Anda di halaman 1dari 9

PENGENDALIAN Ganoderma boninense OLEH Trichoderma sp.

SBJ8
PADA KECAMBAH DAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI TANAH GAMBUT

Rizky Alviodinasyari1, Atria Martina2, Wahyu Lestari2


1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
2
Dosen Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
alviodinasyaririzky@yahoo.com

ABSTRACT

Basal stem rot disease caused by Ganoderma boninense is the most destructive disease
in oil palm plantation in Indonesia, especially in the peatland. The use of chemical
pesticides as controlling agent is hazardous to environment and human health. The
alternative to control this disease is by using biological agent Trichoderma sp. SBJ8 in
the form of Ganofend biofungicide. The research were aimed to study the effectivity of
Trichoderma sp. SBJ8 isolate in suppressing in vitro growth of G. boninense, as well as
to determine the ability of Ganofend biofungicide in inhibiting the growth of G.
boninense on the oil palm germination and seedling. The experimental study included
two cultures i.e. in vitro and in vivo using randomized design with 6 treatments:
without Ganofend biofungicide treatment, 100 g Ganofend biofungicide treatment, and
with immersing in Ganofend biofungicide solution for both root and seedling of oil
palm. The results showed that the isolates of Trichoderma sp. SBJ8 could inhibit the
growth of G. boninense in 4th day up to 65,25%. The treatment using Ganofend
biofungicide was effective to decrease the mortality percentage of oil palm germination
and not causes seedling death.

Keywords : Basal stem rot, Ganoderma boninense, oil palm, Trichoderma sp. SBJ8

ABSTRAK

Busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense adalah penyakit
yang paling merusak dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia khususnya di tanah
gambut. Pengendalian dengan pestisida kimia memiliki dampak yang berbahaya untuk
lingkungan dan kesehatan manusia. Alternatif pengendalian penyakit ini adalah
menggunakan agen pengendalian hayati Trichoderma sp. SBJ8 dalam bentuk
biofungisida Ganofend. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hambat
pertumbuhan G. boninense oleh Trichoderma sp. SBJ8 melalui uji antagonis secara in
vitro, serta untuk mengetahui kemampuan biofungisida Ganofend dalam menghambat
pertumbuhan G.boninense pada kecambah dan bibit kelapa sawit. Penelitian ini meliputi
uji antagonis secara in vitro dan in vivo menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6
perlakuan: tanpa pemberian biofungisida Ganofend, dengan pemberian 100 g
biofungisida Ganofend serta perendaman masing-masing pada akar kecambah dan bibit

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 99


kelapa sawit dengan biofungisida Ganofend. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
isolat Trichoderma sp. SBJ8 dapat menghambat pertumbuhan G. boninense pada hari
ke-4 sebesar 65,25%. Pemberian Ganofend efektif dalam menurunkan tingkat kematian
kecambah, pada bibit tidak terjadi kematian.

