Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita temukan semua hasil karya manusia
mulai dari semua yang berhubungan dengan transportasi, tempat tinggal, perkakas rumah
tangga, apapun itu hasil karya manusia. Semua hal itu tidak lepas dari yang namanya bahan
dasar atau bahan baku untuk pembuatan buah karya manusia . Bahan-bahan dasar dapat
diperoleh dari alam, manusia menggali, memurnikan, mengolah dan mencampur dengan
bahan lain sehingga menghasilkan bahan baru. Semua bahan dasar adalah anugrah Tuhan
untuk manusia untuk itu tugas kita sebagai manusia adalah memanfaatkan dengan seefesien
dan sebaik mungkin, menjaga dari tangan tangan manusia lain yang tidak bertanggung jawab.

Aluminium (dalam bentuk bauksit) adalah suatu mineral yang berasal dari magma
asam yang mengalami proses pelapukan dan pengendapan secara residual. Proses
pengendapan residual sendiri merupakan suatu proses pengkonsentrasian mineral bahan
galian di tempat. Aluminium merupakan suatu metal reaktif, dan tidak terjadi secara alami.
Oleh karena itu, aluminium tak dikenal sebagai unsur terpisah sampai tahun 1820-an,
walaupun keberadaan nya telah diramalkan oleh beberapa ilmuwan yang telah belajar
aluminum campuran. Aluminium pertama kali diproduksi dengan bebas oleh ahli kimia dan
ahli ilmu fisika yang berasal dari Denmark, Hans Oersted Kristen, dan ahli kimia Jerman,
Frederich Wohler, pada pertengahan tahun1820-an. Nama aluminum diperoleh dari bahasa
latin: alumen, yang berarti tawas tawas ( suatu aluminium sulfate mineral).

Aluminium termasuk salah satu bahan atau material dari alam, walaupun untuk
mengolah sampai benar-benar jadi sebagai sebuah aluminium, butuh proses yang terbilang
komplek. Dalam pemaparan makalah ini, akan dijelaskan mulai dari keunggulan aluminium
dengan logam lain, proses penggalian, pengolahan sehingga menjadi aluminium dan
pemanfaatan aluminium. Aluminium terbilang unik, karena bahan material ini terbilang
mudah memperolehnya dan cukup banyak di Indonesia yang memperjual belikannya.
Aluminium yang akan di bahas dalam makalah ini adalah aluminium yang bermanfaat sebagai
bahan kontruksi bangunan.

B. Perumusan Masalah

1
1. Apa keunggulan-keunggulan aluminium sebagai suatu material secara umum dan
keunggulan aluminium sebagai bahan konstruksi rumah secara khusus??

2. Bagaimanakah proses pengolahan aluminium dari bahan mentah menjadi bahan


jadi berbentuk aluminium?

3. Apa manfaat aluminium secara umum dan manfaat aluminium dalam konstruksi
bangunan secara khusus?

4. Berapa besar potensi penyebaran bauksit sebagai bahan dasar pembuatan


aluminium di Indonesia, sekaligus permasalahan dalam pengelolaanya?

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Keunggulan Aluminium

Dalam tiga dasawarsa terakhir ini aluminium telah menjadi salah satu logam industri yang
paling luas penggunaannya di dunia.Aluminium banyak digunakan didalam semua sektor
utama industri seperti angkutan, konstruksi bangunan, listrik, peti kemas dan kemasan, alat
rumah tangga serta peralatan mekanis. Penggunaan aluminium yang luas disebabkan
aluminium memiliki sifat-sifat yang lebih baik dari logam lainnya seperti :

1. Ringan, memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan
karenanya banyak digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
Aluminium juga baik digunakan sebagai kusen, pintu atau kanopi.

2. Kuat, terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan untuk pembuatan produk
yang memerlukan kekuatan tinggi seperti pesawat terbang, kapal laut, bejana tekan,
kendaraan, kusen rumah, pintu, kanopi galvalum dll

3. Keras tetapi mudah dibentuk, dengan semua proses pengerjaan logam. Mudah
dirakit karena dapat disambung dengan logam/material lainnya melalui pengelasan,
brazing, solder, adhesive bonding, sambungan mekanis, atau dengan teknik
penyambungan lainnya.

