Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat badan : 13 kg
Alamat : Jl. Sejahtera Padang Kapuk, Kecamatan Kota Manna
Suku Bangsa : Indonesia

Nama Ibu : Ny. M


Alamat : Jl. Sejahtera Padang Kapuk, Kecamatan Kota Manna
Suku Bangsa : Indonesia

Masuk Rumah Sakit : 16 Mei 2014


Keluar Rumah Sakit : 29 Mei 2014
No Rekam Medis : 652070

B. DATA DASAR
1. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu pasien)
a. Keluhan Utama : Luka bakar terkena air panas pada dada, perut, wajah
dan kedua lengan sekitar 5 jam SMRS.

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


5 jam SMRS, saat bermain di halaman rumahnya, penderita
tersandung dan masuk ke dalam ember yang berisi air panas yang tidak
mendidih. Penderita langsung ditolong keluarganya dan di bawa ke
RSUD Manna. Penderita telah mendapatkan pengobatan IVFD RL gtt
x/menit, Pronalges supp 3x1, drip Ketorolac 2 ampul dan injeksi
Cefotaxime 2x250 mg di RSUD Manna. Kemudian penderita di rujuk ke
RSMY Bengkulu. Penderita tidak sesak dan tidak pingsan.

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Penderita belum pernah mengalami hal
serupa sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga penderita belum pernah


mengalami hal serupa sebelumnya.

e. Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi: Penderita merupakan anak


kedua dari dua bersaudara.

C. PRIMARY SURVEY
A: Bebas
B: Spontan, reguler, RR: 24x/menit
C: HR: reguler, kuat, 114x/menit
Suhu: 37,5o C axiller

D. SECONDARY SURVEY
Regio kepala : Luka bakar di seluruh wajah, tampak sedikit
menghitam, tak tampak bula, permukaan tidak
basah atau berair.
Regio toraks : Luka bakar di seluruh dada bagian depan, tampak
kemerahan, terdapat bula, permukaan basah atau
berair dan nyeri
Regio abdomen : Luka bakar di seluruh perut bagian depan,
tampak kemerahan, terdapat bula, permukaan
basah atau berair dan nyeri
Regio ekstremitas superior : Luka bakar di seluruh tangan kanan dan kiri
bagian depan, tampak kemerahan, terdapat bula,
permukaan basah atau berair dan nyeri

E. DIAGNOSIS
Diagnosis utama: Luka bakar derajat II 55%

2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM
Nilai Nilai Normal
Ht 33 37-47 %
Hb 11,8 13-18 gr/dl
Leukosit 4.900 4.000-10.000 mm3
Trombosit 172.000 150.000-400.000 sel/mm3
Malaria (-) negative

G. HASIL FOLLOW-UP
1. Hari pertama pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (17/Mei/2014):
S : Terasa nyeri dan panas di tempat luka
O : KU TSS, CM, N: 110x P:25x S:36C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum

2. Hari kedua pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (18/Mei/2014):


S : Infus tidak bisa terpasang, demam (+), mengigil (+), gelisah (+)
O : KU TSS, CM, N: 105x P:24x S:39,5C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, cefixime syr 2x1 ¼ sendok obat, PCT syr 3x
cth I, diet bubur biasa dan banyak minum

3. Hari ketiga pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (19/Mei/2014):


S : Luka masih tampak basah, sering terbangun saat tidur
O : KU TSS, CM, N: 102x P:26x S:37C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan
luka dengan salep Mebo

3
4. Hari keempat pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (20/Mei/2014):
S : semalam menggigil, luka masih basah, nyeri pada daerah luka
O : KU TSS, CM, N: 100x P:22x S:36C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

5. Hari kelima pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (21/Mei/2014):


S : Luka masih basah namun nyeri sudah berkurang
O : KU TSS, CM, N: 120x P:28x S:36C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

6. Hari keenam pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (22/Mei/2014):


S : tidak demam, tidur nyenyak, kulit bekas luka bakar didaerah
wajah sudah lepas
O : KU TSS, CM, N: 120x P:30x S:37,4C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