Kata kunci: Busuk pangkal batang, Ganoderma boninense, kelapa sawit,


Trichoderma sp. SBJ8

PENDAHULUAN tepat terutama pengendalian yang


bersifat ramah lingkungan. Salah satu
Tanaman kelapa sawit (Elaeis adalah pemanfaatan Trichoderma sp.
guineensis Jacq.) merupakan salah satu SBJ8, isolat lokal yang dibuat menjadi
sumber minyak nabati yang menjadi biofungisida Ganofend, dan telah
komoditas pertanian utama dan dimanfaatkan untuk pengendalian G.
unggulan di Indonesia. Industri minyak boninense selama tahap produksi
kelapa sawit terbesar Indonesia berada dilahan gambut.
di provinsi Riau. Pengembangan G. boninense diketahui tidak
industri kelapa sawit di Riau sangat hanya menyerang tanaman kelapa sawit
pesat, pada tahun 2011 mencapai 2,25 pada tahap produksi saja tetapi juga
juta ha dengan jumlah produksi minyak dapat menyerang selama tahap
sebesar 6,9 juta ton (Dinas Perkebunan pembibitan. Oleh karena itu
Provinsi Riau 2012). Pertumbuhan penggunaan biofungisida Ganofend
kelapa sawit sering terkendala akibat dapat diberikan sejak awal
pengelolaannya belum optimal sehingga perkecambahan hingga pembibitan
mempengaruhi hasil produksi kelapa untuk menekan serangan penyakit
sawit (Djaenuddin 1992). Salah satu busuk pangkal batang pada tanaman
kendala pada perkebunan kelapa sawit kelapa sawit di tahap produksi.
adalah penyakit busuk pangkal batang Penelitian ini bertujuan untuk
yang disebabkan oleh Ganoderma menguji daya hambat pertumbuhan G.
boninense. boninense oleh Trichoderma sp. SBJ8
Ganoderma boninense lebih cepat melalui uji antagonis (dual culture), dan
menyerang tanaman kelapa sawit di menguji kemampuan biofungisida
lahan gambut karena tunggul-tunggul berbahan aktif Trichoderma sp. SBJ8
kelapa sawit yang masih tersisa dalam (Ganofend) dalam menghambat
tanah merupakan sumber infeksi yang pertumbuhan G. boninense pada
paling kuat di kebun peremajaan (bekas kecambah dan bibit kelapa sawit.
kelapa sawit). G. boninense dapat
menyerang kelapa sawit pada tahap METODE PENELITIAN
produksi dan pembibitan. Gejala yang
khas sebelum terbentuknya tubuh buah Penelitian ini dilaksanakan pada
jamur, ditandai adanya pembusukan Mei 2013 sampai Maret 2014 di
pada pangkal batang, sehingga Laboratorium Patologi dan areal
menyebabkan busuk kering pada percobaan Central Plantation Service.
jaringan dalam (Semangun 2008). Alat yang digunakan adalah gelas
Pengendalian penyakit busuk kimia, tabung reaksi, oven, laminar air
pangkal batang diperlukan teknik yang flow, cawan petri, jarum ose, bunsen,

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 100


aluminium foil, hotplate, autoklaf, magnetic stirer, lalu disterilisasi dalam
timbangan digital, pisau cutter, polibag, autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan
plastik tahan panas (polypropylene), 15 psi selama 15 menit (Gandjar et al.
parafilm, dan paralon. Bahan yang 1999).
digunakan yaitu G. boninense, G. boninense dan Trichoderma sp.
Trichoderma sp. SBJ8, Ganofend, SBJ8 diinokulasi ke medium PSA pada
kecambah dan bibit kelapa sawit koleksi cawan petri dengan menggunakan jarum
Laboratorium Patologi Central ose. Media diinkubasi pada ruangan
Plantation Service, agar batang, gelap dengan suhu 27oC, selanjutnya
kentang, sukrosa, alkohol 70%, diamati pertumbuhan jamur, melalui
akuades, balok kayu karet, dan tanah pengukuran diameter koloni setiap hari
gambut. sampai koloni memenuhi cawan petri.
Metode penelitian ini Uji antagonis dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak cara memotong kultur G. boninense
Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan berumur 7 hari berukuran 1x1 cm dan
dan 3 ulangan. Adapun perlakuannya diinokulasi pada medium PSA.
yaitu: K1. Bibit kelapa sawit umur 3 Potongan diletakkan disisi pinggir
bulan ditanam tanpa aplikasi cawan petri berjarak 2 cm dari pinggir.
biofungisida Ganofend, K2. Kecambah Kultur diinkubasi selama 7 hari. Pada
kelapa sawit umur 21 hari tanpa aplikasi hari ke-8 kultur Trichoderma sp. SBJ8
biofungisida Ganofend, P1. Bibitan berumur 7 hari dipotong berukuran 1x1
kelapa sawit umur 3 bulan dengan cm. Potongan Trichoderma sp. SBJ8
aplikasi 100 g biofungisida Ganofend, diletakkan berhadapan pada kultur G.
P2. Perendaman akar bibit kelapa sawit boninense. Kultur diinkubasi pada
umur 3 bulan dalam larutan ruangan gelap dengan suhu 27oC
biofungisida Ganofend, P3. Kecambah sampai jamur Trichoderma sp. SBJ8
kelapa sawit umur 21 hari dengan tumbuh dan menghambat pertumbuhan
aplikasi 100 g biofungisida Ganofend, jamur G. boninense. Penghitungan
P4. Perendaman kecambah kelapa sawit daya hambat Trichoderma sp. SBJ8
umur 21 hari dalam larutan biofungisida terhadap G. boninense diukur dengan
Ganofend. menghitung % penghambatan dengan
Tahapan penelitian meliputi uji in rumus (Korsten et al. 1997) :
vitro dan in vivo. Uji in vitro meliputi Persentase Penghambatan: x100%
pembuatan medium Potato Sukrosa Keterangan :
Agar (PSA), perbanyakan G. boninense KR: Jarak dari titik inokulasi ke tepi
dan Trichoderma sp. SBJ8, pengukuran koloni pada kontrol
pertumbuhan G. boninense dan R1: Jarak dari titik inokulasi jamur
Trichoderma sp. SBJ8, dan uji patogen G. boninense ke tepi
antagonis Trichoderma sp. SBJ8 koloni ke arah jamur antagonis
terhadap G. boninense. Uji in vivo meliputi preparasi
Medium PSA tersusun dari (g) : balok kayu karet untuk sumber
ekstrak kentang 200, sukrosa 10, agar inokulum di pembibitan, dan
batang 12. Semua bahan dilarutkan ke penanaman bibit kelapa sawit. Balok
dalam 1000 ml akuades, kemudian kayu karet berukuran 16 cm3 direbus
dipanaskan di atas hotplate hingga selama 8 jam. Setiap 2 balok kayu karet
mendidih sambil dihomogenkan dengan dimasukkan ke dalam kantong plastik

