Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Termodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti yang ada
didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi termodinamika bercakupan jauh, dan
penerapannya
membentang ke seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi kita,
perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan
menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyaakan kegiatan kita
melibatkan perpindahan energi dan perubahan energi.
Termodinamika merupakan sains aksiomatik yang berkenaan dengan tranformasi energi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Termodinamika klasik diformalkan oleh Carnot, Joule, Kelvin,
Clausian dan Boltzman telah menjembatani celah antara titik pandang termodinamika klasik dan
makroskopik. Melalui percobaan dimungkinkan untuk menerangkan perilaku makroskopik
materi dalam perilaku probalitis partikel mikroskopiknya. Melalui percobaan J.W Gibbs
membentang pendekatan termodinamika klasik hingga ke zat yang sedang mengalami perubahan
fisis dan kimiawi.
Apabila materi diperhatikan dari sudut pandang mikroskopik, pokok bahasan termodinamika
statistik yang dianggap sebagai mekanika statistik. Pendekatan mikroskopik berfokus pada
perilaku statistik suatu massa yang terdiri atas sejumlah molekul yang berdiri sendiri dan
mengaitkan sifat-sifat makroskopik materi dengan konfigurasi molekul dan dengan gaya-gaya
antara molekul. Perbedaan antara kedua pendekatan ini adalah dengan memperhatikan tekanan
yang dikerahkan oleh gas yang terkungkung dalam suatu wadah. Dari pandangan mikroskopik
tekanan yang dikerahkan gas pada titik tertentu dan pada saat tertentu tergantung pada perilaku
sesaat molekul yang berada di sekitar titik tersebut.
Termodinamika klasik dan statistik cendrung untuk salaing melengkapi dan memperkuat
sehingga kedua disiplin ini memberikan lebih banyak wawasan atas perilaku materi yang tidak
satu pun diantara kedua nya dapat memberikan secara sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya adalah:
1. Bagaimana hukum termodinamika dapat menjelaskan hubungan dengan fisika statistik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah untuk:
1. Dapat memahami tentang hukum-hukum termodinamika
2. Mengetahui besaran terukur dari suatu sistem ditinjau melalui persamaan-persamaan
termodinamika
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dasar termodinamika.

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam
dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi
listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain .
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energi. Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan
sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan
dibumi energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses
pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri
manusia juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam
maka nan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat
bernilai yaitu energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
prinsip alamiah dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk
mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi
darat, laut, maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi,
yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber perpindahan diatas permukaan bumi,
bahkan sampai di luar angkasa. Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang,
digerakkan oleh mesin pembangkit energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi
panas dan kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin airconditioning, mesin
pemanas, dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar thermodinamila. Aplikasi
thermodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena perkembangan ilmu thermodinamika
sejak abad 17 yang dipelopori dengan penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para
ilmuwan thermodinamika seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada
abad ke 19. Pengembangan ilmu thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik,
yaitu sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi media
pembawa energi, yang disebut pendekatan thermodinamika klasik. Pendekatan tentang sifat
thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan
mikroskopis yang merupakan perkembangan ilmu thermodinamika modern, atau disebut
thermodinamika statistik. Pendekatan thermodinamika statistik dimungkinkan karena
perkembangan teknologi komputer, yang sangat membantu dalam menganalisis data dalam
jumlah yang sangat besar.
Metode termodinamika statistik dikembangkan pertama kali beberapa tahun terakhir oleh
Boltzmann di Jerman dan Gibbs di Amerika Serikat. Dengan ditemukannya teori kuantum, Bose,
Einstein, Fermi, dan Dirac memperkenalkan beberapa modifikasi ide asli Boltzmann dan telah
berhasil dalam menjelaskan beberapa aspek yang tidak dipenuhi oleh statistik Boltzmann.

Pendekatan statistik memiliki hubungan dekat dengan termodinamika dan teori kinetik. Untuk
sistem partikel di mana energi partikel bisa ditentukan, kita bisa menurunkan dengan statistik
mengenai persamaan keadaan dari suatu bahan dan persamaan energi bahan tersebut.
Termodinamika statistik memberikan sebuah penafsiran tambahan tentang konsep entropi.

Termodinamika statistik (Mekanika statistik), tidak seperti teori kinetik, tidak fokus pada
pertimbangan tumbukan antara 1 molekul dengan molekul lain atau dengan permukaan secara
detail. Malahan ia mengambil keuntungan dari fakta bahwa molekul itu memiliki jumlah yang
sangat banyak dan sifat rata-rata dari sejumlah besar molekul bisa dihitung walaupun tidak berisi
informasi tentang molekul tertentu. Jadi sebagai misal, perusahaan asuransi bisa memprediksi
dengan ketelitian yang tinggi tentang harapan hidup rata-rata semua orang yang yang lahir di
Amerika Serikat pada tahun yang diberikan, tanpa mengetahui keadaan kesehatan salah satu dari
orang-orang tersebut.

2.2 Klasifikasi Sistem Termodinamika


Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan
obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem
dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary), seperti terlihat pada Gambar 1.1. Dalam
aplikasinya batas sistem nerupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap
atau dapat berubah posisi atau bergerak.
Gambar 1.1. Skema sistem thermodinamika

Sistem termodinamika bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:


1. Sistem tertutup; 2. Sistem terbuka; dan 3. Sistem terisolasi.
1. Sistem tertutup.
Merupakan sistem massa tetap dan identitas batas sistem ditentukan oleh ruang zat yang
menempatinya. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa
udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa
udara didalam balon Sistem tertutup ditunjukkan oleh gambar 1. Gas di dalam silinder dianggap
sebagai suatu sistem. Jika panas diberikan ke silinder dari sumber luar, temperatur gas akan naik
dan piston bergerak ke atas.

