalah, dengan adanya keharusan setiap
kegiata perusahaan didokumentasikan, dan sedikitnya waktu untuk melakukan hal
tersebut. Agar masalah ini dapat diatasi, maka diperlukan keterbukaan dan
kerjasama yang solid antar departemen, dengan tujuan agar kegiatan
pendokumentasian dapat dilakukan bersama-sama dengan membagi tugas,
sehingga menghemat waktu serta dapat menciptakan sinergi perusahaan yang
efisien dan kokoh.
2. Meskipun biaya penerapan TQM yang besar dikeluhkan oleh pihak manajemen
PT Mustika Ratu, akan tetapi biaya awal yang besar tersebut hendaknya dilihat
sebagai awal dari perbaikan kinerja perusahaan, yang sudah tentu akan diimbangi
dengan peningkatan produktivitas, penurunan jumlah produk cacat, berpeluang
untuk meraih konsumen yang lebih banyak sehingga kinerja perusahaan
meningkat.
3. Program-program pelatihan kerja akan lebih baik jika diikuti oleh seluruh
karyawan, baik tingkat alas maupun bawah, dengan tujuan agar karyawan semakin
terampil dan semakin baik dalam kualitas kerja yang berujung pada peningkatan
mutu produk. Jika biayanya terlalu besar, maka perusahaan dapat membuat
pelatihan internal dengan instruktur yang berasal dari karyawan yang telah
mengikuti pelatihan tersebut sebelumnya.
4. Dengan prestasi yang sudah dicapai oleh perusahaan, bukanlah merupakan suatu
alas an untuk tidak terus melakukan perbaikan pada setiap aspek yang
berpengaruh pada keberhasilan karyawan. Prestasi hari esok harus lebih baik dari
hari sekarang.
VI. REFERENSI
Bank John, The Essence of Total Quality Management. United Kingdom: Prentice Hall
International, LTD., 1992
Brocka, Bruce dan Suzanne M. Brocka, Quality Management. USA: Irwin Inc., 1992
Chatab, Nevizond, Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9000.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007
Creeh, Bill, Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: PT Binarupa Aksara, 2007
Feigenbaum, A.V, Total Quality Control. New York: Mc Graw-Hill Inc., 1991
Goetsch, David L dan Stanley Davis, Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, and
Competitiveness. New Jersey: Prentice Hall International Inc., 1995
Harbunangin, Buntje dan Pardamean Ronitua Harapan, 111 Hal Penting Tentang ISO 9000.
Jakarta: PT Iron Damwim Sentosa, 1995
Hutchins, Gregory B, Introduction to Quality: Management, Assurance and Control. New
York: Maxwell Macmillan, 1991.
Juran, J. M. Juran on Quality by Design: The New Steps for Planning Quality into Goods and
Services. New York: The Free Press, 1992
Mutis, Thoby dan Vincent Gasperz, Nuansa Menuju Perbaikan Kualitas dan Produktivitas.
Jakarta: Universitas Trisakti, 1994
Pegels, C. Carl, Total Quality Management: A Survey of Its Important Aspects. New York:
Boyd and Fraser Publishing Company, 1995
Ravianto, J, Produktivitas dan Manusia Indonesia: Kumpulan Kertas Kerja. Jakarta: Lembaga
Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, 1985
Rothery, Brian, Analisis ISO 9000. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1995
Russel, Roberta S. dan Bernard W Taylor III, Production and Operation Management:
Focusing on Quality and Competitiveness. New Jersey: Prentice Hall Inc., 1995
Soin, Sarv Singh, Total Quality Control Essentials. Singapore McGraw-Hill Book, 1993
Stoner, James A. F., Management New Jersey: Prentice Hall Inc., 1982
Sumanth, David J, Productivity Engineering and Management. Singapore: McGraw-Hill
Book Company, 1985
Tenner, Arthur R. dan Irving J. de Toro, Total Quality Management: Three Steps to
Continuous Improvement. New York: Addison-Wesley Publishing Co., 1992
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management. Jogjakarta: Andi Offset,
2007
Tunggal, Amin W, Manajemen Mutu Terpadu: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta,
1993