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 101


tahan panas. Plastik ditutup rapat 100g diberikan pada permukaan media
dengan paralon yang berisi kapas dan tanah gambut dengan cara ditabur.
bagian atasnya ditutup dengan kertas Parameter yang diamati adalah
lalu diikat dengan benang. Balok kayu ada tidaknya miselium G. boninense di
karet disterilisasi menggunakan autoklaf permukaan tanah, sekitar sistem
selama 15 menit pada suhu 121oC dan perakaran dan leher akar pada
tekanan 15 psi, dibiarkan selama 1 jam. kecambah dan bibit kelapa sawit selama
Medium PSA cair dituang ke 30 minggu. Ada tidaknya tubuh buah G.
dalam kantong plastik yang telah berisi boninense di permukaan tanah, sekitar
2 balok kayu karet. Setelah medium sistem perakaran dan leher akar pada
PSA mengeras jamur G. boninense kecambah dan bibit kelapa sawit selama
diinokulasikan pada balok kayu karet. 30 minggu. Persentase kecambah dan
Media balok yang mengandung PSA bibit yang mati mulai dari minggu ke-1
diinkubasi pada ruangan gelap bersuhu setelah perlakuan sampai minggu ke-30.
27oC sampai jamur tumbuh memenuhi Data yang diperoleh dianalisis secara
permukaan balok kayu karet. deskriptif.
Media gambut dimasukkan ke
dalam polibag berukuran tinggi 10 s/d HASIL DAN PEMBAHASAN
15 cm dengan diameter 8-12 cm,
masing-masing sebanyak ¾ volumenya. a. Pertumbuhan Ganoderma
Balok kayu karet sebagai sumber boninense dan Trichoderma sp.
inokulum G. boninense diletakkan di SBJ8
atas media. Akar bibit dan kecambah
tanpa Ganofend dan dengan Ganofend Kecepatan pertumbuhan koloni
dililitkan pada balok kayu karet, lalu jamur Trichoderma sp. SBJ8 lebih
media tanah gambut ditambahkan tinggi dibandingkan dengan jamur G.
kembali hingga akar tertutup oleh media boninense, hal ini dapat dilihat pada
tanah. Perlakuan dengan Ganofend Gambar 1.

