Anda di halaman 1dari 18

SEDIMENTOLOGI

SEBARAN SEDIMEN DASAR LAUT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI


BAGONG DAN DI PELABUHAN TASIKAGUNG REMBANG

Muhammad Abdul Zain (20150240020)

Muhammad Saiful Kurniawan (20150240022)

Novian Persadanta Sitepu (20150240024)

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan


tertentu media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut (Rijin, 1993). Proses
sedimentasi yang terjadi di suatu lokasi sangat dipengaruhi dinamika perairan pesisir. Kondisi
hidrodinamika di wilayah pesisir akan menjadi perggerak utama dalam proses transportasi
sedimen yang berasal dari aliran sungai atau aktivitas yang terjadi di sekitar teluk. Proses
transpor sedimen ke seluruh area teluk akan mempengaruhi tingkat konsentrasi sedimen
berada masing-masing bagian dari teluk. Tingkat konsentrasi sedimen yang tinggi juga akan
berpengaruh terhadap tingkat kadar oksigen terlarut yang terdapat di perairan (Talke et.al.,
2009). Proses penyebaran ini akan dipengaruhi oleh kondisi arus yang terdapat di wilayah
perairan tersebut.
Desa Tasikagung merupakan desa pesisir yang berada di pantai utara Jawa dan menjadi
desa sentra perikanan laut di Kabupaten Rembang. Bagian barat Pelabuhan Tasikagung
berbatasan langsung dengan muara Sungai Karanggeneng yang berjarak 300 meter dari
pelabuhan. Muara sungai Karanggeneng berfungsi sebagai pembuangan dari sungai menuju
laut. Muara sungai harus cukup lebar dan dalam agar sesuai dengan fungsinya (Oktaviana
et.al,2016). Sedangkan Sungai Bagong yang bermuara dekat dengan Pelabuhan Lembar yang
terletak di kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat, Muara Sungai ini diduga membawa massa
sedimen dari hulu sehingga terbentuk gosong pasir di depan muara sungai yang berpotensi
menyebabkan pendangkalan alur pelayaran Pelabuhan Lembar.
Penyebaran sedimen dasar di perairan dangkal dipengaruhi oleh beberapa faktor hidro-
oseanografi seperti arus, pasang surut, dan gelombang. Kondisi faktor hidro-oseanografi
tersebut digunakan dalam mendukung analisa pola sebaran sedimen dasar, maka penelitian ini
mengkaji dan menganalisis sebaran sedimen dasar laut di Perairan Muara Sungai Bagong dan
di Pelabuhan Tasikagung Rembang. Hasil dari penelitian ini berupa simulasi sebaran sedimen
yang digunakan untuk menganalisis dampak pendangkalan dan pengendapan terhadap
sedimentasi di Perairan Muara Sungai Bagong dan di Pelabuhan Tasikagung Rembang.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Bagaimana cara menganalisa sebaran dan pengambilan sedimen ?
B. Bagaimana cara pengukuran arus dan hubungan dari arus dengan sedimen ?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Penelitian ini hanya menganalisis bagian yang terkena dampak pendangkalan dan
pengendapan
B. Penelitian ini cara mengelola data menggunakan sofware SMS 10.0 (Surface water
Modeling System).
1.4 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis sebaran, pengambilan sedimen, pengukuran arus dan
hubungan dari arus dengan sedimen yang menyebabkan pendangkalan dan
pengendapan di Perairan Muara Sungai Bagong dan di Pelabuhan Tasikagung
Rembang
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari kasus ini menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk
memprediksi dampak yang terjadi akibat pendangkalan dan pengendapan di Perairan
Muara Sungai Bagong dan di Pelabuhan Tasikagung Rembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola Arus

Di tepi pantai, berkurangnya kedalaman air mempengaruhi kondisi gelombang yang


datang ke pantai. Gelombang laut yang datang ke pantai akan mengalami perubahan bentuk
dan ketinggian, dan akhirnya gelombang pecah dan melontarkan massa air ke tepi pantai.
Massa air itu kemudian kembali ke laut. Menurut Surbakti (2011), ada dua arus yang kembali
ke laut, yaitu: pertama, arus yang agak pelan, menyebar, dan tertekan ke dekat dasar laut, dan
ke-dua, arus yang di dekat permukaan laut, sempit dan bergerak cepat ke arah laut.

