2.1.1 Definisi Fondasi merupakan bagian bagunan yang berfungsi meneruskan beban pada struktur atas ke dalam tanah dimana dalam pelaksanaannya harus memperhitungkan perencanaan desain agar daya dukung yang diinginkan terpenuhi. (e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/MARET 2015/217) 2.1.2 Jenis jenis fondasi 1. Fondasi dangkal Fondasi dangkal adalah fondasi yang mendukung beban secara langsung dengan kedalmanan Df/B seperti : ⮚ Fondasi memanjang ⮚ Fondasi telapak ⮚ Fondasi rakit 2. Fondasi dalam Fondasi dalam adalah fondasi yang meneruskan beban langsung ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan dengan kedalaman Df/B>4 seperti : ⮚ Fondasi sumuran ⮚ Fondasi tiang Sumber : jurnal ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 7 No.3 Desember 2018 ISSN 2089-6697
2.1.3 Pemilihan jenis fondasi
Pemilihan jenis fondasi sangat tergantung pada sifat karakteristik tanah dasar atau tanah pendukungnya. Jenis jenis fondasi berdasarkan kondisi tanah pendukungnya menurut Sholeh (2008) adalah : a. Tanah keras terletak pada kedalaman 2-3 meter dibawah permukaan tanah maka digunakan fondasi telapak, fondasi menerus, atau rakit. b. Tanah keras terletak pada kedalaman 10-20 meter di bawah permukaan tanah maka digunakan fondasi tiang beton atau fondasi tiang apung. c. Tanah keras terletak pada kedalaman 20-30 meter dibawah permukaan tanah maka digunakan fondasi tiang gesek (bila penurunan masih diijinkan), fondasi tiang baja atau tiang beton yang di cor di tempat. d. Bila tanah keras terletak pada kedalaman 30-40 meter di bawah permukaan tanah maka digunakan fondasi kaison, atau fondasi tiang baja atau tiang beton yang di cor di tempat. e. Bila tanah keras terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter di bawah permukaan tanah maka digunakan fondasi taing baja atau tiang cor di tempat. Sumber : jurnal ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 7 No.3 Desember 2018 ISSN 2089- 2.2 PENGUJIAN SPT Daya dukung (bearing capacity) adalah kemampuan tanah di bawah dan sekitar pondasi untuk menahan beban yang bekerja dari struktur di atasnya. Daya dukung pondasi dalam dan besarnya penurunan pondasi dapat dihitung berdasarkan data tanah dari pengujian laboratorium atau pengujian di lapangan. Pengujian tanah di laboratorium dilakukan untuk memperoleh nilai sifat fisis (index properties) dan sifat mekanis (engineering properties) tanah. Pengujian di lapangan yang sering dilakukan untuk mengetahui besarnya daya dukung tanah adalah pengujian pembebanan (loading test). Berdasarkan pengujian pembebanan tersebut, besarnya daya dukung ultimit dan penurunan dapat diperkirakan. Pengujian lapangan lain yang dapat digunakan untuk mencari daya dukung tanah adalah pengujian SPT. Terdapat bebrapa grafik yang dapat digunakan untuk menentukan parameter tanah yang harus dicari melalui pengujian laboratorium. Penelitian ini dilakukan berdasarkan bebrapa pengujian di lapangan. Data pengujian lapangan yang digunakan adalah N-SPT dan pembebanan siklik (cyclic loading test) pada tiang bor. Data N-SPT akan dikorelasikan dengan sifat fisis dan mekanis tanah. Daya dukung dan penurunan fondasi dalam dapat dihitung dengan metode Meyerphof, Resse, dan White, serta interpretasi data pembebanan siklik dengan metode Davisson dan Chin. Sumber : jurnal konstruksia Volume 9 Nomer 2 juli 2018 2.2.1 Hubungan N dengan kecepatan relatif (Dr) Menurut teori Terzaghi dan Peck, hubungan nilai N dengan kerapatan relatif adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif
Nilai N Kerapatan Relatif (Dr) <4 Sangat tidak padat 4-10 Tidak padat 10-30 Kepadatan sedang 30-50 Padat >50 Sedang