100

80

60

40

20

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari ke..-
Trichoderma sp. SBJ8 G. boninense

Gambar 1. Diameter koloni jamur G. boninense dan Trichoderma sp. SBJ8

Pertumbuhan Trichoderma sp. berarti kedua jamur sudah melewati fase


SBJ8 dan G. boninense dimulai pada 24 adaptasi. Pertumbuhan diameter G.
jam pertama setelah penanaman, hal ini boninense dan Trichoderma sp. SBJ8

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 102


semakin meningkat mulai hari ke-2. adalah molekul glukosa dan fruktosa.
Hari ke-5 koloni Trichoderma sp. SBJ8 Moore (1972) menjelaskan bahwa
telah memenuhi permukaan cawan petri, sukrosa yang tersusun atas satu molekul
sedangkan pada G. boninense glukosa dan satu molekul fruktosa
pertumbuhan koloni menutupi terdapat dalam tanaman. Sebaliknya
permukaan cawan petri pada hari ke-7. dekstrosa menurut Winarno (1995),
Menurut Jaelani (2011) setelah 1 hari merupakan karbohidrat kelompok
penanaman T. reesei pada medium PDA monosakarida yang terdiri dari enam
diameter pertumbuhan semakin atom C, disebut heksosa. Berdasarkan
meningkat, T. reesei telah memenuhi penyusunnya sukrosa lebih banyak
seluruh permukaan cawan petri hingga mengandung unsur karbon daripada
hari ke-3 koloni. dekstrosa.
Pertumbuhan G. boninense pada Menurut Moore (1972) unsur
medium PSA relatif lambat, yaitu karbon sangat penting bagi jamur karena
membutuhkan waktu 1-7 hari untuk jamur membutuhkan unsur karbon dalam
tumbuh memenuhi permukaan cawan jumlah yang besar daripada unsur-unsur
petri. Sementara itu, Trichoderma sp. essential yang lain dan karbon
SBJ8 hanya membutuhkan waktu 1-5 merupakan nutrisi yang pokok dan
hari untuk tumbuh menutupi permukaan terpenting pada cendawan. Hal ini
cawan petri. Menurut Aeny (2010) terlihat dari sekitar 50 % dari berat
Trichoderma spp. mempunyai kecepatan kering jamur selnya terdiri atas karbon.
pertumbuhan koloni paling cepat, hanya Senyawa organik ini dipergunakan
membutuhkan waktu 7-9 hari sebagai struktur utama dalam
dibandingkan pertumbuhan G. boninense penyediaan energi untuk sel pada proses
yang membutuhkan waktu 15-40 hari oksidasi dan beberapa senyawa organik
pada medium PDA. yang digunakan oleh jamur sebagai
Hasil penelitian ini menunjukkan sumber karbon adalah karbohidrat
bahwa pada medium PSA pertumbuhan (monosakarida, gula alkohol,
isolat lokal G. Boninense dan polisakarida dan oligosakarida), asam
Trichoderma sp. SBJ8 lebih cepat organik dan karbondiksida.
dibandingkan dengan pertumbuhan isolat
G. boninense dan Trichoderma spp. di b. Uji antagonis Trichoderma sp.
medium PDA pada penelitian Aeny SBJ8 terhadap G. boninense
(2010). Salah satu perbedaan ini
kemungkinan disebabkan oleh Isolat Trichoderma sp. SBJ8 yang
penggunaan jenis gula yang berbeda, digunakan pada penelitian ini dapat
medium PDA menggunakan gula menghambat pertumbuhan G. boninense
dekstrosa berantai tunggal (Tabel. 1), dengan daya hambat >50%
(monosakarida) sedangkan PSA yaitu 56,25%, dan 65,25% pada hari ke 3
menggunakan gula sukrosa (gula pasir) dan ke 4. Berdasarkan teknik yang
berantai ganda (disakarida). Menurut sama, oleh Ibrahim et al. (2013),
Winarno (1995), sukrosa merupakan biofungisida pelet T. harzianum
karbohidrat kelompok oligosakarida dan memiliki daya hambat terhadap
terdiri dari dua molekul yang disebut G.boninense sebesar 58,84% dan
disakarida, molekul penyusun sukrosa T.pseudokoningii sebesar 52,57%.