7. Hari ketujuh pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (23/Mei/2014):


S : Kulit bekas luka bakar di beberapa bagian tubuh sudah terlepas,
luka di tangan masih tampak basah
O : KU TSS, CM, N: 112x P:26x S:36,8C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

4
8. Hari kedelapan pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (24/Mei/2014):
S : luka di tangan sudah mulai kering, kulit di beberapa daerah
tubuh mulai banyak mengelupas
O : KU TSR, CM, N: 120x P:28x S:37C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

9. Hari kesembilan pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (25/Mei/2014):


S : Luka sudah mulai mengering dan membaik
O : KU baik, CM, N: 110x P:26x S:37,6C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : RL xv gtt/menit, Cefotaxime inj 2x250 mg, ketorolac 3x1/2
amp, PCT syr 3x cth I, diet bubur biasa dan banyak minum, perawatan luka
dengan salep Mebo

10. Hari kesepuluh pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (26/Mei/2014):


S : Luka sudah mulai mengering, nafsu makan baik, tidur nyenyak
O : KU baik, CM, N: 128x P:28x S:36C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : Amoxicilin Syr 3 x 1 ½ cth, PCT Syr 3 x 1 ½ cth, diet bubur
biasa dan banyak minum, perawatan luka dengan salep Mebo, fisioterapi

11. Hari kesebelas pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (27/Mei/2014):


S : Luka sudah membaik, sudah mulai mobilisasi
O : KU baik, CM, N: 120x P:26x S:36,5C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : Amoxicilin Syr 3 x 1 ½ cth, PCT Syr 3 x 1 ½ cth, diet bubur
biasa dan banyak minum, perawatan luka dengan salep Mebo

12. Hari keduabelas pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (28/Mei/2014):


S : Tidak ada keluhan, keadaan sudah membaik
O : KU baik, CM, N: 120x P:26x S:36,5C

5
A : Luka bakar derajat II 55%
P : Amoxicilin Syr 3 x 1 ½ cth, PCT Syr 3 x 1 ½ cth, diet bubur
biasa dan banyak minum, perawatan luka dengan salep Mebo

13. Hari ketigabelas pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (29/Mei/2014):


S : Tidak ada keluhan, keadaan sudah membaik dan stabil
O : KU baik, CM, N: 100x P:26x S:37,5C
A : Luka bakar derajat II 55%
P : Pasien pulang

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

LUKA BAKAR
A. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ terbesar tubuh, memiliki berat sekitar 15% dari berat
badan orang dewasa.1,2 Kulit tersusun atas tiga lapisan, yakni epidermis, dermis
dan subkutan.1,2

Gambar 1. Anatomi Kulit

Epidermis merupakan epitel gepeng berlapis, terutama tersusun atas dua


jenis sel, yakni keratinosit (memproduksi protein keratin) dan sel dendritik.1,2
Epidermis terbagi menjadi empat lapisan yang terbentuk akibat perbedaan
maturasi keratin, antara lain1,2:
1. Lapisan sel basal (stratum germinativum)
2. Lapisan sel gepeng (stratum spinosum)
3. Lapisan sel granular (stratum granulosum)
4. Lapisan sel tanduk (stratum korneum)

7
Pada lapisan epidermis yang tebal, kadang tampak suatu lapisan jernih
(stratum lucidum) yang merupakan lapisan transisi dari stratum granulosum ke
stratum korneum.2
Stratum basale atau stratum germinativum yang melekat pada permukaan
membran basal merupakan selapis sel yang aktif bermitosis. 1,2 Sel yang makin
tua makin terdorong ke permukaan, memproduksi granul keratohialin, dan
disebut keratinosit.3 Keratinosit inilah yang membentuk epidermis. 1,2 Makin ke
permukaan sel menipis, berdegenerasi, dan mati menjadi lapis keratin yang
dilepas setiap hari dari permukaan kulit.1-3

