Anda di halaman 1dari 25

Pilih Bahasa▼

BALITBANGHAM

Beranda Maraknya Budaya Seks Bebas di Era Globalisasi: Suatu Refleksi Moral

Maraknya Budaya Seks Bebas di Era Globalisasi: Suatu Refleksi Moral

Category Artikel Populer By webmin 14:07:10, 28 Desember 2016 58857 1 Komentar

Maraknya Budaya Seks Bebas di Era Globalisasi: Suatu Refleksi Moral

Gabriella Apriliana-Pelajar pada SMA Mardi Yuana Bogor

Juara I Lomba Menulis Artikel Populer Hukum dan HAM Tingkat Pelajar SMU/Sederajat Se-Jabodetabek
untuk tema: Tolak Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar

photo google.com

A. Pendahuluan

Masa pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa yang dimulai umur 8
– 14 tahun (Agustiani:2006). Mengutip pandangan Sarlito W.Sarwono dalam buku yang berjudul
Psikologi Remaja,bahwa pada masa pubertas inilah masa di mana mereka mencari jati diri dan arti dari
hidup. Pada masa-masa ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar dalam segala hal. Tak
heran apabila beberapa diantara mereka seringkali mengambil keputusan yang berisiko hanya untuk
merasakan hal-hal yang belum mereka ketahui, termasuk misteri seksualitas. Banyak diantara mereka
yang merasakan tidak sabar akan hal tersebut.

Di era globalisasi seperti yang kita alami saat ini, remaja harus terselamatkan dari dampak negatif
globalisasi. Globalisasi memiliki arti mendunia yang ibaratnya kebebasan. Banyak kebudayaan-
kebudayaan asing yang masuk, sementara budaya tersebut tidak cocok dengan kebudayaan kita yang
ketimuran(http://da-pe-t.blogspot.co.id). Sebagai contoh kebudayaan seks bebas yang marak terjadi di
budaya barat yang tidak cocok dengan kebudayaan kita serta bertolakbelakang dengan dasar negara kita,
Pancasila.Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang.Istilah “bebas” yang dimaksud
adalah melewati batas-batas norma yang ada.Masalah seks bebas ini sering muncul baik di lingkungan
maupun di media massa.

Pada saat ini kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkkaatirkan. Sebanyak 63% remaja
sudah pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihnya maupun orang sewaan untuk memuaskan
hawa nafsu mereka (daerah.sindonews.com). Hal ini terbukti pada saat Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) dan Kemenkes melakukan survei pada Oktober 2013 dilansir dari data
m.kompasiana.com. Persentase yang cukup besar ini sangat memprihatinkan dan menarik perhatian.
Terlebih hal tersebut dilakukan rata – rata dalam hubungan yang belum sah.

Kasus serupa yang dilansir dari data http://daerah.sindonews.com, bahwa tercatat hingga bulan Juni
2016 setidaknya ada 47 siswi SMA dan SMP yang hamil akibat seks bebas yang mereka lakukan. Data di
Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo,misalnya, mengatakan ada 47 pelajar SMA dan SMP yang hamil
serta putus sekolah. Sangat mengharukan apabila generasi penerus bangsa ini dirusak oleh hal – hal yang
seharusnya belum mereka jajaki.

Seks bebas yang tak lazim untuk dilakukan ini memiliki dampak dalam berbagai hal, yaitu mental,
psikologi,dan kesehatan reproduksi.

Data http://daerah.sindonews.com menyebutkan bahwa 10 mahasiswa di Tulungagung tertular HIV/AIDS


setelah melakukan seks bebas. Mereka terinfeksi HIV/AIDS diakibatkan pasangannnya seringkali bergonta
– ganti pasangan. Dapat dilihat bahwa akibat adanya seks bebas ini adalah munculnya penyakit serius
yang tidak hanya membahayakan diri sendiri namun juga membahayakan orang lain.

Permasalah seks bebas pada remaja adalah permasalahan yang serius dan segera perlu diatasi agar tidak
menyebabkan generasi penerus bangsa yang tidak ber-Pancasila. Remaja adalah calon generasi penerus
bangsa yang memegang kunci masa depan bangsa ini. Berdasarkan data dan kasus yang terjadi, maka
masalah yang perlu kita bahas adalah refleksi tentang penyebab, dampak, dan solusi untuk menangani
maraknya budaya seks bebas di era globalisasi ini.