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 103


Tabel 1. Daya antagonis Trichoderma sp. SBJ8 terhadap pertumbuhan G. boninense
Hari Persentase penghambatan (%)
2 44,50
3 56,25
4 65,25

Hasil pengujian antagonis jamur patogen sehingga menyebabkan


menunjukkan bahwa pertumbuhan G. lisis.
boninense menjadi terhambat bila Trichoderma sp. SBJ8 mempunyai
ditumbuhkan bersama dengan kemampuan sebagai mikoparasit dan
Trichoderma sp. SBJ8, daya hambat kompetitor yang kuat dari patogen (Cook
Trichoderma sp. SBJ8 terhadap G. and Baker 1989). Menurut Cook dan
boninense cenderung bertambah setiap Baker (1983), pada umumnya
harinya. Hasil ini sesuai dengan mekanisme mikoparasit dengan cara
pengamatan Aeny (2010) bahwa pertumbuhan miselia Trichoderma spp.
pertumbuhan G. boninense menjadi memanjang, kemudian membelit dan
sangat terhambat bila ditumbuhkan memenetrasi hifa inang, sehingga hifa
bersama dengan Trichoderma spp. inang mengalami vakoulasi, lisis dan
Pertumbuhan Trichoderma sp. akhirnya hancur.
SBJ8 yang cepat dan kemampuannya
sebagai jamur antagonis dapat c. Efek penggunaan Ganofend pada
menghambat pertumbuhan G. boninense. kecambah dan bibit kelapa sawit
Menurut Abadi (1987), T. harzianum
melisis hifa jamur G. boninense apabila Perkembangan miselium pada
terjadi kontak hifa antar kedua jamur kecambah dan bibit sulit diamati. Gejala
tersebut. Menurut Chet (1987), Habazar penyakit ditandai dengan munculnya
dan Yaherwandi (2006) Trichoderma primordium yang selanjutnya akan
spp. menghasilkan enzim β-1,3- berkembang menjadi tubuh buah (Tabel
glukonase dan kitinase yang mampu 2). Pembentukan primordium di bibit
menghidrolisis kitin dari dinding hifa mulai terlihat pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-12.

Tabel 2. Pertumbuhan primordium dan tubuh buah G. boninense pada kecambah dan
bibit kelapa sawit inokulasi 30 minggu
Pertumbuhan
Primordium Tubuh Buah
Perlakuan
Permukaan Sistem Leher Permukaan Sistem Leher
Tanah Perakaran Akar Tanah Perakaran Akar
Kecambah ₊ ₊ - ₊ ₊ -
Bibit ₊ ₊ ₊ ₊ ₊ ₊
Keteran
Keterangan : + ada
- tidak ada