Gambar 2. Lapisan Epidermis

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh suatu membran dasar
yang disebut dermal-epidermal junction.1 Difusi cairan, nutrisi dan produk sisa
berlangsung melewati membran ini.1 Dibawah membran ini terdapat lapisan
yang banyak mengandung organel-organel penyokong, seperti serabut kolagen,
jaringan ikat, fibroblas, pembuluh darah, limfatik, serabut dan sel saraf, kelenjar
keringat serta akar rambut.1-3
Pembuluh darah dermis tersusun atas dua pleksus kapiler yang saling
berhubungan, yakni pleksus superfisial yang terdapat di lapisan papier dermis
serta pleksus bawah yang terdapat di pertemuan dermis dan subkutan.1-3
Sama halnya dengan arteriol dan venula, berkas saraf atau nerve bundles
juga banyak terdapat di dermis.1,2 Badan Meissner sensitif terhadap sentuhan,
dan banyak ditemukan di bagian telapak tangan dan kaki, terutama di ujung-
ujunng jari.1,2 Badan vater-Paccini sensitif terhadap tekanan dan terdapat di
8
lapisan dalam dermis dan daerah genitalia.1,2 Sensasi nyeri, temperatur dan gatal
diteruskan melalui serabut saraf tak bermielin yang berakhir bebas di sekitar
folikel rambut.1-3
Lapisan terdalam kulit adalah subkutis, yang tersusun atas jaringan ikat
longgar dan lemak.1-3

Gambar 3. Organel Kulit

B. Fisiologi Kulit

Gambar 4. Fungsi Kulit

9
Sebagai penutup, kulit melindungi tubuh dari trauma mekanis, radiasi,
kimiawi dan dari kuman infeksius.3 Asam laktat dalam keringat dan asam amino
hasil perubahan keratinisasi mempertahankan pH permukaan kulit antara 4-6
yang akan menghambat pertumbuhan bakteri.2,3 Kulit juga berfungsi sebagai
pengindera raba karena mengandung ujung saraf sensoris di dermis. 1,2 Fungsi
pengaturan suhu tubuh didapat dari adanya dua lapis pleksus pembuluh darah
dermis dan fungsi kelenjar keringat, yang keduanya diatur oleh persarafan
otonom.3

C. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh api, atau oleh penyebab
lain seperti air panas, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia berupa basa atau asam kuat.3,4 Luka bakar yang diakibatkan oleh listrik
maupun bahan kimia memerlukan perhatian khusus.5,6

D. Epidemiologi
Luka bakar merupakan masalah kesehatan global, diperkirakan sebanyak
265.000 kematian per tahunnya.7 Kebanyakan kasus terjadi di negara-negara
yang berpenghasilan menengah ke bawah, termasuk di negara bagian Asia
Tenggara.7,8

Gambar 5. Epidemiologi Luka Bakar


Insidensi kejadian luka bakar terutama meningkat pada anak, terutama
anak-anak berusia kurang dari lima tahun.9 Faktor-faktor yang menyebabkan

10
luka bakar pada anak paling banyak adalah api yang membakar (flame burn)
sekitar 57% dan bahan atau cairan panas (scalding) sekitar 32%.8,9

E. Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia.1-3 Apabila kulit terbakar atau
terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitarnya, dan area
yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat.3
Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan
bula yang mengandung banyak elektrolit. 2,3 Akibatnya cairan intravaskuler dapat
berkurang dengan cepat.3 Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,
mekasnisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi nya.3 Bila kulit sudah
terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala
yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang.3

F. Luas Luka Bakar


Penilaian luasnya luka bakar memiliki peranan yang penting dalam
menentukan banyaknya terapi cairan yang dibutuhkan.9 Luas luka bakar
ditentukan berdasarkan total body surface area (TBSA).9 Perhitungan luas luka
bakar dapat menggunakan metode rule of nine untuk dewasa dan lund and
browder chart untuk anak.3,4,9 Perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Rule of Nine dari Wallace, yakni sebagai berikut:

Gambar 6. Rule of Nine

11
Untuk luka bakar yang distribusinya tersebar, rumus luas permukaan
telapak tangan (termasuk jari-jari) pasien sama dengan 1% luas permukaan
tubuhnya, sehingga dapat membantu memperkirkan luas luka bakar.3,4,9

2. Lund and Browder, yakni sebagai berikut:

Gambar 7. Lund and Browder Chart


G. Derajat Luka Bakar
Derajat luka bakar penting untuk menilai beratnya luka bakar,
merencanakan perawatan luka, dan memprediksi hasil dari segi fungsional
maupun kosmetik.9 Kedalaman kerusakan jaringan tergantung pada derajat
panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. 5
Pembagian derajat luka bakar antara lain sebagai berikut3-6,8,9:
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan jaringan terbatas hanya pada lapisan epidermis
(superficial). Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan
khusus. Contoh luka bakar derajat I adalah sengatan sinar matahari.