2.2 Karakter Arus

Ketika gelombang mendekati pantai dan akhirnya pecah di pantai, massa air laut
melewati empat zona (Dyer, 1986; Gambar 1), yaitu:

Gambar 1. Zonasi kawasan tepi pantai berdasarkan kondisi gelombang. Di kutip dari
Subakti et al., (2011).

a) Zona air dalam. Di zona ini kedalaman air lebih dari setengah panjang
gelombang, puncak gelombang lurus dan kecepatan rambat dan sudut
datangnya, relatif terhadap pantai, adalah konstan.
b) Zona refraksi. Di zona ini gelombang menyentuh dasar perairan, panjang
gelombang dan kecepatan berubah dan bervariasi, sedang periodanya konstan .
c) Surf zone. Zona ini terletak di antara titik gelombang pecah dan swash zone. Di
dalam zona ini arus sepanjang pantai (longshore current) terjadi dengan baik.

d) Swash zone. Di zona ini air laut bergerak naik (swash) ketika gelombang pecah
mencapai pantai dan kemudian kembali lagi ke laut (backwash).

Arus yang terjadi di perairan wisata mangrove dapat dipisahkan menjadi arus pasut dan
arus residual, dimana peran arus pasut di daerah estuari cenderung lebih dominan
dibandingkan dengan arus residu.

2.3 Gelombang

Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin (gelombang yang
dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut adalah gelombang yang
dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya tarik matahari dan bulan
terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan gunung berapi
atau gempa didasar laut), gelombang kecil (misalkan gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
yang bergerak), dan sebagainya (Nadia et al., 2013).

2.4 Refraksi Gelombang

Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk pada gelombang akibat adanya perubahan
kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut, akan tetapi
di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut mempengaruhi bentuk gelombang. Proses refraksi
gelombang lebih komplek karena mengalami perubahan tinggi dan arah gelombang
bersamaan yang disebabkan perubahan dan perbedaan kedalaman dasar laut. Perubahan dasar
laut menyebabkan perubahan kecepatan rambat gelombang sehingga mengakibatkan
berubahnya tinggi gelombang dan arah perambatan gelombang (Nadia et al., 2013).
2.5 Pasang Surut

fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di
bumi. Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu: Pasang surut harian tunggal (Diurnal
Tide), Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), Pasang surut campuran condong harian
tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal), Pasang surut campuran condong harian ganda
(Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) (Nadia et al., 2013).

2.6 Sedimen
Transpor sedimen merupakan perpindahan material dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Perpindahan ini berupa penambahan (inflow) atau pengurangan (outflow). Jika outflow lebih
banyak dari pada inflow maka akan terjadi erosi dan sebaliknya jika outflow lebih sedikit
dibandingkan dengan inflow maka akan terjadi akresi (Nadia et al., 2013).

2.7 Batimetri
Batimetri merupakan ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang
tiga dimensi lantai samudra atau danau.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pengambilan contoh sedimen


dasar adalah purposive sampling method yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan
pemilahan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat yang sudah diketahui
sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu (Hadi, 2004).
Pengambilan contoh sedimen dasar di Pelabuhan Tasikagung, Rembang
dilakukan pada 30 titik stasiun. Lokasi pengambilan contoh sedimen dasar dimulai dari
bagian tengah sungai (pada channel), untuk sungai yang lurus dengan anggapan bahwa
sedimen yang terambil merupakan sedimen yang berasal dari sumbernya, bukan berasal
dari rombakan tanah disekitarnya, lalu bagian muara sungai hingga kelaut (lihat Gambar
1).

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh sedimen dasar di Pelabuhan Tasuk Agung


Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh sedimen dasar di Perairan Muara Sungai Bagong

3.2 Metode Pengambilan sedimen

Wilayah Tasikagung Rembang dan Perairan Muara Sungai Bagong, Teluk Lembar
mengambil sampel menggunakan alat sedimen grab. Sedimen grab diatur sehingga dengan
posisi terbuka dengan mengulur tali sehingga membentur tanah dasar laut. Saat tali ditarik
kembali secara otomatis mulut sedimen grab akan menggaruk material dibawahnya hingga
tertutup. Sedimen grab yang telah memuat material dasar ditarik keatas dan sampel material
dasar tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi tanda untuk di analisa
dilaboratorium.