Gambar 1. Sistem termodinamika tertutup.


Ketika piston naik, batas sistem bergerak. Dengan kata lain, panas dan kerja melewati batas
sistem selama proses, tetapi tidak ada terjadi penambahan atau pengurangan massa zat.
Asyari-Daryus, Termodinamika Teknik I Universitas Darma Persada – Jakarta. 9
2. Sistem terbuka
Pada sistem ini, zat melewati batas sistem. Panas dan kerja bisa juga melewati batas sistem.
Gambar 2 menunjukkan diagram sebuah kompresor udara yang menggambarkan sistem terbuka
ini.
Gambar 2. Sistem termodinamika terbuka.
Zat yang melewati batas sistem adalah udara bertekanan rendah (L.P) yang memasuki
kompresor dan udara bertekanan tinggi (H.P) yang meninggalkan kompresor. Kerja melewati
batas sistem melalui poros penggerak dan panas ditransfer melewati batas sistem melalui dinding
silinder.
3. Sistem terisolasi
Adalah sebuah sistem yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem ini
massanya tetap dan tidak ada panas atau kerja yang melewati batas sistem.
2.3 Sifat-sifat Sistem
Keadaan sistem bisa diidentifikasi atau diterangkan dengan besaran yang bisa diobservasi
seperti volume, temperatur, tekanan, kerapatan dan sebagainya. Semua besaran yang
mengidentifikasi keadaan sistem disebut sifat-sifat sistem.
2.4 Klasifikasi Sifat-sifat Sistem
Sifat-sifat termodinamika bisa dibagi atas dua kelompok umum:
1. Sifat ekstensif, dan 2. Sifat intensif.
1. Sifat ekstensif
Besaran sifat dari sistem dibagi ke dalam beberapa bagian. Sifat sistem, yang harga untuk
keseluruhan sistem merupakan jumlah dari harga komponen-komponen individu sistem tersebut,
disebut sifat ekstensif. Contohnya, volume total, massa total, dan energi total sistem adalah sifat-
sifat ekstensif.
2. Sifat intensif
Perhatikan bahwa temperatur sistem bukanlah jumlah dari temperatur-temperatur bagian sistem.
Begitu juga dengan tekanan dan kerapatan sistem. Sifat-sifat seperti temperatur, tekanan dan
kerapatan ini disebut sifat intensif.

2.5 Kesetimbangan Termal


Misalkan dua benda yang berasal dari material yang sama atau berbeda, yang satu panas, dan
lainnya dingin. Ketika benda ini ditemukan, benda yang panas menjadi lebih dingin dan benda
yang dingin menjadi lebih panas. Jika kedua benda ini dibiarkan bersinggungan untuk beberapa
lama, akan tercapai keadaan dimana tidak ada perubahan yang bisa diamati terhadap sifat-sifat
kedua benda tersebut. Keadaan ini disebut keadaan kesetimbangan termal, dan kedua benda akan
mempunyai temperatur yang sama.

2.6 Bentuk-bentuk energi

Telah disampaikan sebelumnya bahwa energi dapat terwujud dalam berbagai bentuk,
yaitu energi kimia, energi panas, energi mekanis, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnetik, energi gaya magnit, dan lain-lain. Suatu media pembawa energi dapat
mengandung berbagai bentuk energi tersebut sekaligus, dan jumlah energinya disebut energi
total (E). Dalam analisis thermodinamika sering digunakan energi total setiap satuan masa media
(m), yang disebut sebagai energi per-satuan masa (e) yaitu,

Berbagai bentuk energi diatas dapat pula dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu
energi makroskopik dan energi mikroskopik. Energi makroskopik adalah keberadaan energi
ditandai dari posisinya terhadap lingkungannya atau terhadap suatu referensi yang ditentukan.
Contoh bentuk energi makroskopik adalah energi kinetik (KE) dan energi potensial (PE).
Keberadaan energi mikroskopik ditentukan oleh struktur internal dari= zat pembawa energi
sendiri dan tidak tergantung kepada lingkungannnya, yaitu struktur dan gerakan molekul zat
tersebut. Energi mikroskopik ini disebut sebagai energi internal (U).
Energi makroskopik berhubungan dengan gerakan masa pembawa energi, dan pengaruh
luar seperti gaya gravitasi, pengaruh energi listrik, sifat magnit, dan tegangan pemukaan fluida.
Energi kinetis KE adalah energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu referensi,
dan besarnya adalah:
atau dalam bentuk energi per-satuan masa:
dengan, m = satuan masa media pembawa energi
V = satuan kecepatan gerakan masa.

Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh posisi elevasinya dalam medan gravitasi,
dan besarnya adalah:
PE = m g z
Atau dalam bentuk energi per-satuan masa,
pe = g z
dengan, g = gaya gravitasi
z = posisi elevasi terhadap suatu referensi.

Energi internal meliputi semua jenis energi mikroskopik, yaitu akibat dari struktur dan
aktivitas molekul dalam masa yang ditinjau. Struktur molekul adalah jarak antar molekul dan
besar gaya tarik antar molekul, sedang aktivitas molekul adalah kecepatan gerak molekul. Energi
laten adalah energi yang merubah jarak dan gaya tarik antar molekul, sehingga masa berubah
fase antara fase padat atau cair menjadi gas. Energi sensibel merubah kecepatan gerak molekul,
yang ditandai oleh perubahan temperatur dari masa yang ditinjau. Energi kimia adalah energi
internal sebagai akibat dari komposisi kimia sua tu zat, yang merupakan energi yang mengikat
atom dalam molekul zat tersebut. Perubahan struktur atom menyebabkan perubahan energi
pengikat atom dalam molekul, sehingga reaksinya dapat melepaskan energi (eksothermis)
misalnya dalam reaksi pembakaran, atau memerlukan energi (indothermis). Bentuk energi
internal lainnya adalah energi nuklir, yang merupakan energi ikatan antara atom dengan intinya.
Dalam bahasan thermodinamika efek dari jenis energi makroskopik lain yaitu energi
magetik, dan tegangan permukaan fluida dapat diabaikan, sehingga energi total E dari masa
pembawa energi tersebut adalah:
E = U + KE + PE = U + + mgz
atau dalam bentuk energi per-satuan masa,
e = u +ke +pe = u + + gz
Dalam aplikasi bidang teknik masa atau sistem thermodinamika yang ditinjau biasanya tidak
bergerak selama proses berlangsung, sehingga perubahan energi potensial dan energi kinetisnya
sama dengan nol.

2.7 Karakteristik

Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem, seperti
tekanan P, temperatur T, volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu
ada juga property yang disefinisikan dari property yang lainnya seperti, berat jenis, volume
spesifik, panas jenis, dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak
berubah, apabila masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada semua
bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu
dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai property yang tetap. Apabila property nya berubah,
maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak
mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium). Perubahan
sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain disebut
proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut linasan proses seperti
terlihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Proses dari keadaan 1 ke keadaan 2

Tergantung dari jenis prosesnya, maka keadaan 2 dapat dicapai dari keadaan 1 melalui
berbagai lintasan yang berbeda. Proses thermidinamika biasanya digambarkan dalam sistem
koordinat 2 dua property, yaitu P-V diagram, P-v diagram, atau T-S diagram. Proses yang
berjalan pada satu jenis property tetap, disebut proses iso - diikuti nama property nya, misalnya
proses isobaris (tekanan konstan), proses isochoris (volume konstan), proses isothermis
(temperatur konstan) dan la in-lain. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem
tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan
awalnya. Pada Gambar 1.3 (a) terlihat suatu siklus terdiri dari 2 jenis proses, dan Gambar 1.3 (b)
siklus lain dengan 4 jenis proses.
(a). Siklus dengan 2 proses (b). Siklus dengan 4 proses
Gambar 1.3. Diagram siklus thermodinamika

2.8 SISTEM SATUAN, TEKANAN, DAN TEMPERATUR.

2.8.1 Sistem Satuan.


Suatu sistem satuan adalah sistem besarn atau unit untuk mengkuantifikasikan dimensi
dari suatu property. Sistem satuan yang sekarang dipergunakan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia, adalah Sistem SI (Sistem Internasional. Sistem ini menggantikan 2 sistem yang
dipergunakan sebelumnya, yaitu sistem British dan sistem Metris. Dalam sistem SI ada 7 macam
dimensi dasar, yaitu panjang (m), massa (kg), waktu (detik), temperatur (K), arus listrik (A),
satuan sinar (candela-c), dan satuan molekul (mol). Satuan gaya merupakan kombinasi dari masa
dan percepatan, dan mempunyai besaran N (Newton), yang didefinisikan menurut Hukum
Newton,
F=ma
Dan 1 N adalah gaya yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/det2 pada suatu
masa sebesar 1 kg sehingga.
1 N = 1 kg. m/det2
Ukuran berat (W) adalah gaya yang ditimbulkan oleh masa m kg, dengan percepatan sebesar
medan gravitasi yang terjadi (g), sebagai berikut.
W=mg
Satuan W adalah Newton, sedang besar gravitasi di bumi adalah 9,807 m/det2 di permukaan laut
dan semakin kecil dengan bertambahnya elevasi. Kerja yang merupakan salah satu bentuk
energi, adalah gaya kali jarak dengan satuan N.m, dan disebut pula J (Joule) yaitu,
1 J = 1 N.m
Satuan Joule juga digunakan dalam dimensi energi panas, dan biasanya ukurannya dalam kJ
(kilojoule) atau MJ (Mega Joule).

2.8.2 Tekanan.

Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika, dan
didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu satuan unit luas area.
Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress). Satuan tekanan adalah Pa (Pascal),
yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam
analisis thermodinamika
seringdigunakan satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa = 106 Pa). Satuan
tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar (barometric), atau atm (standard atmosphere),
sebagai berikut.
1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar
Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut tekanan
absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif terhadap tekanan atmosfir.
Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara tekanan atmosfir dengan
tekanan absolut, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.4. sebagai berikut,
Gambar 1.4. Hubungan pengukuran beberapa jenis tekanan

Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum
disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat
banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer pegas, atau transduser
elektronik.

2.8.3 Temperatur

Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energi panas pada suatu
benda padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu property
suatu material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip pengukurannya adalah
apabila suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan diukur temperaturnya, maka akan
terjadi perpindahan panas ke alat ukur sampai terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian
temperatur yang terterapada alat ukur adalah sama dengan temperatur pada benda yang diukur
temperaturnya. Prinsip tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of
Thermodynamics), yaitu apabila dua benda dalam keadaan seimbang thermal dengan benda
ketiga maka dua benda tersebut juga dalam keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling
bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari ukuran
temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran Kelvin, tetapi titik nol oC
sama dengan 273,15 K. Titik nol oC adalah kondisi es mencair pada keadaan standard atmosfir,
sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi
pada semua materi berhenti. Dalam analisis thermodinamika, apabila yang dimaksudkan adalah
ukuran temperatur maka yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang apabila analisis
berhubungan dengan perbedaan temperatur maka baik ukuran oC maupun K dapat digunakan.

2.9 Persamaan keadaan gas ideal dan diagram P-v-T


Dari hasil eksperimen, nilai besaran-besaran termodinamika bergantung satu sama lain.

Volume dikecilkan Suhu dinaikkan


tekanan naik panjang bertambah

`Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai
tekanan (P) tidak bisa sebarang. Ada hubungan antara besaran-besaran ini sbb: f(P, V, T, m) = 0
Hubungan ini disebut persamaan keadaan.Biasanya persamaan keadaan dituliskan
berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa banyak material berada, sehingga besaran ekstensif
diganti dengan nilai spesifiknya. Seperti V menjadi v = sehingga persamaan keadaan menjadi:
f(P, v, T) = 0
Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu sama lain
biasanya tidak sederhana. Untuk mempermudah, sering dipakai ilustrasi grafik. Contoh
eksperimen untuk 1 mole gas karbon dioksida:
Plot antara Pv/T vs. P untuk tiga temperatur yang berbeda.
Ilustrasi grafik tersebut menunjukkan:
 Tampak bahwa nilai Pv/T tidak konstan
 Pada tekanan rendah ketiga kurva menyatu pada nilai Pv/T = R dengan R merupakan konstanta gas
universal.
 Pada suhu tinggi, kurva mendekati garis lurus

Pada tekanan yang cukup rendah, untuk semua gas:


Pv/T = R atau Pv = RT
Oleh karena itu seringkali digunakan pendekatan “gas ideal” yang mengasumsikan bahwa rasio
Pv/T selalu sama dengan R untuk semua tekanan dan temperatur. Kita tahu bahwa di alam tidak
ada “gas ideal” semacam itu, gas yang mendekati gas ideal terjadi pada tekanan rendah dan suhu
tinggi, namun studi tentang gas ideal sangat bermanfaat sebagai salah satu pendekatan untuk
mengetahui sifat-sifat gas sesungguhnya.
Persamaan gas ideal:
Pv = RT
karena v = maka persamaan gas ideal juga dapat ditulis
PV = nRT
Permukaan kurva gas ideal

2.10 Proses-Proses dalam termodinamika


2.10.1 Proses Isokoris (volume konstan)
Bila volume konstan, p/T = konstan,
pi/ Ti = pf/Tf

p f

i
V
Pada proses ini V = 0, maka usaha yang dilakukan W = 0, sehingga
Q = U = n cv T

2.10.2 Proses Isobaris (tekanan konstan)


Bila tekanan konstan, V/T = konstan,
Vi/ Ti = Vf/Tf
p

i f

V
Pada proses ini usaha yang dilakukan W = p V = p (Vf - Vi ) , sehingga

U = Q - W
U = n cp T - p V
2.10.3 Proses Isotermis (temperatur konstan)
Bila temperatur konstan, pV = konstan,
Vo disini Pv = RT = konstan, sering disebut sebagai “Hukum Boyle”.
piVi = pfVf
p i

f V
Pada proses ini T = 0, maka perubahan tenaga internal U = 0, dan usaha yang dilakukan :
W =  p dV
p = nRT/V, maka
W = nRT  (1/V) dV
W = nRT ln (Vf/Vi)
Q= W

2.10.4 Proses Adiabatis


Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk, maupun keluar dari sistem, Q = 0. Pada proses
adiabatik berlaku hubungan pV= konstan (buktikan),
piVi = pfVf
p i

f
V
Usaha yang dilakukan pada proses adiabatis :
W =  p dV
p = k/V , k = konstan , maka
W =  (k/V ) dV
W = 1/(1-) { pfVf - piVi}

U = -W

2.11 Hukum Termodinamika


Berikut ini ada tiga hukum termodinamika yang penting untuk diketahui:
1. Hukum termodinamika ke-nol;
2. Hukum termodinamika kesatu dan
3. Hukum termodinamika kedua.
2.11.1 Hukum Ke-nol Termodinamika
Hukum ini berbunyi: “Jika dua benda berada dalam kondisi kesetimbangan termal
dengan benda ketiga, maka benda-benda tersebut berada dalam kesetimbangan termal satu sama
lainnya”.
2.11.2 Hukum Kesatu Termodinamika
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau dimusnahkan, namun
bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur. Keseluruhan energi potensial dan energi kinetik
zat-zat yang terdapat dalam suatu sistem, disebut energi dalam ; U . Energi dalam merupakan fungsi
keadaankarena besarnya hanya bergantung pada keadaan sistem. Bila dalam suatu perubahan sistem
menyerap sejumlah (kecil) kalor, δ q , dan melakukan kerja (kecil), δ w , makasistem akan mengalami
perubahan energi dalam, d U , sebesar
U = δ q + δ w ...…( 7)
untuk perubahan yang besar pada suatu sistem dari keadaan 1 (energi dalam U 1 ) keadaan 2 (energi dalam
U 2 ), maka akan terjadi perubahan energi dalam (∆ U ),sebesar
∆U = U 2 - U 1…………(8)

sehingga diperoleh
U 2 - U 1 = q + w...… …(9)
∆U = q + w………..(10)
Persamaan (10) merupakan bentuk matematik dari hukum pertamatermodinamika. Menurut ungkapan ini,
energi suatu sistem dapat berubah melalui kalor dan kerja.Bila kerja yang dilakukan oleh sistem hanya
terbatas pada kerja ekspansi (misalnyapada kebanyakan reaksi kimia), maka persamaan (10) dapat diubah
menjadi
U = δ q – pd V .…….. (11)
pada volume tetap,
d V = 0, maka U = δ q..……….. (12)
atau untuk perubahan besar,
∆ U = q……… (13)
Menurut persamaan (13) perubahan energi dalam adalah kalor yang diserap oleh sistem bila proses
berlangsung pada volume tetap
Secara matematik:
Q = ΔU +W
dimana, Q = kalor yang dipindahkan
ΔU = perubahan energi dalam
W = kerja yang dilakukan dalam satuan kalor
Persamaan di atas bisa juga ditulis dalam bentuk diferensial atau untuk perubahan infinitisimal :
dQ = dU + dW
2.113 Hukum Kedua Termodinamika
Hukum ini berbunyi: “Ada batas tertentu dari jumlah energi mekanik, yang diperoleh dari
sejumlah energi panas”.
Pada umumnya perubahan yang terjadi di alam disertai dengan perubahan energi. Dalam proses
perubahan energi ini ada dua aspek penting, yaitu arahpemindahan energi dan pengubahan energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain.Walaupun hukum pertama termodinamika menetapkan hubungan antara kalor
yangdiserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem, tetapi hukum ini tidak menunjukkanbatas-batas
mengenai sumber maupun arah aliran energi.Hukum kedua termodinamika dirumuskan untuk menyatakan
pembatasan-pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan jugauntuk
menunjukkan arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang palingumum, hukum kedua
termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan yang disebut entropi.
Hukum termodinamika ini telah dinyatakan oleh Claussius dalam bentuk yang sedikit
berbeda: “adalah tidak mungkin bagi mesin yang bekerja sendiri bekerja dalam proses siklik,
untuk mentransfer panas dari benda dengan temperatur lebih rendah ke benda dengan temperatur
yang lebih tinggi, tanpa adanya bantuan pihak luar”. Atau dengan kata lain, panas tidak bisa
mengalir dengan sendirinya dari benda dingin ke benda panas tanpa bantuan pihak eksternal.
Hukum ini juga dinyatakan oleh Kelvin-Planck sebagai: “adalah tidak mungkin membuat mesin
yang bekerja dalam proses siklik yang tujuan tunggalnya untuk mengkonversi energi panas ke
energi kerja”. Dengan kata lain, tidak ada mesin panas sebenarnya, bekerja dalam proses siklik,
bisa merubah energi panas yang diberikan menjadi kerja mekanik. Artinya terjadi penurunan
energi dalam proses menghasilkan kerja mekanik dari panas. Berdasarkan pernyataan ini, hukum
kedua termodinamika kadang-kadang disebut sebagai hukum degradasi energi.
Jika ∆ S as ialah perubahan entropi yangterjadi di alam semesta, maka bagi setiap proses spontan berlaku,
∆S as > 0.Dengan memandang alam semesta itu sebagai sistem dan lingkungan, maka dapatpula dikatakan
bahwa untuk semua proses spontan berlaku,
∆S Sistem + ∆S lingkungan > 0
dengan ∆S sistemialah perubahan entropi sistem dan ∆S lingkungan ialah perubahan entropi lingkungan.
2.12 Hukum ketiga termodinamika
2.12.1 Entropi zat mumi pada titik not absolut
Entropi dapat dipandang sebagai besaran makroskopis yang mengukurketidakteraturan sistem, yang berarti suatu
sifat menyangkut sejumlah besar molekulyang tersusun secara tidak teratur dalam ruangan termasuk distribusi
energinya.Sebagai ilustrasi, dua buah balon yang sama besar dan saling berhubungan melaluisebuah kran. Satu
balon berisi
N molekul gas ideal, sedangkan balon yang satu hampaudara. Jika kran dibuka, maka gas akan berdifusi
ke dalam balon yang kosong secarasecara spontan, sehingga distribusi gas dalam dua buah balon menjadi
merata.Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul gas pada salah satu balonadalah ½. Kebolehjadian
untuk menemukan dua buah molekul dalam balon yangsama adalah (½)2 , dan kebolehjadian untuk menemukan
N molekul berada dalambalon yang sama adalah (½) N. Kebolehjadian semakin kecil dan praktis mendekati
nolapabila harga
N sangat besar (misalnya sebesar tetapan Avogadro) Gas yangberdifusi secara spontan dan mengisi stiap ruang
yang ada dalam balon merupakankeadaan dengan kebolehjadian yang paling tinggi, atau keadaan yang paling
memungkinkan .Jika W menyatakan besarnya kebolehjadian sistem untuk mencapai suatukeadaan tertentu,
maka menurut Boltzmann dan Planck hubungan antara entropi dankeboleh jadian diberikan oleh ungkapan S =
k ln W
(k = tetapan Boltzmann) Entropi dapat dihubungkan dengan ‘kekacauan’ atau ketidakteraturan
sistem.Keadaan sistem yang kacau ialah keadaan di mana partikel-partikel (molekul, atom atau ion) tersusun
secara tidak teratur. Makin kacau susunan keadaan sistem, makinbesar kebolehjadian keadaan sistem dan makin
besar entropi. Oleh karena itu zatpadat kristal pada umumnya mempunyai entropi yang relatif rendah
dibandingkandengan cairan atau gas. Gas mempunyai entropi yang paling tinggi karena keadaansistem paling
tidak teratur.Seperti telah diuraikan di atas bahwa makin kacau atau tidak teratur susunanmolekul, makin tinggi
harga W dan entropi. Sebaliknya makin teratur susunanmolekul sistem, makin rendah harga W dan entropi.
Kalau suatu zat murnididinginkan hingga dekat 0 K, semua gerakan translasi dan rotasi terhenti danmolekul-
molekul mengambil kedudukan tertentu dalam kisi kristal. Molekul hanyamemiliki energi vibrasi yang sama
besar sehingga berada dalam keadaan kuantumtunggal. Ditinjau dan kedudukan dan distribusi energi, penyusunan
molekul-molekuldalam suatu kristal yang sempurna pad 0 K hanya dapat dilaksanakan dengan satucara. Dalam
hal ini W = 1 dan ln W = 0, sehingga menurut persamaan boltzmann S = 0. Jadi, entropi suatu kristal
murni yang sempurna ialah nol pada 0 K . Pernyataan initerkenal sebagai Hukum Ketiga
Temomedinamika. Ungkapan matematik hukumtermodinamika ketiga adalah
0S T=0 = 0