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 104


Pembentukan tubuh buah pada yang muncul pada pangkal batang yang
kecambah dan bibit muncul dengan diikuti dengan nekrosis pada daun dan
waktu yang bervariasi, ada yang di kematian bibit kelapa sawit.
permukaan tanah, sistem perakaran dan Keadaan jaringan tanaman,
leher akar. Tubuh buah berkembang khususnya pada daun yang kekurangan
memerlukan unsur hara dari inangnya klorofil akan menyebabkan klorosis
(kelapa sawit), sedangkan inang yaitu daun berwarna kuning pucat
memerlukan unsur hara untuk hingga kecoklatan, hal ini merupakan
pertumbuhannya. Sehingga terjadi petunjuk terjadinya kekurangan hara
kompetisi antara jamur G. boninense pada daun atau serangan penyakit yang
dengan kelapa sawit. dialami oleh tanaman (Nurbaiti et al.
Gejala serangan penyakit pada 2012). Sehingga mempengaruhi
daun kecambah dan bibit terjadi setelah ketersediaan unsur N dan Mg yang
munculnya tubuh buah pada bulan berperan penting dalam sintesis klorofil
pertama, sebagian besar kecambah dan (Syafi 2008).
bibit menunjukkan pertumbuhan tubuh Tanaman kelapa sawit yang mati
buah G. Boninense pada pangkal batang setelah munculnya gejala penyakit
yang diikuti dengan nekrosis (kematian sangat bervariasi, pada kecambah
jaringan) pada pertulangan daun akibat persentase kematian lebih tinggi
kurangnya unsur hara yang diangkut dari daripada bibit (Tabel 3). Kematian
akar menuju daun, sehingga proses kecambah tanpa pemberian Ganofend
fotosintesis, sintesis klorofil, transfer lebih tinggi dibandingkan kecambah
asimilat terganggu, dan dapat dengan pemberian Ganofend. Hal ini
menyebabkan kematian pada kecambah membuktikan pemberian Ganofend
dan bibit. Susanto et al. (2013) efektif dalam menekan persentase
menyatakan bahwa gejala visual kematian pada kecambah. Pemberian
penyakit busuk pangkal batang muncul biofungisida Ganofend pada kecambah
pertama kali pada tiga bulan setelah dengan perlakuan berbeda, menunjukkan
inokulasi Ganoderma. Sebagian besar kemampuan yang sama dalam menekan
bibit kelapa sawit menunjukkan kematian pada kecambah.
pertumbuhan tubuh buah Ganoderma

Tabel 3. Persentase kecambah dan bibit kelapa sawit yang mati


Perlakuan Persentase Kematian (%)
Tanpa Ganofend
13,0
(kontrol)
Kecambah Ganofend 100 g 6,7
Perendaman akar dengan
6,7
menggunakan Ganofend
Tanpa Ganofend
0
(kontrol)
Bibit Ganofend 100 g 0
Perendaman akar dengan
0
menggunakan Ganofend

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 105


Bibit tanpa pemberian Ganofend sawit dapat tetap tumbuh tanpa
dan dengan pemberian Ganofend mengalami gejala penyakit hingga
memiliki persentase kematian 0% minggu ke-30.
dibandingkan kecambah dengan
perlakuan yang sama. Hasil ini DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa penggunaan
biofungisida Ganofend lebih efektif Abadi, AL. 1987. Biologi Ganoderma
dalam menghambat kematian pada boninense Pat pada kelapa sawit
kecambah dibandingkan pada bibit. (Elaeis guineensis Jacq.) dan
Pemberian Ganofend pada bibit tidak pengaruh beberapa mikroba tanah
efektif menghambat kematian. antagonistik terhadap
Efektivitas Ganofend untuk tahap pertumbuhannya [Disertasi]. Bogor:
produksi pernah dilakukan di CPS dalam Program Pascasarjana. Institut
menekan kematian kelapa sawit pada Pertanian Bogor. 147 p.
usia produksi dilapangan.
Beberapa kecambah dan bibit yang Aeny TN. 2010. Pengaruh beberapa
mendapat perlakuan sama dapat bertahan isolat Trichoderma spp. pada
hidup hingga minggu ke-30, tanpa pertumbuhan in vitro Ganoderma
serangan penyakit (Gambar 4.6. A dan boninense, penyebab penyakit busuk
B). Hal ini terjadi kemungkinan biji dari pangkal batang pada kelapa sawit
kecambah dan bibit memiliki keragaman (Elaeis guineensis). Di dalam:
sifat, salah satunya memiliki gen yang Pengelolaan keragaman hayati tanah
tahan terhadap penyerangan penyakit, untuk menunjang keberlanjutan
sehingga lebih baik untuk diremajakan produksi pertanian tropika. Prosiding
dan digunakan untuk penanaman dilahan Seminar Nasional Keragaman
skala besar. Hal ini berarti pemberian Hayati Tanah-I; Bandar Lampung,
Ganofend pada kecambah dan bibit 29-30 Juni 2010. Universitas
kelapa sawit lebih efektif dalam Lampung. hlm. 304-316.
menekan kematian tanaman, dan dapat
megurangi kerentanan akar kecambah Chet I. 1987. Innovative Approaches to
dan bibit terhadap penyerangan penyakit Plant Diseases Control. John Wiley
busuk pangkal batang. and Sons, A Wiley-Interscience
Publication, USA.
KESIMPULAN
Cook RJ, Baker KF. 1983. The nature
Berdasarkan penelitian yang telah and practice of biological control of
dilakukan dapat disimpulkan bahwa plant pathogens. The American
daya hambat Trichoderma sp. SBJ8 Phytopathological Society, St. Paul
terhadap G. boninense paling tinggi pada MN.
hari ke-4 yaitu 65,25%. Gejala penyakit
mulai timbul setelah munculnya Cook RJ, Baker KF. 1989. The nature on
primordium pada kecambah dan bibit. practice of biological control of
Pemberian Ganofend efektif dalam plant pathogens. ABS press, The
menurunkan tingkat kematian kecambah, American Phytopathological Society,
pada bibit tidak terjadi kematian. St. Paul MN.
Beberapa kecambah dan bibit kelapa

