Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Disusun Oleh:
Eva Jannati
H2A014047P
Pembimbing:
dr. Galuh Ramaningrum, Sp. A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 4 tahun 6 bulan
Tanggal Lahir : 25 Juni 2014
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngaliyan
No. CM : 4710xx
Tanggal Masuk RS : 29 Desember 2018
Bangsal Rawat Inap : Amarilis 2
2. Identitas Ibu Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 27 tahun
Alamat : Ngaliyan
Pekerjaan : Perawat
3. Identitas Ayah Pasien
Nama : Tn. M
Usia : 25 tahun
Alamat : Ngaliyan
Pekerjaan : Karyawan Swasta
2
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada 31 Desember 2018
pukul 15.00 WIB di bangsal Amarilis 2
Keluhan Utama: BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Tugurejo dengan keluhan BAB cair. Pagi
hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dibelikan jajan oleh orangtuanya
dan keluhan diawali dengan muntah sebanyak 3 kali. Muntah berupa
makanan (+) dan cairan (+) yang keluar tiap makan. Sekitar 3 jam
setelahnya, pasien BAB dengan konsistensi cair (+) ampas (+) lendir (-)
darah (-) sebanyak 5 kali dengan volume banyak. Sebelum keluhan
semakin berat, pasien langsung dibawa ke IGD kemudian dirawat inap dan
berangsur membaik.
Keluhan diikuti dengan demam namun tidak sampai menggigil (-)
kejang (-), nyeri perut bagian tengah (+). Tidak ada keluhan batuk
berdahak, pilek, anak masih mau minum, BAK masih banyak (tidak
berkurang).
3
Riwayat Persalinan/Natal
Lahir spontan, dibantu oleh bidan, usia kehamilan 38 minggu, BBL
2400 gram dan PB 45 cm
Kesan : Neonatus aterm, sesuai masa kehamilan
Riwayat Pasca persalinan/Post natal
Ibu pasien rutin memeriksakan pasien di puskesmas. Anak dalam
kondisi sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan post natal baik
Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Jumlah Usia Keterangan
1. BCG 1x 1 bulan Sudah
2. Polio 4x 0, 1, 2, 4 bulan Sudah
3. Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan Sudah
4. DPT 3x 2,4,6 bulan Sudah
5. Campak 1x 9 bulan Sudah
b. Perkembangan
Motorik Kasar
o Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan
melempar
Motorik Halus
o Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap
4
o Membuat dan menulis angka
Perkembangan Bahasa
o Bicara dimengerti
o Mampu berhitung sampai 5 dan menyebut 4 warna
Perkembangan Personal Sosial
o Mampu berpakaian sendiri
o Mampu bermain dengan temannya
Riwayat Nutrisi
Pasien hanya mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 40
hari. Setelah 40 hari pasien sudah mendapatkan MPASI berupa bubur dan
pisang. Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai usia 1 tahun.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital
Heart Rate : 89x/menit
Respiratory Rate : 28x/menit
Suhu : 36,9°C
4. Tinggi Badan : 132 cm
5. Berat Badan : 31,5 kg
6. Kepala : mesocephal
7. Mata : cekung (+/+)
8. Telinga : discharge (-/-)
9. Hidung : pernapasan cuping hidung ( -/-), sekret (-/-)
5
10. Mulut : sianosis (-), bibir kering (+)
11. Kulit : skrofuloderma (-)
12. Leher : perbesaran kelenjar getah bening (-)
13. Thorax
a. Cor:
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, arcus costae 90°
2) Palpasi : ictus cordis tidak teraba, pulsus (-)
3) Perkusi : batas jantung dalam batas normal
4) Auskultasi : irama jantung reguler, suara jantung tambahan (-)
b. Pulmo:
1) Inspeksi: pergerakan hemitorax dextra sinistra simetris, retraksi (-)
2) Palpasi : nyeri tekan (-/-), pergerakan thorax teraba simetris tidak
ada yang tertinggal, massa (-/-), ICS dalam batas normal
3) Perkusi : sonor seluruh lapang paru,
4) Auskultasi : suara dasar paru vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
14. Abdomen
a. Inspeksi : datar, massa (-)
b. Auskultasi : bising usus (+) meningkat
c. Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
d. Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrium, turgor menurun
15. Ekstremitas : deformitas( -), akral dingin( -)
6
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (29/12/2018 15:38)
Darah Lengkap
PLCR 20 %
Diff Count
Netrofil 65.0 % 50 – 70
7
Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Kimia Klinik
Faeces Rutin
Faeces Makroskopis
Faeces Mikroskopis
8
E. Daftar Masalah
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
1. BAB cair 1. Mata cekung 1. Penurunan eosinofil
2. Muntah 2. Bibir kering 2. Penurunan limfosit
3. Nyeri perut 3. BU meningkat 3. Peningkatan monosit
4. Demam 4. Turgor kulit 4. Leukosit dan eritrosit
5. Penyebab: setelah jajan menurun (+) pada feses
di luar 5. Sudan III positif
F. Diagnosis Banding
Diare Akut ec infeksi gastrointestinal (bakteri, virus, parasite)
Diare Akut ec infeksi non gastrointestinal (malabsorbsi, keracunan makanan,
intoleransi laktosa)
G. Diagnosis Kerja
1. Diagnosis klinis : Diare Akut Dehidrasi Sedang ec infeksi
gastrointestinal
2. Diagnosis tumbuh kembang : Sesuai usia
3. Diagnosis Gizi : Obesitas, perawakan tinggi
4. Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
5. Diagnosis Sosial Ekonomi : Kesan ekonomi cukup
H. Initial Plan
a. IP Dx: darah rutin, elektrolit, feses rutin
b. IP Tx:
1. Medikamentosa
Infus Ringer Laktat
BB 31,5 kg
10 x 100 = 1000 cc
10 x 50 = 500 cc
11,5 x 20 = 230 cc
Jumlah = 1730 cc
Tetesan infus: 18 tetes/menit
9
R/ Zinc tab mg 20 No. X
S 1 dd tab 1
R/ Metronidazol syr fl No.I
S 3 dd 2 cth
2. Non Medikamentosa
Banyak minum
Mulai makan dengan sering dengan porsi yang sedikit
Hindari makan pedas dan asam
c. IP Mx :
Tanda vital
Tanda dehidrasi
Komplikasi
d. IP Ex :
Menjelaskan tentang penyakit dan penyebab
Menjelaskan pentingnya segera ke rumah sakit bila anak diare
Menjelaskan komplikasi diare