B. Refleksi tentang Penyebab Munculnya Budaya Seks Bebas

Awal mula seorang remaja terjerumus untuk melakukan seks bebas tidak mungkin langsung begitu saja
terjadi. Pasti ada hal yang menyebabkan mereka ingin melakukan hal tersebut. Berikut adalah faktor-
faktor yang menyebabkan remaja melakukan seks
bebas :

1. Kekuatan iman yang memudar

Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam
menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Seseorang
dapat melakukan seks bebas karna kurangnya keimanan dalam dirinya. Oleh sebab itu sejak dini para
remaja dan mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan tentang agamanya sendiri, karna agama
adalah fondasi bagi hidup kita. Jika pengetahuan tentang agama saja kurang, apalagi pengetahuan diluar
agama tentu sangat kurang.

2. Kurangnya perhatian orang tua.

Orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan seorang anak karena perhatian orang tua sangat
diperlukan oleh seseorang karna orang tualah yang paling dekat dengan anak. Apabila orang tua kurang
memberi pengarahan serta pengetahuan maka seorang anak akan mudah terjerumus dalam hal – hal
yang buruk. Tetapi ada juga anak yang memang memiliki kepribadian buruk, walaupun orang tuanya
sudah memberikan perhatian yang cukup serta pengarahan yang cukup pula, anak yang tergolong
memiliki keprobadian buruk akan senantiasa tidak mendengarkan perkataan orang tuanya. Hal tersebut
akan meninggalan penyesalan pada akhir perbuatannya

3. Rasa ingin tahu

Pada usia remaja keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya
mengatakan bahwa sensasi seks terasa di awang – awang , ditambah lagi adanya infomasi yang tidak
terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan yang tanpa mereka sadari bahwa percobaan tersebut berbahaya.

4. Tontonan tidak mendidik

Di era globalisasi ini, banyak sekali tontonan yang sangat merusak melalui perantara internet maupun
televisi. Tontonan yang baik menghasilkan perilaku yang baik dan tontonan yang buruk menghasilkan
perilaku yang buruk. Di era ini, banyak sekali tontonan “panas” yang menjadi asupan remaja. Hal ini
sangat mendorong remaja untuk menirukan apa yang mereka lihat karena keingintahuan mereka yang

sangat besar.
5. Rendahnya pengetahuan tentang bahaya seks bebas.

Bagi mereka yang pernah merasakan seksualitas, seks bebas adalah suatu hal yang wajar bagi pergaulan
mereka. Faktor pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang tinggi, kurangnya pengetahuan
akan dampak dan akibat akan hal yang akan dilakukan dapat memudahkan untuk terjerumus ke dalam
hal-hal yang negatif.

6. Salah bergaul

Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi para remaja. Apabila seorang remaja sudah
salah dalam memilih teman maka akibatnya akan fatal. Memilih teman berarti memilih masa depan,
maka siapapun yang ingin masa depannya cerah ditengah bekapan arus globalisasi, serta luas ilmu dan
wawasannya, maka ia harus pandai dalam memilih teman.

Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi
semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan
atau agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali.
Namun hal yang terpenting adalah memperkuat iman setiap remaja. Karena jikalau iman remaja
tersebut kuat, untuk melakukan hal yang dianggapnya menyimpang pun takkan dilakukan.

C. Refleksi tentang Dampak Negatif Budaya Seks Bebas

Budaya Seks bebas lebih banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan dan martabat kaum
remaja atau dewasa yang melakukannya. Dampak negatif tersebut adalah:

1. Hilangnya harga diri

Hilangnya kehormatan dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia serta
merusak masa depannya, dan meninggalkan memori buruk yang berkepanjangan bukan saja kepada
pelakunya bahkan kepada seluruh keluarganya. Kehormatan sangat penting bagi setiap manusia,
terutama pada wanita. Jika kehormatan tersebut sudah hilang maka akan jelas terlihat perbedaannya
dengan wanita yang masih menjaganya.