3.3 Metode analisa sebaran sedimen


Untuk menganalisa distribusi ukuran butir sedimen. Teknik baku yang digunakan
dalam menganalisa sebaran ukuran butir yaitu dengan menggunakan pengayakan (sieving).
Sedimen yang akan diayak harus dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian diayak dengan
ukuran penyaring 2 mm, 0.5 mm, 0.312 mm, 0.125 mm, dan 0.063 mm dan Sedimen yang
lolos saringan 0.063 mm kemudian ditimbang kembali untuk selanjutnya dilakukan
pemipetan.
Sedimen yang memiliki ukuran partikel kecil seperti lanau dan lempung cenderung
membentuk agregat ketika sudah dikeringkan (menggumpal) sehingga diperlukan cara lain
untuk menganalisa ukuran butir sedimen (Wibisono, 2005). Adapun langkah – langkah yang
dilakukan yaitu :
1. Contoh sedimen diambil secukupnya, misal diambil sekitar 25 gram sampai dengan
40 gram kemudian dilarutkan dalam gelas ukur 1000 ml yang berisi aquades.
2. Setelah dilarutkan, sampel kemudian diaduk hingga homogen dan dilakukan
pemipetan.
3. misal Setiap pemipetan diambil larutan sedimen dengan volume 20 ml, lalu dituang
ke dalam wadah berukuran 30 ml.
4. Hasil dari pemipetan tiap ukuran butir 0,0625 mm, 0,0312 mm, 0,0156 mm, 0,0073
mm, dan 0,0039 mm dilakukan penimbangan berat sedimen yang telah dipipeting
untuk menghitung berat bersih dari sedimen tersebut.
5. Hasil dari pengayakan dan pemipetan selanjutnya digunakan untuk penentuan jenis
sedimen di tiap stasiun berdasarkan sistem persamaan segitiga sheppard.

3.4 Metode Pengukuran dan Mengolah Arus


Pengambilan data nilai kecepatan dan arah arus dilakukan dengan suatu cara mengukur
aliran massa air dengan melepaskan benda apung atau drifter ke laut, yang dimana benda
apung tersebut akan mengikuti gerakan aliran massa air laut. Dalam hal ini, pengukuran arus
menggunakan bola duga. Pengukuran arus dilakukan pada bagian permukaan air laut. Bola
duga tersebut dilepas pada permukaan air laut ditunggu hingga bola duga bergerak sepanjang
5 m lalu catat lama waktu dan menentukan arah bola duga bergerak dengan menggunakan
kompas.
Nilai kecepatan arus adalah jarak lintasan dibagi dengan waktu. Dan pengukuran yang
dilakukan di wilayah Tasikagung Rembang menggunakan 30 titik pengambilan contoh
sedimen dasar. Data yang diperoleh dari hasil ini digunakan sebagai verifikasi terhadap model
arus menggunakan software SMS 10.0 (Surface water Modelling System). Metode Pengolahan
Data Arus Menggunakan Software SMS 10.0 (Surface water Modelling System. Dan Analisa
arus dilakukan untuk mengetahui kecepatan dan arah dominan arus laut di Pelabuhan Tasik
Agung, Rembang. Analisa arus dilakukan berdasarkan pemodelan arus menggunakan software
SMS 10.0 (Surface water Modelling System) dengan modul ADCIRC. Hasil dari pemodelan
software SMS 10.0 ini berupa kecepatan dan arah arus pada daerah penelitian. Data yang
diperoleh dari model selanjutnya di verifikasi terhadap data lapangan untuk menghitung nilai
MRE (Mean Relative Error) (Oktaviana, 2016). Menurut Diposaptono dan Budiman (2006),
verifikasi dapat dihitung dengan:

| 𝑋−𝐶| 𝑅𝐸
𝑅𝐸 = x 100 𝑀𝑅𝐸 = ∑𝑛1
X 𝑛

Dimana : RE : Relative Error


MRE : Mean Relative Error
C : Data Hasil Simulasi/Model
N : Jumlah Data

Sedangkan di Wilayah Perairan Muara Sungai Bagong, Teluk Lembar menggunakan 12 titik
dimana 3 titik dari badan sungai bagong dan 9 titik dari muara sungai bagong.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil di Wilayah Tasikagung Rembang

Tabel 1. Jenis Sedimen Dasar Tiap Stasiun Pengambilan Contoh.

