TABLET
KELAS A
KELOMPOK 2/ SHIFT 2
UNIVERSITAS GARUT
2019
BAB I. TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN
BM = 151,16
Pemerian senyawa asetaminofen : hablur atau serbuk putih; tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan senyawa asetaminofen : larut dalam 70 bagian air, dalam 70 bagian etanol
(95%) P,dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dalam 9 bagian propilen
glikol P.
pH larutan, pH stabilitas, pH sediaan zat asetaminofen adalah 3,8 dan 6,1; 5,3 dan 6,5.
Titik didih / titik leleh zat asetaminofen adalah 1620C sampai 1720C.
Stabilitas zat asetaminofen : terhidrolisis pada pH 5-7, stabil pada suhu 450C ( serbuk),
dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk warna pink, coklat dan hitam, relative
stabil terhadap oksidasi , menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 25 0C
tidaktembus cahaya. ( FI III hal 37; FI IV hal 650; codek hal 988)
Definisi sediaan tablet asetaminofen adalah asetaminofen mengandung tidak lebih dari
110,0% dan tidak kurang dari 90,0% C8H9NO2 dari jumlah yang tertera pada etiket ( FI V hal
1001)
Berdasarkan SK Menkes No 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan
obat bebas terbatas maka sediaan tablet paracetamol digolongkan ke dalam obat bebas yang
padanya berlaku peraturan tentang obat bebas dan juga ketentuan penandaan pada kemasan
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan atau lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam
1.5 Nomor Registrasi dan Nomor Bets
Keterangan:
9,10,11 : 200 jumlah obat jadi untuk masing-masing pabrik ada yang >100 dan diperkirakan
15 : 1 kemasaan berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat jadi, kemasan
utama.
Sediaan asetaminofen dibuat oleh pabrik/industri yang telah memenuhi persyaratan CPOB
Keterangan:
2.1 Nama Obat dan Sinonim (FI IV hal. 649 ; Martindale hal. 268)
Zat Paracetamol secara kimia termasuk golongan obat bebas dan secara farmakologi
Bentuk senyawa aktif yang akan digunakan dalam sediaan adalah bentuk dasarnya yaitu
serbuk hablur putih karena penghancur akan menarik air dalam tablet
A. Efek farmakologi
Zat Paracetamol dalam bentuk sediaan tablet digunakan sebagai analgetik dan antipiretik
Pres)
Mekanisme kerja zat Paracetamol adalah menghambat enzim siklo oksigenase yang
prostaglandin.
a. Absorpsi : Diabsorpsi dengan baik dalam usus halus melalui transfer pasif pada
pemberian oral
b. Distribusi : Konsentrasi puncak plasmid dicapai pada waktu 10-60 menit (tablet biasa)
c. Metabolisme: utama di hati melaluui proses glukoronidas dan sulfasi menjadi konjugat
dan toksik.
melalui balier
b. Antipiretik ( demam )
diindikasikan untuk analgetik dan antipiretik . Pemilihan indikasi tersebut didasarkan pada
kesesuaian pustaka, dan kejelasan dosis dan pemakaian untuk masing-masing indikasi.
a. Gangguan fungsi hati berat karena paracetamol dapat merusak hati dengan cara merusak
hubungan struktural penting antara zat sel yang dibebaskan dalam organ.
b. Hipersensitifitas.
Sediaan Tablet digunakan untuk Dewasa karena lebih sulit untuk dikonsumsi dan memiliki
Oral dengan frekuensi 4-6 jam sekali dalam sehari, dengan mekanisme maksimal
Efek samping:
- Mual
- Sakit perut
- Gatal
- Ruam
- Sakit kepala
- Urine gelap
- Tinja berwarna gelap
- Sakit kuning
- Lemah, letih, lesu dan nyeri di punggung bagian bawah atau saming.
- Flushing , tekanan darah rendah dan detak jantung, ini kadang kadang dapat terjadi
- Kelainan darah.
