Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS

NAMA : NURWAHYUNI
STAMBUK : A251 16 041
KELAS :A
KELOMPOK : 2
ASISTEN : FITRIANI MANDASARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS
I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mempelajari sifat ion
logam melalui karakteristik spektrum UV-VIS.
II. Dasar Teori

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada


pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya
tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut
juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter
dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam
larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang
ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi
suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar
tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak
oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara
serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah
persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorbans
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur
adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui
dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day dan Underwood, 1986).

VII. Pembahasan
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (Radiasi Elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Fatimah,
2005).
Prinsip dasar spektronik 20 adalah analisis kuantitatif maupun kualitatif suatu
sampel pada panjang gelombang dari 340 sampai 600 nm. Larutan yang di analisis
harus berwarna. Jika tidak berwarna harus di komplekskan terlebih dahulu agar
berwarna (Arlina,2011)
Prinsip kerja spektronik 20 adalah sumber cahaya berupa lampu tungsten akan
memancarkan sinar polikhromatik. Setelah melewati pengaturan panjang gelombang,
hanya sinar yang monokhromatik di lewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan di deteksi oleh fotodetektor ( Arlina, 2011).
Hukum Lambert-Beer adalah rumus yang mendeskripsikan melemahnya
intensitas pencahayaan saat melalui suatu medium dengan substansi yang dapat
melakukan absorpsi. Intensitas ini bergantung pada konsentrasi substansi yang
menyerap cahaya dan ketebalan lapisan. Hukum Beer-Lambert merupakan dasar
fotometri modern sebagai metode analisis (Khopkar, 1990).
Percobaan ini menggunakan 3 larutan yaitu larutan CuSO4 0,1 M, CuCl2 0,2
M, dan CoCl2 0,2 M (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
1. Larutan K2CrO4 0,1 M
LangkahSpektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi
spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya
tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut
juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer dibandingkan dengan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa
dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa
yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi
konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
§ Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik
yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah
380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau,
apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam
sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro
visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolform
merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki
titik didih yang tinggi (34 22 oC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia
digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini
hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari
metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki
warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-
benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga
produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil
yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu
proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak
memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang
berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV tidak
dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan.
Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih
dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel
harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar
tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan
tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara
serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah
persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorbans
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau
unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day dan Underwood, 1986).
4. Spektrofotometri Inframerah
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar
pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi
menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada
spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai
panjang gelombang 25-1000 µm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk
mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan pertama yang
dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan larutan K2CrO4 0,1 M kedalam
kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu, mengatur panjang gelombang 420 pada
spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang berada dalam kuvet kedalam
spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades tersebut dimasukkan
kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat spektronik 20. Kemudian
mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100. Langkah berikutnya
mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20, lalu mengatur nilai
transmitan sampai menunjukkan angka nol. Fungsi dari mengatur nilai transmitan
agar mendapatkan hasil yang akurat, lalu absorbansi atau persen transmitan dapat
terbaca pada skala pembacaan. Dimana absorbansi merupakan penyerapan energi
cahaya sesuai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan
molekul dan transmitan adalah bagian dari cahaya yang diteruskan oleh suatu
larutan. Langkah selanjutnya memasukkan larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam
spektronik 20, langkah berikutnya yaitu melakukan pengukuran kembali dengan
panjang gelombang 570-640. Penggunaan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,1 M
bertujuan untuk mencapai absorbansi maksimum. Digunakan panjang gelombang
maksimum dalam pengukuran dikarenakan pada panjang gelombang maksimum
maka kepekaannya juga akan maksimal. Selain itu disekitar panjang gelombang
maksimal akan diperoleh bentuk kurva absorbansi yang datar dimana pada posisi
tersebut Hukum Lamber Beer terpenuhi Percobaan ini, maka diperoleh pengukuran
nilai absorbansi pada larutan K2CrO4 0,1 M dengan panjang gelombang 420-500 nm,
berturut-turut yaitu 1,5228 ; 1,3979 ; 1,3010 ; 1,1870 ; 1,0969 ; 1,0706 ; 0,5686 ;
0,3565. Sedangkan untuk panjang gelombang maksimalnya adalah 640 nm (Staf
Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
2. Larutan CuSO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan CuSO4 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur panjang
gelombang 510 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang berada
dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades
tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan CuSO4 ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 510-620.Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan CuSO4, pada panjang gelombang
dimulai dari 510-620 nm berturut-turut adalah 0,0223 ; 0,0269 ; 0,0315 ; 0,0362 ;
0,0457 ; 0,0506 ; 0,0655 ; 0,0757 ; 0,0915 ; 0,1034 ; 0,1249. Sedangkan panjang
gelombang maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
3. Larutan CoCl2
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan CoCl2 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur panjang
gelombang 470 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang berada
dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades
tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan CoCl2 0,2 M ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 470-530. Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan CoCl2 0,2 M, pada panjang gelombang
dimulai dari 470-530 nm berturut-turut adalah 0,221 ; 0,244 ; 0,259 ; 0,283 ; 0,301 ;
0,292 ; 0,251. Sedangkan panjang gelombang maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar
Kimia Anorganik Fisik, 2018).
4. Larutan KmNO4
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan KmNO4 kedalam kuvet sampai pada tanda batas. Setelah itu mengatur
panjang gelombang 480 pada spektronik 20 dan memasukkan larutan blanko yang
berada dalam kuvet kedalam spektronik 20. Blanko yang digunakan adalah aquades,
aquades tersebut dimasukkan kedalam kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat
spektronik 20. Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
Langkah berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20,
lalu mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah selanjutnya
memasukkan larutan KmNO4 ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu
melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang 480-580. Percobaan ini,
diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan KmNO4, pada panjang gelombang
dimulai dari 480-580 nm berturut-turut adalah 0,091 ; 0,091 ; 0,096 ; 0,102 ; 0,107 ;
0,107 ; 0,102 ; 0,096 ; 0,091 ; 0,075 ; 0,075. Sedangkan panjang gelombang
maksimalnya adalah nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
Percobaan yang dilakukan menggunakan panjang gelombang dengan rentang
yang berbeda-beda untuk setiap sampel agar penyerapan maksimum dari suatu ion
logam dapat terlihat dengan jelas. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode ini
hanya sampel yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari
metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki
warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang
akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus betul-betul
spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk
senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Basset, 1994).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan
studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Harjadi,
1990).

Hardjadi. 1990. Ilmu Kima Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta

Underwood, A. L dan R.A. Day. J. R. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif edisi


Kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta
Daftar Pustaka
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Day, R. (2002). Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Fatimah, S. (2005). Kualifikasi Alat Spektrometer UV-Vis untuk Penentuan Uranium


dan Besi dalam-U30. Hasil Penelitian.

Harjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.

Keenan, C. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik. (2018). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik
Fisik. Palu: Universitas Tadulako.

Anda mungkin juga menyukai