PENDAHULUAN Sedimentologi
PENDAHULUAN Sedimentologi
PENDAHULUAN
Ketika gelombang mendekati pantai dan akhirnya pecah di pantai, massa air laut
melewati empat zona (Dyer, 1986; Gambar 1), yaitu:
Gambar 1. Zonasi kawasan tepi pantai berdasarkan kondisi gelombang. Di kutip dari
Subakti et al., (2011).
a) Zona air dalam. Di zona ini kedalaman air lebih dari setengah panjang
gelombang, puncak gelombang lurus dan kecepatan rambat dan sudut
datangnya, relatif terhadap pantai, adalah konstan.
b) Zona refraksi. Di zona ini gelombang menyentuh dasar perairan, panjang
gelombang dan kecepatan berubah dan bervariasi, sedang periodanya konstan .
c) Surf zone. Zona ini terletak di antara titik gelombang pecah dan swash zone. Di
dalam zona ini arus sepanjang pantai (longshore current) terjadi dengan baik.
d) Swash zone. Di zona ini air laut bergerak naik (swash) ketika gelombang pecah
mencapai pantai dan kemudian kembali lagi ke laut (backwash).
Arus yang terjadi di perairan wisata mangrove dapat dipisahkan menjadi arus pasut dan
arus residual, dimana peran arus pasut di daerah estuari cenderung lebih dominan
dibandingkan dengan arus residu.
2.3 Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada
gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin (gelombang yang
dibangkitkan oleh tiupan angin), gelombang pasang surut adalah gelombang yang
dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama gaya tarik matahari dan bulan
terhadap bumi), gelombang tsunami (gelombang yang terjadi akibat letusan gunung berapi
atau gempa didasar laut), gelombang kecil (misalkan gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
yang bergerak), dan sebagainya (Nadia et al., 2013).
Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk pada gelombang akibat adanya perubahan
kedalaman laut. Di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut, akan tetapi
di laut transisi dan laut dangkal, dasar laut mempengaruhi bentuk gelombang. Proses refraksi
gelombang lebih komplek karena mengalami perubahan tinggi dan arah gelombang
bersamaan yang disebabkan perubahan dan perbedaan kedalaman dasar laut. Perubahan dasar
laut menyebabkan perubahan kecepatan rambat gelombang sehingga mengakibatkan
berubahnya tinggi gelombang dan arah perambatan gelombang (Nadia et al., 2013).
2.5 Pasang Surut
fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di
bumi. Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu: Pasang surut harian tunggal (Diurnal
Tide), Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), Pasang surut campuran condong harian
tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal), Pasang surut campuran condong harian ganda
(Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) (Nadia et al., 2013).
2.6 Sedimen
Transpor sedimen merupakan perpindahan material dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Perpindahan ini berupa penambahan (inflow) atau pengurangan (outflow). Jika outflow lebih
banyak dari pada inflow maka akan terjadi erosi dan sebaliknya jika outflow lebih sedikit
dibandingkan dengan inflow maka akan terjadi akresi (Nadia et al., 2013).
2.7 Batimetri
Batimetri merupakan ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang
tiga dimensi lantai samudra atau danau.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi
Wilayah Tasikagung Rembang dan Perairan Muara Sungai Bagong, Teluk Lembar
mengambil sampel menggunakan alat sedimen grab. Sedimen grab diatur sehingga dengan
posisi terbuka dengan mengulur tali sehingga membentur tanah dasar laut. Saat tali ditarik
kembali secara otomatis mulut sedimen grab akan menggaruk material dibawahnya hingga
tertutup. Sedimen grab yang telah memuat material dasar ditarik keatas dan sampel material
dasar tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diberi tanda untuk di analisa
dilaboratorium.
| 𝑋−𝐶| 𝑅𝐸
𝑅𝐸 = x 100 𝑀𝑅𝐸 = ∑𝑛1
X 𝑛
Sedangkan di Wilayah Perairan Muara Sungai Bagong, Teluk Lembar menggunakan 12 titik
dimana 3 titik dari badan sungai bagong dan 9 titik dari muara sungai bagong.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis sedimen dasar yang mendominasi
di Pelabuhan Tasikagung, Rembang adalah lanau (silt). Peta sebaran sedimen di Pelabuhan
Tasikagung, Rembang dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan 30 contoh sedimen yang
telah dianalisa sebanyak 21 contoh sedimen diklasifikasikan sebagai lanau (tersebar pada
stasiun 1 sampai 5, 7 sampai 16, 22, dan 26 sampai 30) dan 8 contoh sedimen dasar
diklasifikasikan sebagai pasir, yaitu pada stasiun (17 sampai 21 dan 23 sampai 25), sedangkan
1 contoh sedimen diklasifikasikan sebagai lempung lanauan yaitu pada stasiun 6.