12
Gambar 8. Derajat I

2. Luka bakar derajat II


Kerusakan jaringan meliputi epidermis dan sebagian dermis. Luka
bakar derajat II dibedakan menjadi dua bagian, yakni:
a. Derajat II dangkal/superfisial (IIa)
Kerusakan jaringan mengenai bagian epidermis dan
lapisan atas dari dermis (stratum corneum). Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari
tanpa terbentuk sikatrik.

Gambar 9. Derajat II dangkal


13
b. Derajat II dalam/deep (IIb)
Kerusakan jaringan mengenai hampir seluruh bagian
dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.

Gambar 10. Derajat II dalam

3. Luka bakar derajat III


Kerusakan jaringan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang
lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ
kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

14
Gambar 11. Derajat III

H. Penanganan Luka Bakar


1. Primary Survey dan Resusitasi Pasien Luka Bakar
a) Primary Survey
Mempertahankan jalan napas5,6,9,10
Trauma jalan napas merupakan penyebab kematian
terbanyak pada pasien luka bakar. Cedera jalan napas akibat luka
bakar dapat menyebabkan obstruksi, hipoksia bahkan kematian.
Pada pasien luka bakar, pemberian O2 dan pembersihan jalan
napas merupakan komponen yang penting.
Namun pada beberapa kondisi, penanganan trauma
inhalasi membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanis.
Berikut adalah indikasi intubasi pada pasien luka bakar, yakni:
- Luka bakar pada wajah
- Deposit karbon dan perubahan struktur akibat inflamasi
di faring dan rongga hidung
- Terdapat tumpukan karbon pada dahak
- Stridor dan suara parau
- Retraksi dan sesak napas
- Penurunan kesadaran

b) Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan sangat membantu untuk mengembalikan
volume intravaskular secara adekuat sehingga dapat mencegah
terjadinya hipotensi dan syok, untuk mengkoreksi abnormalitas

15
dari elektrolit serta meminimalkan insufisiensi ginjal. 3,9 Ada
beberapa cara dalam menghitung kebutuhan cairan pada pasien
luka bakar, antara lain:
Cara Evans3
ii. Hari pertama:
- Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg x
1 cc NaCl per 24 jam
- Luas luka dalam persen x berat badan dalam kg x
1 cc koloid per 24 jam
- 2000 cc glukosa 5% per 24 jam
- Separuh jumlah volume diberikan dalam 8 jam
pertama dan sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya
iii. Hari kedua: pemberian cairan diberikan setengah dari
jumlah cairan pada hari pertama
iv. Hari ketiga: pemberian cairan diberikan setengah dari
jumlah cairan pada hari kedua.

Cara Baxter3,6,9
i. Hari pertama: luas luka dalam persen x berat badan dalam
kg x 4 cc larutan RL. Separuh dari jumlah cairan ini
diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam
16 jam.
ii. Hari kedua: pemberian cairan diberikan setengah dari
jumlah cairan pada hari pertama.

Cara Parkland9
Luas luka bakar dalam persen x berat badan dalam kg x 4 cc dan
ditambah dengan cairan rumatan. Cairan rumatan dapat
digunakan dextrosa 5% dalam ringer laktat yang jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan:
- < 10 kg: 100mL/kg
- 11-20 kg: 1000mL + (berat badan – 10 kg) x 50 mL
- > 20 kg: 1500mL + (berat badan – 20 kg) x 20 mL

16
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama
dan sisanya dalam 16 jam berikutnya.

Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal


yaitu 1 mL/kgBB/ jam dan 3 mL/kgBB/jam pada pasien anak3-6,8,9

2. Secondary Survey
a) Penanganan
i. Antibiotik
Pasien luka bakar (khususnya luka bakar luas) berpotensi
mengalami infeksi sekunder, yang terutama disebabkan oleh
bakteri gram positif, yakni stafilokokus yang berdomisili di
kelenjar keringat dan folikel rambut.9 Tujuan utama
penanganan luka adalah untuk mempercepat epitelisasi
sehingga dapat mengurangi risiko infeksi sekunder.9
Luka bakar yang terinfeksi apabila9,10:
- perubahan kesadaran pasien menjadi letargi,
hipotermia, hipertermia maupun tanda-tanda syok
- perubahan pada luka (warna dan bau)
- pemeriksaan kultur jaringan positif mengandung
mikroorganisme
- edema dipinggir luka
Pemberian antibiotik profilaksis tidak dianjurkan pada
luka bakar yang baru terjadi, namun diberikan bila terjadi
infeksi.5

ii. Analgesik
Luka bakar dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga akan
mengganggu proses emosi dan fisiologi pasien.9 Diperlukan
pemberian analgesik dan sedatif yang dapat mengontrol
nyeri.5,9 Analgetik yang biasa diberikan pada anak dengan
luka bakar adalah parasetamol dan AINS.9 Namun bila
dengan pengobatan oral masih tidak berespons, dapat
diberikan analgetik intravena.9

17
iii. Nutrisi
Pada pasien luka bakar terutama luka bakar luas, terjadi
peningkatan metabolisme akibat respons stress berlebihan.9
Hal ini dapat mengakibatkan pasien menjadi kekurangan
nutrisi dan lambatnya proses penyembuhan.9
Minuman diberikan pada penderita luka bakar segera
setelah peristalsis menjadi normal (sebanyak 25
mL/kgBB/hari) sampai diuresis sekurang-kurangnya
mencapai 30 mL/jam.3 Makanan diberikan pada penderita
luka bakar segera setelah dapat minum tanpa kesulitan dan
sedapat mungkin sebanyak 2500 kalori/hari dengan
kandungan protein 100-150 gr/hari. Sebagai tambahan
dapat diberikan vitamin A, B, D, Fe sulfat 500 mg dan
mukoprotektor.3

iv. Perawatan luka


Tujuan utama perawatan luka adalah mencegah infeksi
dan melindungi luka terhadap terjadinya infeksi sekunder.9
Cleansing dan debridement merupakan tindakan rutin yang
harus dilakukan.9
Perawatan luka dapat dilakukan secara terbuka maupun
tertutup.3 Perawatan terbuka dilakukan dengan membiarkan
permukaan luka yang sudah diolesi obat topikal tetap
terbuka, sehingga permukaan luka menjadi dingin dan
kering sehingga kuman sulit berkembang.3 Keuntungan
perawatan terbuka adalah mudah dan murah.3 Namun
kerugiannya adalah bila digunakan obat tertentu, dapat
menimbulkan noda kotor pada penderita maupun alas tidur.3
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan
yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan
kontaminasi, tetapi masih cukup longgar untuk
berlangsungnya penguapan.3 Keuntungan perawatan ini
adalah luka tampak rapi, terlindung, nyaman bagi penderita,

18
dan dapat mengurangi nyeri yang timbul akibat aliran udara
ruangan diatas luka, namun dibutuhkan tenaga dan dana
yang lebih dalam penggantian pembalut luka.3

v. Fisioterapi
Penderita yang mulai stabil keadaannya memerlukan
fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan
mencegah kekakuan sendi.3

I. Kriteria Merujuk
Kriteria luka bakar yang perlu dirujuk adalah sebagai berikut4-6:
1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada
pasien yang berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun
2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut di atas
3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga,
tangan, kaki, genitalia atau perineum atau yang mengenai kulit sendi
utama
4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua
umur
5. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah
kulit hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain)
6. Luka bakar kimia
7. Trauma inhalasi
8. Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang sedang dideritanya
dapat mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan atau dapat
mengakibatkan kematian
9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah risiko morbiditas
dan mortalitas, ditangani dahulu di IGD sampai stabil baru dirujuk ke
pusat luka bakar
10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa
petugas dan peralatan yang memadai
11. Pasien luka bakar yang perlu penanganan khusus seperti masalah sosial,
emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan
kekerasan pada anak atau anak yang ditelantarkan