Stasiun Kandungan(%) Nama

Pasir Lanau Lempung Sedimen

1. 0 79.82 20.18 Lanau


2. 0 80.42 19.56 Lanau
3. 0 80.06 19.94 Lanau
4. 0 85.58 14.42 Lanau
5. 0 77.76 22.24 Lanau
6. 0 73.45 26.55 Lempung Lanauan
7. 0 82.94 17.06 Lanau
8. 0 78.95 21.05 Lanau
9. 0 82.82 17.18 Lanau
10. 0 82.71 17.29 Lanau
11. 0 82.75 17.25 Lanau
12. 0 86.77 13.23 Lanau
13. 0 75.5 24.5 Lanau
14. 0 82.84 17.16 Lanau

15. 0 82.76 17.24 Lanau


16. 0 81.36 18.64 Lanau
17. 99.97 0.02 0 Pasir
18. 99.94 0.05 0.01 Pasir
19. 99.99 0.01 0 Pasir
20. 99.97 0.02 0 Pasir
21. 99.97 0.02 0 Pasir
22. 0 84.04 15.96 Lanau
23. 99.94 0.05 0.01 Pasir
24. 99.99 0.01 0 Pasir
25. 99.97 0.02 0.01 Pasir
26. 0 83.59 16.41 Lanau
27. 0 83.06 16.94 Lanau
28. 0 82.21 17.79 Lanau
29. 0 77.76 22.24 Lanau
30. 0 77.8 22.2 Lanau

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis sedimen dasar yang mendominasi
di Pelabuhan Tasikagung, Rembang adalah lanau (silt). Peta sebaran sedimen di Pelabuhan
Tasikagung, Rembang dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan 30 contoh sedimen yang
telah dianalisa sebanyak 21 contoh sedimen diklasifikasikan sebagai lanau (tersebar pada
stasiun 1 sampai 5, 7 sampai 16, 22, dan 26 sampai 30) dan 8 contoh sedimen dasar
diklasifikasikan sebagai pasir, yaitu pada stasiun (17 sampai 21 dan 23 sampai 25), sedangkan
1 contoh sedimen diklasifikasikan sebagai lempung lanauan yaitu pada stasiun 6.
Gambar 3. Pola Sebaran Sedimen Dasar di Pelabuhan Tasikagung Rembang

4.2 Hasil di Lokasi Perairan Muara Sungai


Berdasarkan hasil analisis sedimen di laboratorium, sedimen permukaan dasar
perairan Muara Sungai Bagong didominasi oleh pasir (sand) dan pasir lanauan (silty
sand). Sebaran sedimen permukaan dasar pada badan sungai Kali Bagong, hingga bagian
muara sungai terdiri dari sedimen jenis pasir lanauan (silty sand) dan pasir (sand). Secara
umum, mulai dari badan sungai dan daerah antara Tg. Cemara dijumpai jenis sedimen
pasir lanauan, sedangkan di daerah depan muara sungai ke arah laut sedimen berupa pasir.
Tabel 1. Jenis Sedimen Permukaan Dasar Perairan Muara Sungai Bagong, Teluk
Lembar

Ukuran Butir
Titik Nama Kandungan(%) D50
Stasiun Sedimen Pasir Lanau (mm)
Pasir
1 Lanauan 68,01 31,99 0,4
Pasir
2 Lanauan 60,39 39,61 0,3
Pasir
3 Lanauan 63,46 36,54 0,4
4 Pasir 79,90 20,10 0,8
5 Pasir 81,99 18,01 0,5
6 Pasir 90,57 9,43 0,5
7 Pasir 93,66 6,34 0,4
8 Pasir 82,95 17,05 0,6
9 Pasir 89,82 10,18 0,6
10 Pasir 82,99 17,01 0,6
Pasir
11 Lanauan 59,35 40,65 0,3
12 Pasir 84,73 15,27 0,8