Gambar 3. Pola Sebaran Sedimen Dasar di Pelabuhan Tasikagung Rembang
Ukuran Butir
Titik Nama Kandungan(%) D50
Stasiun Sedimen Pasir Lanau (mm)
Pasir
1 Lanauan 68,01 31,99 0,4
Pasir
2 Lanauan 60,39 39,61 0,3
Pasir
3 Lanauan 63,46 36,54 0,4
4 Pasir 79,90 20,10 0,8
5 Pasir 81,99 18,01 0,5
6 Pasir 90,57 9,43 0,5
7 Pasir 93,66 6,34 0,4
8 Pasir 82,95 17,05 0,6
9 Pasir 89,82 10,18 0,6
10 Pasir 82,99 17,01 0,6
Pasir
11 Lanauan 59,35 40,65 0,3
12 Pasir 84,73 15,27 0,8
4.3 Hubungan Sebaran Sedimen Dasar dengan Pola Pergerakan Arah Arus
Arus yang mempengaruhi sebaran sedimen dasar adalah arus pada kolom dasar
perairan (0,8d). Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa kecepatan arus dapat
mempengaruhi pergerakan sedimen apabila kecepatan arus sebesar minimal 0,5 m/s akan
menggerakan ukuran butir sedimen sebesar 1 mm. Sedimen dasar muara Sungai Bagong
Saat secara umum mengikuti pola kontur, yang secara umum landai. Kondisi perairan
surut menuju pasang, terlihat bahwa pergerakan arus bergerak menuju selatan dari arah
Selat Lombok. Diduga, pada proses ini terjadi longshore current dan terjadi refraksi atau
pembelokan di Tg. Cemara. Kondisi yang demikian dalam waktu yang lama akan
membentuk spit (Tg. Cemara) dan mempengaruhi bentuk gosong pasir karena arus ini
akan banyak membawa massa sedimen dari Pantai Cemara yang tererosi dan berpengaruh
besar terhadap persebaran sedimen dasar permukaan muara Sungai Bagong (Saratoga,
2015).
Saat perairan dalam kondisi pasang menuju surut, arus dari badan sungai Bagong
akan menuju muara karena perbedaan elevasi muka air. Arus ini akan membawa massa
sedimen yang berasal dari hulu menuju muara sungai Bagong. Sedimen yang ditranspor
tersebut berupa sedimen dasar (bed load) ataupun sedimen yang melayang (suspended
load). Apabila kecepatan arus berkurang maka arus tidak mampu lagi mengangkut
sedimen maka akan terjadi sedimentasi di wilayah tersebut. Morfologi dasar perairan
muara sungai Bagong tergolong landai dan didominasi oleh sedimen pasir. Poerbandono
dan Djunarsjah (2005) menyatakan bahwa morfologi dasar perairan cenderung terbentuk
di wilayah pantai yang berpasir, karena pada kondisi pantai yang berpasir pengaruh arus
cukup kuat, sehingga butiran-butiran pasir relatif lebih mudah dipindahkan untuk
membentuk kerut-kerut di dasar perairan. Maka di wilayah muara Sungai Bagong,
dipengaruhi oleh sedimen jenis pasir karena dibawa oleh longshore current yang berasal
dari Pantai Cemara yang memiliki kecepatan arus lebih kuat dibandingkan arus yang
keluar menuju Selat Lombok, hal ini terlihat dari terbentuknya spit (Tg. Cemara)
(Saratoga, 2015).
BAB V
KESIMPULAN
Wilayah Perairan Muara Sungai Bagong :Sedimen permukaan dasar di dominasi pasir
(sand) yang tersebar di daerah Tg. Cemara dan perairan muara Sungai Bagong yang merupakan
daerah alur masuk pelayaran ke Pelabuhan Lembar, sedangkan jenis pasir lanauan (sandy silt)
berada pada badan Sungai Bagong. Sebaran sedimen permukaan dasar muara sungai Bagong
mengikuti kontur dasar perairan yang termasuk landai dan diduga berasal dari laut (Pantai
Cemara).
Oktaviana C., Aziz R., dan Hariadi. 2016. PEMETAAN SEBARAN SEDIMEN DASAR
BERDASARKAN ANALISA UKURAN BUTIR DI PELABUHAN TASIKAGUNG
REMBANG.Jurnal Oseanografi.Vol.5:(2).259-269.
Saratoga E.E., Sidhi S., Sugeng Widodo. 2015. SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN
MUARA SUNGAI BAGONG, TELUK LEMBAR. Jurnal Oseanografi.Vol.4:(1).116-123.