Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Teori Ilmiah

Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan
fenomena tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan dan dievaluasi menurut meode ilmiah. Teori
juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori
untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati,
kejadian-kejadian di alam atau tingkah laku hewan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas
banyak pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.
Pada sisi lain, teori dianggap juga sebagai seperangkat hubungan antara proposisi yang
bersifat logis dan dapat diuji secara emperis. Teori tersebut berupa penyimpulan generalisasi fakta-
fakta, meramalkan gejala-gejala baru dan mengisi kekosongan pengetahuan tentang gejala-gejala
yang telah ada. Dengan demikian dapat dipahami bahwa teori itu terdiri dari beberapa hal yaitu
antara lain :

1) Ada gejala yang diamati


2) Pada gejala tersebut terjalin hubungan keterkaitan, logis dan sistematis
3) Ada generalisasi, analisis deduktif
4) Bersesuaian dengan realitas, dapat dibuktikan

Kemudian kata “ilmiah” memiliki makna sesuatu yang di dasarkan atas ilmu pengetahuan.
Atas dasar yang bersifat sebagai ilmu, sehingga harus memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Kemudian kata ilmiah juga terambil dari kata “ilmu” sehingga demikian kata ilmiah dimaknai
sesuatu yang sesuai dengan metode dan prinsip keilmuan. Prinsip-prinsip ilmu antara lain: logis,
sistematis, dan dapat dibuktikan.
Teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk
memberi penjelasan mengenai sejumlah peristiwa atau fenomena. Misalnya, teori Darwin tentang
evolusi organisme hidup yang menerangkan bahwa bentuk-bentuk organisme yang lebih rumit
berasal dari sejumlah kecil bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan primitif. Organisme-
organisme tersebut, berkembang secara evolusioner sepanjang masa.
Jadi, teori ilmiah merupakan sekumpulan proposisi yang mencakup konsep-konsep tertentu
dan saling berhubungan. Kondisi saling berhubungan di antara konsep-konsep tersebut
menyajikan suatu pandangan yang bersifat utuh dan sistematik mengenai fenomena atau obyek
keilmuan yang ditelaah sehingga mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena atau obyek
keilmuan yang dimaksud. Tujuan akhir dari ilmu adalah menghasilkan teori yaitu berupa
penjelasan-penjelasan terhadap fenomena alamiah.

B. Fungsi dan Kegunaan Teori ilmiah

Teori menurut Abraham Kaplan (1964) adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang
tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan, serta
merepresentasikan fakta tersebut. Teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan
penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep
dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas, maka keberlakuannya diragukan dan teori
demikian tergolong teori semu. Lebih lanjut Littlejohn (1996) juga menguraikan fungsi teori yaitu:

1) Mengorganisasikan dan menyimpulkan. Pada saat melihat dunia, jangan dilihat dalam
kepingan-kepingan data. Sehingga dalam mengamati realitas tidak boleh melakukannya
setengah-setengah. Perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi
dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan.
Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya berupa teori yang dapat dipakai
sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya
2) Memfokuskan. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan banyak
hal, sehingga aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.
3) Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya.
Penjelasan ini dimaksudkan untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan dan juga
menginterpretasikan fenomena-fenomena tertentu. Penjelasan lain juga mengatakan,
bahwa teori-teori menyediakan tonggak-tonggak penunjuk jalan untuk menafsirkan,
menerangkan dan memahami kompleksitas dari hubungan-hubungan manusia.
4) Mengamati. Teori tidak terbatas pada penjelasan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi
juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Terutama bagi teori-teori yang
memberikan definisi-definisi operasional, teoretikus bersangkutan memberikan
kemungkinan indikasi yang paling tepat mengenai apa yang diartikan oleh suatu konsep
tertentu. Sehigga petunjuk-petunjuk menjadi patokan untuk diikuti dalam usaha mengamati
seluk-beluk yang diuraikan oleh teori itu.
5) Membuat prediksi. Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan
maka harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi. Apabila hal-
hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang.
6) Heuristis (membantu proses penemuan). Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa
suatu teori yang baik melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus dapat merangsang
timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya.
7) Mengkomunikasikan pengetahuan. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka
terhadap kritikan-kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
8) Kontrol/mengawasi. Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana
teoretikus berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu. Teori dapat
berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
9) Generatif. Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran interpretif dan
teori kritis. Dalam aliran ini teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan
kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.

Fungsi teori ilmiah dalam penelitian:

1) Sebagai acuan dalam pengkajian suatu masalah.


2) Sebagai dasar dalam merumuskan kerangka teoritis penelitian.
3) Sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis.
4) Sebagai informasi untuk menetapkan cara pengujian hipotesis.
5) Untuk mendapatkan informasi historis dan perspektif permasalahan yang akan diteliti.
6) Memperkaya ide-ide baru.
7) Untuk mengetahui siapa saja peneliti lain dan pengguna di bidang yang sama.

