Anda di halaman 1dari 9

Teori Orbital Molekul

Mata Kuliah Kimia Koordinasi

Dosen Pengampu : Dr Setiabudi, M.Sc

Disusun oleh :

Reza Maulana (1307617024)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
A.Pendahuluan
Teori medan kristal yang dipelajari sebelumnya mempunyai kelemahan walaupun Teori
medan kristal mampu menjelaskan banyak fakta tentang senyawa kompleks, namun anggapan bahwa
interaksi pada senyawa kompleks antara ligan dan atom pusat merupakan interaksi elektrostatik
adalah tidak tepat. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa dapat terbentuknya senywa kompleks seperti
[Cr(CO)4] dan [Fe(CO)3] yang atom pusat dan ligannya tidak bermuatan. Fakta ini menunjukkan
bahwa dalam pembentukan senyawa kompleks selain adanya interaksi elektrostatik atau interaksi
ionik, juga terjadi interaksi kovalen.
Teori orbital molekul merupakan teori paling lengkap karena menyangkut baik interaksi
elektrostatik maupun interaksi kovalen,namun teori ini merupakan teori yang rumit.
B.Pembentukan Orbital Molekul Pada Senyawa Kompleks Oktahedral
Pembentukan Orbital σ
Pada senyawa kompleks, orbital molekul yang terbentuk merupakan gabungan/kombinasi dari
orbital atom pusat (Logam) dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom pusat dapat bergabung
dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki simetri yang sama.
Untuk logam transisi pertama, orbital yang dapat membentuk orbital molekul adalah orbital-
orbital eg (dx2-y2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz, sedangkan orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dari logam
tidak dapat membentuk orbital σ karena orientasi arahnya yang berada di antara sumbu x, y dan z.
maka ketiga orbital tersebut dinamakan sebagai orbital nonbonding. Meskipun tidak dapat
membentuk orbital σ, orbital-orbital t2g tersebut dapat membentuk orbital molekul π dengan orbital
atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital atom logam.
Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika posisinya berada tepat
pada sumbu penghubung ion pusat dan ligan. Adapun orbital atom dari ligan yang dapat bergabung
dengan orbital atom dari logam adalah orbital s atau orbital hasil hibridisasi antara orbital s dan p.
Karena jauh lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka diagram pembentukan
orbital molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit dibandingkan diagram pembentukan orbital
molekul untuk molekul diatomik sederhana. Pada umumnya orbital atom dari ligan tingkat energinya
lebih rendah dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga karakteristik dari orbital molekul
yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital atom ligan dibandingkan orbital atom logam.
Berikut ini contoh diagram pembentukan orbital molekul untuk kompleks [Fe(CN)6]3-.

26Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6

26Fe : [Ar] 3d6 4s2

3d 4s 4p
Fe0
ground
state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz

3d 4s 4p
Fe3+
ground
state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz

3d 4s 4p
Fe3+
excited
valency state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz
O.A. Fe(III) O.M. [Fe(CN)6]3- O.A. 6 CN-
p
Energi
s

4p d
dx2-y2 dz2
4s

3d
dxy dxz dyz

d 6 ligan CN-

p

s

Gambar 4. Diagram orbital molekul [Fe(CN6)]3- low spin

Pada kompleks [Fe(CN)6]3- (gambar 4), orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan 3dz2 dari
logam Fe bergabung dengan keenam orbital px dari atom ligan CN- membentuk orbital molekul.
Orbital molekul σ yang terbentuk kemudian diisi dengan sepasang elektron dari ligan CN-. Orbital
3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari Fe3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul dikarenakan ketiganya
merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara tingkat energi
nonbonding (dx; dy; dz) dengan orbital σ*d (orbital antibonding) merupakan harga Δ0 dari kompleks
tersebut. Dalam teori orbital molekul, splitting/pemecahan tingkat energi yang terjadi merupakan
akibat dari kovalensi. Makin besar kovalensi, makin besarpula harga Δ0. Dalam kompleks [Fe(CN)6]3-
tersebut, harga Δ0 cukup besar akibat dari ligan CN- yang kuat sehingga semua elektron lebih memilih
untuk mengisi orbital nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena ada elektron
dalam kompleks tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks tersebut bersifat
paramagnetik.
Pada kompleks [FeF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital nonbonding dengan orbital
antibonding/orbital σ* yang terbentuk relatif cukup kecil, sehingga elektron dapat mengisi orbital σ*.
Kompleks ini merupakan kompleks high spin. Diagram pembentukan orbital molekul pada kompleks
[FeF6]3- dapat dilihat berikut ini :
O.A. Fe(III) O.M. [FeF6]3- O.A. 6 F-
p
Energi
s

4p

4s
d

3d
dxy dxz dyz

d 6 ligan F-

p

s

Gambar 5. Diagram orbital molekul [FeF6]3- high spin

Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung dengan 6 buah orbital
px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam
membentuk orbital nonbonding atau non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini
dengan orbital antibonding σ* yang terbentuk dinotasikan dengan Δ0. Pada kompleks [FeF6]3-, karena
harga Δ0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital nonbonding (dx; dy; dz) secara
berpasangan, elektron dari ligan juga mengisi orbital σ*d. Akibatnya setiap orbital σ*d yang
merupakan orbital antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital antibonding
ini mengakibatkan ikatan antara logam Fe dengan ligan F- tersebut menjadi lebih lemah. Dalam
kompleks terdapat sejumlah elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa
kompleks [FeF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.
Pembentukan Orbital π
Orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital
atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat
terbentuk antara orbital atom dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam
gambar berikut :
z