2. Prestasi menurun

Apabila seorang remaja sudah melakukan seks bebas, maka pikirannya akan selalu tertuju pada hal
negatif tersebut. Rasa ingin mengulanginya selalu ada, sehingga tingkat kefokusannya dalam mengikuti
proses belajar akan menurun. Malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya dapat
menurunkan prestasi remaja tersebut.
3. Hamil di Luar Nikah

Hamil diluar nikah akan sangat menimbulkan masalah bagi pelaku. Terutama bagi remaja yang masih
sekolah, pihak sekolah akan mengeluarkan pelaku jika ketahuan siswanya kedepatan ada yang hamil.
Sedangkan bagi pelaku yang kuliah hamil diluar nikah akan menimbulkan rasa malu yang luar biasa
terutama orang tua.

4. Aborsi dan Bunuh Diri

Terjadinya hamil diluar nikah akibat seks bebas akan menutup jalan pikiran pelaku, guna menutupi
keburukan ataupun mencari jalan keluar agar tidak merusak nama baik dirinya dan keluarganya hal
tersebut dapat berujung pada pembunuhan janin melalui aborsi bahkan bunuh diri.

5. Tercorengnya Nama Baik Keluarga

Semua orang tua akan merasa sakit hatinya jika anak yang dibangga-banggakan juga diidam-idamkan
hamil diluar nikah. Nama baik keluarga akan tercoreng karna hal tersebut, dan hal tersebut akan
meninggalkan luka yang mendalam dihati keluarga.

6. Tekanan Batin

Tekanan batin yang mendalam dikarenakan penyesalan. Akibat penyesalan tersebut pelaku akan sering
murung dan berpikir yang tidak rasional.

7. Terjangkit Penyakit

Mudah terjangkit penyakit HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin yang mematikan, seperti penyakit
herpes dan kanker mulut rahim. Jika hal tersebut terus dilakukan, penyakit tersebut dapat
menularkannya pada orang lain disekitarnya dan cukup membahayakan.

D. Refleksi Moral Menangkal Budaya Seks Bebas

Tidak ada suatu persoalan atau masalah yang tanpa solusi. Persoalan seks bebas harus ditangani oleh
orang tua, sekolah, Pemerintah, dan remaja sendiri. Diperlukan refleksi moral untuk menangkalnya.
Berikut refleksi moral yang dapat dilakukan untuk menangkal budaya seks bebas:
1. Hindari lingkungan yang buruk

Lingkungan merupakan area bersosialisasi setelah keluarga. Ketika lingkungan yang digunakan untuk
bersosialisasi bukanlah lingkungan yang baik, maka perilaku menyimpang dapat saja terjadi. Menjadi
pekerjaan orang tualah untuk mendidik anaknya supaya dapat mengerti baik dan buruk suatu perilaku
sejak dini. Namun terkadang karena kesibukan dari orang tua maka anak yang tidak mendapat
pengawasan dengan baik dan akhirnya banyak dari mereka yang terjerumus pada pergaulan bebas.

Banyak dari orang tua yang berdalih jika pekerjaan mereka adalah untuk kebutuhan anak juga. Hal ini
memang dibenarkan namun ketika anak merasa diabaikan maka sebagai pelampiasannya, anak akan
dengan mudah bergaul dengan pergaulan yang salah. Solusi yang tepat untuk hal ini tentu dapat
dilakukan dengan cara membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk mengurusi serta
memperhatikan anak-anak dengan baik.

2. Batasi waktu keluar rumah

Waktu untuk bersosialisasi memang penting namun harus ada aturan dan batas-batasannya. Batasan
dan aturan di dalam keluarga, harus dibicarakan dengan seluruh anggota keluarga agar nyaman satu
dengan yang lain. Aturan yang dibuat tersebut dapat digunakan untuk membatasi ruang lingkup anak
supaya tidak terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat.Terutama pada malam hari, sebaiknya anak
tidak boleh keluar kecuali ada hal yang mendesak atau dapat pula dengan didampingi oleh orang tua.
Tidak adanya batasan waktu, membuat seorang anak akan lebih bebas sehingga dampak dari pergaulan
bebas pun tidak dapat dielakkan.