Menjaga kebersihan diri, makanan, dan lingkungan
Selalu mencuci tangan sebelum sesudah ke kamar mandi dan
makan.
I. Prognosis
1. Quo Ad Vitam : ad bonam
2. Quo Ad Fungsionam : ad bonam
3. Quo Ad Sanam : ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
I. Definisi
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali
atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24
jam
II. Etiologi1
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
11
d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses, hal ini
disebabkan karena tangan yang tercemar atau terkontamiasi oleh
bakteri mengenai air sewaku mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang fese, atau
sebelum memasak makanan
III. Klasifikasi
a. Berdasarkan lama diare2
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi
dan bila kurang megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang
gizi
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat
badan secara signifikan dan malasah nutrisi.
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau
berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten
menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran volume
faces dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare.
Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan
diare persisten tidak berat atau ringan. Diare persisten berat
merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda
dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan diare
12
yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak menunjukkan
tanda dehidrasi
b. Berdasarkan patofisiologi3
1) Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum.
2) Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa
usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
13
IV. Diagnosis3,4
a) Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung
kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya
berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan
malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan
kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien
dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual,
muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif,
atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,
patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah
ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan
mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya:
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:
obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama
14
diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice
King, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab pasti diare
yaitu darah rutin dan feses rutin.
15
V. Penatalaksanaan5
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
16
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar
karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare
disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
17
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang:
a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
18
19
20
21
VI. Komplikasi
1. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat
normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali
cepat. Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel,
mata terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor
kulitnya kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya
terlihat lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor
kulitnya kembali sangat lambat > 2 detik.
2. Hipernatremia
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah, anak
yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat mengalami
hipernatremia.
3. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau
hanya mengandung sedikit garam, ini sering terjadi pada anak yang
mengalami infeksi shigella dan malnutrisi berat dengan edema.
4. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi
yang menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan
otot, peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia.
5. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus. Bakteri yang masuk
ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut
mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel. Sel yang
bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut adalah
22
neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik
menginduksi timbulnya demam.
VII. Pencegahan
1. Memberikan ASI
Pemberian ASI pada bayi dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi oleh bakteri dan mikroorganisme lain penyebab diare.
Pemberian ASI memberikan antibodi dan zat-zat lain yang terkandung
di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan pada saat bayi mulai
terbiasa dengan makanan orang dewasa, hal ini desebakan karena
pemberian makanan pendamping ASI meningkatkan resiko terjadinya
diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Menggunakan air yang bersih dan melindungi air dari kontaminasi bisa
dengan mengambil air dari sumber air yang bersih, simpan air di tempat
bersih dan tertutup, menggunakan gayung khusus untuk mengambil air,
jaga sumber air dari pencemaran seperti; air bekas mandi anak dan
binatang, minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih),
serta cuci semua alat masak dan alat makan dengan air bersih dan cukup
4. Mencuci tangan
World Bank menyatakan bahwa melakukan kebiasaan mencuci tangan
dapat mengurangi resiko terserang gangguan pencernaan dan diare
sebesar 48%. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa mencuci tangan
menggunakan sabun khususnya setelah kontak dengan feses dapat
menurunkan insiden diare sebesar 42-47%.
5. Menggunakan jamban
Penggunaan jamban dapat menurunkan resiko terhadap diare, jamban
yang berfungsi dengan baik dibersihkan secara teratur, serta
23
menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Jarak jamban
sebaiknya berjauhan dengan sumber air minum, paling sedikit 10 meter.
6. Membuang tinja bayi dengan benar
Membuang tinja bayi ke dalam jamban dengan sesegera mungkin. Bila
tidak dibuang di jamban dapat dibuang dalam lubang atau kebun yang
kemudian ditimbun dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun.
7. Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada anak merupakan salah satu upaya
pencegahan diare, karena anak yang sakit campak sering disertai
dengan diare, sehingga imunisasi campak sangat penting untuk
mencegah penyakit diare pada anak.
8. Pengelolaan sampah
Pengolaan sampah sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan
penyakit diare dengan cara menyediakan tempat sampah, sampah
dikumpulkan setiap hari dan dibuang di tempat pembuangan sampah.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
o Penegakan Diagnosis
Seorang anak usia 4 tahun 6 bulan dengan keluhan utama BAB cair.
Pagi hari sebelum masuk rumah sakit, pasien dibelikan jajan oleh
orangtuanya dan keluhan diawali dengan muntah sebanyak 3 kali. Muntah
berupa makanan (+) dan cairan (+) yang keluar tiap makan. Sekitar 3 jam
setelahnya, pasien BAB dengan konsistensi cair (+) ampas (+) lendir (-)
darah (-) sebanyak 5 kali dengan volume banyak. Keluhan diikuti dengan
demam namun tidak sampai menggigil (-) kejang (-), nyeri perut bagian
tengah (+). Tidak ada keluhan batuk pilek, anak masih mau minum, BAK
masih banyak (tidak berkurang). Pasien pernah dirawat inap karena diare
saat usia 2,5 tahun. Saat ini pasien tinggal bersama orangtua dan saudara
perempuannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, HR:
89x/menit regular, RR: 28x/menit (tidak sesak), T: 36,9˚C (tidak demam),
BB: 31,5 kg, TB: 132 cm, terdapat tanda dehidrasi yaitu mata cowong, bibir
kering, menurunnya turgor kulit, namun tidak terdapat akral dingin. Pada
pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan eosinopeni,
limfositopeni, dan monositosis. Pada pemeriksaan feses rutin mikroskopis
terdapat leukosit 1-2 dan eritrosit 3-5 disertai dengan hasil sudan III positif.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dapat ditegakkan diagnosis berupa diare akut dehidrasi sedang
dengan penyebab infeksi gastrointestinal yaitu bakteri. Diare terjadi dalam
waktu kurang dari 14 hari disebut diare akut. Untuk menilai derajat
dehidrasi sedang yaitu mata cekung, masih mau minum, turgor kulit mulai
menurun.
Pada pemeriksaan feses rutin bagian makroskopis didapatkan hasil
dalam batas normal baik warna, konsistensi. Namun, pada bagian
mikroskopis didapatkan temuan positif dari leukosit dan eritrosit yang
25
menunjukkan adanya suatu invasif dari mikroorganisme. Kemudian pada
sudan III juga positif yang menunjukkan adanya gangguan malabsorpsi dari
lemak. Hal ini dapat berkaitan dengan masuknya mikroorganisme maka
penyerapan (absorspsi) dari saluran cerna itu sendiri terganggu sehingga
didapatkan lemak pada feses atau sudan III positif.
Dari jenis diare berdasarkan mekanismenya, pada kasus ini
merupakan jenis diare sekretorik yaitu diare yang disebabkan oleh adanya
infeksi dari mikroorganisme yang menyebabkan meningkatnya sekresi air
dan elektrolit dari usus dan menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali.
Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum.
26
o Tatalaksana
Pada pasien ini diberikan terapi berupa:
o Infus Ringer Lactat 18 tpm
Pemberian infus RL digunakan sebagai cairan rumatan
(maintenance) yang berisi elektrolit berfungsi mengganti kehilangan
cairan tubuh sehari-hari. Pada kasus diberikan sebanyak 18 tpm,
sesuai dengan kebutuhan cairan anak berdasarkan BB: 31,5 kg.
o Zink 1 x 20 mg PO
27
baik. Untuk usia 1 – 6 tahun dapat diberikan 3 x 1 bungkus yang
dapat dilarutkan dalam makanan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29