Standar tentang ‘Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT’ di Indonesia
adalah SNI 4153-2008, yang merupakan revisi dari SNI 03-4153- 1996), yang mengacu pada ASTM D 1586-84 “Standard penetration test and split barrel sampling of soils” Sumber : Prayogo, dkk (2016: 33), 2.2.2 Faktor koreksi SPT Pada tanah pasir halus dan pasir kelanauan pada saat penetrasi tabung belah SPT akan timbul tegangan air pori yang cukup besar. Hal ini dapat berakibat nilai N yang diperoleh lebih tinggi dari seharusnya. Koreksi yang dianjurkan oleh Terzaghi dan Peck (1948) adalah : N = 15 + ½ (N’ – 15) Dengan N = N SPT hasil koreksi N = n SPT lapangan; bila N’ < 15 nilai N tidak perlu dikoreksi. Sumber : Harianto (2012: 5)
2.3 KAPASITAS DAYA DUKUNG TIANG
Fondasi tiang pancang dapat di bedakan menjadi : a. Tiang pancang yang dipancang masuk sampai lapisan tanah keras, sehingga daya dukung tanah untuk fondasi ini lebih ditwkankan pada tahanan ujungnya. Tiang pancang tipe ini disebut end bearing pile atau point bearing pile. Untuk tiang pancang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang pancang harus terletak pada lapisan tanah keras. b. Apabila tinag pancang tidak mencapai lapisan tanah keras, maka untuk menahan beban yang diterima tiang pancang, mobilisasi tahanan sebagaian besar ditimbulkan oleh gesekan antara tiang pancang dengan tanah. Tiang pancang seperti ini disebut friction pile. (sumber : PROF. IR. JOETATA HADIHARDAJA) 2.4 ANALISIS GAYA LATERAL Dalam analisis gaya lateral, tiang dibedakan menurut model iktannya dengan pelat penutup tiang ujung jepit (fixed end pile) dan tiang ujung bebas (free end pile). Model ikatan tersebut sangat mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral. McNulty (1956) mendefinisikan tiang ujung jepit (fixed end pile) sebagai tiang yang ujung atasnya terjepit (tertanam) dalam pelat penutup kepala tiang paling sedikit selama 60 cm (24 inci) dan sebaliknya tiang ujung bebas (free end pile) adalah tiang yang bagian atasnya tidak terjepit atau terjepit ke dalam pelat penutup tetapi kurang dari 60 cm. Sebelum menghitung kapasitas lateral tiang tunggal, terlebih dahulu menentukan perilaku tiang tersebut, apakah berprilaku sebagai tiang pendek (rigid pile) ataukah tiang panjang (elastic pile). Sumber : Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.9 September 2018 (683-692) ISSN : 2337-6732 2.5 ANALISIS BEBAN VERTIKAL Menentukan daya dukung tiang tunggal dengan beban vertikal dapat dihitung berdasarkan data-data penyelidikan tanah. Daya dukung pondasi tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan data lapangan dan data laboratorium yang terdapat pada laporan penyelidikan tanah. Perhitungan daya dukung pondasi berdasarkan data lapangan yaitu data sondir (CPT). Metode ini diantaranya dikemukakan oleh Mayerhorf ( 1956) yang menyatakan bahwa tahanan ujung tiang mendekati tahanan ujung sondir dengan rentang 2/3 qc hingga 1,5 qc dan Mayerhorf menganjurkan untuk keperluan praktis agar digunakan qp = qc .Selanjutnya tahanan selimut pada tiang dapat diambil langsung dari gesekan total ( jumlah hambatan lekat = JHL ) dikalikan dengan keliling tiang , sehingga formula untuk metode langsung dapat dituliskan : 2.6 Q ult = qp x Ap + JHL x kll Rumusan ini diambil di Indonesia dengan mengambil angka keamanan 3 untuk tahanan ujung dan angka keamanan 5 untuk gesekannya. Sehingga daya gukung ijin pondasi dapat dinyatakan dalam : 𝑞𝑝.𝐴𝑝 𝐽𝐻𝐿∗𝑘𝑙𝑙 2.7 Q ult = + ................. (2) 3 5 Keterangan : Ap = Luas penampang tiang kll = keliling tiang JHL = jumlah hambatan lekat qp = tahanan ujung tiang Sumber : Fahriani (2015: 91)