3. Isi waktu kosong

Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu yang kosong dengan kegiatan yang
bersifat positif. Mengisi waktu kosong menghindarkan diri dari sikap bermalas-malasan atau bahkan
pergi keluar untuk bergaul dengan mereka yang telah terjerumus. Untuk remaja, isilah waktu kosong
dengan kegiatan – kegiatan yang mendukung keahlian ataupun kemampuan seperti ekstrakurikuler dan
organisasi. Dengan begitu, waktu akan terisi oleh hal – hal yang bernilai.

4. Jangan salah bergaul

Bagi remaja yang kini sedang pubertas, mereka pasti akan memilih teman yang mengasyikan daripada
yang baik. Walaupun tidak boleh membeda – bedakan teman, tapi ada baiknya apabila memilih teman
yang memang baik untuk masa depan kita. Memilih teman yang dalam artian tidak menjerumuskan kita
pada kondisi yang buruk. Apabila seorang remaja sudah memiliki teman yang “tidak benar” maka

secara tidak sadar remaja tersebutakan terbawa arus yang “tidak benar”

5. Memperdalam iman

Kuatnya iman dan dekatnya hubungan remaja dengan Tuhan-nya akan membawa mereka jauh dari kata
dosa. Semakin banyak kita memperdalam dan memperkuat iman, maka semua ajaran yang menyimpang
pun sudah pasti tidak akan dilakukan. Kuatnya iman inilah yang membawa mereka jauh dari terjerumus
kata dosa.

6. Tidak mencoba-coba

Masa remaja yang dipenuhi dengan teka – teki sehingga mengakibatkan rasa ingin tahu yang besar
membuat remaja ingin mencoba hal – hal baru. Memang wajar sekali remaja memiliki perasaan
tersebut, tapi ada baiknya dipilah terlebih dahulu apa yang harus di coba dan tidak. Hal – hal yang harus
mereka coba adalah sesuatu yang bersifat positif dan membawa mereka pada keberhasilan. Mencoba
sesuatu yang bersifat negatif akan membawa mereka pada hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

7. Peranan Orang Tua

Orang tua dan keluarga adalah lingkungan yang terdekat dengan remaja. Pengawasan orang tua dalam
perkembangan remaja haruslah intensif. Orangtua harus meluangkan waktunya bersama anak – anak
mereka agar anak – anak tersebut merasa diperhatikan. Rasa diperhatikan inilah yang membuat remaja
akan selalu nyaman berada dirumah. Walaupun begitu, orang tua juga harus bisa menjadi teman

bagi anak – anak mereka agar nantinya mereka akan selalu merasa lengkap berada di lingkungan
keluarga.

E. Simpulan

Terjadinya seks bebas di kalangan remaja dikarenakan banyak faktor, yang paling utama adalah pesatnya
perkembangan jaman. Hal tersebut membuat pergaulan menjadi bebas sehingga banyak remaja yang
bergaul tanpa batasan dan etika. Dari faktor-faktor penyebab seks bebas yang terurai diatas, dapat
diketahui bahwa hal – hal tersebut harus diperhatikan dan harus dihindarkan dari remaja. Mengetahui
dari dampak- dampak yang dihasilkan seks bebas, ternyata itu sangat mempengaruhi masa depan
remaja. Bayangkan apabila seorang remaja yang hamil akibat seks bebas itu dengan terpaksa harus
putus di bangku sekolah akibat ulahnya. Bilamana seorang remaja ternyata terinfeksi oleh penyakit HIV,
pastilah remaja itu harus diasingkan agar tidak menularkan penyakit. Dari dampak- dampak diatas,
dikethaui bahwa ada baiknya remaja dari sedini mungkin sudah diberikan pemahaman yang benar
mengenai seks bebas. Perlu ada dan diingatkan terus untuk melakukan refleksi moral agar kelak remaja
tersebut mengerti mengenai seks bebas dan paham dengan risiko yang ditanggung apabila
melakukannya. Remaja harus berkembang menjadi dewasa tanpa seks bebas dan narkoba.