4.3 Hubungan Sebaran Sedimen Dasar dengan Pola Pergerakan Arah Arus

Arus yang mempengaruhi sebaran sedimen dasar adalah arus pada kolom dasar
perairan (0,8d). Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa kecepatan arus dapat
mempengaruhi pergerakan sedimen apabila kecepatan arus sebesar minimal 0,5 m/s akan
menggerakan ukuran butir sedimen sebesar 1 mm. Sedimen dasar muara Sungai Bagong
Saat secara umum mengikuti pola kontur, yang secara umum landai. Kondisi perairan
surut menuju pasang, terlihat bahwa pergerakan arus bergerak menuju selatan dari arah
Selat Lombok. Diduga, pada proses ini terjadi longshore current dan terjadi refraksi atau
pembelokan di Tg. Cemara. Kondisi yang demikian dalam waktu yang lama akan
membentuk spit (Tg. Cemara) dan mempengaruhi bentuk gosong pasir karena arus ini
akan banyak membawa massa sedimen dari Pantai Cemara yang tererosi dan berpengaruh
besar terhadap persebaran sedimen dasar permukaan muara Sungai Bagong (Saratoga,
2015).

Saat perairan dalam kondisi pasang menuju surut, arus dari badan sungai Bagong
akan menuju muara karena perbedaan elevasi muka air. Arus ini akan membawa massa
sedimen yang berasal dari hulu menuju muara sungai Bagong. Sedimen yang ditranspor
tersebut berupa sedimen dasar (bed load) ataupun sedimen yang melayang (suspended
load). Apabila kecepatan arus berkurang maka arus tidak mampu lagi mengangkut
sedimen maka akan terjadi sedimentasi di wilayah tersebut. Morfologi dasar perairan
muara sungai Bagong tergolong landai dan didominasi oleh sedimen pasir. Poerbandono
dan Djunarsjah (2005) menyatakan bahwa morfologi dasar perairan cenderung terbentuk
di wilayah pantai yang berpasir, karena pada kondisi pantai yang berpasir pengaruh arus
cukup kuat, sehingga butiran-butiran pasir relatif lebih mudah dipindahkan untuk
membentuk kerut-kerut di dasar perairan. Maka di wilayah muara Sungai Bagong,
dipengaruhi oleh sedimen jenis pasir karena dibawa oleh longshore current yang berasal
dari Pantai Cemara yang memiliki kecepatan arus lebih kuat dibandingkan arus yang
keluar menuju Selat Lombok, hal ini terlihat dari terbentuknya spit (Tg. Cemara)
(Saratoga, 2015).
BAB V

KESIMPULAN

Wilayah Perairan Muara Sungai Bagong :Sedimen permukaan dasar di dominasi pasir
(sand) yang tersebar di daerah Tg. Cemara dan perairan muara Sungai Bagong yang merupakan
daerah alur masuk pelayaran ke Pelabuhan Lembar, sedangkan jenis pasir lanauan (sandy silt)
berada pada badan Sungai Bagong. Sebaran sedimen permukaan dasar muara sungai Bagong
mengikuti kontur dasar perairan yang termasuk landai dan diduga berasal dari laut (Pantai
Cemara).

Wilayah Pelabuhan Tasikagung Rembang : Mekanisme transportasi seabed terjadi pada


sedimen yang kasar. Suspension load bekerja mentranspor sedimen halus (lempung sampai pasir
sangat halus) berbentuk suspensi yang terangkut cukup jauh dalam aliran, sebelum pada akhirnya
mengendap dengan kecepatan arus yang melemah. Sedimen berukuran kasar menunjukkan bahwa
arus dan gelombang pada daerah itu relatif kuat, fraksi kasar umumnya diendapkan pada daerah
terbuka yang berhubungan dengan laut lepas, sedangkan sedimen halus diendapkan pada daerah
dengan arus dan gelombang yang tenang.
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviana C., Aziz R., dan Hariadi. 2016. PEMETAAN SEBARAN SEDIMEN DASAR
BERDASARKAN ANALISA UKURAN BUTIR DI PELABUHAN TASIKAGUNG
REMBANG.Jurnal Oseanografi.Vol.5:(2).259-269.

Saratoga E.E., Sidhi S., Sugeng Widodo. 2015. SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN
MUARA SUNGAI BAGONG, TELUK LEMBAR. Jurnal Oseanografi.Vol.4:(1).116-123.

Anda mungkin juga menyukai