2.12.2 Fungsi Energi Bebas Helmholtz


Bagi suatu perubahan kecil yang berlangsung tak reversibel pada temperatur T berlaku:
dS> δ q/T atau δ q - T d S<0
kalau sistem hanya dapat melakukan kerja volume, maka persamaan (43) dapatdiubah menjadid
U + pdV -T dS< 0 ..
pada volume tetap, dV = 0, sehinggad
U - T d S < 0 atau d( U — TS ) T,p < 0
fungsi
U - TS,
yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Helmholtz,
A, A=U-TS
Bila persamaan dideferensiasi, diperolehd
A = d U - T dS – Sd T
bagi proses yang berjalan reversibel dan isoterm
d A = δ W ..
jadi penurunan energi bebas helmholtz, -
∆ A , ialah kerja maksimum yang dapatdihasilkan dan suatu proses yang dikerjakan secara isoterm.

2.12.3 Fungsi Energi Bebas Gibbs


Kebanyakan proses biasanya dikerjakan pada temperatur dan tekanan tetap.Pada kondisi ini, persamaan (44) dapat
ditulis dalam bentuk,d( U — pV — TS)T,p< 0 .
Besaran U + PV — TS
merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Gibbs , G.
G =U+PV — TS =H -TS =A + PV
Jadi, suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap disertaidengan penurunan energi bebar
Gibbs,
(d G) T,p < 0 (hanya kerja volume)
Suatu persamaan penting yang mengkaitkan ∆ H , ∆S dan ∆G dapat diturunkan sebagai berikut, ∆ G = ∆ H
-T ∆S
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Termodinamika merupakan ilmu yang mengkaji berbagai bentuk energi danhubungannya satu dengan
yang lain. bersifat mendasar untuk semua ilmu. Ruanglingkup termodinamika kimia ialah hubungan antara
berbagai energi jenis tertentudengan sistem kimia. Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan
hukumpelestarian energi. Energi total suatu sistem adalah energi dalamnya yang merupakansuatu fungsi keadaan.
Suatu perubahan energi dalam, ∆ U , dilaksanakan dengantransfer kalor ataupun perlakuan kerja.Termokimia
menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yangmenyertai proses kimia. Kebanyakan pengukuran
semacam itu dilakukan dengan sebuah kalorimeter. Kespontanan suatu reaksi kimia tertentu dapat terjadi tidak
hanya bergantungpada perubahan entalpi, ∆ H ,tetapi juga pada temperatur dan perubahan entropi, ∆ S ,yang
mengukur perubahan dalam derajat ketidakteraturan suatu sistem. Entropicenderung mencapai harga maksimum
yang dimungkinkan oleh besarnya energidalam sistem. Hal ini diungkapkan dalam hukum kedua termodinamika.
Pada 0 K(suhu mutlak) nilai entropi pada semua zat nyata adalah nol, dan ini merupakanhukum ketiga
termodinamika.

3.2 Saran
Disarankan kepada para pembaca, khususnya progam pendidikan fisika haruslah dapat
mengetahui dan memahami tentang model-model atom, karena materi inii sangat berkaitan
dengan ilmu fisika. Dan materi ini juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
mempelajarinya.
CONTOH – CONTOH SOAL.
1. Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan kerja
1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :

∆U = Q – W

∆U = 2000 J – 1000 J

∆U = 1000 J

2. Kurva 1-2 pada dua diagram di bawah menunjukkan pemuaian gas (pertambahan volume gas)
yang terjadi secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang dilakukan oleh gas
lebih kecil ?
Kerja yang dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja yang dilakukan gas
pada proses isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang dilakukan gas selama proses pemuaian
(pertambahan volume gas). Luasan yang diarsir pada proses adiabatik lebih sedikit dibandingkan
dengan luasan yang diarsir pada proses isotermal.

3. Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah… kurva a-b dan d-c =
proses isokorik (volume konstan). Kurva b-c dan a-d = proses isobarik (tekanan konstan). Pada
proses a-b, Kalor (Q) sebanyak 600 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses b-c, Kalor (Q)
sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Tentukan :
a) Perubahan energi dalam pada proses a-b

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c

P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2

P2 = 4 x 105 Pa = 4 x 105 N/m2

V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10-3 m3

V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10-3 m3

Panduan jawaban :

a) Perubahan energi dalam pada proses a-b

Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a-b = proses isokorik
(volume konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor pada sistem hanya menaikkan energi
dalam sistem. Dengan demikian, perubahan energi dalam sistem setelah menerima sumbangan
kalor :
∆U = Q

∆U = 600 J

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c

Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J
ditambahkan ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan oleh
sistem.
Proses b-c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b-c, kalor (Q) sebanyak 800 Joule
ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa melakukan kerja. Besarnya kerja yang
dilakukan sistem pada proses b-c (proses isobarik) adalah :

W = P(V2-V1) — tekanan konstan

W = P2 (V2-V1)

W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)

W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)

W = 8 x 102 Joule

W = 800 Joule

Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a-b-c adalah :

Q total = Qab + Qbc

Q total = 600 J + 800 J

Q total = 1400 Joule

Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a-b-c adalah :

W total = Wab + Wbc

W total = 0 + Wbc

W total = 0 + 800 Joule

W total = 800 Joule


Perubahan energi dalam sistem pada proses a-b-c adalah :

∆U = Q – W

∆U = 1400 J – 800 J

∆U = 600 J

Perubahan energi dalam pada proses a-b-c = 600 J

4. Sebuah mesin uap bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC. Tentukan efisiensi ideal (efisiensi
Carnot) dari mesin uap tersebut.
Panduan jawaban :

Suhu harus diubah ke dalam skala kelvin

TH (suhu tinggi) = 500 oC = 500 + 273 = 773 K

TL (suhu rendah) = 300 oC = 300 + 273 = 573 K

5. Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (QH), melakukan usaha alias kerja (W)
dan membuang kalor sebanyak 2500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?
Panduan jawaban :

e=1-

e=1-

e = 1 – 0,83

e = 0,17

e = 17%

6. Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin Carnot mencapai 100 % (1), berapakah suhu
pembuangan (TL) yang diperlukan ?
Panduan jawaban :

e=1-

1=1-

=1–1

=0
Tl = (0)(TH) = 0

Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin kalor sempurna bisa mencapai 100 % (semua kalor
masukkan bisa digunakan untuk melakukan kerja) maka suhu pembuangan (TL) harus = 0 K.

Karena efisiensi 100 % tidak bisa dicapai oleh mesin kalor maka kita bisa menyimpulkan bahwa
tidak mungkin semua kalor masukan (QH) digunakan untuk melakukan kerja.Pasti ada kalor yang
terbuang (QL). Hasil ini bisa ditulis dengan bahasa yang lebih gaul :

Tidak mungkin ada mesin kalor (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat mengubah semua
kalor alias panas menjadi kerja seluruhnya (Hukum kedua termodinamika – pernyataan
Kelvin-Planck).

7. Sejumlah gas dalam sebuah wadah mengalami pemuaian adiabatik. Berapakah perubahan
entropi gas tersebut ?
Panduan juawaban :

Selama proses adiabatik, tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem (gas). Karena Q = 0
maka delta S = 0. Bisa disimpulkan bahwa pada proses pemuaian adiabatik, entropi sistem tidak
berubah alias selalu konstan…

Bagaimanakah dengan penekanan adiabatik ? Pada dasarnya sama saja. Selama penekanan
adiabatik, tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem (Q = 0). Karenanya entropi sistem
tidak berubah alias selalu konstan.

8. Sebuah tangki berisi 4 liter gas oksigen (O2). Suhu gas oksigen tersebut = 20 oC dan tekanan
terukurnya = 20 x 105 N/m2. Tentukan massa gas oksigen tersebut (massa molekul oksigen = 32
kg/kmol = 32 gram/mol)
Panduan jawaban :
P = Patm + Pukur = (1 x 105 N/m2) + (20 x 105 N/m2) = 21 x 105 N/m2
T = 20 oC + 273 = 293 K
V = 4 liter = 4 dm3 = 4 x 10-3 m3
R = 8,315 J/mol.K = 8,315 Nm/mol.K
Massa molekul O2 = 32 gram/mol = 32 kg/kmol
Massa O2= ?
PV = nRT →
PV = RT
(massa)(R)(T) = (P)(V)(massa molekul)
Massa =
Massa =
Massa =
Massa =
Massa =
Massa = 1,1x102 gram
Massa = 110 gram
Massa gas oksigen = 110 gram = 0,11 kg
9. Pada suhu 20 oC, tekanan ukur ban mobil = 300 kPa. Setelah mobil melaju dengan kecepatan
tinggi, suhu di dalam ban naik menjadi 40 oC. Berapa tekanan di dalam ban sekarang ?
Panduan jawaban :
T1 = 20 oC + 273 = 293 K
T2 = 40 oC + 273 = 313 K
P1 = Patm + Pukur 1 = 101 kPa+ 300 kPa = 401 kPa
P2= ?
=
P2 =
P2 =
V2 = 428,4 kPa
Kurangi dengan tekanan atmosfir
P2 = 428,4 kPa – 101 kPa = 327,4 kPa
Setelah suhu di dalam ban meningkat menjadi 40 oC, tekanan dalam ban bertambah menjadi
327,4 kPa. Ini adalah tekanan ukur. Besarnya pertambahan tekanan adalah : 327,4 kPa – 300 kPa
= 27,4 kPa
Kalau dihitung dalam persentase :
x 100% = 0,09 %
Kenaikan tekanan di dalam ban sebesar 0,09 %
Berikut ini seperangkat peralatan perang dan amunisi yang mungkin dibutuhkan :
Volume
1 liter (L) = 1000 mililiter (mL) = 1000 centimeter kubik (cm3)
1 liter (L) = 1 desimeter kubik (dm3) = 1 x 10-3 m3
Tekanan
1 N/m2 = 1 Pa
1 atm = 1,013 x 105 N/m2 = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 102 kPa = 101,3 kPa (biasanya dipakai 101
kPa)
Pa = pascal
atm = atmosfir
10. Suatu gas menerima kalor 4.000 kalori, menghasilkan usaha sebesar 8.000 J. Berapakah
perubahan energi dalam pada gas? (1 kalori = 4,18 joule)