REFERENSI

http://cintalia.com/kehidupan/tips-kehidupan/cara-menghindari-pergaulan-bebas

https://www.scribd.com/doc/141837554/Makalah-Seks-Bebas-Dikalangan-Remaja

http://www.ramuanintim.com/cara-menghindari-seks-bebas-di-kalangan-remaja-dan-orang-dewasa

http://daerah.sindonews.com/read/1129869/23/parah-akibat-seks-bebas-47-siswi-di-ponorogo-hamil-
1470728031

http://daerah.sindonews.com/read/1065114/23/lakukan-seks-bebas-10-mahasiswa-di-tulungagung-
tertular-hiv-aids-1448632673

http://www.kompasiana.com/rumahbelajar_persada/63-persen-remaja-di-indonesia-melakukan-seks-
pra-nikah_54f91d77a33311fc078b45f4

Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Persada

Komentar (1)

gadai bpkb mobil

salah satu faktor terbesar budaya adalah kemajuan teknologi, karena saat ini kita sudah banyak lihat
begitu banyak penggunaan gadget dan penyalahgunaan internet oleh remaja saat ini.

2017-03-10 | 19:57:52

About

Ikuti perkembangan informasi kami. Masukkan e-mail Anda dan berlangganan informasi dari produk
kami.
Email Address

Copyright © 2016 BALITBANGKUMHAM.

Berita Terbaru

Menteri Yasonna Dikukuhkan Jadi Guru Besar PTIK ...

BALITBANGKUMHAM TERIMA JDIHN AWARDS ...

Balitbangkumham dan UKI Sepakati Kerjasama ...

Balitbangkumham Buat Aplikasi Survey IPK/IKM ...

Balitbangkumham diminta Kaji Integrasi Pengaduan M ...

Visitor

511

Visitor Hari Ini

2071

Hits Hari Ini

387832

Jumlah Visitor

Tentang kami

Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 4-5, Jakarta Selatan 12920

[ t ] 021- 2525015 / [ f ] 021-2526438


[ Pengaduan ] 0852 1580 4784

LINE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk salah satu bentuk perilku menyimpang yang mana
“Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas batas norma ketimuran yang ada. Mesalah pergaulan
bebas ini sering kita dengar baik dilingkungan maupu dari media masa. Remaja adalah individu labil
yang emosionalnya sangat rentan pengetahuan yang minim dan ajakan teman yang bergaul bebas
membuat makin berkurangnya potensi generasi muda dalam kemajuan zaman.

Pergaulan Bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain dan hubungan antar manusia melalui suatu pergaulan ( interpersonal
relationship)

Pergaulan adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh
bibatasi dalam pergaulan, apalagi melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
perhgaulan manusia hendaknya bebas, tetapi tetap mematui norma, hukum,norma agama,Budaya,serta
norma bermasyarakat, jadi klo secara medis kalau pergaulan bebas namun tidak teratur terbatasi aturan
aturan dan norma norma hidup manusia tentunya tidak menimbulkan akses akses seperti saat ini.

Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa kea rah yang lebih baik yang
mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri
sendiri,keluarga,dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan perhatian
khusus,baik oleh dirinya sendiri,orang tua,dan masyarakat sekitar.

Banyak kita basa di media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya remaja yang
berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan dirinya
sendiri,keluarga dan masyarakat sekitar.

Pada makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas terhadap
remaja.

1.2 Pembatasan masalah


Kesempatan ini kami hanya akan membatasi pengaruh media massa,media elektronik terhadap
pergaulan remaja. Media massa (cetak) perlunya remaja membaca hal-hal yang positif.Dan media
elekronik,tayangan-tayangan di televisi yang dapat merusak aqidah dan moral remaja tidak layak untuk
ditonton oleh para remaja missal tayangan yang berbau misteri dan film-film yang berbau alam gaib.

1.3 Tujuan

Makalah ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah pergaulanny yaitu
dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya sendiri,keluarga,dan masyarakat
sekitar.

Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas.Maka dari itu perlu kiranya remaja
membentengi diri denan iman yang kuat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pergaulan bebas

Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” ( Dunia Gemerlap ), yang sudah
menjadi rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali pemakaian Narkoba, ini identik dsekali dengan
sek bebas yang akhirnya berujung pada HIV /AIDS dan pastinya setelah terkena Virus ini kehidupan
remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi
Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat
mengawatirkan dikarenakan perkembangan arus remajanya pada saat ini sangant mengkhawatirkan
bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat
bergantung pada generasi muda.