2.10 Toksisitas
Dalam dosis tinggi dan penggunaan secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan hati
Paracetamol dapat berinteraksi jika digunakan dengan obat lainnya . interksi yang dapat
terjadi :
1. Kehamilan
Paracetamol masuk pada kategori B untuk kehamilan dan menyusui penelitian paracetamol
pada hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya gangguan terhadap janin. Namun
belum ada peneltian terkontrol pada wanita sehingga pada umumnya aman untuk
paracetamol masih bisa diminum oleh penderita gangguan fungsi hati dengan dosis hewan
lebih rendah. Dosis ini menggunakan NSAID ibu profen, terbilang lebih aman untuk
Bentuk zat aktif yang digunakan dalam sediaan yang akan dibuat adalah tablet karena
Dosis zat aktif yang dipilih adalah 500 mg untuk indikasi analgetik dan antipiretik.
Pamakaian zat aktif Paracetamol dalam sediaan Tablet dilakukan dengan cara diminum
Kontraindikasi :
a. Gangguan fungsi hati berat karena paracetamol dapat merusak hati dengan cara merusak
hubungan struktural penting antara zat sel yang dibebaskan dalam organ.
b. Hipersensitifitas.
Peringatan :
Efek Samping :
- Mual
- Sakit perut
- Gatal
- Ruam
- Sakit kepala
- Urine gelap
- Sakit kuning
Toksisitas :
Dalam dosis tinggi dan penggunaan secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan hati
Kesimpulan:
Indikasi:
b. Antipiretik ( demam )
Aturan pakai:
a. Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah tablet dengan kekuatan sediaan 500 mg dan bobot
750 mg. Bentuk zat aktif yang akan digunakan adalah basa
Formula II
Amprotab (10%) 75 mg
Laktosa 77,5 mg
Etanol qs
Talk (2%) 15 mg
Acetaminophenum 500 mg
2. Bahan pengikat yang memeberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
dan menambah daya kohesi pada bahan pengisi, sehingga digunakan Polivinil
pyrolidone.
3. Bahan pengisi yang berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak
5. Magnesium stearat digunakan sebagai lubrikan atau bahan pelicin yang berfungsi
mengurangi gesekan selama proses tablet dan mencegah massa tablet melekat pada
cetakan.
1. Amprotab
Struktur kimia
Nama lain/sinonim
Amylum
Rumus molekul
[C16H10O5]n
Pemerian
Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih tua, serbuk
halus.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati mengembang seketika
dalam air sekitar 5 – 10 % pada 378C . pati menjadi larut dalam air panas pada suhu
Stabilitas
Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati dianggap sebagai bahan
kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan dibawah normal .larutan amilum
atau atau pasta amylum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh
microorganisme,karena itu untuk granulasi basah harus selalu dibuat baru. Pati harus
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Struktur kimia
Rumus molekul
(C6H9NO)n
Serbuk hakus berwarna putih hingga putih krem,tidak berbau atau hampir tidak
berbau,serbuk higroskopis
Kelarutan
Stabilitas
penurunan kelarutan povidone stabil untuk siklus pendek dari preparan Povidon
mulai berwarna gelap sampai batas tertentu pada pemanasan 1500C ,dengan panas
sekitar 1100C-1300C.
Inkompatibilitas
Penyimpanan
3. Lactosa
Struktur molekul
Rumus molekul C12H22O11
Pemerian
Kelarutan
Larut dalam 6 bagian air, Larut dalam 1 bagian air mendidihn sukar larut dalan etanol
pH
Stabilitas
Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam penyimpanan. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh panas, kondisi lembab yang kelembabannya hingga 80%.
Inkompatibilitas
Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi maillard
dengan amin primer dan sekunder bila disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada
waktu tertentu.
Struktur molekul
Pemerian
dan
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi dengan kuat
karena reaksi dengan jumlah residu aldehida. Organik garam atau akasia dapat
diendapkan dari larutan berair atau dispersi. Larutan etanol juga tidak sesuai dengan
5. Magnesium Stearat
Struktur kimia
Pemerian
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol,etanol 95%,eter dan air ,sedikit larut dalm benzen
Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering
Inkompatibilitas
yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat sejuk dan kering.
6. Talkum
Pemerian
Sangat halus,warna putih sampai putih ke abu-an,tidak berbau ,berkilat mudah melekat
Kelarutan
Stabilitas
Talk merupakan bahan yang stabil,dapat di sterilisasi dengan pemanasan sampai 1600 C
tidak kurang dari 1 jam .dapat juga disterilkan dengan gas etilen oxide atau gama radiasi
Inkompatibilitas
Dengan kandungan ammonium kwartener
Penyimpanan Talk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering.
FI ed IV hal 771
- Utama :
R/ Paracetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
PVP (5%) 37,5 mg
Laktosa 77,5 mg
Etanol qs
Talk (2%) 15 mg
- Alternatif :
Acetaminophenum 500 mg
Akan dibuat sediaan tablet paracetamol (dengan kekuatan sedíaan 500 mg dan bobot /
volume 750 mg) dengan metode granulasi basah cara kering. Metode granulasi basah cara
kering dipilih karena paracetamol memiliki sifat alir dan kompresibiltas yang kurang baik,
paracetamol pun bersifat termostabil dan tidak terhidrolisis sehingga bisa dengan metode
granulasi basah.
Penimbangan :
Fase dalam = 92/100 x 750 mg x 200 tab = 138000 mg = 138 gr
Prosedur pembuatan granul metode granulasi basah cara kering sampai pencetakan tablet
1. Paracetamol, amprotab, pvp dan laktosa dicampur ad homogen, kemudian tambahkan pelarut
3. Granul basah dikeringkan dalam oven dalam suhu 60° sampai kandungan lembap < 3%
4. Granul yang telah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 14 atau mesh 16
5. Granul kering kemudian ditimbang dan dievalusasi
6. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan fase luar ( talk, amprotab, mg
7. Masa siap cetak dievaluasi kemudian dibuat tablet dengan bobot yang telah ditentukan
Sediaan tablet paracetamol disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk serta terlindung dari
cahaya. ( FI III 1979, hal 9 ). Berbentuk botol yang dapat menampung sekian banyak sediaan
Hasil Pengamatan
1. Pengujian Mutu
Diameter pengayak + %
Mesh Bobot (g) Gram %
(µm) granul Kumulatif
14 0 0 0
60 10,50 10,50
100 13,65 13,65
Total
a. Persentase fines.
1. Bobot jenis
Hasil Pengamatan :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
𝜌 𝐶𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ꞊ ꞊ 0,80 g
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
Bobot bahan ꞊1 g
꞊ 24,35 g
꞊ 0,65 g
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙
ρ Benar ꞊
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙
꞊ 1,53 g
Hasil Pengamatan :
I 50 g 121 mL 0,413
II
III
Rata-rata
Hasil pengamatan :
Volume (mL)
Interval Pengamatan
I II III
100 110
200 109
300 108
400 108
500 107
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 50
ρT ꞊ 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = = 0,467
107
b. Porositas
(𝜌− 𝜌𝐵) (1,53−0,413)
∈= × 100% = × 100 % = 73%
𝜌 1,53
c. Kompresibilitas
2. Kandungan lembab
Hasil pengamatan :
II
III
Rata-rata 2,01
3. Kecepatan alir
Hasil pengamatan :
I 50 g 10 5 g/detik
II
III
Rata-rata
4. Sudut istirahat
Hasil pengamatan :
Replikasi h (cm) r (cm) α
I 3,8 6 13,93
II
III
Rata-rata
5. Keseragaman bobot
1 0,64 11 0,64
2 0,65 12 0,62
3 0,64 13 0,63
4 0,64 14 0,64
5 0,63 15 0,63
6 0,63 16 0,64
7 0,65 17 0,62
8 0,65 18 0,62
91 0,64 19 0,63
10 0,63 20 0,63
Rata-rata 0,63 g
Simpangan Baku ꞊
No. Bobot tablet (Bobot tablet)2
1 0,64 0,4096
2 0,65 0,4225
3 0,64 0,4096
4 0,64 0,4096
5 0,63 0,3969
6 0,63 0,3969
7 0,65 0,4225
8 0,65 0,4225
9 0,64 0,4096
10 0,63 0,3969
11 0,64 0,4096
12 0,62 0,3844
13 0,63 0,3969
14 0,64 0,4096
15 0,63 0,3969
16 0,64 0,4096
17 0,62 0,3844
18 0,62 0,3844
19 0,63 0,3969
20 0,63 0,3969
Jumla
12,7 8,06
h
n ꞊ 20
n – 1 ꞊ 19
Maka :
(20).(8,06)−(161,29) 161,2−161,29
S2 ꞊ (20).(19)
꞊ ꞊ -2,3 x 10-4
380
S ꞊ -2,3 x 10-2
Hasil pengamatan :
1 12 mm 5 mm 2,4
2 12 mm 6 mm 2
3 12 mm 6 mm 2
4 12 mm 6 mm 2
5 12 mm 6 mm 2
6 12 mm 6 mm 2
7 12 mm 6 mm 2
8 12 mm 6 mm 2
9 12 mm 6 mm 2
10 12 mm 6 mm 2
7. Waktu hancur
Hasil pengamatan :
No. Waktu hancur (detik)
1 204 detik
2 228 detik
3 244 detik
4 139 detik
5 178 detik
6 221 detik
8. Kekerasan
Hasil pengamatan :
1 5,97 6 6,65
2 6,90 7 6,45
3 0,97 8 6,08
4 7,20 9 6,25
5 4,94 10 5,79
9. Friabilitas
W0 ꞊ 6,40 g W1 ꞊ 6,37 g
W0−W1 6,40−6,37
%= × 100 % = × 100% = 0,46 %
W0 6,40
10. Friksibilitas
W0 ꞊ 6,39 g W1 ꞊ 6,34 g
W0−W1 6,39−6,34
% = × 100 % = × 100 % = 0,78 %
W0 6,39
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, Zat yang digunakan Untuk kemudian dibuat tablet dengan metode
granulasi basah dengan hasil 200 tabet. Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan
pencampuran fase dalam tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah, digranulasi lalu
dicampurkan dengan fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet. Granulasi basah digunakan
karena zat aktif dan beberapa zat tambahan pada formula diatas memiliki laju alir yang buruk
sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan metode kempa langsung. Pembagian fase luar dan
fase dalam berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat. Fase dalam biasanya terdiri dari zat
aktif, zat pengisi, dan zat pengikat yang tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama karena
peada proses pembuatan granulasi basah, pemanasan dalam oven untuk menghilangkan air
dilakukan setelah terbentuk granul. Fase luar adalah zat eksipien yang berfungsi untuk membantu
proses pengempaan tablet, yaitu zat pelincir dan zat eksipien lain yang tidak tahan pemanasan
Pada formula diatas, PCT atau parasetamol sebagai zat aktif dengan efek farmakologis
sebagai zat antipiretik dan analgesic. PCT dimasukkan ke fase dalam karena stabil dalam
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai pengisi dan
pengikat karena harga ekonomis sehingga mengurangi biaya produksi. Fungsi sebagai pengisi
untuk menambah massa tablet yang akan dicetak dan fungsi sebagai pengikat untuk mengikat zat
PVP merupakan zat tambahan fase luar digunakan sebagai pengikat yang membantu
pengikatan fase luar dengan granul fase dalam. PVP walaupun berfungsi sebagai pengikat
dimasukkan ke fase luar karena tidak tahan dengan pemanasan yang lama (HOPE, 2009). Selain
itu juga berfungsi sebagai disintegrant yang membantu penghancuran tablet sehingga
meningkatkan kelarutan obat dalam cairan tubuh. PVP sebagai pengikat dan disintegrant
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi sebagai
pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat cetakan pada saat
pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir dapat memperpanjang waktu
penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas, massa tablet tidak berkurang
banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk memberikan hasil yang lebih baik pada
kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum
ditambahkan sebanyak 1- 10% dan magnesium stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (HOPE,
2009).
Proses pembuatan tablet paracetamol pada praktikum ini dilakukan dengan metode
granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang
paling banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk
dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi adalah proses peningkatan ukuran dimana
partikel-partikel kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar, membentuk
aglomerat atau granul stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi dilakukan karena
sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung karena kohesivitasnya
rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.
Kesimpulan
1. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif
dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab
yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar,
2. Uji quality control yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil produksi berupa:
b. Kompresibilitas
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan. Jakarta.