Penyelesaian :

Q = 4.000 kalori = 16.720 J


W = 8.000 J
∆U = ... ?

∆U = ∆Q – W = (16.720 – 8.000) J = 8.720 J

11. Sejumlah 4 mol gas helium suhunya dinaikkan dari 0 oC menjadi 100 oC pada tekanan tetap. Jika
konstanta gas umum R = 8,314 J/mol.K, tentukan:
a. perubahan energi dalam,
b. usaha yang dilakukan gas, dan
c. kalor yang diperlukan!

Penyelesaian:

n = 4 mol = 0,004 mol


T1 = 0 oC = 0 + 273 = 273 K
T2 = 100 oC = 100 + 273 = 373 K
R = 8,314 J/mol.K
∆U = ... ?
W = ... ?
Q = ... ?

a. ∆U = n R (T1 - T2)
∆U = (0,004 8,314(373 273))
∆U = 4,988 J

b. W = P (V2– V1)
W = nR(T2–T1) =
W = 0,004 x 8,314 (373 – 273) = 3,326 J

c. Q = ∆U x W
Q = (4,988 + 3,326) J = 8,314 J

12. Suatu mesin Carnot dengan reservoir panasnya bersuhu 400 K mempunyai efisiensi 40%. Jika
mesin tersebut reservoir panasnya bersuhu 640 K, tentukan efisiensinya!

Penyelesaian:

T1 = 400 K
η1 = 40%
= ... ?η (T1 = 640 K)

η = x 100 % untuk T1 = 640 K maka :


0,4 = η = x 100 %
0,4= η = x 100 %
= 0,4 η = 37,5 %
T2 = 160 K
13. Suatu sistem gas berada dalam ruang yang fleksibel. Pada awalnya gas berada pada kondisi P1 =
1,5 × 105 N/m² , T1 = 27º C, dan V1 = 12 liter.Ketika gas menyerap kalor dari lingkungan secara
isobaric suhunya berubah menjadi 127º C. Hitunglah volume gas sekarang dan besar usaha luar
yang dilakukan oleh gas!

Penyelesaian :

P1 = 1,5 × 105 N/m2


T1 = 27 + 273 = 300 K
V1 = 12 liter = 1,2 × 10-2 m3
T2 = 127 + 273 = 400 K
P2 = P1 (isobarik)
a. V2= ... ?
b. W = ... ?

a. =
V2 =
V2 =
V2 = 1,6 x 10-2 m3
Jadi, volume gas akhirsebesar 1,6 × 10-2 m3.

b. W = P × ∆V = P × (V2 – V1)
W = 1,5 × 105 (1,6 × 10-2 – 1,2 × 10-2)
W = (1,5 × 105) × (0,4 × 10-2)
W = 0,6 × 103
W = 6 × 102 J
Jadi usaha luar yang dilakukanoleh gas sebesar W = 6 × 10² J

14. sepotong tembaga dengan massa m1 = 300 g temperature mula-mula t1 = 97 0C diletakkan dalam
sebuah calorimeter yang berisi air dengan massa 100 g dan suhu t2 = 7 0C. tentukan kenaikan
entropi dari system sesaat setelah tercapai keseimbangan thermal ? … abaikanlah kapasitas
panas dari calorimeter ? …

penyelesaian

Qserap = Qlepas
Qair = QCu
m2 .c2(T – T2) = m1 . c1(T1 – T)
T=
T=
T = 26,608940C = 299,60894 K
15. ada bungkusan sebuah biskuit terdapat tulisan : karbohidrat = 10 kkal. Berapakah tambahan
energi yang diperoleh tubuh jika biskuit tersebut dimakan ?
Panduan Jawaban :
1 kkal = 1000 kalori = 4.186 Joule
10 kkal = (10)(4186 Joule) = 41.860 Joule
Tubuh kita tidak mengubah semua karbohidrat menjadi energi. Sebagian energi pasti terbuang
selama berlangsungnya proses pencernaan….. Efisiensinya sebesar 20 %.Jadi hanya 20 % yang
dipakai tubuh, 80 % energi terbuang.

Anda mungkin juga menyukai