2.1 Pengertian Remaja

Kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling tak terlupakan adalah masa
remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi dengan pengalaman tentang patah
hati,konflik batin,dan kesalahpahaman selain masa remaja. Kita masih dapat mengingat antara rasa sakit
dan kebahagiaan bercampur menjadi satu yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan kenangan
betapa kita disalahpahami, betapa kita begitu sering dan cepat berubah-rubah,betapa kita begitu
mengharapkan penerimaan,dan betapa kita begitu merasakan kesepian dan kesendirian.

Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita merasa
heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada masa remaja,saat yang penuh
gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu banyak persoalan jika tidak disikapi
secara arif dan bijak.

Remaja seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris ”remaja” juga
disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi remaja tidak hanya dapat
diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari kehidupan yang penuh dengan
keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal lawan jenis.

Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan norma-norma
baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada masa remaja juga kita pada
umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita dengan orang tua dan teman-teman
sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di satu sisi,teapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan
diri sepenuhnya dari pengawasan dan ketergantungan kita dari orang tua.

2.2 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis


Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap perkembangan
psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun
ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada
masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya
orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper
semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan
perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak,
berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan
tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang
kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum
dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan
yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia
remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa perubahan
suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian
tubuh tertentu bagi perempuan.

Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi secara
lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang secara
lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari
pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa
pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum
sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah
mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.

Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia
dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah
mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung
pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan
aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa
kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri
meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-
diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama
dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah
untuk menemukan diri kita. Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan
menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg
diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi
masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan
kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg
lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki sedikit peran dan
pengaruh.

Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber”
kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan
kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber”
sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan
fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya
kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat
perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin. Terlihat pula
adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan social,
yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua, pembentukan rencana hidup
dan system nilai-nilai yg baru. Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan
masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan
pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di
dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap
penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-
perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang. Tokoh lain, Ana
Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg meliputi perubahan-
perubahan berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan
orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari
kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.
Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri kita
pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan diri kita, yg
tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami perubahan baik pada diri kita maupun
kehidipan sehari-hari.

Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja” dengan
pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat
pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka
sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada
saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia
11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi
di atas 12 tahun. 2.3 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja

Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi social dari pada
sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan dengan insting-insting yg dimilikinya.
Insting, berdasarkan definisinya, merupakan sebuah atribut bagi seseorang individu. Kebutuhan
mengisyaratkan kerjasama ( cooperation ) kelompok untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan
perhatian dari individu kepada masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun digunakan
oleh suatu kelompok untuk memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan mendapatkan pelbagai
perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang individu.

Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari kebutuhan-kebutuhan
psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai kebutuhan-kebutuhan remaja adalah
bahwa pada mas remaja pada umumnya kita merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan
pengakuan. Di usia ini kita seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita
monotomi [bukan otonomi], rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-
kadang dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau pemenuhan
atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental. Salah satu kebutuhan psikologis kita yg paling
penting dan juga kebutuhan seluruh manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan kasih saying dalam lingkungan dekat dalam rumah,
penghormatan di antara teman-teman kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg
mengajar kita. Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap usia yg berbeda
dan dalam hubunganya dengan orang-orang berbeda. Tetapi kebutuhan ini tampaknya muncul dari
watak esensial manusia sebagai makhluk social sebagai anggota kelompok sosisal tertentu. Pengalaman
akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada rasa aman yg kemudian
membentuk salah satu bahan penting untuk kesehatan mental semangat juang dari warga sipil atau
tentara yg karena diperkuat oleh perasaan ini, mampu menghadapi pelbagai kesulitan dan kekecewaan
tanpa kecemasan yg berlebihan. Hilanhnya perasaan ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg
kemudian dapat memeunculkan penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak
diinginkan pada masa balitanya lebih besar kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg sulit diatur dan
akan menyulitkan para gurunya pda usia sekolah.

Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki kebutuhan untuk “memberi
dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan penghormatan, mengekspresikan
penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M. Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg
merugikan akibat dihalanginya komplemen atas penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini
larangan atas kasih saying dalam bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai
kepuasaan-kepuasaan pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa ataau atas kesenangan.

Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk mengalami
“petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls organisme manusia terhadap
pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya pada pertumbuhan fisikal semata.
Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran
hingga kematiannya. Pada masa kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan,
rumah, atau jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup
pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau dewasa,
kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas pengetahuan mengenai suku, bangsa
atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah lainnya ditandai dengan pengalaman akan
hasilan pengakuan yg diberikan olah kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah
kemenangan baru telah diraih.

Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian jawaban atas
pelbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam peradabanyg kita kenal dengan
baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya, pertanyaan berkaitan dengan mengapa hal-hal itu
terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil secara langsung
sejalan dengan pemikiran keagamaan atau filosofis dari seorang remaja atau dewasa. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut tampaknya diasosiasikan dengan kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan
wawasan berkaitan dengan pengalaman yg terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga terus bergeser
daru umat manusia sebagai makhluk sosial dalam pelbagai kelompok sosial dimana anak itu merupakan
salah seorang anggotanya.

Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini adalah kebutuhan
untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk memberi sumbangan secara progresif
melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok. Seorang anak kecil yg berbahagia dalam
kehidupan keluarganya pada umumnya dapat dilibatkan untuk melakukan kerjasama aktif dalam
kehidupan keluarga. Seorang anak kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas ringan” dengan
ibu atau ayahnya, maupun dengan saudara-saudaranya. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa
percaya diri dan tanggung jawab pada si anak agar si anak merasa aman dan nyaman di rumahnya
sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg kita miliki sebagai remaja mempunyai keterkaitan satu sama lain yg
tidak dapat dipisahkan.

2.4 Pergaulan Bebas

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam pergaulan yg
terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas dasar suka sama suka. Tidak ada
lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada lagi pertimbangan berdasarkan hati nurani dan
akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau
akibat dari pergaulan bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah,
perasaan minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.

Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti akibat belum
adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi, dari pelbagai berita di media
massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil penelitian mengenai kehamilan di luar nikah,
terlepas dari keabsahan penelitian tersebut, menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di
luar nikah cenderung selalu meningkat dari tahu ke tahun.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan intensitas angka
kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai
kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum
nikah. Penalitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106
orang meminta induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami
kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden (28,8%)
berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada tahun 1989 di
Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak dikehendaki yg terkumpul di klinik
WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari data yg terkumpul terungkap bahwa 95 persen
kehamialn adalah kehamilan pada remaja berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan, 47 persen remaja
tersebut duduk di tingkat SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan bahwa data dari klinik dan
praktik dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456 kasus kehamilan remaja dalam
setahun. Tentu saja kasus yg terjadi sebenarnya berbeda dari laporan penelitian tersebut. Boleh jadi
angkanya jauh lebih besar mengingat ada sebagian kasus yg luput dari penelitian atau tidak terdektesi
oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating ke “tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.

Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari penangan atas masalah
tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa
dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja
yg hamil di luar nikah itu pun akan mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si
remaja maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan penderitaan batin
tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu
dengan kehamilannya di luar nikah.

Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg diakibatkannya. Ayat-
ayat yg melarang zina antara lain adalah,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah Suatu perbuatan yang keji dan jalan
yang sangat buru (Al-Isra’:32).

Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina), Hendaklah ada empat orang saksi di
antara kamu (yang menyaksi-Kannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan persaksian, Maka
kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui Ajalnya, atau sampai Allah memberikan
jalan yg lain kepada mereka (An-Nisa’:15).
Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat diperdebatkan, tetapi yg jelas
zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg tidak layak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa
dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari kehamilan di usia remaja, utamanya yg menyakut
perkenbangan bayi yg akan dilahirkan sebagai manusia.

# Perkembangan Kognitif

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita terdiri atas
beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan menalar. Perkembangan kognitif
kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi
mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi
serta kematangan psikologis kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam mempengaruhi
perkembangan kognitif kita.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu remaja rata-rata
memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah dibandingkan dengan anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg
usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978). Perkembangan bahasa dan penalaran anak-anak yg
lahir dari ibu-ibu remajaumumnya jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu yg usianya lebih dewasa.

Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995), rendahnya tingkat
kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum mampu memberikan stimulasi mental yg
baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain disebabkan ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki
kesiapan untuk menjadi seorang ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi
oleh bagaimana cara kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan
berkembang jika kedua orangtua dan lingkungannya dapat memberikan permainan atau stimulasi mental
dengan baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu memberikan stimulasi mental
semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di bidang akademik
maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remaja di luar nikah
ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si anak itu kelak.

# Perkembangan Sosial dan Emosinal

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah terhadap perkembangan
sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil yg konsisten; tetapi cukup banyak penelitian
yang menemukan dampak negatif dari kehamilan semacam ini. Baldwin dan Cain (1981), misalnya,
menemukan bahwa anak-anak yg lahir dari ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa
bermusuhan yg besar , kurang mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika dibandingkan dengan
anak-anak yg lahir dari ibu dewasa.

Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses penyesuaian diri kita
terhadap lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita (kecerdasan kita) dan
kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat kecerdasannya rendah biasanya
memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan di sekolah memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak
yg agresif, suka menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya
tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.

Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari, anak berusia sembilan
tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari dan ketelengasannya kepada anak lain.
Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam
lawannya yg lain dengan gunting. Dua sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat
dikendalikan dank arena itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa
over aktif, tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman sebayanya,
dan mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah tampak sejak Ari masih
berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya usia, nyata sekali dia menjadi semakin
menjadoi pemurung. Sifat lekas marah dan kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait
dengan suasana rumahnya yg penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya
seringkali tidak terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua memiliki pengaru yg besar
terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada sebuah ungkapan bijak yg menyatakan,”Jika
seorang anak dan pujian, dia akan belajar untuk menghormati orang lain. Jika seorang anak dibesarkan
dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar untuk membenci orang lain”.

# Perkembangan Seksual

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak perempuan yg
dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu menginjak remaja nanti lebuh memiliki
kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan dengan anak-anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu
dewasa dalam pernikahan yg sah? Pertanyaan ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk
mengetahui ada tidaknya efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah terhadap generasi penerusnya.

Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu memang ada. Anak-
anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar untuk hamil di luar nikah pada usia
remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu dewasa dan dalam pernikahan yg sah. Ini
memang logis mengingat remaja pada umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak
sebagai bagian darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya
kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik dan benar sehingga risiko
untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang
telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini

Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian remaja,karang taruna,dan
kegiatan lainnya

3.2 Saran dan Kritik

A. Saran

Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di
lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua

B. Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami sangat
membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca
BAB IV DAFTAR PUSTAKA Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz
publisher.

Tags : artikel

37

Shares

Berita Terkait

256 Calhaj Kulon Progo Dilepas Hasto Wardoyo ke Tanah Suci

01 Oktober 2012 14:17:55 1212 Views

PDIP Pertahankan Kursi Ketua

10 Mei 2019 00:00:00 86 Views

Ada Perbaikan, Saluran Sekunder Kedundang Dikeringkan

16 Maret 2019 00:00:00 129 Views

ARSIP BERITA

GOVERNMENT PUBLIC RELATIONS

ARTIKEL09-09-2019 12:28

Ayo Olahraga di Mana Saja dan Kapan Saja

Tim GPR Kominfo

ARTIKEL21-08-2019 14:42

Mendorong Paradigma Baru Shelter Adalah Proses Bukan Produk

Tim GPR Kominfo

ARTIKEL10-08-2019 10:51

Kesiapan Bidang Kesehatan Menghadapi Puncak Haji 2019


Tim GPR Kominfo

ARTIKEL08-08-2019 14:13

Pasang PLTS Atap, Tagihan Listrik Lebih Hemat

Tim GPR Kominfo

ARTIKEL06-08-2019 14:25

Berikan ASI untuk Tumbuh Kembang Optimal

Tim GPR Kominfo

TWITTER

Anda mungkin juga menyukai