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 106


Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2012. Moore E, Landecker, 1972. The Fungi.
Riau dalam Angka 2012. Pekanbaru: Toronto: Prentice-Hall of Canada,
BPS-Riau Press. Ltd.

Djaenuddin D. 1992. Lahan Marginal: Nurbaiti, Yulia AE, Sitorus J. 2012.


Tantangan dan Pemanfaatannya. Respon pertumbuhan bibit kelapa
Jurnal Penelitian dan sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada
Pengembangan Pertanian. medium gambut dengan berbagai
XII(4):79-84. periode penggenangan. Jurnal
Agroteknologi Tropika. 1(1):14-17.
Gandjar I, Samson RA, Karin VDTV,
Oetari A, Santoso I. 1999. Semangun H. 2008. Penyakit-penyakit
Pengenalan Kapang Tropik Umum. Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Jakarta: Yayasan obor Indonesia. Yogyakarta. UGM.

Habazar T, Yaherwandi. 2006. Susanto A, Sudharto P, Daisy T. 2002.


Pengendalian Hayati Hama dan Hiperparasitisme beberapa agens
Penyakit Tumbuhan. Padang. biokontrol terhadap G. boninense
Universitas Andalas Press. penyebab penyakit busuk pangkal
batang kelapa sawit. Jurnal
Ibrahim R, Elfina Y, Dewi R. 2013. Uji Fitopatology Indonesia. 9(2):39-46.
Biofungisida Pelet Berbahan Dasar
Pelepah Kelapa Sawit Yang Syafi S. 2008. Respons Morfologis dan
mengandung Isolat Trichoderma spp. Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe
Terhadap Jamur Ganoderma Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
boninense Pat. Secara In Vitro. terhadap Cekaman Kekeringan
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) [Tesis]. IPB. Bogor.
Bidang Pertanian. 1(1).
Urailal C, Kalay AM, Kaya E, Siregar A.
Jaelani A. 2011. Dinamika Perubahan 2012. Pemafaatan Kompos Ela Sagu,
Media Bungkil Inti Sawit Selama Sekam, dan dedak sebagai Media
Fermentasi Oleh Kapang Perbanyakan Agens Hayati
Trichoderma reesei. Media Sains. Trichoderma harzianum Rifai.
3(1):108-116. Agrologia. 1(1):21-30.

Korsten EE, De Villiers FC, Wehner Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan
and Kotzé JM. 1997. Field sprays of Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Bacillus subtilis and fungicides for Utama.
control of preharvest fruit diseases
of avocado in South Africa. Plant
Dis. 81:455–459.

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 107

Anda mungkin juga menyukai