KELUHAN UTAMA
Autoanamnesis : susah tidur, pusing, dan kebiasaan menyiram kaki
Heteroanamnesis : Marah-marah, susah tidur, susah konsentrasi dan kebiasaan
menyiram kaki
Heteroanamnesis :
Dilakukan kepada ayah dan ibu pasien. Menurut ayah pasien, keluhan tidur sudah
membaik pada awal pengobatan. Pasien justru banyak tidur dari sebelumnya. Pasien sudah
dibatasi main game online, hanya sampai jam 21.00 WIB. Pasien tidak marah dengan
pembatasan tersebut, dia mengerti kondisi penyakitnya. Pada hari senin malam (30/12/2019),
pasien yang berada dikamar sendirian tiba-tiba teriak, “Dokter nya salah ngasih dosis ke aku, ini
kebanyakan, salah ngasih obat dia”, saat dihampiri ke kamarnya, pasien dalam kondisi menarik
lidahnya keluar. Pasien memukul kepala nya karena merasa sangat pusing. Pasien mengatakan
ada bisikkan yag memanggil namanya “ Firman…. Firman…..”. Pasien tidak sampai kejang.
Kemudian pasien tertidur jam 23.00 hingga bangun pagi. Keesokan harinya, pasien langsung
dibawa ke poli psikiatri RSD dr. Soebandi untuk mengeluhkan gejala nya, telah mendapat
tambahan obat olanzapine 5mg dan THD 2mg.
Sehari setelah minum obat itu, pasien dirasa enakan, sudah tidak ada lagi bisikan dan
keluhan pusing. Namun pasien masih susah konsentrasi, menjawab pertanyaan tanpa dipikir
terlebi dahulu. Contohnya, ketika ditanya berapa jam dia main game, pasien menjawab 12 jam.
Padahal dia tidur saja lebih dari 12 jam sehari saat itu. Pasien masih kadang-kadang melamun
dengan pandangan kosong. Kebiasaan menyiram kaki tidak sesering dulu, karena kebanyakan
pasien tidur.
Semua keluhan dirasa bermula setelah pasien operasi peritonitis, pasien jadi lebih
pendiam dan sering melamun. Pasien melakukan hal-hal aneh yang tidak wajar, seperti menyetel
speaker rumah dengan suara keras, mondar mandir di rumah. Pasien pernah di ruqyah oleh ustad
kenalan ayah pasien, saat ruqyah, pasien bertingkah aneh, mengeluarkan suara seperti orang
dewasa, memanjat dinding hingga atap, kata ustad itu pasien kerasukan jin yang selama ini
berada didalam keris yang tersembunyi di rumah pasien.
Pasien sering bertingkah tanpa pikir panjang, pasien pernah kabur dari lewat jendela pada
tahun 2017, pasien pergi ke Kalimantan diajak kerja oleh temannya yang dikenal lewat facebook.
Padahal saat itu dia tidak membawa uang saku banyak. Pasien hanya bertahan kerja 3 minggu
karena merasa tidak kuat dengan kerjaan, pasien pulang setelah 2 hari terlantar di bandara
Kalimantan Tengah tanpa uang dan pulsa. Pasien dikenali oleh salah satu saudara tetangga, yang
akhirnya melapor ke ayah pasien, dan akhirnya ayah pasien mngirim uang ke pasien untuk
pulang.
Saat setelah pasien putus kuliah, ayah pasien sempat mengajak pasien kerja bersama
pamannya yang sukses dibengkel pembuat pagar dan tangga besi, namun pasien menolak karena
tidak cocok dengan kerjaan. Ayah pasien merasa pasein tidak pernah menerapkan ilmunya di
STM dan politeknik, pasien tidak ada hobi dan keahlian dibidang mesin. Pasien sempat sekolah
di BLKI (Balai Latihan Kerja Internasional) pada Agustus-September 2019, disana pasien
dibagian IT nya, pasien berhenti karena akan berangkat kerja ke Bali.
Kondisi pasien semakin buruk saat setelah pulang dari kerja di kapal September 2019,
pasien pulang dengan keadaan seperti “gembel” kata ayah nya. Pasien jadi hitam legam, rambut
gondrong, baju dan celana bolong. Saat dirumah, pasien lebih sering melamun, mondar mandir
dan kebiasaan menyiram kaki yang semakin sering. Pasien bicara semakin tidak masuk akal,
pasien mengatakan pernah jalan-jalan di Australia, makanan disana lebih enak dan pernah pergi
ke kutub, pasien seolah pernah berada disana, padahal saat dikapal pasien hanya berada dilautan
tidak pernag berlabuh didaratan. Pasien bahkan sekarang pemarah, saat diingatkan untuk
berhenti main game online, pasien membentak dan membanting barang rumah, sudah 2 minggu
keluhan marah semakin besar.