Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengantar yang berarti pemandu, teknologi yang artinya berkembang sedangkan
mineral adalah bahan mentah. Dalam artian kami pengantar teknologi mineral merupakan
tahap pembelajaran yang bersifat memandu teknologi yang terus menerus berkembang
untuk mendapatkan mineral.
Teknologi sendiri merupakan suatu hal yang mempermudah pekerjaan manusia baik
dari sistem atau alat sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.
Mineral adalah batuan primer atau sekunder yang mengalami proses peleburan
secara alami berdasarkan proses vulkanik dan terendap didalam atau permukaan bumi.
Ilmu Pengantar Teknologi Mineral adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar ilmu
pertambangan, dalam mata kuliah ini mahasiswa diharapkan agar menguasai dasar-dasar
ilmu pertambangan yang meliputi pemanfaatan mineral, bahan galian dan lai-lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian mineral?
2. Bagaiamana kondisi geologi regional kulon progo?
3. Singkapan yang ditemukan di lokasi penelitian?
4. Bagaimana deskripsi mineral dan batuan pada singkapan tersebut?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mineral

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki


bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak
hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks
dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

2.2. Geologi Regional Kulon Progo


Berdasarkan stratigrafi regional rangkaian Pegunungan Kulon Progo, dimulai dari
yang paling tua sampai yang paling muda. Menurut Van Bemmelen adalah sebagai
berikut :

1. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan


bergelombang rendah hingga menengah dengan tersebar merata di daerah Nanggulan
(bagian timur Pegunungan Kulon Progo). Secara setempat formasi ini juga dijumpai
di daerah Sermo, Gandul, dan Kokap yang berupa lensa-lensa atau blok xenolit
dalam batuan beku andesit.

Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan. Van


Bemmelen menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua di Pegunungan
Kulon Progo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral pada fase genang laut.
Litologi penyusunnya terdiri-dari batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran,
batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir, tuf
kaya akan foraminifera dan moluska, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe
formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal, batupasir, serpih, dan perselingan
napal dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera planktonik, maka Formasi
Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen.
Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo dan
Sungai Puru.

2. Formasi Andesit Tua

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Nanggulan.


Litologinya berupa breksi volkanik dengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf, lapili
breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik yang
tersingkap di daerah Kulon Progo.

Formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah Kulon
Progo yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang hingga terjal.
Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan fosil Foraminifera
planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan umur Formasi Andesit Tua
yaitu Oligosen Atas.

3. Formasi Jonggrangan

Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak


selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri-dari konglomerat, napal
tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan moluska serta batulempung
dengan sisipan lignit. Di bagian atas, komposisi formasi ini berupa batugamping
berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun
formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian utara
Pegunungan Kulon Progo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini 250 -400 meter
dan berumur Miosen Bawah – Miosen Tengah. Formasi ini dianggap berumur
Miosen Bawah dan di bagian bawah berjemari-jemari dengan bagian bawah Formasi
Sentolo (Pringgo Praworo, 1968:7).

4. Formasi Sentolo

Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan juga


secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan Formasi
Jonggrangan adalah menjari. Foramasi Sentolo terdiri-dari batugamping dan
batupasir napalan. Bagian bawah terdiri-dari konglomerat yang ditumpuki oleh napal
tufan dengan sisipan tuf kaca. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur berubah
menjadi batugamping berlapis bagus yang kaya akan Foraminifera. Ketebalan
formasi ini sekitar 950 m
5. Endapan Aluvial dan Gugus Pasir

Endapan Aluvial ini terdiri-dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang
sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan dengan aluvial
rombakan batuan vuokanik. Gugus Pasir sepanjang pantai telah dipelajari sebagai
sumber besi.

a. Geomorfologi Regional Pegunungan Kulon Progo

Menurut Van Bemmelen (1949, hlm. 596), Pegunungan Kulon Progo dilukiskan
sebagai dome besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam, dikenal
sebagai “Oblong Dome”. Dome ini mempunyai arah utara timur laut – selatan barat
daya dan diameter pendek 15 – 20 km dengan arah barat laut – timur tenggara.

Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh Lembah Progo,
di bagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah. Sedangkan di
bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan Pegunungan Serayu.
Inti dari dome ini terdiri-dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah tererosi
cukup dalam, sehingga di beberapa bagian bekas dapur magmanya telah tersingkap.
Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut, merupakan gunungapi
tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit basaltik. Gunungapi yang
kemudian terbentuk yaitu Gunungapi Ijo yang terletak di bagian selatan. Kegiatan
Gunungapi Ijo ini menghasilkan andesit piroksen basaltik, kemudian andesit augit
hornblende, sedang pada tahap terakhir adalah intrusi dasit pada bagian inti. Setelah
kegiatan Gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, di bagian utara mulai
terbentuk Gunung Menoreh, yang merupakan gunung terakhir pada komplek
Pegunungan Kulon Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula-mula menghasilkan
andesit augit hornblende, kemudian menghasilkan dasit dan yang terakhir yaitu
andesit.

Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang datar
ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh batugamping koral dan
napal dengan memberikan kenampakan topografi karst. Topografi ini dijumpai di
sekitar Desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah tersebut dikenal sebagai
Formasi Jonggrangan.Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hlm. 601)
mengatakan bahwa sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong
oleh gawir-gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya
tertimbun di bawah aluvial Magelang.

b. Struktur Geologi Regional Kulon Progo

Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi regional, Pegunungan Kulon


Progo oleh Van Bemmelen (1949, hlm. 596) dilukiskan sebagai kubah besar
memanjang ke arah barat daya – timur laut sepanjang 32 km, dan melebar ke arah
tenggara – barat laut selebar 15 – 20 km. Pada kaki-kaki pegunungan di sekeliling
kubah tersebut banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk pola radial. Skema
blok diagram dome Pegunungan Kulon Progo yang digambarkan Van Bemmelen
(1945, hlm. 596). Pada kaki selatan Gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan
sebuah sesar dengan arah barat – timur yang memisahkan Gunung Menoreh dengan
Gunung Ijo serta pada sekitar zona sesar.

2.3. Deskripsi Singkapan Batuan dan Mineral

2.3.1. Lokasi Pertama

1. Singkapan
Singkapan batuan beku ditemukan di dusun Kalisonggo desa PendowoRejo
kecamatan Girimulyo kabupaten Kulon Progo D.I.Yogyakarta pada koordinat
7o 44’ 15” S dan 110o 11’ 49” E, singkapan ini adalah batuan andesit yang
merupakan batuam beku asam yang memiliki struktur sheeting joint yang
merupakan sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan tanah,
hal ini terbentuk karena adanya penghilangan beban batuan diatasnya.
Gambar 2.1. Singkapan Batu Andesit (Foto Pribadi 2019)

2. Batuan
Singkapan ini merupakan batuan beku asam yang adalah batu Andesit batuan
ini memiliki struktur masif dan berwarna abu-abu gelap. Derajat kristalisasi
batuan ini adalah hipokristalin, mineral pada batuan ini memiliki bentuk butir
sub-hedral dengan ukuran butir afanitik sampai fanerik. Relasi yang dibentuk
adalah inequigranular porfiritik.
Gambar 2.2. Batuan Andesit (Foto Pribadi 2019)

3. Mineral
Susunan mineral pada batuan beku asam Andesit ini biasanya didominasi oleh
piroksen, hornblende, biotit, feldspard, dan sedikit kuarsa.

2.2.3. Lokasi Kedua


1. Singkapan
Singkapan batuan sedimen ditemukan di sungai Tretes, jalan Goa Kisnendo,
Nglengkong, Giripurwo,Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo D.I.Yogyakarta
pada koordinat 7o 46’ 16” S dan 110o 10’ 56” E, singkapan ini memiliki
struktur perlapisan batu berupa batupasir, batulanau, dan batugamping napal.
Gambar 2.3. Singkapan Batuan Napal (Foto Pribadi 2019)

2. Batuan
Singkapan ini adalah batuan Napal yang memiliki struktur perlapisan dan
memiliki ukuran butir lempung dan bersifat karbonan dan karbonat, Napal
adalah kalsium karbonat atau kapur kaya lumpur atau batu lumpur yang
mengandung sejumlah variabel tanah liat dan aragonit, batu ini terbentuk
dibawah kondisi air tawar, khusu zat yang mengandung tanah liat membumi
35-65%4.
Gambar 2.4. Batuan Napal (Foto Pribadi 2019)

3. Mineral
Susunan mineral pada batuan sedimen Batu Napal ini biasanya didominasi
oleh kalsit yang berwarna putih kekuningan denngan cerat berwarna putih,
dan mineral lempung yang merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil
(kurang dari 1 mikron).
2.2.4. Lokasi Ketiga

Gambar 2.9. Singkapan Batuan Breksi (Foto Pribadi 2019)

Gambar 2.10. Batuan Breksi (Foto Pribadi) Gambar 2.11. Plotting Lokasi 3
1. Singkapan
Singkapan batuan sedimen ditemukan di sungai Tretes, jalan Goa Kisnendo,
Nglengkong, Giripurwo,Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo D.I.Yogyakarta
pada koordinat 7o 46’ 13” S dan 110o 10’ 56” E,, singkapan ini merupakan
batuan breksi Monomik.

2. Batuan
Singkapan ini adalah batuan Breksi Monomik yang memiliki struktur masif
dengan besar butir bongkah, dan memiliki warna abu-abu terang agak
kehijauan, hal ini dikarenakan oleh zona Probilitik akibat pelapukan kimiawi
yang berasal dari plagioklas karena mengalami alterasi hidrotermal. Material
fragmen penyusunnya berupa andesit sedangkan, material matrik penyusun
batuan tersebut adalah batupasir, material semen penyusun berupa silika.

3. Mineral
Susunan mineral pada batuan sedimen Breksi ini biasanya didominasi oleh
plagioklas, hornblende, biotit, feldspard, dan sedikit kuarsa.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Lokasi satu ditemukan batuan beku asam berupa Batuan Andesit, sedangkan di
lokasi kedua dan ketiga ditemukan batuan sedimen berupa Batu Napal, dan
Batu Breksi Monomik (Terkloritisasi), dari hasil penelitian dapat kita
simpulkan bahwa D.I.Yogyakarta khususnya Kabupaten Kulon Progo memiliki
kondisi geologi dan geomorfologi yang beragam dapat diihat dari penemuan
macam-macam jenis batuan.

3.2. Saran
Sebaiknya sebelum melakukan penelitian alangkah baiknya kita
mempersiapkan perlengkapan dengan baik seperti kompas, GPS, peta geologi
dan sebagainya agar tidak terjadi kesalahan yang fatal seperti hilang arah, dan
keputusasaan karena tidak menemukan singkapan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://septiannurcahyo24.blogspot.com/2014/10/pengantar-teknologi-mineral_32.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Mineral

https://wachidgeologist.wordpress.com/2012/05/16/geologi-regional-pegunungan-
kulon-progo/

Anda mungkin juga menyukai