2
4. Tahan korosi , sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang
dipengaruhi oleh unsur-unsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya,
baik di ruang angkasa atau bahkan sampai ke dasar laut.

5. Konduktor listrik, setiap satu kilogram aluminium dapat menghantarkan arus listrik
dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan tembaga. Karena aluminium relatif
tidak mahal dan ringan, maka aluminium sangat baik untuk kabel-kabel listrik
overhead maupun bawah tanah

6. Konduktor panas, sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat
pemindah panas sehingga dapat memberikan penghematan energy.

7. Memantulkan sinar dan panas , Dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki
kemampuan pantul yang tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan
pantul sebuah cermin. Sifat pantul ini menjadikan aluminium sangat baik untuk
peralatan penahan radiasi panas.

8. Non magnetic, dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada peralatan
listrik/elektronik, pemancar radio/TV. dan lainlain, dimana diperlukan faktor
magnetisasi negatif.

9. Tak beracun, dan karenanya sangat baik untuk penggunaan pada industri makanan,
minuman, dan obat-obatan, yaitu untuik peti kemas dan pembungkus.

10. Memiliki ketangguhan yang baik, dalam keadaan dingin dan tidak seperti logam
lainnya yang menjadi getas bila didinginkan. Sifat ini sangat baik untuk penggunaan
pada pemrosesan maupun transportasi LNG dimana suhu gas cair LNG ini dapat
mencapai dibawah -1500C.

11. Menarik, dan karena itu aluminium sering digunakan tanpa diberi proses pengerjaan
akhir. Tampak permukaan aluminium sangat menarik dan karena itu cocok untuk
perabot rumah (hiasan), bahan bangunan dan mobil. Disamping itu aluminium dapat
diberi surface treatment, dapat dikilapkan, disikat atau dicat dengan berbagai warna,
dan juga diberi proses anodisasi. Proses ini menghasilkan lapisan yang juga dapat
melindungi logam dari goresan dan jenis abrasi lainnya.

3
12. Mampu diproses ulang, yaitu dengan mengolahnya kembali melalui proses
peleburan dan selanjutnya dibentuk menjadi produk seperti yang diinginkan Proses
ulang-guna ini dapat menghemat energi, modal dan bahan baku yang berharga.

B. Proses Pembuatan Aluminium

1. Proses Penambangan Aluminium


Aluminium ditambang dari biji bauksit yang banyak terdapat di permukaan bumi.
Bauksit yang ditambang untuk keperluan industri mempunyai kadar aluminium 40-60%.
Setelah ditambang biji bauksit digiling dan dihancurkan supaya halus dan merata. Kemudian
dilakukan proses pemanasan untuk mengurangi kadar air yang ada. Selanjutnya bauksit
mengalami proses pemurnian.

Gambar 1 Gambar 2

Gambar : Bauksit

2. Proses Pemurnian Aluminium


Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode Bayer dan hasil akhir adalah
alumina. Tahapan pemurnian aluminium bisa dilihat pada gambar 10. Pertama-tama bauksit
dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik soda. Campuran tersebut kemudian dipompa
ke tabung tekan dan kemudian dilakukan pemanasan. Proses selanjutnya dilakukan
penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk membentuk endapan alumina basah
(hydrated alumina).

4
Gambar 3 : Proses Permunian Aluminium

Gambar 4 :
Hasil akhir
proses
pemurnian
Aluminium

Alumina basah kemudian dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan
cara memanaskan sampai suhu 1200Drajat C.
Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina dengan rumus kimianya adalah Al2O3.

3. Proses Peleburan Aluminium


Alumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih mengandung oksigen sehingga
harus dilakukan proses selanjutnya yaitu peleburan. Peleburan alumina dilakukan dengan
proses reduksi elektrolitik. Proses peleburan ini memakai metode HallHeroult.