19
BAB III
PEMBAHASAN

20
MASALAH PADA KASUS:
BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PADA PASIEN INI?
A. Luas Luka Bakar
Pasien mengalami luka bakar di daerah wajah, dada, perut, bagian depan tangan
kanan dan kiri serta sedikit di bagian punggung.

Gambar 12. Persentase luka bakar pada pasien

Menurut perhitungan luas luka bakar dengan metode lund and browder chart,
persentase luas luka bakar pada pasien ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala 17%
2. Leher 2%
3. Tubuh bagian depan 13%
4. Lengan atas kanan dan kiri 8%
5. Lengan bawah kanan dan kiri 6%
6. Tangan kanan dan kiri 5%
7. Sedikit di bagian punggung 4%
Total 55%

B. Derajat Luka Bakar

21
Manifestasi klinis yang terdapat pada pasien berupa eritema, muncul bula di
beberapa daerah luka, luka tampak basah dan terasa nyeri. Berdasarkan gejala
yang muncul, derajat luka bakar pada pasien adalah derajat IIA/superfisial.

Gambar 13. Patofisiologi Luka Bakar

C. Resusitasi Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien ini adalah sebagai berikut:
% TBSA x BB (kg) x 4 cc = 55 x 13 x 4 = 2860cc/24 jam
1430cc/8 jam = 178,75cc/jam = 3cc/menit = 60 tetes per menit
1430cc/16 jam = 89,375cc/jam = 1,5cc/menit = 30 tetes per menit

Cairan yang digunakan adalah Ringer Lactate. Penelitian pun menyebutkan


bahwa penggunaan cairan kristaloid lebih menguntungkan dibandingkan cairan
koloid, karena dapat muncul efek samping (hipersensitivitas dan reaksi alergi)
pada penggunaan koloid sehingga penggunaannya tidak dianjurkan pada anak
dengan luka bakar.11

D. Penatalaksanaan Luka Bakar

22
Pasien mendapatkan terapi berupa:
1. Cefotaxime injeksi
Cefotaksim termasuk ke dalam golongan sefalosporin generasi ketiga.12,13
Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak
bakteri beta laktamase sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih
luas.12,13 Dibandingkan dengan agen generasi kedua, obat ini memiliki cakupan
gram negatif yang lebih luas dan juga terhadap gram positif aerobik. 12,13 Obat
ini dapat digunakan sebagai pencegahan pasca operasi (pencegahan
septikemia) yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, serratia,
streptokokus dan stafilokokus.14 Efek samping tersering yang terjadi adalah
timbulnya reaksi alergi, seperti anafilaksis, demam, ruam kulit sehingga pada
pasien dengan riwayat anafilaksis pada penisilin tidak boleh menggunakan
sefalosporin13 Obat ini diberikan tiap 6 sampai 12 jam, dan tersedia dalam
bentuk bubuk obat suntik 1, 2, dan 10 g. Dosis untuk anak sebesar 50-
200mg/kgBB/hari dalam 4-6 dosis.12
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa target utama penggunaan
antibiotik sistemik pada pasien luka bakar adalah untuk bakteri gram positif
dan penggunaannya secara signifikan dapat menurunkan mortalitas pasien luka
bakar.15 Namun, kualitas dari pengolahan data pada penelitian tersebut masih
lemah, sehingga masih dibutuhkan penelitian yang lebih kuat.15

2. Ketorolac injeksi
Ketorolak (OAINS) merupakan analgesik poten dengan efek anti-
inflamasi sedang, dan obat ini selektif menghambat COX-1.12,13 Efek analgesik
ini terbukti efektif untuk menggantikan morfin dalam beberapa situasi yang
melibatkan nyeri pasca operasi ringan dan sedang.13 Efek samping yang
mungkin muncul adalah gangguan saluran cerna, mengantuk, pusing dan sakit
kepala.12 Dosis iv 15-30 mg, dan dipakai tidak lebih dari 5 hari karena
kemungkinan iritasi lambung besar.13 Dosis pada anak sebesar
0,5mg/kgBB/hari dalam 3 dosis.13

Daftar Pustaka:

23
1. Skin Structure and Function. Diunduh dari
http://courses.washington.edu/Lit_SkinStruct_bensouillah_Ch01.pdf
2. Kolarsick, A.J. Kolarsick, Ann. Goodwin, Carolyn. Anatomy and Physiology of
the Skin. 2009. p. 1-12.
3. Sjamsuhidajat, R. Karnadihardja, Warko. Prasetyono, T. Rudiman, Reno. Buku
Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. 2011. Jakarta: EGC. p. 394-6.
4. Reksoprodjo, Soelarto. Pusponegoro, Aryono. Kartono, Darmawan. Hutagalung,
EU. Sumardi, Rochani. Luthfia, Chaula. Dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta: Binarupa Aksara. p. 404-9.
5. Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Advanced trauma Life Support for Doctors Student
Course Manual, 8th Ed. 2008. Jakarta: Komisi Trauma IKABI. p. 247-62.
6. Noer, Sjaifuddin. Saputro, Iswinarno. Perdanakusuma, David. Penanganan Luka
Bakar. 2006. Surabaya: Airlangga University Press
7. Mock, C. Peck, M. Peden, M. Krug, E. et al. A WHO plan for burn prevention
and care. 2008. Geneva: World Health Organization.
8. Lofberg, Katrine. Farmer, Diana. Stewart, Christopher. Pediatric Burn Injury in
the Developing World. 2012. San Francisco: University of California
9. Dzulfikar. Penanganan Luka Bakar di Ruang Perawatan Intensif Anak. Majalah
Kedokteran Terapi Intensif, 2012; 2 (2): 79-84.
10. DeSanti, Leslie. Pathophysiology and Current Management of Burn Injury.
2005. Lippincott Williams & Wilkins.
11. Huwer, Christina. Are Colloid Solutions Essential for the Treatment of Pediatric
Trauma or Burn Patient?. 2012. WHO: Geneva
12. Syarif, Amir. Ascobat, Purwantyastuti. Estuningtyas, Ari. Setiabudy, Rianto.
Setiawati, Arini. Sunaryo, R. Dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi Lima. 2009.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 682-5, 818-9.
13. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. 2012. Jakarta: EGC.
p. 572, 759-60
14. Theodorus. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta: EGC. 2012. p. 246.
15. Avni, Tomer. Levcovich, Ariela. Ad-El, Dean. Leibovici, Leonard. Paul, Mical.
Prophylactic Antibiotics for Burns Patients: Systematic review and meta-
analysis. BMJ, 2010; 340: 1-10.

DAFTAR ISI

24
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I. LAPORAN KASUS........................................................................ 1

A. Identitas Penderita..................................................................... 1

B. Data Dasar................................................................................. 1

C. Primary Survey.......................................................................... 2

D. Secondary Survey ..................................................................... 2

E. Diagnosis................................................................................... 2

F. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 3

G. Hasil Follow-Up........................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

A. Anatomi Kulit............................................................................ 7

B. Fisiologi Kulit............................................................................ 9

C. Definisi Luka Bakar.................................................................. 10

D. Epidemiologi Luka Bakar......................................................... 10

E. Patofisiologi Luka Bakar........................................................... 11

F. Luas Luka Bakar....................................................................... 11

G. Derajat Luka Bakar................................................................... 12

H. Penanganan Luka Bakar............................................................ 15

I. Kriteria Merujuk........................................................................ 19

BAB III. PEMBAHASAN............................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 24

LAPORAN KASUS DAN REFERAT


LUKA BAKAR

25
Oleh:
Siti Zhahara
NPM: H1A010006

Pembimbing:
dr. Raymond Ukurta Meliala, Sp. B, FINACS

BAGIAN BEDAH RSUD DR M YUNUS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2014

26

Anda mungkin juga menyukai