Anda di halaman 1dari 7

3.

TIPE BUKTI AUDIT

Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini :

3.1 Tipe Data Akuntansi

3.1.1 Pengendalian Intern sebagai Bukti

Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat


digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang
timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang
(cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya. Oleh karena
itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah
melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit
yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan.

Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang


menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai
sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus
dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah,
auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak.

3.1.2 Catatan Akuntansi sebagai Bukti

Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan
oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan.
Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan, ia akan melakukan penelusuran kembali jumlah
tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti
audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh
klien.

Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian


intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut. Contoh : (1)
jika buku pembantu dipegang oleh karyawan yang tidak memegang buku besar dan secara
periodik diadakan rekonsiliasi antara buku pembantu dengan akun kontrol (controlling
account) yang berkaitan dalam buku besar dan (2) semua jurnal umum harus mendapat
persetujuan tertulis dari manajer akuntansi, maka auditor dapat mengangkat jurnal, buku
besar dan buku pembantu sebagai bukti audit yang andal, yang mendukung angka-angka
dalam laporan keuangan.

Di samping jurnal, buku besar, dan buku pembantu, catatan akuntansi sebagai
bukti audit meliputi pula : rekapitulasi biaya, penjualan dan rekapitulasi angka yang lain,
daftar saldo, laporan keuangan intern dan laporan keuangan yang dibuat untuk
kepentingan manajemen.

3.2 Informasi Penguat

3.2.1 Bukti Fisik

Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan
terhadap sediaan dan kas. Bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling andal dan
bermanfaat.Dalam hal tertentu pemeriksaan fisik juga merupakan metode yang
bermanfaat untuk menilai kondisi dan mutu aktiva tertentu. Seringkali bukti fisik bukan
merupakan bukti audit yang konklusif sifatnya. Contoh, kas yang ada di tangan, yang
dihitung oleh auditor, terdiri dari uang dan cek yang diterima dari customer. Perhitungan
kas tersebut tidak dapat memberikan jaminan bahwa semua cek dapat diuangkan pada
saat disetorkan ke bank, karena adanya kemungkinan cek tersebut kosong.

Pengamatan (observasi) fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk


mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan setidak-
tidaknya merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan
tersebut. Pengamatan fisik tidak dapat membuktikan adanya hak kepemilikan terhadap
suatu aktiva. Oleh karena itu, meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam
pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus didukung oleh tipe
bukti audit yang lain.
3.2.2 Bukti Dokumenter

Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe bukti
audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain.
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan :

1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas dan dikirimkan
langsung kepada auditor.
2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas dan disimpan dalam arsip
klien.
3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Dalam menilai keandalan bukti dokumenter, auditor harus memperhatikan apakah


dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan yang tidak
jujur. Sebagai contoh, sertifikat saham yang dibuat dari kertas dan cetakan khusus
merupakan bukti audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Di lain pihak sertifikat wesel
tagih akan mudah dibuat hanya dengan mengisi formulir standar yang telah tersedia.

Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar yang
bebas, serta dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien. Bukti audit ini
diperoleh auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi. Konfirmasi adalah
penerimaan suatu jawaban tertulis dari pihak yang bebas, yang berisi verifikasi ketelitian
informasi yang diminta oleh auditor.

Penggunaan konfirmasi untuk memperoleh informasi tergantung pada perlunya


informasi yang andal dalam situasi tertentu dan tersedianya bukti alternatif. Biasanya
auditor tidak menggunakan konfirmasi untuk melakukan verifikasi tiap-tiap transaksi
antarperusahaan secara individual, seperti transaksi penjualan, karena auditor dapat
menggunakan dokumen untuk menentukan baik atau tidaknya sitem pencatatan informasi
klien. Informasi yang biasanya dikonfirmasikan tampak pada gamnbar di bawah ini :

Informasi yang Dikonfirmasikan Konfirmasi Diperolah dari

Aktiva

1. Kas di bank Bank


2. Piutang usaha Debitur
3. Piutang wesel Pembuat wesel
4. Sediaan yang dititipkan kepada
pihak luar sebagai barang konsinyasi Pihak yang dititipi barang
5. Sediaan yang disimpan dalam gudang
pihak luar Perusahaan pergudangan

Utang

6. Utang usaha Kreditur


7. Utang wesel Kreditur
8. Persekot dari customer Customer
9. Utang hipotek Kreditur
10. Utang obligasi Pemegang obligasi

Modal

11. Saham yang beredar Transfer agent

Informasi Lain

12. Jumlah pertanggungan asuransi Perusahaan asuransi


13. Utang bersyarat Penasihat hukum
perusahaan, bank, dan
sebagainya
14. Surat berharga yang dijaminkan
dalam penarikan utang Kreditur

Agar bukti dokumenter yang dihasilkan merupakan bukti audit yang andal,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatannya sampai dengan
diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur pembuatan
konfirmasi, pengiriman, dan penerimaan jawabannya, maka auditor akan kehilangan
pengawasan terhadap konfirmasi tersebut, sehingga independensinya akan hilang dan
bukti audit yang dihasilkan tidak andal.

Bagi auditor, bukti dokumenter yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya
pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Kepercayaan auditor terhadap jenis dokumen yang dibuat dan hanya digunakan
dalam organisasi klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu
dokumen dibuat oleh seorang karyawan dan diperiksa oleh karyawan lain, serta
mempunyai nomor urut tercetak dan urutan nomornya dipertanggungjawabkan, maka
dokumen tersebut merupakan bukti dokumenter yang mutunya tinggi. Di lain pihak, jika
pengendalian intern dalam organisasi klien lemah, auditor tidak dapat meletakkan
kepercayaannya atas bukti-bukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut, yang
tidak diperiksa oleh pihak luar.

3.2.3 Perhitungan sebagai Bukti

Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian


perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang
bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah :

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.


2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan
tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham
yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.

3.2.4 Bukti Lisan

Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun


berhubungan dengan orang, terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam rangka
mengumpulkan bukti auditor, auditor banyak meminta keterangan secara lisan.
Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut akan
menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor akan
meliputi masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan
dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum di
Indonesia, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan
kemungkinan adanya utang bersyarat.

Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe
bukti lisan. Umunya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti ini dapat menunjukkan situasi
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit yang lain yang
akan menguatkan bukti lisan tersebut. Contohnya, pada waktu auditor ingin memperoleh
informasi mengenai metode pencatatan dan pengendalian intern terhadap transaksi
penjualan, auditor akan menanyai klien bagaimana sistem kerja akuntansi penjualan
dalam organisasi tersebut. Kemudian ia akan melakukan pengujian terhadap sistem
tersebut untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dan diotorisasi seperti yang
dijelaskan dalam jawaban lisan yang diterima oleh auditor.

Dalam mengajukan pertanyaan, auditor hendaknya tidak bersikap ototriter.


Auditor melaksanakan audit atas permintaan klien, oleh karena itu, menjadi kepentingan
klien untuk menyadarkan karyawan agar bekerja sama dengan auditor dalam
menyediakan informasi yang diperlukan oleh auditor tersebut. Di lain pihak, auditor harus
menghindari sikap sebagai polisi. Auditor tidak boleh melakukan penyelidikan silang
terhadap karyawan klien dan juga tidak boleh melakukan penekanan untuk memperoleh
informasi.

3.2.5 Perbandingan

Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang
lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika
terdapat perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor
memperoleh alasan yang masuk akal mengenai penyebabnya. Sebagai contoh, tipe bukti
audit ini adalah perbandingan jumlah biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap tahun
tertentu dengan tahun sebelumnya : jika perbedaannya cukup signifikan, auditor
kemudian mencari informasi penyebab terjadinya perubahan biaya tersebut.

Di samping membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor juga


mempelajari hubungan presentase berbagai unsur dalam laporan keuangan. Bukti audit
berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat
atas dasar bukti-bukti lain.

3.2.6 Bukti dari Spesialis


Spesialis adalah seorang atau perushaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akunatansi dan auditing. Contohnya : pengacara, insinyur sipil,
geologist, penilai (appraiser)

Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor


memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :

a. Penilaian (misalnya, karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities )


b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia
atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada di
gudang).
c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial).
d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen lainnya, atau hak atas properti).

Dalam audit terhadap sediaan, auditor bukan orang yang ahli dalam menentukan mutu
sediaan. Begitu juga dalam hal penentuan besarnya cadangan sumber alam yang
terkandung dalam tanah, auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang
sesuai, yaitu geologist. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang
atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan
keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada di tangan auditor.

Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh
menerima begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ia harus memahami
metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis tersebut dan harus
melakukan pengujian terhadap data akuntansi yang diserahkan oleh klien kepada spesialis
tersebut. Panduan penggunaan bukti audit dari spesialis diatur dalam SA Seksi 336
Penggunaan Pekerjaan Spesialis.

Anda mungkin juga menyukai