Gambar 5 : Tungku peleburan Aluminium

5
Alumina dilarutkan dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada sebuah tungku yang
disebut pot. Pot ini mempunyai dinding yang dibuat dari karbon. Bagian luar pot terbuat dari
baja. Aliran listrik diberikan melalui anoda dan katoda. Proses reduksi memerlukan karbon
yang diambil dari anoda.Pada proses ini dibutuhkan arus listrik searah sebesar 50 - 150
kiloampere. Arus listrik akan mengelektrolisa alumina menjadi aluminium dan oksigen
bereaksi membentuk senyawa CO2.

Aluminium cair dari hasil elektrolisa akan turun ke dasar pot dan selanjutnya
dialirkan dengan prinsip siphon ke krusibel yang kemudian diangkut menuju tungku-tungku
pengatur (holding furnace).Kebutuhan listrik yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg
aluminium berkisar sekitar 12 - 15 kWh. Satu kg aluminium dihasilkan dari 2 kg alumina dan
½ kg karbon. Reaksi permunian alumina menjadi aluminium adalah sbb:

Gambar 6 : Tungku Aluminium

Pada proses peleburan digunakan dapur krusibel. Material yang digunakan


adalah scrap Al hasil penelitian mahasiswa. Hal yang pertama kali dilakukan adalah proses
persiapan dapur. Dimulai dari pembersihan tungku lebur dan melapisi dengan coating hingga
penempatan briket batubara dalam tungku besar.

Selama proses peleburan, material Al yang digunakan dilakukan proses pre-heating.


Hal ini bertujuan untuk menghilangkan moisture pada permukaan material untuk menghindari
pembentukan gas dan melarut dalam logam cair yang dapat menyebabkan cacat gas. Setelah
proses pre-heating maka material logam dimasukkan kedalam tungku dan dibiarkan melebur.
Selama peleburan briket batubara terus ditambahkan untuk menjaga kestabilan suplai kalor
untuk melebur logam.

6
i. Alloying

Pada proses pengecoran dimana selain bertujuan menghasilkan produk yang sesuai
dengan dimensi juga dibutuhkan nilai sifat mekanis material yang sesuai. Pemberian material
tambahan (alloying) bertujuan untuk meningkatkan harga sifat mekanis dari material. Untuk
material Al pemberian alloying menggunakan material Cu, Zn, Mg, P, Si, Sr, dan Na.

Gambar 7 : Proses Alloying pada aluminium

Pada praktikum ini penguatan alloying tidak dilakukan. Jika dilakukan dan kemudian
sampel dilakukan pengujian (tarik, keras) maka dihasilkan nilai yang lebih besar dibanding
tanpa alloying.

ii. Degassing

Pada temperatur tinggi gas hidrogen akan cenderung berdifusi kedalam logam cair. Gas-
gas hidrogen ini harus dikeluarkan dari Aluminium cair karena akan menyebabkan terjadinya
cacat pada benda cor. Proses pengeluaran gas ini disebut proses degasser. Umumnya degasser
yang digunakan adalah dalam bentuk tablet atau gas (gas argon dan gas nitrogen). Mekanisme
pengeluaran gas pada logam Aluminium cair adalah sebagai berikut :

Tablet yang dimasukkan ke dalam Aluminium cair akan menghasilkan gas dalam bentuk
gelembung yang hampir hampa udara (< 1 atm). Gas hidrogen yang terlarut dalam Aluminium
tidak dapat keluar karena tekanan didalam Aluminium cair << 1 atm sedangkan tekanan diluar
sebesar 1 atm. Akibatnya gelembung udara yang dihasilkan tablet masuk ke dalam gas
hidrogen dan gelembung udara tersebut terbawa keatas bersaman dengan kotoran lain yang
terlarut didalam Aluminium cair. Gas-gas atau gelembung udara tersebut sebagian akan
menjadi dross dan akan dibuang melalui proses pembuangan dross. Pada praktikum ini
degasser tidak digunakan.

7
iii. Cover Flux

Setelah proses degasser selesai dilanjutkan dengan proses pemberian flux. Proses
pemberian flux bertujuan untuk menutupi atau covering permukaan logam Aluminium cair
agar terhindar dari masuknya gas hidrogen kedalam logam aluminium. Pemberian flux
dilakukan pada saat mulai pencairan aluiminium dengan cara menaburkan flux pada
permukaan Aluminium cair. Covering flux berfungsi untuk covering permukaan logam cair
agar terhindar dari masuknya gas hidrogen . Pemberian flux jenis ini dilakukan tanpa
pengadukan. Pada saat praktikum digunakan flux covering.

C. Manfaat Aluminium
Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang memiliki beragam
kegunaan. Tidak ada logam lain yang memiliki kegunaan sebanyak aluminium. Aluminium
dikenal sebagai logam yang bisa didaur ulang sehingga membuat ketersediaannya melimpah
tidak hanya dari tambang tapi juga dari hasil daur ulang.
Logam ini bisa ditemui di dalam rumah, konstruksi, beberapa bagian mobil, dan juga
di sebagian besar moda transportasi. Tetapi kali ini kita akan membahas manfaat Aluminium
dalam bidang konstruksi bangunan, dalam hal ini rumah dan gedung.
1. Berbagai Penggunaan Aluminium di Bidang Konstruksi Bangunan
a. Kusen

Aluminium banyak digunakan sebagai bahan konstruksi. Bahan baku bata ringan,
atap, casting, fabrikasi, pipa, tangki, batang aluminium, kawat, bingkai jendela, pagar,
pegangan tangga merupakan bagian penting konstruksi yang menggunakan aluminium.

Gambar 8 : Kusen Aluminium

b. Kanopi Galvalum

8
Kanopi galvalum atau seng plat baja ini memiliki keunggulan yaitu beban yang ringan,
tahan karat, tidak menyusut bila digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama.Galvalum
merupakan perpaduan alumunium yang memiliki sifat antikarat tinggi dan zinc yang keras
mampu membuat plat baja yang dilapisi menjadi tahan karat selama bertahun-tahun.

Dalam beberapa referensi material ini dinyatakan empat kali lebih efektif untuk
menahan karat dibandingkan dengan galvanis. Dengan karakter tersebut maka tidak salah
untuk memilih kanopi galvalum sebagai peneduh, pelindung, dan pelengkap yang indah untuk
rumah Anda.

Gambar 9 : Kanopi Galvalum

c. Aluminium Composite Panel (ACP)


Aluminium Composite Panel ( ACP) atau Alucopan merupakan istilah
yang sudah digunakan secara luas, dengan gambaran panel datar yang terdiri dari non-inti
aluminium yang disatukan diantara dua lembar aluminium. Lembar aluminium tersebut
dilapisi dengan cat PVDF atau Polyester.

Alucopan dapat digunakan untuk pemasangan interior dan exterior bangunan baru atau
lama, gedung, SPBU, toko, otomotif dealer, iklan, billboards, display unit, kamar mandi,
dll.Keuntungan utama Aluminium Composite Panel ( ACP) adalah dengan bahan kaku serta
kuat walaupun ringan.

Aluminium bisa di cat dalam berbagai jenis warna, Alucopan bisa diproduksi di
berbagai warna logam dan non-metalik dengan pola seperti kayu atau
marmer.Aplikasi Alucopan tidak hanya terbatas pada bangunan tinggi, melainkan juga dapat
digunakan dalam bentuk apapun seperti partisi, langit-langit buatan dll. Aluminium

9
Composite Panel juga banyak digunakan untuk industri furniture untuk penampilan yang
lebih elegan.

Gambar 10 : Aluminium Composite Panel (ACP)

Tahap Pemasangan Aluminium Composite Panel (ACP)


 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan alumunium composite
panel.

 Approval material yang akan digunakan

 Persiapan lahan kerja.

 Persiapan material kerja, antara lain : alumunium composite panel, rangka alumunium,
baut dynabolt, sekrup, sealant, dll.

 Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass, meteran, benang, selang
air, cutting well, gerinda, bor, gun sealant, steiger, dll.

10
Gambar 11 : Tahap Pemasangan ACP

Pelaksanaan pekerjaan Alumunium Composite Panel (ACP)

 Fabrikasi rangka dan alumunium composite panel sesuai ukuran gambar kerja.

 Pasang benang untuk acuan pemasangan rangka dan alumunium composite panel.

 Pasang dudukan rangka pada area dengan perkuatan baut dynabolt..

 Pasang rangka alumunium pada dudukan rangka.

 Cerk kerataan dan kesikuan rangka alumunium terpasang.

 Pasang alumunium composite panel pada rangka alumunium dengan perkuatan


sekrup.

 Cek kerataan dan kesikuan pemasangan alumunium composite panel.


 Perapihan nat antara alumunium composite panel dengan sealant.
 Setelah pekerjaan selesai, bersihkan pelindung blue sheet pada alumunium composite
panel.

Gambar 12 : Pelaksanaan pekerjaan ACP

d. Bata Ringan (Hebel)

11
Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan
alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan
tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang
digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam
mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan
yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong
sesuai ukuran.

Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave
chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber
sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.

Gambar 13 : Mesin Pembuatan Bata Ringan

Gambar 14 : Hasil jadi bata ringan


Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium pasta,
terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di
dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk
gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini
menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses

12
pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan
oleh udara. Nah, rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi
ringan.

Bata ringan hebel dijual per m3 sudah diatas Rp1.200.000. Untuk material dinding ukuran
yang lazim adalah 20x60cm dengan ketebalan 7cm dan 10 cm atau lebih. Bila memilih bata
ringan Hebel ketebalan 10cm berarti 1m3 terdiri dari 83 bata ringan @Rp14.500,- per bata.
1m2 dinding membutuhkan 8,5 bata atau senilai Rp123.250,- per m2

Bata Ringan Ekonomis? apple to apple dong!!


Klaim bahwa bata ringan karena ukurannya yang besar sehingga tidak memerlukan
adukan pasangan yang tebal, atau bila menggunakan semen khusus (semen instan/mortar)
cukup tipis, sehingga irit semen, dan irit upah.

Jarang kita temui pasangan bata ringan dijadikan dinding pagar. Tentu hal ini ada
alasan yang kuat. Yang pertama tentu saja kekuatan. Kekuatan dinding pagar beton ringan
diragukan dapat menyaingi dinding pagar batubata.Alasan lain yang tidak lucu adalah, karena
pasangan adukannya tipis, boleh jadi mudah dibongkar/dipreteli oleh orang iseng/maling.

Calon pemakai harus menyadari, sifatnya yang lunak, mudah dikorek oleh benda
keras, misalnya obeng, serutan. Kelunakan ini merupakan keunggulan sekaligus kelemahan
yang patut dicermati.

Dinding bata ringan tidak bisa diperlakukan sama dengan dinding batubata biasa,
dalam banyak hal, seperti menggantung beban. Bahkan menggantung lukisan pun perlu
penanganan khusus, misalnya dengan mengunakan pisher.

Sekedar informasi, untuk memproduksi bata ringan AAC diperlukan AUTOCLAVE


seharga 1,2Milyar Rupiah belum termasuk ongkos kirim dari China, untuk bahan Alumunium
pasta atau powder perlu ijin khusus dari Dephankam, jadi bikin pusing sepuluh keliling.

D. Potensi dan Penyebaran Bauksit (Bahan Utama Aluminium)

Bauksit menurut, Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek
Pengembangan Pusat Informasi Mineral (1984), memiliki kandungan mineral utama

13
alumunium hidroksida, yaitu berupa gibbsite, bohmite, dan diaspore. Selain itu terdapat
beberapa mineral pengotor lain seperti silika, oksida besi, dan titanium. Biji bauksit ini
kemudian diolah menjadi alumunium. Sebagian besar alumunium yang dihasilkan digunakan
untuk pabrik peleburan alumunium, pemanfaatan lebih lanjutnya yaitu untuk bidang
konstruksi, transportasi, pengemasan dan listrik yang menggunakan bahan-bahan dari
alumunium.

Alumunium juga dapat digunakan untuk keperluan lain, misalnya yaitu untuk
pembuatan batu tahan panas (refractories), industri gelas, keramik, bahan penggosok, dan
industri kimia. Sumber daya biji bauksit Indonesia sebagai bahan baku industri Alumina
cukup besar.

Menurut data USGS (United States Geological Survey) tahun 2013, sumber daya
bauksit Indonesia terbesar ke-6 di dunia dan tingkat produksinya berada di peringkat ke-4 di
dunia setelah Australia, China dan Brazil. Data dari Badan Geologi ESDM menunjukkan
jumlah keseluruhan sumber daya bauksit Indonesia mencapai 838,9 juta ton dengan jumlah
cadangan bauksit mencapai 302,3 juta ton yang terdiri dari cadangan terkira sebesar 149,5 juta
ton dan cadangan terbukti 152,8 juta ton.

Dari sisi geografis, cadangan bauksit Indonesia terbesar berada di wilayah Kalimantan
Barat. Kapasitas produksi bijih bauksit Indonesia cukup besar. Hal ini dapat terlihat dari
volume ekspor bijih bauksit Indonesia yang terus meningkat. Tidak adanya industri
pengolahan bijih bauksit menyebabkan seluruh hasil produksi tambang harus diekspor dalam
bentuk bijih.Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang dianggap bernilai
ekonomis di Indonesia. Endapan bauksit di Indonesia terletak di Pulau Bintan dan Kalimantan
Barat. Berdasarkan data dari Suhala dkk. (1995), endapan bauksit yang sudah dieksplorasi dan
ditambang di Indonesia yaitu di Pulau Bintan yang telah dikembangkan sejak tahun 1935 oleh
Nederland Indische Bauxite Explotatie Maatschappy.

Pengembangan bauksit di Kalimantan Barat sendiri relatif masih baru dibandingkan


dengan i bauksit di Pulau Bintan Kalimantan Barat, bauksit awalnya ditemukan pada tahun
1952 di daerah Bengkayang. Namun, bauksit ini memiliki kadar alumunium yang rendah
(34,6%) dan kandungan silika yang tinggi (32,5%) sehingga dinilai kurang.

14
Penyebaran bauksit di Kalimantan Barat sendiri diperkirakan mengikuti jalur
penyebaran busur laterit yaitu dari arah barat laut hingga tenggara meliputi kabupaten
Ketapang, Sanggau, Landak, Kubu Raya, Pontianak, Bengkayang, hingga ke Singkawang.

E. Permasalahan dan Pengelolaan


Ada permasalahan yang tak dapat dielakkan lagi dan tak kalah serius yang harus
dihadapi dari hasil pengolahan bauksit tersebut, yaitu limbah hasil pengolahan bauksit yang
biasa disebut dengan Red Mud. Red Mud adalah senyawa alumina, besi, titan dan silika yang
tidak larut pada proses Bayer. Limbah iniber bentuk seperti lumpur, berwarna kemerahan dan
memiliki pH sekitar 13– 14. Di dalam Red Mud bahkan masih terkandung aluminium sebesar
10 – 22%, dan beberapa unsur lain seperti besi sebesar 14 – 35%.

Red Mud memiliki pH yang sangat basa, maka jika kontak langsung pada kulit
manusia akan menghasilkan iritasi, gatal-gatal dan penyakit kulit lain. Dan apabila Red Mud
ini sampai bocor ke lingkungan di sekitar, maka akan merusak ekosistem yang berada di
radius 2 km dari tempat pengolahan bauksit. Sayangnya, proses Bayer merupakan proses
andalan yang sampai saat ini digunakan oleh seluruh industri pengolahan bauksit di dunia
termasuk di indonesia. Dan sampai saat ini belum ada metode lain yang dapat
menggantikannya.

Sebagai contoh permasalahan pengelolaan pertambangan bauksit diambil dari


permasalah di kota Bintan. Tidak bisa dipungkiri, pertambangan bauksit memang bisnis yang
menggiurkan, sehingga diburui oleh pemilik modal, dengan segala upaya mendapatkan Izin
Usaha Peretambangan (IUP) dilengkapi

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) ekploitasi bauksit. Jelas aada


penenerimaaan Negara Pajak Eksdpor, Retibusi Daerah, Royalti, Dana Jamiminan
Pengelolaan Lingkungan (DJPL) dan Dana Kepedulian Terhadap Masyarakat (DKTM).
Masalah yang dihadapi dikalangan masyarakat Bintan, Pers, LSM, tokoh masyarakat,
pemerhati lingkungan, terutama masyarakat yang terkena dampak lingkungan akibat
eksploitasi pertambangan bauksit, seharusnya menerima DKTM, namun DJPL dan DKTM
yang berjumlah ratusan miliar rupiah “raib” tidak tahu kemana. (anonim, 2013).

Karut marut pengelolaan sumber daya alam, terutama bahan mineral logam “bauksit”
di Kotamadya Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan, telah terjadi semenjak tahun 2007.
Dimana pada tahun 2004-2005-2006, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan menerbitkan 8

15
(delapan) Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau Kuasa Pertambangan (KP) di kawasan hutan
lindung (cahmen area) (Anonim, 2013). Melakukan pertambangan di hutan lindung
merupakan perbuatan melanggar hukum. Hutan lindung di buat untuk menjaga fungsi-fungsi
ekologisnya seperti ketersediaan air. Jika dilakukan penambangan di daerah hutan lindung
dapat dipastikan hutan tersebut akan rusak dan mengakibatkan banyak masalah ekologi.

BAB III
KESIMPULAN

16
Bauksit adalah bahan dasar pembuatan aluminium, dan Aluminium sendiri merupakan
bahan baku atau material yang begitu banyak manfaatnya bagi kita manusia. Walaupun keras
tetapi aluminium sejatinya salah satu jenis logam yang cukup ringan dan mudah di bentuk,
aluminium juga tergolong logam kuat. Keunggulan-keunggulan aluminium dengan logam lain
inilah yang membuat bahan baku ini sering digunakan sebagai bahan baku oleh kebanyakan
orang seperti dalam bidang industri transportasi, pembuatan badan kapal laut dan pesawat
terbang serta kerangka mobil dan motor. Industri perumahan pun tak luput dari penggunaan
aluminium sebagai salah satu komponen konstruksinya
Tetapi, untuk mendapatkan aluminium sebagai sebuah bahan baku terbilang komplek.
Tentu saja, untuk mendapatkan hasil aluminium dengan kualitaas bagus kita harus melakukan
proses mulai dari pemurnian aluminium sampai peleburan.
Manfaat aluminium dalam industry perumahan juga banyak, banyak rumah-rumah
modern yang berbahan baku aluminium sebagai kontruksi. Dahulu manusia masih
menggunakan kusen kayu, sekarang banyak orang yang sudah beralih ke kusen yang terbuat
dari aluminium. Penggunaan kanopi aluminium, ACP dan bata ringan merupakan contoh lain.
Keberadaan biji bauksit sendiri di Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan aluminium,
harus diperhatikan dan dikelola secara serius serta fokus. Agar ketersediaan biji bauksit bisa
terpelihara dan lestari, tentu saja ditambah dengan penggunaan yang efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Hassanudin.”Proses pembuatan aluminium”. Di akses pada 27 September 2016


http://kimiadasar.com/proses-pembuatan-aluminium/

17
Anonym. “Proses pengelolaan bauksit menjadi aluminium”. Diakses pada 28 Spetember
2016.http://www.geologinesia.com/2016/05/proses-pengolahan-bauksit-menjadi-alumina-dan-
aluminium.html

Anonym. “Manfaat Kanopi Galvalum”. Diakses pada 1 Oktober 2016.


http://atapcarport.blogspot.co.id/2013_04_21_archive.html

18

Anda mungkin juga menyukai