C. Metode keilmuan

Metode keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Dalam hal tertentu,
metode keilmuan juga dipandang sebagai suatu rangkaian prosedur tertentu yang harus diikuti dan
juga merupakan sebuah teori pengetahuan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari suatu
permasalahan atau pernyataan tertentu. Metode keilmuan lebih merupakan prosedur keilmuan
yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara atau teknik untuk
mengembangkan pengetahuan yang ada untuk mencapai pengetahuan baru yang disebut ilmu.
Secara singkat, metode keilmuan adalah sebuah teori pengetahuan yang dipergunakan manusia
dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pernyataan.
Gabungan antara pendekatan rasional dan empiris dinamakan metode keilmuan.
Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme
memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Kedua metode ini, yang
dipergunakan secara dinamis, menghasilkan pengetahuan yang konsisten dan sistematis serta
dapat diandalkan, karena pengetahuan telah teruji secara empiris. Suatu penjelasan yang belum
teruji secara empiris hanyalah merupakan hipotesis atau dugaan. Hipotesis inilah yang kemudian
kita uji kebenarannya secara empiris. Kalau ternyata pengujian secara empiris mendukung
hipotesis yang diajukan tersebut, maka hipotesis tersebut adalah benar secara keilmuan. Demikian
juga sebaliknya, hipotesis akan ditolak kebenarannya kalau pengujian secara empiris tidak
mendukung pernyataan yang dikandungnya.

D. Langkah dalam Metode Keilmuan

Proses untuk mendapatkan pengetahuan keilmuan dalam semua bidang ilmu adalah sama.
Meskipun terdapat perbedaan mengenai objek yang ditelaah dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial, dan hal ini menyebabkan pengembangan teknik-teknik yang berbeda sesuai dengan
bidangnya, namun teknik-teknik tersebut diperkembangkan dalam rangka melaksanakan metode
keilmuan yang sama.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku “Ilmu Dalam Perspektif” metode keilmuan
meliputi rangkaian langkah-langkah sebagai berikut:

1) Observasi: Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi; dia mengumpulkan
dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang diselidikinya.
2) Hipotesis: Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dia merumuskan dugaannya dalam
sebuah hipotesis, atau teori, yang menggambarkan sebuah pola, yang menurut
anggapannya, ditemukan dalam data tersebut.
3) Ramalan: Dari hipotesis atau teori, dikembangkanlah deduksi. Deduksi ini, jika teori yang
dikemukakan itu memenuhi syarat, akan merupakan suatu pengetahuan baru, yang belum
diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori
tergantung dari kemampuannya untuk menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru
ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian menujum hari depan, namun menduga apa
yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu.
4) Pengujian kebenaran: Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran
ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai dari tahap ini maka keseluruhan tahap-tahap
sebelumnya berulang seperti sebuah siklus. Jika ternyata teorinya didukung oleh data,
maka teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat
ramalan yang lebih spsesifik dan mempunyai jangkauan yang lebih jauh, di mana ramalan
ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya dia menemukan beberapa penyimpangan
yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, jika dikemukakan
bertentangan dengan fakta, dia menyusun hipotesis baru yang sesuai dengan fakta-fakta
yang telah dia kumpulkan, dan hipotesis baru tersebut kembali diuji kebenarannya melalui
langkah 3 dan langkah 4 dan demikian seterusnya. Tidak ada kebenaran yang bersifat akhir
dalam ilmu, karena meskipun benar bahwa kegagalan dalam menolak sebuah hipotesis
akan mempertebal keyakinan kita pada hipotesis tersebut, namun tak ada pengujian berapa
pun jumlahnya yang mampu membuktikan bahwa hipotesis itu akan selalu benar.

Langkah-langkah metode keilmuan melalui perspektif Stanley M. Honer dan Thomas C. Hunt.

