Anda di halaman 1dari 8

A.

KELUHAN UTAMA
Autoanamnesis : susah tidur, pusing, dan kebiasaan menyiram kaki
Heteroanamnesis : Marah-marah, susah tidur, susah konsentrasi dan kebiasaan
menyiram kaki

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Autoanamnesis :
Pasien diperiksa dalam posisi duduk. Penampilan bersih wajar sesuai umur dan
gender. Pasien mampu melakukan kontak mata dengan pemeriksa. Pasien menjawab
pertanyaan dengan intonasi, kecepatan, artikulasi dan volume yang cukup. Pasien
mengeluh sering sakit kepala “cenut-cenut” dibagian kanan belakang, sakit kepala hanya
beberapa saat kemudian hilang, sekitar 1 menit. Pasien juga mengeluh susah konsentrasi,
susah menangkap pelajaran baik yang diterangkan maupun yang dibaca, harus dibaca
berulang-ulang kali. Keluhan-keluhan ini dirasa sejak pasien jatuh dari sepeda motor 6
tahun lalu. Saat itu pasien yang masih STM kelas 2 berboncengan dengan 2 temannya,
pasien dan temannya tidak menggunakan helm, pasien berada diposisis tengah, mereka
terjatuh saat dada lobang dijalan. Pasien mengatakan sempat tak sadarkan diri hingga pagi
hari sudah berada dirumah tetangga, padahal sebelumnya pasien ingat jatuh dijalan jam
23.00 WIB. Setelah sadar pasien diantarkan kerumah nya, pasien tidak pernah cerita
kejadian itu ke orangtua dan saudaranya. Sejak saat itu pula, pasien mengatakn mulai
mempunyai kebiasaan menyiram kaki dengan air karena merasa panas ditelapak kaki nya.
Kebiasaan itu semakin hari semakin memburuk hingga sekarang bisa setiap 10 menit sekali
menyiram kaki. Namun pasien mengatakan jika berada di tempat yang ber AC seperti
ruang pemeriksaan saat ini, pasien tidak merasa panas di telapak kaki. Selain itu, pasien
juga mengeluh sering haus dan sering minum air sehingga dia sering buang air kecil.
Pasien merasa minder sejak pernah dibully di SMP nya, pasien dipandang paling
lemah diantara teman-temanya karena postur yang pendek dan sifat yang kurang pandai
bergaul karena pemalu. Bullyan tidak sampai fisik. Perasaan minder dirasa semakin besar
ketika pasien harus dirawat lama karena operasi peritonitis pada tahun 2014 saat pasien
kelas 3 SMA ketika itu saat ujian UNAS. Operasi dilakukan 2 kali di RSD dr. Soebandi
dan RS Citra Husada. Saat di RSD dr. Soebandi pasien MRS selama 11 hari dan setelah 10
hari dirumah luka pasien semakin memburuk dan berbau busuk hingga radius 5 meter,
kemudian dibawa ke RS Citra Husada dan dioperasi lagi, MRS selama 10 hari. Pasien
merasa malu kembali ke sosial. Setelah pulih dari sakit nya, pasien kuliah di Politeknik
Jember selama 3 semester. Pasien tinggal di koas selama kuliah. Karena nilai yang kurang,
pasien harus mengulang mata pelajaran tertentu, lantaran pasien tidak mengetahui
informasi semestaer antara, pasien tidak mengikuti nya, sehingga pasien diharuskan
mengulang ke semester 1. Saat semester antara itu, pasien terlanjur berada di Bali bersama
teman kuliahnya, namun hanya pasien yang mengulang mata pelajaran itu. Pasien ragu
mengulang karena hanya dia yang tidak lulus. Hal itu yang membuat pasien tidak mau
melanjutkan kuliah lagi, dan keluar dari kampus pada tahun 2016. Sebenarnya, pasien
merasa sudah tidak cocok dengan kuliahnya semenjak semester 1 karena dirasa sulit tidak
bisa mengikuti nya, padahal itu adalah jurusan pilihannya sendiri saat mendaftar kuliah.
Selama putus kulaih itu, pasien hanya berada dirumah, menghabiskan waktunya
bermain game online dan terkadang membantu pekerjaan rumah jika disuruh. Teman nya
dari STM sering bermain ke rumah untuk main game online atau mengajak pasien keluar
rumah untuk main game diluar, bisa seminggu 2 kali. Pasien juga pernah diajak keluar ke
alun-alun dan mall namun pasien kurang nyaman karena minder dengan keramaian, pasien
merasa selalu ingin pulang saja.
