LP KPD Mita
LP KPD Mita
Oleh :
Mita Febriani
NIM : AKX.17.053
membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir, persalinan atau kelahiran
di luar rahim bagi bayi yang baru lahir (Bobak, 2005). Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan
atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir lain atau jalan lahir lain
normal) yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir, persalinan anjuran yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk
dangan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps, atau dilakukan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Pada masa
sekarang section caesarea jauh lebih aman dari pada dulu dengan adanya
antibiotika, tranfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan anestesi
yang lebih baik, karena itu terjadi kecenderungan untuk melakukan section
caesarea tanpa dasar yang cukup kuat, dalam hubungan ini perlu diingat
pasti akan mendapat parut uterus dan tiap kehamilan serta persalinan
b. Panggul sempit
g. Distosia serviks
1) Letak lintang
2) Letak bokong
5) Gemelli
normal (dystosia).
3) Komplikasi pre-eklamsi
1) Gawat janin
2) Prolapsus funikuli (tali pusat menumbang)
3) Primagravida tua
6) Kehamilan kembar
Penurunan medulla oblongata Penurunan kerja pons Jaringan terputus Jaeinga terbuka Distensi kandung
kemih
Penurunan refleksi batuk Penurunan kerja otot eiminasi Merangsang area sensorik Proteksi kurang Udem dan memar
di uretra
Akumulasi sekret Penurunan peristaltic usus Gangguan rasa nyaman Invasi bakteri Penurunan
sensitivitas
&bsensasi
Bersihan jalan nafas tidak konstipasi nyeri Resiko infeksi Gangguan eliminasi urin
kandug
efektif
kemih
Merangsang pertumbuhan kelenjar susu Penambahan anggota baru Tuntutan anggota baru
Kontraksi uterus
& pertumbuhan
Masa krisis Bayi menangis
involusi Peningkatan hormone prolaktinn
Hb Kekuranga vol.
efektif Tidak efektif
cairan &elektrolit
kelemahan
Kurang nformasi bengkak
tentang perawatan
Deficit perawatan payudara
diri Ketidakefektifan pemberian asi
Deficiensi
pengetahuan Nutrisi bayi kurang
dari kebutuhan
1.6 Klasifikasi
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
1.7 Kontraindikasi
(Sarwono,1991)
1.8 Komplikasi
b. Perdarahan
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
b. Pemantauan EKG
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/ hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalisis
a. Pemberian cairan
lainnnya.
b. Diet
dilakukan pada pada 6 – 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.
c. Mobilisasi
berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
intitusi.
3) Obat-obatan lain
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
g. Perawatan rutin
2.3 Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor
yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran
prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor
risiko dari KPD :
1. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
2. Riwayat KPD sebelumya
3. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
4. Kehamilan kembar
5. Trauma : tekanan intra uterine mendadak meningkat.
6. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
7. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
8. Koria amniolitis; selaput ketuban menjadi rapuh.
9. Inkompeten serviks; kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan serviks (kongenital, fisiologis)
10. Kelainan letak; tidak ada bagian terendah janin yg menutup PAP, yg
dapat mengurangi tekanan terhadap selaput bagian bawah.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of
membrane (PROM) memiliki keterkaitan dengan perubahan struktur dari
kantong ketuban
.
a. perubahan Struktur Kantong Ketuban .
Normalnya, kantung ketuban terdiri dari 2 bagian yaitu amnion atau
bagian yang berkontak dengan cairan ketuban dan korion yang menempel
pada desidua ibu. Pada awal usia gestasi, kedua bagian ini terpisah, namun
akan terhubung satu sama lain dengan jaringan penyambung yang kaya akan
kolagen pada usia kehamilan 14 minggu. Seiring dengan peningkatan usia
gestasi, terjadi peningkatan prostaglandin dan MMP-1 yang memicu
pematangan serviks dan memecah kolagen. Selain itu, adanya pelepasan
sitokin dan protease, perubahan matriks interseluler, serta apoptosis seluler
juga menyebabkan penipisan lapisan desidua dan gangguan pada
sambungan antara amnion dan korion. Akibatnya, terjadi kelemahan
struktur kantong ketuban terutama yang berlokasi di os internal serviks,
lokasi tipikal terjadinya KPD.
a. Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Dokter
kandungan akan mendiskusikan rencana terapi yang akan dilakukan, dan
hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan tanda-tanda infeksi
yang terjadi. Risiko kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua
setelah infeksi akibat ketuban pecah dini. Pemeriksaan mengenai
kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada usia
kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup
sangat menentukan langkah yang akan diambil.
b. Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian
KPD, maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum waktunya
melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila
paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka
induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan.
c. Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan
kontroversi dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta
tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin.
Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko
sindrom distress pernapasan pada janin, serta perdarahan pada otak.
d. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan. Yang pertama
adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi setelah kejadian
KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD
dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat
menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan
KPD yang mendapatkan antibiotik yaitu, proses kelahiran diperlambat
hingga 7 hari, berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal
(infeksi pada bayi baru lahir).
e. Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila
kehamilan sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi
maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika
tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan
menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang
kontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika
memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama
itu untuk memberi induksi pada ibu, karena menunda induksi bisa
meningkatkan resiko infeksi.
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Kehamilan, dikaji berapa kali klien hamil, persalinan dan nifas yang lalu,
anak, BB anak, keluhan saat hamil, dan keadaan anak sekarang, pernah
Pemeriksaan rutin pasien saat hamil, mulai dari peningkatan berat badan
Yang perlu dikaji adalah indikasi dilakukan Sektio Sesarea, kaji jam,
tanggal, jenis kelamin bayi, BB, TB, LK, LB, LILA, APGAR SCORE
dan placenta.
d. Riwayat Ginekologi
tanggal kelahiran. Usia perkawinan, serta cari tahu jenis kontrasepsi, jika
2014).
6. Pola aktivitas sehari-hari, selama hamil dan selama di rumah sakit
: jumlah, jenis minuman dan frekuensi. Pada ibu post sektio sesarea akan
serta kelelahan.
b. Pola eliminasi
penurunan karena faktor psikologis dari ibu yang masih merasa trauma,
setelah 2-3 hari post partum. Pergerakan usus yang biasa dan teratur
hipotonus dan dilatasi uterus dan pelvis ginjal yang terjadi karena
Mencangkup tidur malam : waktu dan lama, tidur siang : waktu, lama
dan keluhan. Pola istirahat tidur menurun karena ibu merasa kesakitan
d. Personal hygiene
pada ibu setelah melahirkan dengan sectio caesarea yaitu dalam keadaan
lemah dan nyeri akibat tindakan operasi, sehingga dalam melakukan
waktu luang saat sebelum melahirkan dan saat di rawat di rumah sakit.
7. Pemeriksaan fisik
pucat. Pada tanda-tanda vital biasanya ada kenaikan pada suhu, yaitu
pertama dan normal kembali pada hari ketiga tekanan darah dan respirasi
normal.
a. Kepala
tekan dan lesi. Keluhan nyeri kepala post partum dapat disebabkan oleh
2013)
b. Wajah
Penampilan, ekspresi, nyeri tekan, adanya edema pada pipi atau pitting
c. Mata
fungsi pendengaran.
e. Hidung
f. Mulut
g. Leher
Ada tidak pembesaran tyroid dan limfe, nyeri saat menelan, ada tidak
h. Dada
terasa hangat, keras dan agak nyeri. Bebrapa ibu akan mengalami
i. Abdomen
Pada hari pertama, tinggu fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah pusat.
k. Anus
l. Genetalia
pada hari pertama dengan jumlah sedang dan sampai lochea serosa pada
hari ketiga dengan jumlah sedang berbau amis atau kadang tidak berbau.
m. Ekstremitas
kaki.
8. Data psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi pada wanita post partum dengan sectio
b. Pemantauan EKG
f. Urinalisis
g. Ultrasonogafi
muncul pada ibu post partum maturus dengan seksio sesarea adalah :
nutrisi postpartum
9. Konstipasi
sesarea adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas (mokus dalam jumlah berlebih), jalan nafas alergik (respon
obat anestesi).
9. Konstipasi