- + y

- - + +
x

+ + - -
+ -

Gambar 6. Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital py dan pz
dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan tersebut dapat
menghasilkan orbital molekul π. Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py
dan pz, orbital molekul π juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital pz dari logam dengan
orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

y
+
+ + +
+ - x

- - -
-
Gambar 7. Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.
Jika pada pembentukan ikatan σ ligan berperan sebagai penyumbang pasangan elektron, maka
dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat bertindak sebagai penerima pasangan elektron yang
didonorkan oleh logam.
Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga meningkatkan
kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π juga dapat menjelaskan
urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia.
Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π yang
dimiliki oleh ligan tersebut.

a) Ligan akseptor π

Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital π kosong yang dapat bertumpang
tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi semacam ini seringkali
disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding). Tingkat energi dari orbital π yang
dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi dibandingkan tingkat energi dari logam, sehingga
dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-ligan semacam ini merupakan ligan medan kuat dan pada
Deret Spektrokimia berada di sebelah kanan.

b) Ligan Donor π

Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan mengalami overlap
dengan orbital t2g dari logam, menghasilkan ikatan π. Rapatan elektron akan ditransfer dari
ligan menuju logam melalui ikatan π ini. Selain dari ikatan π yang terbentuk tadi, transfer
elektron dari ligan ke logam juga terjadi melalui ikatan σ. Interaksi semacam ini lebih sering
terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan oksidasi yang tinggi, sehingga logam
tersebut ”kekurangan elektron”. Orbital π dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang
lebih rendah dibandingkan orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan
melalui cara ini akan memperkecil harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak di
sebelah kiri dari Deret Spektrokimia.
C. Pembentukan Orbital Molekul pada Kompleks Tetrahedral dan Persegi Planar
i. Tetrahedral
Empat ligan ditempatkan di sekitar logam dalam tetrahedral, orbital d dibagi menjadi dua,
subkelompok t2 dan e (masing-masing merupakan orbital dxy, dyz, dan dxz dan dx2- y2 dan dz2). Interaksi
orbital pada logam (untuk menjadi logam baris pertama) dan ligan menggabungkan pada simetri
orbital kelompok ligan yang berbeda. Keempat ligan di sudut-sudut yang mengandung logam di pusat
kubus. Struktur ini ditunjukkan pada Gambar 17.
Gambar 17. Kompleks tetrahedral dengan lobus dari dx2- y2 dan dz2 orbital diarahkan antara ligan.

Ini adalah orbital non-ikatan di kompleks tetrahedral. Orbital ligan memiliki tanda positif pada ligan 1
dan 2 ke arah logam, tetapi ligan 3 dan 4 memiliki tanda negatif ke arah logam.
Orbital px, bertanda positif pada arah sepanjang sumbu x. Oleh karena itu, kombinasi yang tepat dari
orbital ligan untuk mencocokkan simetri pada kombinasi tanda positif. Sepanjang sumbu x negatif
antara dua ligan, sehingga kombinasi dari ligan pada dua sudut terdekat dari kubus (3 dan 4) harus
negatif. Cara yang mirip dengan orbital dxy, dyz, dan dxz, yang non-ikatan di kompleks oktahedral, dan
ikatan σ memiliki kemampuan untuk menggabungkan dengan orbital ligan untuk membentuk ikatan
π.

Gambar 18. Diagram kualitatif orbital molekul untuk kompleks tetrahedral.


ii. Persegi Planar

Ketika interaksi antara empat ligan dan orbital logam dz2 , terlihat bahwa tanda positif

sepanjang sumbu z tidak berinteraksi dengan orbital ligan σ, tetapi "cincin" yang memiliki

negatif simetri berinteraksi dengan empat ligan.Dengan empat ligan di sumbu x dan y (seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 19).

Gambar 19. Kombinasi logam dan orbital ligan di kompleks bujur sangkar.

Orbital dx2- y2 memiliki tanda positif sepanjang sumbu x dan tanda negatif sepanjang sumbu y,

Sehingga orbital molekul menghasilkan diagram tingkat energi ditunjukkan pada Gambar 20.

Gambar 20. Diagram tingkat energi orbital molekul untuk kompleks persegi planar.
Dari diagram tingkat energi orbital molekul ditunjukkan pada Gambar 20., dapat dilihat bahwa orbital
misalnya sebagai eg, a1g, dan b1g * sesuai dengan orbital dxz, dyz, dz2, dan dxy dalam ligan. Dalam bentuk
medan ligan, Δ mewakili perbedaan energi antara orbital dxy dan dx2- y2. Dalam model orbital molekul,
Δ merupakan selisih energi antara eg dan orbital a1g. Susunan orbital molekul dalam diagram juga
menunjukkan bahwa ion d8 akan cenderung untuk membentuk kompleks persegi planar karena
dengan orbital a1g dan semua energi orbital molekul yang lebih rendah menjadi terisi.

D. Kesimpulan

1. Teori orbital molekul menjelaskan ukuran sifat ionik dan kovalen dari senyawa kompleks.
2. Spiliting pada orbital molekul terjadi akibat dari sifat kovalen dari orbital atom logam dan
ligan yang berikatan.
3. Kuat lemahnya ligan yang berikatan dengan atom logam/pusat berpengaruh pada energi
pemisahan sehingga memunculkan sifat yang berbeda.
E. Daftar Pustaka
1.Effendy, 2007, Perspektif baru Kimia Koordinasi, Jilid I. Indonesian Academic Publishing, Malang.
2.Evana, M,. dan Irwan, R,. 2014, Teori Orbital Molekul. Univ Hasanuddin, Makassar.
3. House, J.E,. 2008. Inorganic Chemistry. Elsevier Science Publishing Inc, San Diego.

Anda mungkin juga menyukai