1) Kesadaran dan perumusan masalah. Ketika manusia menemukan beberapa kesulitan dalam
menghadapi dunia ini dalam rangka memecahkan kesulitan tersebut secara berakal, maka
pemikiran akan mulai berbentuk. Atau dengan kata lain, manusia menciptakan masalah
dan mengajukan sesuatu yang menurut pikirannya adalah pertanyaan yang dapat dijawab.
Tanpa adanya suatu masalah yang didefinisikan secara jelas, manusia tidak akan
mempunyai jalan untuk mengetahui fakta apa yang harus dikumpulkan. Metode keilmuan
pada tahap permulaan ini menekankan kepada pernyataan yang jelas dan tepat dari sebuah
masalah. Tahap permulaan metode keilmuan menganggap dunia sebagai suatu kumpulan
objek dan kejadian yang dapat diamati secara empiris.
2) Pengamatan dan pengumpulan data. Tahap ini merupakan sesuatu yang paling dikenal
dalam metode keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan
kepada pengumpulan data ini maka banyak orang yang menyamakan keilmuan dengan
pengumpulan fakta. Pengamatan teliti yang dimungkinkan oleh terdapatnya berbagai alat,
yang dibuat manusia dengan penuh akal, memberikan dukungan yang dramatis terhadap
konsep keilmuan sebagai suatu prosedur yang pada dasarnya adalah empiris dan induktif.
Tumpuan terhadap persepsi indra secara langsung atau tidak langsung, dan keharusan
untuk melakukan pengamatan secara teliti, seakan menyita perhatian kita terhadap segi
empiris dari penyelidikan keilmuan tersebut.
3) Penyusunan dan klasifikasi data. Tahap metode keilmuan ini menekankan kepada
penyusunan dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis, dan kelas-kelas. Untuk semua cabang
ilmu, usaha mengidentifikasi, menganalisis, membandingkan dan menafsirkan, serta
membedakan fakta yang relevan.
4) Perumusan Hipotesis. Fakta tidak berbicara untuk diri mereka sendiri. Dalam dunia yang
ditelaah ilmu, sekelompok molekul atau sel tidak meloncat-loncat, melambaikan tangan,
bersuit-suit, atau mengatakan, "Hai, lihat saya! Di sini! Saya adalah batu, atau pohon, atau
kuda". Apanya suatu benda tergantung kepada merek yang diberikan manusia kepada
benda tersebut. Bagaimana suatu benda bisa dijelaskan tergantung kepada hubungan
konseptual yang dipakai untuk menyorot benda tersebut. Kenyataan ini membawa kita
kepada salah satu segi yang paling sulit dari metodologi keilmuan yakni peranan dari
hipotesis. Hipotesis diajukan secara khas dengan dasar coba-coba (trial and error).
Hipotesis hanya merupakan dugaan yang beralasan, atau mungkin merupakan perluasan
dari hipotesis terdahulu yang telah teruji kebenarannya, yang kemudian diterapkan pada
data yang baru. Hipotesis ini juga mengungkapkan kepada kita syarat mana yang harus
dipenuhi dan pengamatan apa yang diperlukan jika kita ingin menguji kebenaran dari
dugaan kerja tersebut.
5) Deduksi dan hipotesis. hipotesis dapat menolong kita dalam memberikan ramalan dan
menemukan fakta baru. Penalaran deduktif, yang sedemikian penting dalam tahap hipotesis
ini, ditunjukkan oleh fakta bahwa kebanyakan apa yang kita kenal sebagai pengetahuan
keilmuan adalah lebih bersifat teoretis daripada empiris.
6) Tes dan pengujian kebenaran (verifikasi) hipotesis. Pengujian kebenaran dalam ilmu
berarti mengetes alternatif-alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang
sebenarnya atau lewat percobaan. Dalam hubungan ini, maka keputusan terakhir terletak
pada fakta. Konsekuensinya, bila fakta yang diperoleh tidak mendukung hipotesis maka
hipotesis tersebut harus diubah dengan hipotesis lain dan proses penelitian atau
penyelidikannya diulangi kembali
E. Konsep, Model dan Hipotesis dalam Metode Keilmuan

Pengetahuan keilmuan haruslah bersifat umum, sebab suatu pernyataan yang bersifat
umum akan mempunyai ruang lingkup yang luas, dan dengan demikian hal itu sangat
memudahkan kita. Tujuan utama kegiatan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang bersifat
umum dalam bentuk teori, hukum, kaidah, asas dan sebagainya.
Tata langkah dalam metode keilmuan melibatkan berbagai konsep dan hipotesis. Konsep
merupakan alat yang penting untuk pemikiran terutama dalam hal penelitian. Konsep dalam
metode keilmuan terwujud di dalam model dan hipotesis. Model adalah suatu gambaran abstrak
yang diperlukan sekelompok fakta atau gejala. Misalnya, dalam penelitian terhadap pendidikan
tinggi, dapat digunakan model sebagai gambaran abstrak suatu sistem yang mempunyai tiga
bentuk, yaitu input, proses, dan out put. Unsur yang diperlukan sebagai input adalah mahasiswa
serta sarana dan prasarana seperti buku pelajaran atau perpustakaan dan laboratorium. Sementara
itu, out put adalah sarjana yang dihasilkan atau dikonversikan melalui proses pembelajaran dan
ujian. Model juga dapat diambil dari benda fisik yang ada. Misalnya, model sebuah piramida yang
digunakan dalam penelaan atau penjelasan mengenai struktur sesuatu masyarakat. Hipotesis
adalah suatu kerangka yang bersifat sementara untuk kepentingan pengujian dan pengkal
penyelidikan lanjut demi untuk pembuktian yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.statistikian.com/2012/10/teori-ilmiah.html Diakses pada 6 Desember 2019 pukul 15.05 WIB

http://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=14 Diakses pada 30 November 2019 pukul 13.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai