Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

“SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 4 TAHUN 6 BULAN DENGAN DIARE


AKUT DEHIDRASI SEDANG”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:
Eva Jannati
H2A014047P

Pembimbing:
dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Eva Jannati


NIM : H2A014047P
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS)
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak Perempuan Usia 4 Tahun 6 Bulan dengan Diare
Akut Dehidrasi Sedang
Pembimbing : dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A
Telah dipresentasikan di hadapan Pembimbing Kepaniteraan Klinik serta telah
diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk kelulusan dari Program
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Tugurejo Semarang.

Semarang, Januari 2019


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing,

dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia


dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini
sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Dalam
satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini.
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian
terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80%
penderita adalah mereka yang berusia balita. Menurut data Departemen Kesehatan,
diare merupakan penyakit kedua di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian
anak usia balita setelah radang paru atau pneumonia.
Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak tangan langsung dengan
penderita, barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak
langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger,
flies, fluid, field.
Adapun faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan
enteropatogen diantaranya adalah tidak memberikan ASI secara penuh pada bayi
usia 4-6 bulan, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk,
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis, serta cara penyapihan
yang tidak baik. Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air minum
yang aman dan sanitasi yang higienis.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 4 tahun 6 bulan
Tanggal Lahir : 25 Juni 2014
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngaliyan
No. CM : 4710xx
Tanggal Masuk RS : 29 Desember 2018
Bangsal Rawat Inap : Amarilis 2
2. Identitas Ibu Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 27 tahun
Alamat : Ngaliyan
Pekerjaan : Perawat
3. Identitas Ayah Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 25 tahun
Alamat : Ngaliyan
Pekerjaan : Karyawan Swasta

2
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada 31 Desember 2018
pukul 15.00 WIB di bangsal Amarilis 2
 Keluhan Utama: BAB cair
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Tugurejo dengan keluhan BAB cair. Pagi
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dibelikan jajan oleh orangtuanya
dan keluhan diawali dengan muntah sebanyak 3 kali. Muntah berupa
makanan (+) dan cairan (+) yang keluar tiap makan. Sekitar 3 jam
setelahnya, pasien BAB dengan konsistensi cair (+) ampas (+) lendir (-)
darah (-) sebanyak 5 kali dengan volume banyak. Sebelum keluhan
semakin berat, pasien langsung dibawa ke IGD kemudian dirawat inap dan
berangsur membaik.
Keluhan diikuti dengan demam namun tidak sampai menggigil (-)
kejang (-), nyeri perut bagian tengah (+). Tidak ada keluhan batuk
berdahak, pilek, anak masih mau minum, BAK masih banyak (tidak
berkurang).

 Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat rawat inap : diakui, kejang karena diare (usia 2,5 tahun)
 Riwayat alergi : obat (-), susu sapi (-) makanan (udang)

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat alergi : obat (-), makanan (udang)
 Riwayat asma : disangkal

 Riwayat Prenatal, Natal, dan Antenatal


Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ANC teratur di
rumah sakit oleh dokter. Keluhan selama hamil : tidak ada.

3
 Riwayat Persalinan/Natal
Lahir spontan, dibantu oleh bidan, usia kehamilan 38 minggu, BBL
2400 gram dan PB 45 cm
Kesan : Neonatus aterm, sesuai masa kehamilan
 Riwayat Pasca persalinan/Post natal
Ibu pasien rutin memeriksakan pasien di puskesmas. Anak dalam
kondisi sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan post natal baik

 Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Jumlah Usia Keterangan
1. BCG 1x 1 bulan Sudah
2. Polio 4x 0, 1, 2, 4 bulan Sudah
3. Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan Sudah
4. DPT 3x 2,4,6 bulan Sudah
5. Campak 1x 9 bulan Sudah

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Berat badan : 31,5 kg
Tinggi badan : 132 cm
Status Gizi :
 BB/U = 31,5 / 17 x 100 % = 185,2% (obesitas)
 TB/U = 132 / 105 x 100 % = 125,7 % (tinggi)
 BB/TB = 31,5 / 22,3 x 100 % = 112,5 % (normal)

b. Perkembangan
 Motorik Kasar
o Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan
melempar
 Motorik Halus
o Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap

4
o Membuat dan menulis angka
 Perkembangan Bahasa
o Bicara dimengerti
o Mampu berhitung sampai 5 dan menyebut 4 warna
 Perkembangan Personal Sosial
o Mampu berpakaian sendiri
o Mampu bermain dengan temannya

 Riwayat Nutrisi
Pasien hanya mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 40
hari. Setelah 40 hari pasien sudah mendapatkan MPASI berupa bubur dan
pisang. Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai usia 1 tahun.

 Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan saudara perempuannya dalam
satu rumah. Ayah pasien seorang karyawan swasta dan ibu pasien seorang
perawat. Pembayaran ditanggung oleh BPJS.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
 Heart Rate : 89x/menit
 Respiratory Rate : 28x/menit
 Suhu : 36,9°C
4. Tinggi Badan : 132 cm
5. Berat Badan : 31,5 kg
6. Kepala : mesocephal
7. Mata : cekung (+/+)
8. Telinga : discharge (-/-)
9. Hidung : pernapasan cuping hidung ( -/-), sekret (-/-)

5
10. Mulut : sianosis (-), bibir kering (+)
11. Kulit : skrofuloderma (-)
12. Leher : perbesaran kelenjar getah bening (-)
13. Thorax
a. Cor:
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, arcus costae 90°
2) Palpasi : ictus cordis tidak teraba, pulsus (-)
3) Perkusi : batas jantung dalam batas normal
4) Auskultasi : irama jantung reguler, suara jantung tambahan (-)
b. Pulmo:
1) Inspeksi: pergerakan hemitorax dextra sinistra simetris, retraksi (-)
2) Palpasi : nyeri tekan (-/-), pergerakan thorax teraba simetris tidak
ada yang tertinggal, massa (-/-), ICS dalam batas normal
3) Perkusi : sonor seluruh lapang paru,
4) Auskultasi : suara dasar paru vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
14. Abdomen
a. Inspeksi : datar, massa (-)
b. Auskultasi : bising usus (+) meningkat
c. Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
d. Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrium, turgor menurun
15. Ekstremitas : deformitas( -), akral dingin( -)

6
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (29/12/2018 15:38)

Jenis Hasil Satuan Nilai Normal

Darah Lengkap

Leukosit 8.48 103/uL 5.0 – 14.5

Eritrosit 5.01 106/uL 3.7 – 5.7

Hemoglobin 12.3 g/dL 10.7-14.7

Hematokrit 36.7 % 31-43

MCV 73.3 fL 72-88

MCH 24.6 Pg 23-31

MCHC 33.5 g/dL 32 – 36

Trombosit 400 103/uL 229-553

RDW 13.1 % 11.5 – 14.5

PLCR 20 %

Diff Count

Eosinofil Absolute 0.03 (L) 103/uL 0.045 – 0.44

Basofil Absolute 0.02 103/uL 0 – 0.2

Netrofil Absolute 5.52 103/uL 1.8 – 8

Limfosit Absolute 2,10 103/uL 0.9 – 5.2

Monosit Absolute 0.81 103/uL 0.16 – 1

Eosinofil 0.4 (L) % 2–4

Basofil 0.20 % 0–1

Netrofil 65.0 % 50 – 70

Limfosit 24.8 (L) % 25 – 50

Monosit 9.6 (H) % 1–6

7
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal

Kimia Klinik

Kalium 4.05 mmol/L 3.1-5.1

Natrium 139.0 mmol/L 135-145

Chlorida 100.4 mmol/L 96-111

Jenis Hasil Nilai Normal

Faeces Rutin

Faeces Makroskopis

Warna Kuning kecoklatan Kuning

Konsistensi Lembek Lembek

Darah Negatif Negatif

Lendir Negatif Negatif

Faeces Mikroskopis

Telur cacing Negatif Negatif

Amoeba Negatif Negatif

Eritrosit 3-5 Negatif

Leukosit 2-3 Negatif

Sisa makanan Positif Negatif

Clinitest Negatif Negatif

Sudan III Positif Negatif

8
E. Daftar Masalah
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
1. BAB cair 1. Mata cekung 1. Penurunan eosinofil
2. Muntah 2. Bibir kering 2. Penurunan limfosit
3. Nyeri perut 3. BU meningkat 3. Peningkatan monosit
4. Demam 4. Turgor kulit 4. Leukosit dan eritrosit
5. Penyebab: setelah jajan menurun (+) pada feses
di luar 5. Sudan III positif

F. Diagnosis Banding
Diare Akut ec infeksi gastrointestinal (bakteri, virus, parasite)
Diare Akut ec infeksi non gastrointestinal (malabsorbsi, keracunan makanan,
intoleransi laktosa)

G. Diagnosis Kerja
1. Diagnosis klinis : Diare Akut Dehidrasi Sedang ec infeksi
gastrointestinal
2. Diagnosis tumbuh kembang : Sesuai usia
3. Diagnosis Gizi : Obesitas, perawakan tinggi
4. Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
5. Diagnosis Sosial Ekonomi : Kesan ekonomi cukup

H. Initial Plan
a. IP Dx: darah rutin, elektrolit, feses rutin
b. IP Tx:
1. Medikamentosa
 Infus Ringer Laktat
BB 31,5 kg
10 x 100 = 1000 cc
10 x 50 = 500 cc
11,5 x 20 = 230 cc
Jumlah = 1730 cc
Tetesan infus: 18 tetes/menit

9
 R/ Zinc tab mg 20 No. X
S 1 dd tab 1
R/ Metronidazol syr fl No.I
S 3 dd 2 cth
2. Non Medikamentosa
 Banyak minum
 Mulai makan dengan sering dengan porsi yang sedikit
 Hindari makan pedas dan asam
c. IP Mx :
 Tanda vital
 Tanda dehidrasi
 Komplikasi
d. IP Ex :
 Menjelaskan tentang penyakit dan penyebab
 Menjelaskan pentingnya segera ke rumah sakit bila anak diare
 Menjelaskan komplikasi diare
 Menjaga kebersihan diri, makanan, dan lingkungan
 Selalu mencuci tangan sebelum sesudah ke kamar mandi dan
makan.

I. Prognosis
1. Quo Ad Vitam : ad bonam
2. Quo Ad Fungsionam : ad bonam
3. Quo Ad Sanam : ad bonam

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
I. Definisi
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali
atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24
jam

II. Etiologi1
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,


Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralis
d. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

Beberapa yang menyebabkan resiko terjadinya diare yaitu:

a. Tidak diberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan .


b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih dapat memudahkan kuman
masuk ke dalam botol pada saat susu dimasukan ke dalam botol susu.
c. Menyimpan makanan masak yang terpapar kuman

11
d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini
disebabkan karena tangan yang tercemar atau terkontamiasi oleh
bakteri mengenai air sewaku mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang fese, atau
sebelum memasak makanan

III. Klasifikasi
a. Berdasarkan lama diare2
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi
dan bila kurang megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang
gizi
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat
badan secara signifikan dan malasah nutrisi.
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten
menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran volume
faces dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare.

Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan
diare persisten tidak berat atau ringan. Diare persisten berat
merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda
dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan diare

12
yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak menunjukkan
tanda dehidrasi

b. Berdasarkan patofisiologi3
1) Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum.

Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen


maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang
terlalu pedas, selain itu juga dapat disebabkan defisiensi imun atau
penurunan daya tahan tubuh.

2) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.

Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik


intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia,
makanan tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan
diet dan pemanis obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti
sorbitol atau fruktosa. Diare osmotik dapat terjadi akibat gangguan
pencernaan kronik terhadap makanan tertentu seperti buah,
gula/manisan dan permen karet.

13
IV. Diagnosis3,4
a) Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung
kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya
berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan
kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien
dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual,
muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif,
atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah
ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan

b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya:
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama

14
diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice
King, dan lain-lain.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti diare
yaitu darah rutin dan feses rutin.

15
V. Penatalaksanaan5
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah


Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim Inducible Nitric Oxide Synthase
(INOS), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan


tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

16
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI
harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.

4. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

17
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari

18
19
20
21
VI. Komplikasi
1. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat
normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali
cepat. Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel,
mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor
kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya
terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor
kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik.

2. Hipernatremia
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, anak
yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami
hipernatremia.

3. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau
hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang
mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema.

4. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi
yang menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan
otot, peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.

5. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus. Bakteri yang masuk
ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut
mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel yang
bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah

22
neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik
menginduksi timbulnya demam.

VII. Pencegahan
1. Memberikan ASI
Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare.
Pemberian ASI memberikan antibodi dan zat-zat lain yang terkandung
di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi mulai
terbiasa dengan makanan orang dewasa, hal ini desebakan karena
pemberian makanan pendamping ASI meningkatkan resiko terjadinya
diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi bisa
dengan mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air di tempat
bersih dan tertutup, menggunakan gayung khusus untuk mengambil air,
jaga sumber air dari pencemaran seperti; air bekas mandi anak dan
binatang, minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih),
serta cuci semua alat masak dan alat makan dengan air bersih dan cukup
4. Mencuci tangan
World Bank menyatakan bahwa melakukan kebiasaan mencuci tangan
dapat mengurangi resiko terserang gangguan pencernaan dan diare
sebesar 48%. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa mencuci tangan
menggunakan sabun khususnya setelah kontak dengan feses dapat
menurunkan insiden diare sebesar 42-47%.
5. Menggunakan jamban
Penggunaan jamban dapat menurunkan resiko terhadap diare, jamban
yang berfungsi dengan baik dibersihkan secara teratur, serta

23
menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Jarak jamban
sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.
6. Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi ke dalam jamban dengan sesegera mungkin. Bila
tidak dibuang di jamban dapat dibuang dalam lubang atau kebun yang
kemudian ditimbun dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun.
7. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada anak merupakan salah satu upaya
pencegahan diare, karena anak yang sakit campak sering disertai
dengan diare, sehingga imunisasi campak sangat penting untuk
mencegah penyakit diare pada anak.
8. Pengelolaan sampah
Pengolaan sampah sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan
penyakit diare dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah
dikumpulkan setiap hari dan dibuang di tempat pembuangan sampah.

24
BAB IV

PEMBAHASAN

o Penegakan Diagnosis
Seorang anak usia 4 tahun 6 bulan dengan keluhan utama BAB cair.
Pagi hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dibelikan jajan oleh
orangtuanya dan keluhan diawali dengan muntah sebanyak 3 kali. Muntah
berupa makanan (+) dan cairan (+) yang keluar tiap makan. Sekitar 3 jam
setelahnya, pasien BAB dengan konsistensi cair (+) ampas (+) lendir (-)
darah (-) sebanyak 5 kali dengan volume banyak. Keluhan diikuti dengan
demam namun tidak sampai menggigil (-) kejang (-), nyeri perut bagian
tengah (+). Tidak ada keluhan batuk pilek, anak masih mau minum, BAK
masih banyak (tidak berkurang). Pasien pernah dirawat inap karena diare
saat usia 2,5 tahun. Saat ini pasien tinggal bersama orangtua dan saudara
perempuannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, HR:
89x/menit regular, RR: 28x/menit (tidak sesak), T: 36,9˚C (tidak demam),
BB: 31,5 kg, TB: 132 cm, terdapat tanda dehidrasi yaitu mata cowong, bibir
kering, menurunnya turgor kulit, namun tidak terdapat akral dingin. Pada
pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan eosinopeni,
limfositopeni, dan monositosis. Pada pemeriksaan feses rutin mikroskopis
terdapat leukosit 1-2 dan eritrosit 3-5 disertai dengan hasil sudan III positif.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dapat ditegakkan diagnosis berupa diare akut dehidrasi sedang
dengan penyebab infeksi gastrointestinal yaitu bakteri. Diare terjadi dalam
waktu kurang dari 14 hari disebut diare akut. Untuk menilai derajat
dehidrasi sedang yaitu mata cekung, masih mau minum, turgor kulit mulai
menurun.
Pada pemeriksaan feses rutin bagian makroskopis didapatkan hasil
dalam batas normal baik warna, konsistensi. Namun, pada bagian
mikroskopis didapatkan temuan positif dari leukosit dan eritrosit yang
25
menunjukkan adanya suatu invasif dari mikroorganisme. Kemudian pada
sudan III juga positif yang menunjukkan adanya gangguan malabsorpsi dari
lemak. Hal ini dapat berkaitan dengan masuknya mikroorganisme maka
penyerapan (absorspsi) dari saluran cerna itu sendiri terganggu sehingga
didapatkan lemak pada feses atau sudan III positif.
Dari jenis diare berdasarkan mekanismenya, pada kasus ini
merupakan jenis diare sekretorik yaitu diare yang disebabkan oleh adanya
infeksi dari mikroorganisme yang menyebabkan meningkatnya sekresi air
dan elektrolit dari usus dan menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali.
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum.

26
o Tatalaksana
Pada pasien ini diberikan terapi berupa:
o Infus Ringer Lactat 18 tpm
Pemberian infus RL digunakan sebagai cairan rumatan
(maintenance) yang berisi elektrolit berfungsi mengganti kehilangan
cairan tubuh sehari-hari. Pada kasus diberikan sebanyak 18 tpm,
sesuai dengan kebutuhan cairan anak berdasarkan BB: 31,5 kg.

o Zink 1 x 20 mg PO

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam


tubuh. Zinc dapat menghambat enzim Inducible Nitric Oxide
Synthase (INOS), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare
dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi
dan fungsi selama kejadian diare. Untuk usia > 6 bulan zinc
diberikan dengan dosis 20 mg/hari selama 10 hari.

o Metronidazole syrup 3 x cth 2


Metronidazole merupakan antimikroba dengan mekanisme
kerja menghambat sintesis asam nukleat dan merusak DNA
sekaligus antiprotozoa dengan mendestruksi langsung protozoa.
Sesuai dengan karakteristik diare pada kasus merupakan tipe
sekretorik yang dapat disebabkan oleh bakteri. Pemberian
metronidazol pada kasus sesuai dosis: 7,5 mg/kgBB/kali dalam 3
kali pemberian.
o Lacto B 3 x 1 bungkus
Probiotik dapat digunakan untuk menyeimbangkan flora
normal usus. Mengandung bakteri baik berjumlah 1 x 109 CFU/gr
yaitu salah satunya Lactobacillus yang secara alami juga terdapat
dalam usus sehingga penambahan ini meningkatkan jumlah bakteri

27
baik. Untuk usia 1 – 6 tahun dapat diberikan 3 x 1 bungkus yang
dapat dilarutkan dalam makanan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelsson, W (2010) Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC


2. Sodikin (2012) Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC
3. Juffrie (2010) Gastroenterohepatologi. Jakarta: IDAI
4. IDAI (2011) Buku Ajar Gastroenterohepatologi. Jakarta: IDAI
5. Depkes RI (2011) Buku Saku Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan

29

Anda mungkin juga menyukai