Tahun 2018 bulan Oktober, pasien berangkat ke Bali untuk bekerja di kapal milik
perusahaan Taiwan. Pasien mendapat info dari temannya yang dikenal lewat facebook.
Pasien berjanjian ketemu temannya itu langsung di Bali. Pasien bekerja dikapal selama 10
bulan, pekerjaan berupa menarik pancing ikan. Ikan yang dipancing bisa hsampai 6 5
meter, ikan hiu tutul. Kapal tidak pernah transit ke pulau, full 10 bulan di lautan lepas.
Kebutuhan makan salaam 10 bulan tersedia diatas kapal, pasien bia makan dari ikan yang
tidak lolos sortir. Pasien mengaku ketakutan selama dikapal karena ombak yang tinggi
mencapai 4-6 meter, sementara ukuran kapalnya hanya sekitar 20 meter. Total pekerja
dikapal 15 orang, mulai dari anak 20 tahun hingga 54 tahun. Pasien seminggu awal
menangis hampir setiap hari karena ketakutan dengan kondisi diatas kapal, merasakaget
dengan kehidupan disitu. Pasien bahkan sempat dipukul oleh awak senior karena pasien
melamun saat menarik pancing, pasien dipukul dibagian pipi, kejadian itu tidak hanya
sekali. Selam berada dikapal pasien hanya sering bicara dengan temannya yang memberi
info kerja. Pasien yang sebelumnya tidak pernah merokok, terpaksa harus merokok di
kapal karena udara yang dingin, bahkan pernah sekali minum bir. Gaji yg awalnya 26
juta/10 bulan, 10 jutanya hanya untuk beli rokok. Bulan September 2019, pasien pulang ke
rumah dan mengatakan tidak ingin lagi kerja disana. Pasien ingin kursus bahasa korea
karena ingin kerja di Korea, dan juga ayah pasien sudah punya link disana. Pasien
mengaku punya pacar, berhubungan sudah 4 tahun, dari kedua belah pihak keluarga kurang
merestui karena ayah pacar tidak suka dengan pasien begitu juga sebaliknya, Lisa, pacar
pasien, mengalami gangguan depresi dan rutin kontrol dan minum obat. Pasien juga
memiliki ketakutan ketika berada di ruang gelap, bahkan pasien tidak pernah tidur dengan
lampu dimatikan sejak kecil, pasien mengatakan takut melihat hantu jika gelap.
Pasien mengeluhkan susah tidur 2 minggu ini, tidur selalu diatas jam 24 dan merasa
tidak bugar di pagi hari, sebelum tidur paien selalu bermain game online. Pasien tidak
mengeluhakn kesusaha makan, tetap 3 kali sehari tanpa diingatkan.
Heteroanamnesis :
Heteroanamnesis didapat dari ayah dan ibu pasien. Menurut orang tua, pasien sering
melamun dan seperti orang kebingungan, mondar mandir dirumah, susah konsentarasi, semisal
diajak bicara, pasien menjawabnya lama sekali. Pasien marah-marah saat diganggu main game
online, marah-marah dirasakan sejak 2 minggu ini. Orang tua pasien sangat terganggu dengan
kebiasaan menyiram kaki pasien. Keluhan ini dirasa mulai antara pasien kecelakaan motor dan
operasi peritonitis. Pasien baru cerita kalau jatuh, sekitar 6 bulan setelah kejadian. Sampai
sekarang pasien tidak pernah diperiksakan karena ayah kebingungan alur periksa BPJS. Menurut
orang tua nya, pasien dirasa tidak beres saat sering pergi jauh tanpa ijin ke mereka, padahal
pasien tidak memiliki banyak uang saku untuk pergi. Pasien pernah pergi ke Kalimantan untuk
kerja di kelapa sawit tahun 2017, pasien bekerja sebagai pembuat lubang tanaman baru. Saat itu
pasien tidak ijin ke orang tua, pasien pergi lewat jendela kamar. Saat itu pasien diajak oleh teman
facebooknya, berbeda dengan yang mengajak kerja ke Bali. Karena merasa kerjaannya sangat
melelahkan dan kondisi badan pasien yang tidak kuat, pasien kabur dari tempat kerjaan menaiki
truk dan pulang ke rumah tanpa membawa hasil uang kerja, pasien hanya 3 minggu kerja. Pasien
juga pernah ke Bali tahun 2017 bersama temannya, saat itu pasien juga tidak pamit, padahal saat
itu ada jadwal semester antara. Pasien ke Bali katanya mau liburan setelah ujian smester.
Menurut orang tua pasien, dulu nya saat kecil pasien sangat aktif, mau bermain dengan
teman sekampungnya, semenjak setelah jatuh dari sepeda motor dan operasi periotonitis, pasien
dirasa kurang bergaul dengan teman sekitar, padahal banyak yang sepantaran dengan nya. Saat
ditanyakan ke pasien, pasien merasa minder, ketika ditanya minder kenapa, pasien tidak bisa
menjelaskan. Saat kecil pasien tidak sependiam sekarang, pasien sekarang mulai sering melamun
sendiri dan lemot ketika diajak bicara, keluhan ini dirasa mulai setelah operasi peritonitis terebut.
Saat pasien kuliah di Politeknik Jember, orang tua sering berkunjung ke Jember setiap
seminggu, kondisi pasien tidak ada maslaah, hanya memang tetap kurang nyambung saat diajak
bicara. Ayah pasien tidak setuju hubungannya dengan Lisa, karena lisa ini mengidap penyakit
depresi berat dan rutin berobat, diduga karena didikan keras sang ayah. Rumah Lisa dekat
dengan kampus, pasien pernah main kerumah Lisa namun dilarang masuk oleh ayah Lisa, hanya
diteras saja, ayah pasien merasa tersinggung dengan perilaku orangtua Lisa tersebut.

PEMRIKSAAN II Home Visite di Rumah Pasien (01 Januari 2020)


A. KELUHAN UTAMA
Autoanamnesis : mendengar bisikkan dan lidah menjulur
Heteroanamnesis : memukul kepalanya sendiri dan menarik lidah keluar

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Autoanamnesis :
Pemeriksa datang pukul 09.00 WIB di rumah pasien. Rumah pasien tampak bersih,
berdinding tembok putih, dan berlantai ubin. Saat pemeriksa datang ke rumah, pasien sedang
tidur. Pasien kemudian dibangunkan ibunya untuk menemui pemeriksa di ruang tamu. Pasien
mengenakan baju bola berwarna hitam dan celana jeans hitam, tampak kurang rapi, sesuai usia
dan gender. Pasien diperiksa ditemani ayah dan ibunya. Pemeriksaan dilakukan di ruang tamu.
Pasien diperiksa dalam posisi duduk. Selama pemeriksaan pasien tampak tenang. Pasien dapat
menjawab saat ditanya nama, usia dan waktu. Pasien berbicara dengan intonasi cukup, volume
cukup, kecepatan cukup, dan artikulasi jelas.
Pasien mengeluhkan mendengar bisikan hari Senin (30/12/2019) malam pukul 19.00
WIB. Bisikan tersebut memanggil nama pasien. Menurut pasien bisikan bukan dari orang yang
dia kenal, dia tidak ingat bisikan itu suara laki-laki atau perempuan. Bisikan terdengar saat
pasien berada di kamar sendirian, saat itu pasien merasa tidak enak perasaannya, kepala pusing,
gemetaran, dan lidah menjulur. Pasien menarik lidah dan memukul kepala nya sendiri. Pasien
mengatakan jika dia baru pertama kali seperti itu, dia merasa bahwa itu setelah mengonsumsi
obat dari poli 6 hari lalu. Obat yang diminum adalah risperidone 2mg pada malam hari.
Pasien mengatakan bahwa selama dia meminum obat setelah dapat dari poli minggu lalu,
awalnya dia merasa enakan, dia bisa tidur dengan nyenyak bahkan cenderung banyak tidur.
Pasien tidur habis minum obat jam 19.00 dan bangun jam 5 hanya untuk sholat kemudian pasien
merasa lemas sehingga melanjutkan tidur hingga bangun jam 12 siang. Itu terjadi selama 2 hari
awal konsumsi obat. Hari berikutnya pasien merasa lebih baikan, tidur tidak sebanyak 2 hari lalu.
Namun pada hari ke 4, pasien tiba-tiba mengalami kejadian tersebut. Pasien berhenti menjulur
lidah saat tidur, tidak ingat pasti jam berapa, bangun jam 5 pagi, merasa enakan.
Pasien tidak jadi mendaftar kursus bahasa korea karena khawatir tidak lulus tes
kesehatan. Pasien sudah membatasi bermain game online, HP akan diambil ibunya pada jam
21.00 WIB. Pasien dirumah hanya dikamar saja, sesekali keluar kamar jika dipanggil ibu atau
ayahnya. Pasien masih tidak mau keluar rumah karena merasa minder, saat ditanya kenapa
minder, pasien terlihat keingungan menjawab. Pasien menjawab dengan tidak konsisten, pertama
dia menjawab, dia minder karena dia takut atau trauma bersosialisasi dengan tetangga karena
takut melakukan hal yang salah, karena dulu pernah difitnah memecahkan lampu kampung,
tetangga tersebut menuduh pasien karena melihat pelaku dengan jaket dan motor yang mirip
dengan pasien. Kejadian itu sudah 2 tahun lalu. Namun, dikesempatan lainnya, pasien
mengatakan bahwa dia minder sejak jatuh dari motor dan sakit lama pasca operasi peritonitis.
Pasien jatuh dari motor pada tahun 2013 bersama temannya, pasien tidak mau keluar rumah
karena merasa tidak enak dengan temannya, saat ditanya mengapa tidak enak, pasien
mengatakan malu. Pasien dioperasi pada tahun 2014, pasien membutuhkan waktu lebih dari 1
bulan untuk pulih dari sakitnya, pasien mengaku bahwa sakit nya itu semakin membuat dirinya
minder karena merasa lemah. Pasien mengatakan bahwa dia juga tertekan saat bekerja di kapal
selama 10 bulan pada Oktober 2018- September 2019. Pasien merasa kehidupannya di kapal
keras, pasien tidak hanya sekali dipukul oleh senior nya karena melakukuakn kesalahan saat
menarik pancing. Pasien juga ketakutan saat terjadi ombak besar dan badai di lautan. Pasien
mengatakan bahwa awalnya dia pergi ke Bali karena ajakan temannya yang dikenal lewat
facebook, pasien janjian bertemu dengan temannya langsung di Bali. Pasien awalnya tidak tahu
kalau bekerja di kapal itu sebagai penarik pancing, hanya temannya mengatakan akan
ditempatkan sesuai kemampuan anaknya masing-masing. Dalam kontrak awalnya, tidak
disebutkan 10 bulan, namun hanya 3 bulan, bisa memilih memperpanjang atau tidak. Biaya
makan sudah ditanggung, namun kenyataannya biaya makan diambi dari gaji, pasien hanya
membawa uang 12 juta dari total gajinya seharusnya 26 juta selama 10 bulan.
Saat ditanya sejak kapan pasien sering melamun dan susah konsentrasi, pasien kembali
mengatakan sejak kecelakaan dan operasi tersebut. Pasien mengatakan bahwa kebiasaan
menyiram kaki nya juga berawal setelah kecelakaan dan operasi. Pasien mengatakan keluhan
semakin memberat ditambah setelah pulang dari kerja di kapal 3 bulan lalu itu. Pasein masih
mengetahui kondisi sekitar, semisal saat ada tamu seperti pemeriksa saat itu, pasien bisa
mengontrol kebiasaan menyiram kaki nya, hanya disaat ada kesempatan dan kondisi
memungkinan saja.
Pasien mengaku saat SD dulu tidak sependiam sekarang, mulai diam saat SMP dibully,
pasien dibully dengan mengolok-olok nama orang tua saja. Pasien sering diajak bolos temannya,
dan dia takut menolak karena temannya itu anak polisi. Pasien sempat bolos 15 hari, dan
mendapat hukuman memperbaiki ujian yang ditinggalkan selama bolos. Pasien masih
berhubunagn dengan pacarnya yang di Jember, kemaren sabtu barus saja keluar bareng makan di
Jember. Pasien mengatakan bahwa dia agak malu dengan pacarnya karena pasien selalu dikirimi
pulsa, pasien mengatakan “masa cowok yang matre kan biasanya cewek”. Pasien mengatakan
nyambung ketika berbicara dengan pacarnya.

Heteroanamnesis :
Dilakukan kepada ayah dan ibu pasien. Menurut ayah pasien, keluhan tidur sudah
membaik pada awal pengobatan. Pasien justru banyak tidur dari sebelumnya. Pasien sudah
dibatasi main game online, hanya sampai jam 21.00 WIB. Pasien tidak marah dengan
pembatasan tersebut, dia mengerti kondisi penyakitnya. Pada hari senin malam (30/12/2019),
pasien yang berada dikamar sendirian tiba-tiba teriak, “Dokter nya salah ngasih dosis ke aku, ini
kebanyakan, salah ngasih obat dia”, saat dihampiri ke kamarnya, pasien dalam kondisi menarik
lidahnya keluar. Pasien memukul kepala nya karena merasa sangat pusing. Pasien mengatakan
ada bisikkan yag memanggil namanya “ Firman…. Firman…..”. Pasien tidak sampai kejang.
Kemudian pasien tertidur jam 23.00 hingga bangun pagi. Keesokan harinya, pasien langsung
dibawa ke poli psikiatri RSD dr. Soebandi untuk mengeluhkan gejala nya, telah mendapat
tambahan obat olanzapine 5mg dan THD 2mg.
Sehari setelah minum obat itu, pasien dirasa enakan, sudah tidak ada lagi bisikan dan
keluhan pusing. Namun pasien masih susah konsentrasi, menjawab pertanyaan tanpa dipikir
terlebi dahulu. Contohnya, ketika ditanya berapa jam dia main game, pasien menjawab 12 jam.
Padahal dia tidur saja lebih dari 12 jam sehari saat itu. Pasien masih kadang-kadang melamun
dengan pandangan kosong. Kebiasaan menyiram kaki tidak sesering dulu, karena kebanyakan
pasien tidur.
Semua keluhan dirasa bermula setelah pasien operasi peritonitis, pasien jadi lebih
pendiam dan sering melamun. Pasien melakukan hal-hal aneh yang tidak wajar, seperti menyetel
speaker rumah dengan suara keras, mondar mandir di rumah. Pasien pernah di ruqyah oleh ustad
kenalan ayah pasien, saat ruqyah, pasien bertingkah aneh, mengeluarkan suara seperti orang
dewasa, memanjat dinding hingga atap, kata ustad itu pasien kerasukan jin yang selama ini
berada didalam keris yang tersembunyi di rumah pasien.
Pasien sering bertingkah tanpa pikir panjang, pasien pernah kabur dari lewat jendela pada
tahun 2017, pasien pergi ke Kalimantan diajak kerja oleh temannya yang dikenal lewat facebook.
Padahal saat itu dia tidak membawa uang saku banyak. Pasien hanya bertahan kerja 3 minggu
karena merasa tidak kuat dengan kerjaan, pasien pulang setelah 2 hari terlantar di bandara
Kalimantan Tengah tanpa uang dan pulsa. Pasien dikenali oleh salah satu saudara tetangga, yang
akhirnya melapor ke ayah pasien, dan akhirnya ayah pasien mngirim uang ke pasien untuk
pulang.
Saat setelah pasien putus kuliah, ayah pasien sempat mengajak pasien kerja bersama
pamannya yang sukses dibengkel pembuat pagar dan tangga besi, namun pasien menolak karena
tidak cocok dengan kerjaan. Ayah pasien merasa pasein tidak pernah menerapkan ilmunya di
STM dan politeknik, pasien tidak ada hobi dan keahlian dibidang mesin. Pasien sempat sekolah
di BLKI (Balai Latihan Kerja Internasional) pada Agustus-September 2019, disana pasien
dibagian IT nya, pasien berhenti karena akan berangkat kerja ke Bali.
Kondisi pasien semakin buruk saat setelah pulang dari kerja di kapal September 2019,
pasien pulang dengan keadaan seperti “gembel” kata ayah nya. Pasien jadi hitam legam, rambut
gondrong, baju dan celana bolong. Saat dirumah, pasien lebih sering melamun, mondar mandir
dan kebiasaan menyiram kaki yang semakin sering. Pasien bicara semakin tidak masuk akal,
pasien mengatakan pernah jalan-jalan di Australia, makanan disana lebih enak dan pernah pergi
ke kutub, pasien seolah pernah berada disana, padahal saat dikapal pasien hanya berada dilautan
tidak pernag berlabuh didaratan. Pasien bahkan sekarang pemarah, saat diingatkan untuk
berhenti main game online, pasien membentak dan membanting barang rumah, sudah 2 minggu
keluhan marah semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai