Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN TATA KELOLA TI UNTUK INSTITUSI PEMERINTAH STUDI KASUS BAPPENAS

Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia


putra_email07@yahoo.com, dana@cs.ui.ac.id

Abstrak

Penerapan tata kelola pemerintahan dan percepatan penerapan teknologi informasi pada
pemerintahan membuat institusi-institusi pemerintah harus meningkatkan fungsi teknologi
informasinya. Dengan meningkatnya peran teknologi informasi maka investasi di bidang
teknologi informasi semakin besar dan semakin kompleks dalam pengelolaannya. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu tata kelola teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
organisasinya. Bappenas sebagai institusi perencanaan pemerintah merasa perlu untuk memiliki
suatu tata kelola teknologi informasi yang baik agar investasi teknologi informasinya dapat
berjalan dengan baik. Tulisan ini membahas rancangan suatu tata kelola teknologi informasi untuk
Bappenas dengan menggunakan gabungan model tata kelola teknologi informasi diantaranya
model Peterson, model Weill & Ross, model ITGI focus area, model AS 8015 standar Australia,
dan kontrol objektif dari COBIT. Dari keseluruhan model tersebut dapat dilihat seberapa jauh
tingkat kematangan tata kelola TI pada Bappenas yang kemudian akan ditentukan solusi untuk
mencapainya.

Kata kunci : BAPPENAS, COBIT, model Peterson, model Weill & Ross, model ITGI focus area,
model AS 8015 standar Australia, tata kelola IT

1. Latar Belakang investasi TI yang dilakukan akan membawa


keuntungan bagi organisasi, melihat begitu
Teknologi informasi (TI) pada awalnya hanya pentingnya manfaat investasi TI pada organisasi
dimanfaatkan untuk mengautomasi proses-proses maka diperlukan suatu penyusunan tata kelola TI
manual yang terjadi pada suatu organisasi. Seiring yang sesuai dengan tujuan bisnis organisasi tersebut
dengan perkembangan jaman dan semakin tanpa meninggalkan standar-standar internasional
kompleksnya proses-proses yang harus diautomasi yang berlaku.
membuat cara pandang dan penerapan TI menjadi Bappenas merupakan institusi perencana
berbeda. Fungsi TI mengalami perubahan, tidak lagi pembangunan dan sekaligus sebagai institusi pemikir
hanya untuk mempermudah pada level operasional (think tank) pemerintah. Penyusunan tata kelola TI
tetapi mulai digunakan sebagai suatu strategi yang pada institusi pemerintah harus mengacu pada tujuan
merupakan faktor utama dalam pengambilan dari organisasinya. Oleh karena itu dalam menyusun
keputusan oleh para pimpinan. Karena organisasi sebuah tata kelola TI pada Bappenas harus mengacu
mendapatkan manfaat akan pendayagunaan TI, maka pada tujuan dari Bappenas sebagai institusi
investasi TI dirasa perlu untuk meningkatkan perencana.
kemampuan organisasi tersebut untuk berkompetisi Ada beberapa model tata kelola TI yang bisa
dan memberikan pelayanan yang baik bagi diterapkan pada Bappenas diantaranya AS 8015,
masyarakat. ITGI, Weill & Ross, Peterson, dan COBIT. Masing-
Kadang kala investasi TI menjadi tidak memiliki masing model ini memiliki keunggulan pada masing-
nilai bagi organisasi karena tidak adanya koordinasi masing pendekatannya. Selain itu model-model
antar pimpinan, proses yang dilakukan tidak dengan tersebut dapat melihat dengan jelas permasalahan
prosedur yang jelas, sumber daya yang ada memiliki yang terjadi di Bappenas. Oleh karena itu penelitian
kemampuan yang rendah, investasi yang dilakukan ini hendak menjawab pertanyaan penelitian
tidak sejalan dengan proses bisnis, investasi yang “Bagaimana rancangan tata kelola TI yang sesuai
dilakukan tidak mengurangi resiko yang ada pada dengan institusi pemerintah dengan studi kasus
organisasi [1]. Setiap organisasi tentu berharap Bappenas?”.

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 7


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

2. Landasan Teori Walaupun definisi yang ada berbeda pada


beberapa aspek, namun mereka fokus pada isu yang
Banyak definisi mengenai tata kelola TI yang sama yaitu bagaimana TI dapat memberikan nilai
telah dikembangkan oleh para peneliti, diantaranya: dengan menyelaraskan hubungan antara TI dan bisnis
IT Governance is the organizational capacity exercised by the
dan TI dapat mengurangi resiko [1].
board, executive management and IT management to control the
formulation and implementation of IT strategy and in this way 2.1. Struktur, proses dan mekanisme hubungan
ensure the fusion of business and IT [2]. Van Grembergen, De Haes & Guldentops (2004)
IT Governance is the responsibility of the board of directors and serta Peterson (2004) mengemukakan bahwa
executive management. It is an integral part of Enterprise penerapan tata kelola TI memerlukan kombinasi
Governance and consists of the leadeship and organizational Struktur, Proses dan Mekanisme Hubungan untuk
structures and processes that ensure that the organization’s IT
sustains and extends the organization’s strategies and objectives keduanya (struktur dan proses).
[1]. Setiap organisasi pasti akan berbeda satu dengan
IT Governance describes a firm’s overall process for sharing
yang lain dalam penerapan struktur, proses dan
decision rights about IT and monitoring the performance of IT mekanisme hubungannya, tergantung dari kondisi,
investments [3]. situasi dan tantangan yang dihadapi masing-masing
IT Governance is the system by which an organization’s IT organisasi.
portfolio is directed and controlled. IT Governance describes (a)
the distribution of IT decision-making rights and responsibilities 2.1.1. Struktur
among different stakeholders in the organization, and (b) the rules Dalam hal ini diartikan hal-hal mendasar harus
and procedures for making and monitoring decisions on strategic
IT concerns [4]. dibangun atau sebagai fondasi agar tata kelola TI
dapat berjalan. Struktur mencakup struktur organisasi
IT Governance defines the locus of enterprise decision-making TI, pembagian peran dan tanggung jawab, CIO on
authority for core IT activities [5].
board, IT Steering committee dan IT strategy
IT Governance refers to the patterns of authority for key IT commitee. Struktur organisasi TI mencakup
activities [6].
bagaimana fungsi TI diorganisir, dan dimana otoritas
IT Governance is the degree to which the authority for making IT pembuatan keputusan ditempatkan dalam organisasi
decisions is defined and shared among management, and the tersebut. Pembagian peran dan tanggung jawab
processes managers in both IT and business organizations apply in
setting IT priorities and the allocation of IT resources [7]. mengharuskan definisi peran dan tanggung jawab
yang jelas dan tidak ambigu untuk board dan
IT Governance describes the locus of responsibility for IT function
[8].
manajemen eksekutif, serta sistem pelaporan kinerja
bisnis dan kepatuhan (complience). Board dan
Weill & Ross (2004) memberikan pendefinisian manajemen menjalankan tugas pengaturan melalui IT
tata kelola TI sebagai berikut: strategic commitee dan memastikan bahwa IT
“IT Governance is defined as specifying the decision merupakan agenda regular dalam kegiatan mereka.
rights and accountability model to encourage
desirable behavior in IT usage”. 2.1.2. Proses
Proses lebih menggambarkan tentang tahapan-
Berdasarkan penelitian ICT Governance yang tahapan yang harus dilalui dalam menjalankan suatu
dikembangkan Australia yaitu AS8015 (2005) proyek TI, dimulai dari pencetusan ide,
mendefinisikan tata kelola TI: penterjemahan proyek bisnis berbasis TI, penentuan
prioritas proyek, penyusunan anggaran proyek,
“The system by which the current and future use of
persetujuan proyek, persetujuan anggaran proyek,
ICT is directed and kontrolled. It involves evaluating
pengembangan proyek, operasional proyek hingga
and directing the plans for the use of ICT to support
pemeliharaan proyek. Dalam pelaksanaannya, ada
the organisation and monitoring this use to achieve
beberapa tools yang digunakan sebagai acuan untuk
plans. It includes the strategy and policies for using
membuat suatu model tata kelola TI sehingga proses
ICT within an organisation”.
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, yaitu:
Definisi-definisi IT Governance di atas kemudian Strategic Information System Planning, policy dan
disesuaikan dengan kondisi Bappenas. Untuk procedure, Information Economics, IT Balance Score
memfokuskan penelitian ini, penulis mengambil Card, Service Level Agreement, COBIT and ITIL, IT
beberapa definisi dari tata kelola TI yang terkait Alignment/Governance Maturity model.
dengan penelitian ini diantaranya IT Governance
Institute (2003), Van Grembergen (2004), Weill &
Ross (2004), AS 8015 (2005). dan COBIT (2007).

8 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

memfasilitasi sharing, knowledge management,


continous education dan cross training. Mekanisme
hubungan juga dapat dicapai melalui partisipasi aktif
dan kolaborasi antar Stakeholder, rewards dan
incentive, business/ IT co-location, cross functional
business/IT training dan rotasi. Secara hierarki dapat
digambarkan hubungan Struktur, Proses dan
mekanisme hubungan pada Gambar 1.

2.2. Model Weill-Ross


Weill & Ross (2004) berpendapat bahwa:
“IT Governance is defined as specifying the decision
rights and accountability model to encourage
desirable behavior in IT usage”.

Menurut Weill & Ross (2004) bahwa tata kelola TI


Gambar 1. Peterson model (2001) yang efektif perlu menyelesaikan atau menjawab tiga
pertanyaan yaitu:
2.1.3. Mekanisme Hubungan 1. What - Keputusan apa yang harus dibuat untuk
Selain dua hal diatas yaitu Struktur dan Proses, memastikan pengelolaan dan penggunaan IT
ternyata hal yang ketiga yaitu mekanisme hubungan yang efektif?
disadari tidak kalah penting mengambil bagian dalam 2. Who - Siapa yang perlu membuat keputusan
penerapan tata kelola TI. Hal ini mengingat meskipun tersebut?
struktur dan proses baik bukan jaminan akan 3. How - Bagaimanakah keputusan tersebut dibuat
pencapaian tata kelola TI, namun harus ditunjang dan dimonitor?
dengan saling pengertian antara TI dengan bisnis unit Untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua
lain atau dengan kata lain komunikasi. Untuk yaitu keputusan apa yang perlu dibuat? Dan siapa
mencapai tata kelola TI yang efektif diperlukan yang membuatnya? Maka bagaimana keputusan
komunikasi dua arah, partisipasi yang baik dan tersebut dibuat dan dimonitor dapat dilihat pada
hubungan kolaborasi antara orang-orang bisnis dan Tabel 1.
orang-orang TI. Sangat krusial sekali untuk

Tabel 1. Governance Arrangements Matrix (Weill & Ross, 2004)


What IT IT IT Business IT
Principles Architecture Infrastruktur Aplication Investment
Strategies Needs

Who
Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision
Business
Monarchy
IT
Monarchy HOW
Feudal (MECHANISM)

Federal
IT Duopoly

Anarchy

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 9


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

Pada kolom mendatar (horizontal) kita dapat Ross pada 2004 perusahaan di 23 negara, maka ada
melihat lima keputusan penting yang perlu dibuat tiga mekanisme tata kelola TI yang efektif:
yakni: 1. Struktur dalam pengambilan keputusan
1. IT Principles, merupakan suatu pernyataan top Merupakan suatu proses yang akan
level manajemen tentang bagaimana TI menggambarkan hak dan tanggung jawab
digunakan dalam bisnis organisasi. setiap unit kerja dalam organisasi untuk
2. IT Architecture, mendefinisikan integrasi dan mengajukan suatu ide proyek, melihat
standardisasi dalam sistem. keterlibatan unit kerja dalam mengajukan ide
3. IT Infrastructure, menentukan layanan yang pada suatu proyek dan melihat siapa yang
digunakan bersama (shared services) berhak memutuskan suatu proyek berbasis TI.
4. Business Application Needs, menentukan
pemenuhan kebutuhan aplikasi bisnis dengan
membangun aplikasi bisnis yang perlu diadakan
atau dikembangkan oleh TI.
5. IT Investment and Prioritization, seringkali
ditulis dengan IT Investment saja, ini adalah
keputusan-keputusan yang terkait dengan
inisiatif mana yang perlu diprioritaskan dan
berapa banyak yang perlu dikeluarkan.
Kelima dasar yang dikembangkan oleh Weill &
Ross (2004) ini sangat penting dipahami oleh
petinggi-petinggi organisasi agar dapat menjadi Gambar 2. Area Fokus Model ITGI [1]
bagian dari good corporate governance.
Tata kelola pemerintahan dengan memanfaatkan 2. Proses keselarasan
teknologi informasi atau yang sering kita sebut Bagaimana menciptakan keselarasan antara
sebagai e-government perlu melihat ini. Proyek e- bisnis dan TI, sehingga investasi yang
government di berbagai daerah masih sering terjadi dikeluarkan untuk proyek bisnis berbasis TI
pemborosan dan tidak berguna, hal ini karena dapat memberikan manfaat yang maksimal
belum dipahami tentang pengembangan teknologi untuk memajukan bisnis
informasi dan belum adanya alat kendali baik oleh 3. Pendekatan komunikasi
eksekutif maupun inspektorat jendral. Merupakan cara untuk menimbulkan
Keputusan-keputusan tersebut bukan keputusan kesadaran pentingnya tata kelola TI yang baik
yang independen melainkan adalah sesuatu yang bagi organisasi. Pendekatan yang diambil
saling terhubung. Hubungan yang umum terlihat dapat berupa pengumuman, pendidikan dan
adalah mengalir dari kiri ke kanan. Sedangkan pada pelatihan tentang prinsip-prinsip dan
baris mendatar (vertical) kita melihat enam kebijakan tata kelola TI serta pemberitahuan
archetype pengambil keputusan yaitu sebagai bagaimana proses pengambilan keputusan TI
berikut: di organisasi.
1. Business Monarchy yaitu jajaran Direksi dan
Komisaris. 2.3. Model ITGI Focus Area
2. IT Monarchy yaitu jajaran manajemen TI. “IT Governance is the responsibility of the
3. Feudal yaitu setiap divisi atau unit bisnis board of Directors and executive management. It is
membuat keputusan sendiri secara independen an integral part of enterprise governance and
4. Federal yaitu kombinasi antara kantor pusat consists of the leadership and organizational
(corporate center) dengan unit bisnis dengan structures and processes that ensure that the
atau tanpa keterlibatan TI organization’s IT sustain and extends the
5. IT duopoly yaitu TI dan salah satu antara top organization’s strategy and objectives” [1]. IT
manajemen atau pemimpin unit bisnis Governance Institute memberikan fokus pada dua
6. Anarchy yaitu pengambilan keputusan secara hal, yaitu:
independen oleh individual atau kelompok- 1. Bagaimana TI memberikan nilai tambah bagi
kelompok kecil. bisnis. Hal ini dapat dipicu oleh keselarasan
Setelah diketahui siapa dan apa kemudian strategis antara bisnis dan TI.
ditentukan isi dari koordinat pertemuan apa dan 2. Penanganan resiko pada implementasi TI. Hal
siapa yang diisi pada kolom How (Input, Decision). ini dipengaruhi oleh prinsip akuntabilitas
Dari penelitian yang dilaksanakan oleh Weill & suatu organisasi.

10 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

Kedua faktor di atas harus didukung oleh 6. Memastikan ICT memperhatikan faktor
sumber daya yang memadai dan harus memiliki manusia.
ukuran untuk menjamin bahwa hasil yang Dengan kata lain direksi dan komisaris harus
diinginkan telah diperoleh. Ada lima domain utama mengelola ICT melalui 3 kegiatan utama:
tata kelola TI menurut ITGI, meliputi strategic 1. Mengevaluasi penggunaan ICT.
alignment of IT with business, value delivery of IT, 2. Mengarahkan penyusunan dan implementasi
management of IT risks, IT resource management, langsung rencana dan kebijakan.
dan performance measurement of IT. 3. Monitor kesesuaian atas kebijakan dan kinerja
terhadap target yang direncanakan.
2.4. Model AS-8015 Model ini juga mengambarkan faktor eksternal
AS 8015 (2005) merupakan model Australia yang harus dipenuhi untuk dapat menjalankan ICT
dalam The corporate Governance of information Governance. Faktor eksternal tersebut meliputi
and Communication Technology, yang baru tekanan bisnis dan kebutuhan bisnis.
dikeluarkan di tahun 2005 ini. Model ini mencakup Tujuan dari AS8015 ini adalah Efficient,
standar-standar dalam proyek dan operasi ICT di effective, dari penggunaan ICT untuk memberikan
Australia. suatu hasil kinerja bagi organisasi dengan resiko
yang sedikit.

2.5. Model COBIT


COBIT merupakan suatu kontrol atas kerangka
kerja tata kelola TI dengan menjabarkan mengapa
tata kelola TI dibutuhkan, siapa yang memberikan
keputusan dan memonitornya, dan keputusan apa
yang harus dibuat.
COBIT memberikan keuntungan / manfaat bagi
manajer, pengguna TI dan auditor. Manajer
memperoleh keuntungan dari COBIT karena
menyediakan pondasi untuk membuat keputusan-
keputusan TI dan investasi TI. Pembuatan
keputusan lebih efektif karena COBIT membantu
manajemen dalam mendefinisikan perencanaan
Gambar 3. Australian Standar (AS 8015, 2005) strategis TI, mendefinisikan arsitektur informasi,
mendapatkan hardware dan software TI yang tepat
AS 8015 (2005) mendefinisikan tata kelola TI untuk menjalankan strategi TI, memastikan
sebagai suatu sistem memimpin dan mengontrol pelayanan yang berkelanjutan, dan memonitor
dengan menggunakan ICT (Information unjuk kerja dari sistem TI. Pengguna TI
Communication Technology) yang dilakukan pada mendapatkan keuntungan dari COBIT karena
saat ini dan masa yang akan datang. Hal ini menyediakan kepastian kepada mereka jika aplikasi
melibatkan suatu evaluasi dan pengarahan suatu yang membantu dalam pengumpulan, pemrosesan,
rencana untuk menggunakan ICT untuk mendukung dan pelaporan informasi sesuai dengan COBIT.
organisasi dan memonitor penggunaannya untuk Karena COBIT menerapkan kontrol dan keamanan
mencapai rencana. Hal ini meliputi strategi dan di dalam proses TI. COBIT memberikan
kebijakan untuk menggunakan ICT di dalam keuntungan kepada auditor karena COBIT
organisasi. menolong mereka mengidentifikasikan kepada
Model ini mendasarkan dirinya pada 6 prinsip temuan audit mereka.
dalam “good corporate governance of IT”, yaitu: COBIT terdiri dari empat domain (COBIT 4.1,
1. Penerapan tanggung jawab yang dapat 2007):
dipahami secara jelas. a. Plan and Organize
2. Perencanaan ICT untuk mendukung b. Acquire and Implement
organisasi. c. Deliver and Support
3. Pengadaan ICT secara valid. d. Monitor and Evaluate
4. Memastikan ICT berjalan baik, kapanpun Dengan demikian suatu kontrol objektif TI
diperlukan. adalah pernyataan mengenai hasil atau tujuan yang
5. Memastikan ICT memenuhi aturan-aturan harus dicapai melalui penerapan prosedur kontrol
formal. dalam aktifitas tertentu.

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 11


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

COBIT memberikan panduan yang membantu Dapat dilihat pada Gambar 2.4 bahwa tulisan-
pihak manajemen untuk menangani atau memenuhi tulisan yang tercetak miring merupakan unsur-unsur
kebutuhan serta persyaratan tata kelola TI yang dari pemerintahan diantaranya:
baik. Untuk itu tersedia seperangkat alat bantu yang 1. Pemegang kekuasaan dalam politik.
bersifat umum (generic) dan dapat digunakan 2. Kemampuan yang diberikan organisasi kepada
sebagai acuan bagi organisasi dalam menentukan masyarakat.
sendiri alat-alat bantu yang bersifat spesifik, yang 3. Manfaat yang diberikan dapat berupa pelayanan
sesuai bagi organisasinya. kepada umum atau keadilan.
Beberapa alat bantu yang termasuk dalam setiap
proses TI dalam COBIT berupa: 2.7. Tata Kelola TI pada Pemerintah
1. Daftar CSF atau faktor-faktor kritis penentu Suatu tata kelola adalah bagaimana mengubah
kesuksesan kebiasaan dalam pengambilan keputusan oleh
2. Daftar KGI atau indikator-indikator kunci dari karena itu pengambilan keputusan harus mengacu
suatu tujuan kepada prinsip-prinsip dari tata kelola TI (Stacey &
3. Daftar KPI atau indikator-indikator kunci dari Austin, 2004) diantaranya:
kinerja 1. Citra yang bersih.
4. Maturity Model atau model maturitas untuk a. Organisasi yang bersih.
membantu dalam melakukan benchmarking b. Kebijakan yang jelas dan standar.
dan pembuatan keputusan dalam c. Komunikasi yang kuat.
meningkatkan kapabilitas. d. Strategi yang jelas.
Adapun hubungan antar alat bantu di atas adalah 2. Pemeriksaan secara independent dan
bahwa CSF adalah langkah-langkah atau hal-hal peningkatan yang berkelanjutan.
penting yang perlu dilakukan, yang ditetapkan 3. Proactive melakukan perubahan manajemen
berdasarkan tingkat maturitas yang diinginkan, jika manajemen tidak berjalan dengan baik.
sementara itu pengawasan terhadap kinerja yang 4. Bertanggung jawab dan penanganan bisnis
dihasilkan dilakukan dengan menggunakan KPI, operasi yang bersih.
untuk melihat apakah tujuan yang ditetapkan a. Organisasi yang terpercaya.
melalui KGI telah tercapai. b. Efektif dalam penggunaan TI.
c. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan
2.6. Model organisasi NON-PROFIT aset.
Model yang dirancang oleh Moore menjelaskan 5. Proses yang akurat.
bahwa ada tiga faktor utama yang harus
diselaraskan dalam menghasilkan nilai di 2.8. Mengapa Tata Kelola TI perlu bagi
organisasi, diantaranya: Pemerintah
1. Wilayah kewenangan. Menurut hasil penelitian Weill & Ross (2004),
2. Kemampuan yang diberikan. terdapat lima kunci keputusan tata kelola TI
3. Manfaat yang dapat diberikan kepada sehingga teknologi informasi adalah sebuah aset
masyarakat. yang strategis sebagai berikut:
Gambar 4 berikut ini adalah model organisasi non 1. IT principles menjelaskan pernyataan-
profit. pernyataan eksekutif tentang bagaimana
teknologi informasi dapat digunakan
organisasi dan kemana arah TI akan
dijalankan, prinsip TI menjadi bagian penting
dari manajemen organisasi, yang terus
didiskusikan dan dilaksanakan demi perbaikan
organisasi, baik di sektor pemasaran,
keuangan, pabrik dan lain-lain.
2. IT architecture decisions. Arsitektur TI adalah
pengorganisasian logika dari data, aplikasi
dan infrastruktur yang dikemas dalam suatu
kebijakan, hubungan dan pemilihan teknologi
untuk mendapatkan integrasi dan standardisasi
teknis dan bisnis yang diharapkan. Selain itu
Gambar 4. Model organisasi non profit teknologi sebagai pendukung bisnis organisasi
yang telah dikembangkan melalui IT

12 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

principle, selanjutnya memerlukan proses bagian dari good corporate governance. Tata kelola
standardisasi dan integrasi di dalam suatu pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi
organisasi. Dalam banyak kasus di Indonesia informasi atau yang sering kita sebut sebagai e-
saat ini banyak persoalan masalah integrasi government yang terus dikembangkan oleh
dan koordinasi, kepentingan sektoral masih pemerintah perlu melihat ini. Proyek e-government
menjadi problem, sehingga sering gagalnya di berbagai daerah masih sering terjadi pemborosan
proyek IT di perusahaan yang menghabiskan dan tidak berguna, hal ini karena belum dipahami
banyak biaya. tentang pengembangan teknologi informasi dan
3. IT infrastructure. Prasarana dan sarana belum adanya alat kendali baik oleh eksekutif
teknologi informasi yang menyangkut maupun inspektorat jendral (Depkominfo, 2007).
jaringan, komputer, perangkat keras dan lunak Menteri Komunikasi dan Informatika
lainnya adalah suatu kumpulan komponen Mohammad Nuh dalam sambutan tertulisnya pada
yang diharapkan bisa mempercepat proses Workshop Kode Etik dan Evaluasi Kelompok Kerja
perhitungan, pengiriman dalam berbagai Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional
media informasi (data, informasi, gambar, (Bappeda Sumbar, 2007), mengatakan bahwa:
video, teks) dalam waktu yang singkat dan “Sebagian besar proyek yang berbasis TI
proses penyimpanan yang efektif. Suatu dilingkungan pemerintahan tidak dibarengi dengan
sarana yang bisa dikontrol dari pusat tingkat pemahaman prinsip TI yang baik. Prinsip-
kekuasaan dan yang dipakai bersama menjadi prinsip permasalahan IT Governance yang
hal yang penting. Perencanaan kapasitas, baik digunakan dalam pengembangan berbagai proyek
di penyimpanan, pengiriman maupun pembangunan tersebut masih sangat rendah. Selain
pelayanan menjadi penting. Tanpa ada itu, hal yang lebih memprihatinkan adalah bahwa
perencanaan yang baik, maka akan proses evaluasi sebuah kegiatan berbasis
menyebabkan buruknya image dan kinerja TI penggunaan TI di lingkungan pemerintahan masih
di perusahaan. sangat jarang dilakukan, atau bahkan tidak dikenali
4. Business applications needs. Dalam sama sekali”.
pengembangan teknologi informasi keperluan Sebagian besar proyek-proyek tersebut
bisnis yang spesifik sehingga kehadiran dikatakannya mengalami kegagalan, kurang dapat
teknologi informasi memberikan suatu nilai mencapai sasaran, terbengkalai, serta tumpang
baru bagi organisasi. Dua hal penting dalam tindih. Kasus ini tidak hanya terjadi di unit-unit
identifikasi keperluan bisnis yang terkait organisasi pemerintah, tapi juga terjadi di
dengan teknologi informasi yaitu kreatifitas lingkungan dunia usaha nasional. Pemerintahan
dan disiplin. Kreativitas diperlukan untuk Indonesia merupakan organisasi yang sangat
mengidentifikasi suatu cara atau proses baru kompleks, ditambah lagi dengan data dan informasi
dari perusahaan/organisasi sehingga ada nilai sumber daya dan kekayaan alam juga memilki
yang bermakna. Sedangkan disiplin tingkat keragaman yang tinggi. Kombinasi yang
menyangkut hal yang berkaitan dengan kompleks ini dan karakter proyek berbasis TIK
integritas arsitektur sehingga meyakinkan memberi peluang yang besar pada penyalahgunaan
bahwa aplikasi yang dibangun memang sesuai tata kelolanya. Oleh karena itu, ditegaskannya
dengan arsitektur perusahan yang terintegrasi. bahwa pemahaman yang mendalam mengenai tata
5. IT investment and prioritization. Investasi kelola TI dan evaluasi TIK menjadi hal mendasar
teknologi informasi sering menjadi bahan yang tidak bisa ditawar lagi dan harus dikuasai di
yang sulit dimengerti oleh top manajemen dari lingkungan pemerintahan.
suatu organisasi, hal ini di karenakan nilai Ketua kelompok kerja (Pokja) Evaluasi TIK
yang ada tidak langsung terasa oleh Nasional (Detiknas, 2006) mengatakan bahwa:
organisasi. Berbeda jika kita membeli mobil “Perlunya suatu kerangka yang kuat dan
baru manfaatnya tentu langsung terasa. Oleh terorganisasi dalam membangun tata kelola TI.
karena itu pemahaman eksekutif maupun Anggaran tata kelola TI sangat besar, jika tidak
komisaris menjadi penting. Berapa biaya yang ada tata kelola yang baik dan benar peluang terjadi
dikeluarkan? Untuk apa dan bagaimana kecurangan akan sangat besar. Selain tata kelola
berkoordinasi dari berbagai kepentingan dan yang baik, kode etik dan piagam evaluasi
keinginan dari sektor lain. pokok kerja TIK perlu diterbitkan agar
Kelima dasar yang dikembangkan oleh Weill & diketahui dan ada kesepahaman antara pejabat
Ross (2004) ini sangat penting dipahami oleh pemerintahan dan pihak-pihak terkait lainnya”.
petinggi-petinggi organisasi agar dapat menjadi

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 13


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

Manfaat Penerapan ICT Governance di Institusi penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,


Pemerintah demokratis, dan efektif. Selain sebagai suatu
konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
Nasional tata kepemerintahan yang baik juga merupakan
a. Koordinasi dan integrasi Rencana TI Nasional suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola
b. Mendapatkan standar rujukan kualitas hubungan antara pemerintah, dunia usaha swasta,
penyelenggaraan TI di seluruh institusi pemerintahan dan masyarakat.
c. Memudahkan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan TI di seluruh institusi pemerintahan
Institusional
a. Mendapatkan batasan dan panduan sesuai dengan best
practice dalam penyelenggaraan TI-nya dilingkungan
masing-masing
b. Mengoptimalkan ketercapaian value dari
penyelenggaraan TI di lingkungan kerjanya masing-
masing: internal manajemen & pelayanan publik
Publik
a. Mendapatkan kualitas pelayanan publik yang lebih
baik
b. Transparansi kriteria batasan penyelenggaraan TI oleh
institusi pemerintah, sehingga dapat melakukan fungsi
Gambar 5. Manfaat penerapan ICT Governance
(Detiknas, 2007)

2.9. Kebutuhan Tata Kelola TI pada Pemerintah Gambar 6. Good public governance
Bappenas sebagai institusi perencana pada (Bappenas, 2007)
pemerintah tentu harus membantu pengembangan
ICT yang sedang dikembangkan Dewan Teknologi
Informasi Komunikasi Nasional dalam rangka
percepatan penerapan ICT di Indonesia termasuk
tata kelola TI didalamnya. Gambar 5 berikut
manfaat penerapan ICT Governance di Institusi
Pemerintah (Detiknas, 2007).
Bappenas sebagai badan perencana terlibat
dalam proyek TI skala nasional seperti tujuh
flagship yang ditetapkan oleh Dewan Teknologi
Gambar 7. Keseimbangan tiga pilar
Informasi dan Komunikasi Nasional (DTIKN),
(Bappenas, 2007)
diantaranya e-procurement, e-anggaran, National
Single Window, e-education, Palapa Ring,
Salah satu upaya untuk mewujudkan
legalisasi software pemerintah, dan nomor identitas
pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good
nasional. Bappenas bertanggung jawab dalam
governance) adalah reformasi birokrasi seperti
proyek e-procurement dan sudah berhasil
gambar yang ada di bawah. Birokrasi sebagai
diterapkan, hasil dari proyek itu dikeluarkan dalam
organisasi formal memiliki kedudukan dan cara
bentuk Keppres 80 tentang pengadaan barang dan
kerja yang terikat dengan peraturan, memiliki
jasa.
kompetensi sesuai jabatan dan pekerjaan, memiliki
semangat pelayanan publik, pemisahan yang tegas
2.10 . Good Public Governance
antara milik organisasi dan individu, serta sumber
Istilah good public governance mengandung
daya organisasi yang tidak bebas dari pengawasan
makna tata kepemerintahan yang baik, pengelolaan
eksternal.
pemerintahan yang baik, serta dapat pula
Upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan
diungkapkan sebagai penyelenggaraan
yang baik hanya dapat dilakukan apabila terjadi
pemerintahan yang baik, penyelenggaraan negara
keseimbangan peran ketiga pilar yaitu pemerintah,
yang baik atau pun administrasi negara yang baik.
dunia usaha swasta, dan masyarakat (Gambar 7).
Istilah tata kepemerintahan yang baik (good public
Ketiganya mempunyai peran masing-masing.
governance) merupakan suatu konsepsi tentang
Pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)

14 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

memainkan peran menjalankan dan menciptakan Tabel 2. Review 17 Tools IT Governance


lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi Decision- SAS70 COBIT Tata kelola TI
unsur-unsur lain dalam governance. Dunia usaha making Review (Weill
processes & Ross)
swasta berperan dalam penciptaan lapangan kerja Tata Kelola TI
dan pendapatan. Masyarakat berperan dalam Assessment
penciptaan interaksi sosial, ekonomi dan politik. (Weill & Ross)
Ketiga unsur tersebut dalam memainkan perannya Tata Kelola TI
Checklist
masing-masing harus sesuai dengan nilai-nilai dan (ITGI)
prinsip-prinsip yang terkandung dalam tata Tata Kelola TI
kepemerintahan yang baik. Assessment
Agenda penciptaan tata kepemerintahan yang Process Model
(Peterson)
baik setidaknya memiliki 5 (lima) sasaran yaitu:
1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi Core business ITIL/BS CMM/ Six IT Service
processes 15000 CMMI Sigma CMM
kolusi dan nepotisme di birokrasi, yang IT Audit
dimulai dari jajaran pejabat yang paling atas; IT Due
2. Terciptanya sistem kelembagaan & Diligence
ketatalaksanaan pemerintah yang efisien, Support ISO 17799/ ASL SOX
efektif dan profesional transparan dan processes BS 7799 PRINCE2
Sys Trust
akuntabel;
3. Terhapusnya peraturan dan praktek yang Process type/ Procedure Activity Business Business sstem
organizational unit
bersifat diskriminatif terhadap warga negara; Entity
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
pengambilan kebijakan publik; 2.11.2. Perbandingan COBIT, ITIL,COSO,ISO
5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan 17799, dan AS 8015-2005
pusat dan daerah. Hasil dari penelitian ini menjelaskan mengenai
Penerapan tata kepemerintahan yang baik di perbandingan Model tata kelola TI diantaranya:
lingkungan pemerintahan tidak terlepas dari
 COBIT
penerapan sistem manajemen kepemerintahan yang
COBIT menyediakan proses-proses penting tata
merupakan rangkaian hasil dari pelaksanaan fungsi-
kelola TI yang dibagi dalam keempat domainnya.
fungsi manajemen (planning, organizing, actuating,
COBIT memberikan deskripsi control objective atas
dan controlling) yang dilaksanakan secara
setiap proses, dari ke-34 proses yang dimilikinya;
profesional dan konsisten. Penerapan sistem
dilengkapi pula dengan CSF, KPI, KGI, maturity
manajemen tersebut mampu menghasilkan
level untuk setiap prosesnya. COBIT paling
kemitraan positif antara pemerintah, dunia usaha
mendekati prinsip-prinsip model tata kelola TI.
swasta, dan masyarakat. Dengan demikian,
COBIT 4.0 memberikan konteks bisnis yang lebih
lingkungan instansi pemerintah diharapkan dapat
kuat dibandingkan dengan COBIT 3.0 keterkaitan
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat
antar proses dan bagaimana dinamika peran untuk
(Bappenas, 2007).
setiap proses berhasil didefinisikan walaupun masih
sangat high level.
2.11. Penelitian Terdahulu Model Tata Kelola TI
Merujuk pada persyaratan tata kelola TI yang
Penelitian-penelitian terdahulu digunakan
efektif menurut Weill & Ross COBIT lebih
sebagai masukan dalam perbandingan model yang
cenderung ke bagaimana keputusan-keputusan itu
akan digunakan.
dibuat dan dimonitor. Karena berorientasi pada
proses, keputusan yang dibuat dalam manajemen
2.11.1. Review 17 Model Tata Kelola TI
dan penggunaan TI juga selalu bereferensi kepada
Dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini bahwa
proses. Walaupun ITGI sudah mempublikasikan “IT
model COBIT, Weill & Ross, ITGI, dan Peterson
Governance Implementation guide”, tetapi
memang suatu model tata kelola TI pada aspek
kesulitan utama dalam implementasi COBIT adalah
proses pembuatan keputusan dan lebih menitik-
apakah semua control objective dan detailed control
beratkan pada pengambilan keputusan untuk
objective harus diadopsi, ataukah sebagian saja?
bisnis sistem dalam artian keseluruhan proses
Bagaimana memilihnya?
bisnis, sedangkan COBIT lebih menitik-beratkan
 ITIL
pada bagaimana melakukannya (Michael Holm
ITIL, beserta BS 1500, merupakan framework
Larsen, Mogens Kuns Pederson, Kim Viborg
yang mempunyai konstruksi sistematika kerja yang
Andersen, 2006).
paling lengkap, mencakup ketiga prinsip framework

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 15


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

tata kelola TI yang digunakan untuk analisa dalam berdasarkan hasil analisis organisasi.
penelitian ini. Tetapi cakupan proses yang dimiliki Tahap-tahap perancangan model organisasi
ITIL tidaklah sekomprehensif COBIT, karena untuk studi kasus Bappenas dijelaskan sebagai
memang pada awalnya filosofi yang mendasari berikut:
munculnya ITIL adalah IT service Management. 1. Analisa model tata kelola TI di Bappenas
Filosofi sistematika ITIL jika digabungkan dengan dengan menggunakan 5 model tata kelola TI.
lingkup proses COBIT, secara ilmiah dapat 2. Dari analisa no.1 dilakukan analisa organisasi
membentuk sebuah konstruksi tata kelola TI yang yang diterapkan di Bappenas, seperti bentuk
solid. perintah yang berlaku di Bappenas,
 COSO kewenangan, kebijakan dan tren teknologi
Kelebihan COSO adalah pada konstruksi yang mungkin diterapkan.
kontrolnya, keterkaitan general control dan 3. Menyusun metode perancangan tata kelola TI
application control. Ini dapat dimaklumi karena yang sesuai dengan Bappenas.
COSO lebih mengkonsentrasikan diri pada internal 4. Identifikasi tujuan Bappenas dan Tujuan
control framework, khususnya dalam Pusdatin dengan mekanisme tata kelola TI.
keterkaitannya dengan laporan keuangan. Karena 5. Identifikasi struktur, proses dan mekanisme
itu, COSO lebih pada IT Control Framework, dari hubungan yang terjadi di Bappenas
pada sebuah control tata kelola TI. Karena fokus menggunakan model Peterson.
kepada internal control framework, maka 6. Identifikasi pola pengambilan keputusan TI
sistematika control COSO jika diterapkan pada menggunakan model Weill & Ross.
COBIT akan membuat control objectives COBIT 7. Identifikasi fokus area tata kelola TI
lebih implementatif. Karena fokus pada laporan menggunakan model ITGI.
keuangan, COSO juga diadopsi sebagai standar 8. Identifikasi proses-proses monitor, evaluasi
untuk implementasi kontrol TI dalam konteks dan arahan sekaligus faktor penekan dari
compliance atas Sarbanes Oxley (SOX). bisnis dan kebutuhan bisnis, faktor
 ISO 17799 penghambat dan faktor pendukung
Identik dengan COBIT dan COSO, ISO 17799 menggunakan AS 8015
lebih cenderung sebagai IT Control Framework 9. Menentukan proses-proses TI dari
dalam konteks keamanan informasi daripada permasalahan yang didapat pada model
sebuah Tata kelola TI Framework. Walaupun ISO Peterson, model Weill & Ross, model ITGI,
17799 memiliki panduan siklus PDCA (Plan, Do, model AS 8015 dan COBIT..
Check, Act) sebagai proses utama implementasinya 10. Menentukan kontrol proses TI yang harus
dan beberapa poin persyaratan terkait struktur peran dilakukan oleh Bappenas menggunakan
yang harus ada dalam manajemen keamanan COBIT.
informasi, tetapi lingkup bahasan ISO 17799 terlalu 11. Kesimpulan dan saran.
sempit untuk sebuah tata kelola TI.
 AS 8015-2005 4. Pembahasan
Standar ini sangat singkat, dapat
diimplementasikan di semua jenis organisasi yang Pada bagian ini akan diuraikan hasil
ada di Australia, mencakup perusahaan pembahasan terhadap analisis model tata kelola TI.
terbuka/pribadi, instansi pemerintahan, dan
organisasi nirlaba. Tetapi untuk dapat dikatakan 4.1. Analisa Model Tata Kelola TI
sebagai model tata kelola TI, AS 8015-2005 terlalu Untuk melakukan analisa atas model yang telah
sempit karena lebih diposisikan sebagai kontrol dijelaskan sebelumnya, digunakan prinsip-prinsip
Model yang dapat digunakan berbagai kalangan utama yang harus dapat dipenuhi oleh sebuah
(Basuki Rahmad & Suhono Harso Supangkat, model tata kelola TI. Prinsip-prinsip tersebut
2006). akarnya dapat diambil dari pemberian definisi atas
tata kelola TI di penjelasan terdahulu, jika
3. Metodologi disimpulkan, setidaknya prinsip-prinsip tersebut
bermuara pada adanya leadership, struktur, proses,
Metodologi perancangan dilakukan dengan mekanisme hubungan TI dan kebutuhan bisnis,
menggunakan metode perancangan model tata kontrol atas formulasi dan implementasi TI. Prinsip
kelola TI yang dihasilkan dari tahapan studi efektifitas tata kelola TI hasil penelitian Weill dan
pustaka. Rancangan model tata kelola dibuat sesuai Ross dapat digunakan sebagai prinsip-prinsip
dengan karakteristik dan kebutuhan organisasi model tata kelola TI diantaranya:

16 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

1. Keputusan-keputusan apa saja yang harus Berdasarkan keseluruh prinsip diatas, sebelum
dibuat untuk memastikan efektifitas manajemen dilakukan analisa atas keseluruhan model yang ada
dan penggunaan TI? maka terlebih dahulu dilakukan pemetaan terhadap
2. Siapa yang seharusnya membuat keputusan- fokus-fokus masing-masing model tata kelola TI
keputusan tersebut? tersebut.
3. Bagaimana keputusan-keputusan tersebut Dapat dilihat pada tabel 3 perbandingan model
dibuat dan dimonitor? tata kelola TI bahwa masing-masing model
Selain itu melihat dari 6 prinsip dalam “good memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya,
corporate governance of IT”, yaitu: pada model COBIT dapat dilihat mempunyai
1. Penerapan tanggung jawab yang dapat cakupan fokus paling lengkap karena memang
dipahami secara jelas. COBIT merupakan control objective dari tata kelola
2. Perencanaan ICT untuk mendukung TI tapi pada level activity, berikut hasil pemetaan
organisasi. keseluruhan model ke COBIT.
3. Pengadaan ICT secara valid. Melihat keterkaitan yang ada pada Tabel 4 maka
4. Memastikan ICT berjalan baik, kapanpun dilakukan analisa atas keterkaitan antar model-
diperlukan. model tersebut, masing-masing model mempunyai
5. Memastikan ICT memenuhi aturan-aturan kesamaan antara satu yang lainnya. Tabel 5 berikut
formal. merupakan hasil dari analisa tersebut.
6. Memastikan ICT memperhatikan faktor Dari Tabel 5 terlihat bahwa masing-masing
manusia. model ternyata memiliki keterkaitan antara satu
Mengacu juga pada komponen utama dari tata dengan yang lainnya sehingga model-model
kelola TI (Gartner, 2006) tersebut akan menjadi komprehensif jika
1. Apakah keputusan yang perlu dibuat? digabungkan keseluruhannya. Dari model Peterson
2. Siapakah yang memutuskan dan memberi dan model Weill & Ross ada kemiripan dalam sisi
masukan? struktur beserta pengambilan keputusannya,
3. Bagaimana keputusan tersebut terbentuk dan mekanisme hubungan beserta pendekatan
berperan? komunikasinya. Selain itu fokus Weill & Ross pada
proses keselarasan ada keterkaitan dengan
Tabel 3. Fokus-fokus model tata kelola TI alignment process pada ITGI. Pada model ITGI
Model Peterson Weill&Ross ITGI AS 8015 COBIT dimana performance measurement pun terkait
Fokus
dengan performance pada AS 8015. Pada proses
Structure/Decision
√ √ monitor, evaluate terkait sekali dengan model yang
Making Structure
Processes/ ada pada COBIT.
Alignment Process/ Dari keterkaitan-keterkaitan yang ada pada
√ √ √ √
IT Strategic
Alignment masing-masing model ternyata antara satu dengan
Relational yang lainnya saling melengkapi pada setiap proses-
Mechanism/
Comunication
√ √ prosesnya. Dapat dilihat pada Weill & Ross, tidak
Approach melihat struktur tapi hanya melihat pengambilan
Stakeholder Value keputusannya saja. Hal tersebut teratasi oleh model
Drivers/ Business
Pressures/ Business
√ √ √ Peterson. Kesemua model tersebut menjadi
Needs komprehensif jika digabung secara keseluruhan
IT Value Delivery √ √ √ √ √ dengan mempertimbangkan faktor-faktor apa yang
Risk Management √ √ √ √ √ menjadi ciri khas dari studi kasus.
Performance
√ √ √ Dari Gambar 8 di bawah dapat dijelaskan bahwa
Measurement
IT Resource
Bappenas sebagai Badan Perencanaan mempunyai
Management
√ √ tujuan yang harus dijalankan oleh divisi-divisi yang
Monitor √ √ terkait termasuk pusdatin, tujuan dari Bappenas
Evaluate √ √ didukung dengan tujuan pusdatin selain itu
Direct √ √ keinginan dan kebutuhan dari bisnis termasuk
Plan and Organize √ keinginan stakeholder merupakan pendorong utama
Acquire and agar TI mempunyai nilai bagi Bappenas. Selain itu
Implement

Deliver and
faktor-faktor diatas merupakan suatu faktor utama
Support
√ agar penerapan tata kelola TI dapat berjalan dengan
Monitor and
√ √ baik.
Evaluate

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 17


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

Tabel 4. Pemetaan model tata kelola TI ke COBIT


Peterson Weill & Ross AS 8015 ITGI
Corporate Strategic
Structure IT Principles
Governance ICT Alignment
Process IT Architecture Business Process Value Delivery
Relational IT Infrastructure Resource
Business Pressure
Mechanism Strategies Management
Business Application Performance
Business Needs
Needs Measurement
IT Investment
Plan and Organise
PO1 Define strategic IT Plan
PO2 Define the information architecure
PO3 Determine technological direction
PO4 Define the IT processes, organization, and
relationships
PO5 Manage the IT investment
PO6 Communicate management aims and
directions
PO7 Manage the IT human resources
PO8 Manage Quality
PO9 Access and manage IT risks
PO10 Manage projects
Acquire and Implement
AI1 Identify automated solutions
AI2 Acquire and maintain application software
AI3 Acquire and maintain technology
infrastructure
AI4 Enable operation and use
AI5 Procure IT reaources
AI6 Manage changes
AI7 Install and accredit solutions and changes
Deliver and Support
DS1 Define and manage service levels
DS2 Manage third-party services
DS3 Manage performance and capacity
DS4 Ensure continous service
DS5 Ensure systems security
DS6 Identiry and allocate costs
DS7 Educate and train users
DS8 Manage service desk and incidents
DS9 Manage the configurations
DS10 Manage problems
DS11 Manage data
DS12 Manage the physical environment
DS13 Manage operations
Monitor and Evaluate
ME1 Monitor and evaluate IT performance
ME2 Monitor and evaluate internal control
ME3 Ensure compliance with external
requirements
ME4 Provide IT governance

Pusdatin sebagai Divisi TI pada Bappenas akan koordinasinya setelah proses itu dijalankan,
mengeluarkan solusi-solusi berdasarkan keinginan kemudian diperlukan suatu mekanisme kontrol atas
dari bisnis maupun inisiatif dari TI sendiri bagi proses yang dijalankan, apakah benar sesuai
Bappenas sendiri maupun bagi Departemen yang prosedur atau tidak didalamnya, bagaimana
lain, solusinya diantaranya E-Monnef, E- mengukur kinerjanya, apakah TI sudah
Procurement, E-Planning dalam penerapannya mempertimbangkan resiko, apakah sumber dayanya
tentu memerlukan suatu mekanisme yang dapat sudah mencukupi, proses-proses yang dilakukan
menciptakan keseluruhan proses itu berjalan merupakan wewenang siapa, adakah kebijakan
dengan baik dan lancar, mulai dari siapa yang yang dikeluarkan agar proses investasi TI-nya dapat
bertanggung jawab, bagaimana proses koordinasi berjalan dengan baik, kesemuanya itu bermuara
antara TI dan bisnis, bagaimana mekanisme pada TI dapat memberikan nilai bagi Bappenas

18 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

Tabel 5. Analisa perbandingan model tata kelola TI


Peterson Weill & Ross ITGI AS 8015 COBIT
Pengaturan yang bersifat Sudut pandang dalam Fokus area dari Tata Mengacu pada konsep
One size fit all.
top level. pengambilan keputusan. kelola TI. GCG.
Penekanan pada struktur
organisasi, mekanisme
Orientasi pada proses-
hubungan dan proses Konsep what, who dan Konsep why, who dan
proses yang harus Pengaturan yang bersifat
investasinya secara how dalam pengambilan what dalam pengambilan
dilakukan dalam top level
keseluruhan termasuk di keputusan. keputusan.
penerapan Tata kelola TI
dalamnya monitoring
dan evaluasinya.
Proses lebih ditekankan
Mekanisme hubungan pada aspek monitor,
Adanya strategi untuk
merupakan faktor Pengaturan yang bersifat evaluate dan direct Kuat dalam checklist jika
mencapai keselarasan
keselarasan antara TI- top level. berdasarkan keinginan mengaudit
antara TI-Bisnis.
Bisnis. bisnis dan tekanan dari
bisnis.
Adanya siklus antara TI-
Bisnis mulai dari bisnis
mengajukan proposal
Berorientasi pada Berorientasi pada Sudut pandang kontrol
sampai dengan proyek
pengambilan keputusan pengambilan keputusan Bersifat praktis. dan pelaksanaan kontrol
dihasilkan dan
secara keseluruhan. secara spesifik. pada tingkat manajemen.
pengukuran kinerja TI
merupakan keselarasan
antara TI-Bisnis.
Cocok untuk pengaturan Pendekatan komunikasi
atau pembentukan merupakan faktor
Bersifat praktis. Berorientasi pada action.
(setting up) Tata kelola keselarasan antara TI-
TI (top-down). Bisnis.
Domain berupa bidang-
Domain berupa bidang
bidang keputusan TI
Bersifat teoritis. dalam siklus manajemen
yang sifatnya
umum.
fundamental.
Cocok untuk monitoring
Cocok untuk pengaturan
proses TI untuk
atau pembentukan
membantu tercapainya
(setting up) Tata kelola
pelaksanaan Tata kelola
TI (top-down).
TI yang baik.
Bersifat teoritis. Bersifat praktis.

sendiri dan Pemerintah pada umumnya. Dari pengembangan SIB, tidak memiliki kekuasaan
kesemuanya itu dapat dilihat juga faktor pendukung untuk menekan unit kerja lain. Hal ini disebabkan
dan faktor penghambat dalam tata kelola TI di karena struktur organisasi Pusdatin yang hanya
Bappenas sehingga dari faktor-faktor di atas dapat berada pada jajaran Eselon II.
dihasilkan suatu tata kelola TI yang sesuai bagi
Bappenas. 4.3. Pemetaan-pemetaan Menggunakan Model
Tata Kelola TI
4.2. Kondisi yang ada Berikut pemetaan yang dilakukan dengan
SIB merupakan aplikasi surat dinas yang menggunakan model tata kelola TI.
digunakan secara bersama. Dengan adanya aplikasi
ini, user dapat mendisposisikan pekerjaan, maupun Tabel 6. Struktur
mengirim memo kapanpun dan dimanapun juga. Fokus Struktur Keterangan
Akan tetapi dalam penerapannya, muncul beberapa Posisi Pusdatin Berada pada eselon dua
kubu: Bentuk Organisasi Centralized
1. Kubu 1: pihak yang sangat mendukung dan
IT Steering Commitee Tidak ada rapat internal
menggunakan aplikasi ini dalam IT Strategic Commitee Tidak ada rapat internal
kegiatannya sehari-hari IT Leadership CIO-nya Kapusdatin
2. Kubu 2: pihak yang mendukung, tetapi sendiri
tidak menggunakannya secara penuh Hubungannya dengan Bersifat koordinasi
(malas-malasan) Bappeda
3. Kubu 3: pihak yang tidak
mendukung/resisten
Pusdatin, sebagai unit kerja pengusul dalam

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 19


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

Gambar 8. Gabungan model tata kelola TI untuk Bappenas

4.3.1. Struktur Renortala menyerahkan berita acara penilaian


Tabel 6 di atas menjelaskan struktur organisasi kepada Menteri/Kepala Bappenas untuk disetujui.
di Bappenas. Dimana posisi Pusdatin masih berada
pada eselon dua, yang mana pada kenyataanya sulit
mengambil keputusan karena kewenangan yang
terbatas.
Untuk pengembangan proyek TI, Bappenas tidak
mengenal istilah commitee, baik IT Steering
Commitee maupun IT Strategic Commitee. Yang ada
hanya rapat internal untuk mengkaji masalah
perumusan strategi TI.

4.3.2. Proses
Gambar 9 menjelaskan proses pengelolaan
proyek TI yang dimulai dengan usulan investasi TI
dari unit kerja pengusul (UKE-II) sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit. Tetapi, sebelum
mengusulkan sebuah proyek TI, terlebih dahulu
dilakukan kajian untuk melakukan studi kelayakan
(feasibility study) dan menetapkan Rencana
Anggaran Belanja (RAB) terhadap proyek TI yang
akan dilaksanakan.
Setelah kajian selesai, maka diserahkan ke UKE
I untuk disetujui. Setelah dilakukan kajian, maka
proyek TI diajukan kepada Biro Renortala yang
berpedan dalam melakukan pengumpulan usulan
kegiatan dari seluruh unit kerja di Bappenas.
Selanjutnya akan di nilai oleh Tim Anggaran
sebagai tim penilai usulan dan rincian anggaran.
Kemudian tim Anggaran menyerahkan berita acara Gambar 9. Diagram Alir pengelolaan proyek
penilaian kepada Biro Renortala, seterusnya biro Bappenas

20 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

4.3.3. Mekanisme Hubungan 4.3.7. ITGI [1]

Gambar 14. ITGI [1]


Gambar 10. Mekanisme hubungan
4.3.8. ICT Operation AS 8015 (2005)
4.3.4. Decission Making Sstructure Weill & Implementasi pelaksanaan dari proyek TI yang
Ross (2004) sudah selesai dikerjakan diantaranya Sistem
Intranet Bappenas, Digital Office, E-procurement.

4.3.9. ICT Projects AS 8015 (Lanjutan)


Proyek pengadaan investasi TI oleh masing-
masing divisi biasanya masing divisi meminta
investasi TI dalam hal database ex:E-planning, E-
Monnef.

4.3.10. Business Pressures AS 8015 (Lanjutan)


- Keppres 80 tentang pengadaan barang dan jasa.
- Intruksi Presiden no 5 th 2004 percepatan
pemberantasan korupsi.

4.3.11. Business Need AS 8015 (Lanjutan)


- Visi – Misi Presiden secara khusus dalam
Gambar 11. Arrangement matrix penerapan percepatan TI.
- Kepuasan para stakeholder diutamakan.
4.3.5. Proses Keselarasan Weill & Ross (2004)
4.3.12. Evaluasi Penggunaan ICT AS 8015
(Lanjutan)
Belum terdapat evaluasi atau pengukuran secara
Gambar 12. Proses keselarasan resmi tentang penggunaan ICT, yang ada hanyalah
pendekatan personal baik ke unit kerja maupun ke
4.3.6. Pendekatan Komunikasi Weill & Ross individu (user).
(2004)
4.3.13. Mengarahkan Penyusunan dan
Iimplementasi Rencana dan Kebijakan
AS 8015 (Lanjutan)
Adanya kebijakan yang dilakukan TI terhadap
divisi lain terkait masalah integrasi, setiap
pengembangan TI di masing-masing divisi harus
mengikuti standar yang diterapkan oleh Pusdatin.

4.3.14. Memonitor Kepatuhan terhadap


Kebijakan, dan Kinerja terhadap
Target yang Direncanakan AS 8015
(Lanjutan)
Gambar 13. Pendekatan komunikasi Pada Bappenas setiap periode memberikan
laporan kepada Kepala Bappenas melalui Sekretaris
Kementrian dan adanya Audit Internal oleh
Inspektorat.

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 21


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

hacker, kebakaran dapat diminimalkan.


4.4. Permasalahan yang Terjadi di Bappenas
4.4.5. Belum Adanya Bukti TI Telah
4.4.1. Penggunaan SIB Memberikan Nilai
Kubu 2 dan 3 menyebabkan hambatan dalam Belum adanya bukti kinerja TI belum
implementasi SIB. Akibatnya, SIB hanya efektif memberikan nilai bagi Bappenas menjadi suatu
digunakan dalam unit kerja tertentu saja. permasalahan yang menyebabkan tata kelola TI
Permasalahan ini akan menjadi semakin besar jika pada Bappenas belum dapat diukur sudah sejauh
pihak yang berada di kubu 2 dan 3 merupakan mana tata kelola TI telah dilakukan sehingga dalam
pejabat Eselon I, sehingga jajaran direktorat yang pelaksanaannya Pusdatin hanya bersifat “adhoc”.
berada di bawahnya tidak akan mengikuti
atasannya. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
kultur birokrat yang selalu mengikuti apa yang
pimpinannya contohkan.

4.4.2. Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang & jasa telah diatur
sepenuhnya dalam Keppres 80 Tahun 2003.
Tentunya, investasi TI juga diharuskan menaati
peraturan tersebut. Dalam siklus pengelolaan
proyek Bappenas, perencanaan harus dilakukan
setahun sebelumnya. Namun, ketika tiba masanya
untuk mengeksekusi proyek tersebut, sebagian
proyek TI akan mengalami keterlambatan. Hal ini
disebabkan karena proses pengadaan yang Gambar 15. Permasalahan pada Bappenas
seringkali memakan waktu yg cukup lama akibat
ketatnya aturan dalam proses pengadaan tersebut. 4.5. Solusi yang Ada di Bappenas
Panita pengadaan yg bertanggung jawab dalam
proses pengadaan tidak berani untuk melanggar 4.5.1. Sistem Intranet Bappenas
ketentuan yg sudah tertulis di Keppres 80 karena Cara yg harus ditempuh agar seluruh pegawai
nantinya akan beresiko untuk diperiksa oleh KPK. Bappenas menggunakan SIB adalah dengan campur
Contohnya: hanya karena kurang lengkap dokumen tangan Menteri PPN/Kepala Bappenas. Himbauan
administratifnya, pemenang tender terpaksa Sekretaris Menteri Bappenas saja tidak akan ampuh
digugurkan. Akibatnya, harus diadakan tender untuk mendorong penggunaan SIB karena para
ulang yang akan memakan waktu. Implementasi Deputi secara struktur sejajar dengan Sesmen.
proyek TI menjadi terhambat sehingga waktu untuk Menteri harus memerintahkan secara tertulis dan
pengembangannya akan menjadi sangat sempit. Hal menggunakan SIB agar seluruh pegawai patuh.
ini akan mempengaruhi kualitas produk yang akan Namun, agar Menteri mau menggunakannya,
dihasilkan karena kemungkinan ada beberapa Pusdatin harus melakukan pendekatan melalui
kebutuhan yang tidak sempat diimplementasikan Sesmen terlebih dahulu. Setelah itu, Sesmen dengan
karena keterbatasan waktu. pendekatan personalnya, “membujuk” menteri
untuk menggunakannya. Oleh karena itu,
4.4.3. Posisi Struktural Pusdatin leadership sangat penting dalam penerapan TI di
Posisi struktural Pusdatin pada eselon dua Bappenas.
membuat peran Pusdatin menjadi lebih terbatas
walaupun pusdatin dapat lewat sesmen akan lebih 4.5.2. Solusi Keppres 80
mudah jika Pusdatin setingkat dengan eselon satu, Ada dua cara untuk mengatasi permasalahan
dan hal ini juga yang mendasarkan bahwa Pusdatin pengadaan barang dan jasa tersebut:
kurang dilibatkan dalam proses investasi TI. 1. Membagi proyek ke dalam beberapa bagian
dengan harapan seluruh kebutuhan dapat
4.4.4. Tidak Ada Pengelolaan Resiko dipenuhi dengan baik.
Walaupun sudah ada SLA dengan pihak 2. Melakukan negosiasi dengan pemenang
outsource terkait pengadaan komponen hardware, tender untuk tetap melanjutkan
pengelolaan resiko harusnya menjadi suatu pengembangannya walaupun secara tertulis,
perhatian bagi Bappenas agar tingkat resiko seperti

22 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

kontraknya selesai pada akhir tahun. Hal ini ME4 Mengadakan suatu Tata Kelola TI.
dimasukkan dalam kegiatan maintenance. Dari seluruh proses-proses TI yang didapat
dapat ditentukan pada level berapa Bappenas berada
4.6. Solusi Menggunakan COBIT tingkat kematangan tata kelola TI-nya, yang
Untuk mendukung keputusan-keputusan TI serta selanjutnya dapat ditentukan kemana target
mekanisme-mekanisme organisasi yang telah maturitas yang akan dicapai oleh Bappenas. berikut
dianalisa sebelumnya diatas, maka ditentukan ini merupakan level kematangan tata kelola TI dari
proses-proses TI untuk merincikan lebih jauh masing-masing prosesnya.
proses-proses yang harus dilakukan dalam Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan
mekanisme tersebut. Untuk memastikan (Tabel 6), diperoleh tingkat kematangan TI pada
keselarasan dengan tujuan organisasi, pengelolaan Bappenas yaitu 2,247.
proses-proses tersebut ditekankan pada pencapaian Dari Gambar 16 dapat diambil kesimpulan
target perilaku atau tujuan TI yang utama, yaitu: bahwa Bappenas berada pada level 2 tingkat
1. Penyediaan dan pengembangan prasarana kematangan tata kelola TI nya. Hal ini menunjukan
Teknologi Informasi dan Komuikasi (TIK); bahwa Bappenas sebetulnya sudah mengerti bahwa
2. Pengumpulan dan pengelolaan dokumen, proses-proses TI tersebut sangat penting untuk
arsip, kepustakaan, data, dan informasi; dan dilaksanakan namun pelaksanaanya masih banyak
3. Pengembangan jaringan informasi dan yang tidak terdokumentasi.
perpustakaan.
Tabel 6. Assessment Tingkat kematangan tata
Berikut ini merupakan proses-proses TI yang
kelola TI
harus dilakukan dan dikelola oleh pusdatinrenbang Secara periode mereview kinerja apakah
Bappenas berhubungan dengan tugasnya dalam ME1.4 4
sudah mendekati target atau belum
memberikan layanan TI, dapat dikelompokkan ME1.5 Pelaporan kepada Board and executive 4
berdasarkan domain: Melakukan perbaikan atas semua yang
 Plan &Organise, seperti proses-proses: ME1.6 telah dilakukan (kinerja, pelaporan yang
salah)
4
PO1 Pendefinisian Rencana Strategis TI. ME4 Mengadakan suatu Tata Kelola TI 1.3
PO2 Pendefinisian Arsitektur Informasi. Membentuk suatu kerangka kerja tata
ME4.1 0
PO3 Menentukan arah teknologi. kelola TI
PO4 Pendefinisian Proses TI, Organisasi dan Adanya keselarasan antara TI dan Bisnis
ME4.2 2
contoh:SLA
Relasi di dalamnya. ME4.3 TI telah memberikan nilai bagi bisnis 1
PO5 Manajemen Investasi TI. ME4.4 Adanya pengelolaan sumber daya TI 2
PO6 Komunikasi Tujuan Manajemen dan ME4.5 Adanya suatu pengelolaan resiko 1
arahannya. ME4.6 Adanya suatu ukuran dari kinerja yang ada 1
PO7 Manajemen sumber daya manusia TI. ME4.7 Adanya suatu kontrol secara independent 2
Total Score: 49,44 / 22 = 2,247
PO9 Menaksir dan Mengelola resiko TI.
PO10 Mengelola proyek.
 Acquire &Implement, seperti proses-proses:
AI1 Identifikasi Solusi yang otomatis.
AI3 Pengadaan dan Pemeliharaan Teknologi
Infrastruktur.
AI4 Mengaktifkan Operasi dan penggunaannya.
AI5 Pengadaan Sumber Daya TI.
 Deliver & Support
DS1 Pendefinisian dan Mengelola Tingkat
Layanan.
DS2 Mengelola Kerja Sama dengan Pihak Ketiga.
DS3 Mengelola Kinerja pekerjaan dan Kapasitas
pekerjaan.
DS7 Mendidik dan Melatih pemakai.
DS10 Mengelola Masalah.
DS11 Mengelola Data. Gambar 16. Tingkat kematangan tata kelola TI
DS13 Mengelola Operasi. Bappenas

 Monitoring & Evaluate


ME1 Monitor dan Evaluasi kinerja TI.

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 23


Rancangan Tata Kelola TI untuk Institusi Pemerintah Studi Kasus Bappenas

4.7. Usulan atas Proses Tata Kelola TI yang Ada mengintegrasikannya, Keppres 80 yang dibuat
Melihat kondisi tata kelola TI yang ada maka sendiri oleh Bappenas pun ternyata menjadi
dapat diberikan usulan pada Tabel 7 atas proses- permasalahan ketika peraturan yang ada membuat
proses TI yang masih berada pada tingkat waktu menjadi sempit dan tidak sedikit membuat
kematangan tata kelola TI yang rendah berikut ini investasi yang dilakukan menjadi kurang baik,
merupakan usulan atas proses-poses tata kelola TI semua tentu berdasarkan kurangnya pemahaman
yang rendah. orang-orang bisnis akan pentingnya suatu investasi
TI.
Tabel 7. Usulan atas proses-proses tata kelola TI Faktor-faktor yang menjadi pendukungnya
Mendidik DS7 3 Define -Menyediakan adalah sudah mulai tumbuh rasa keinginan dari para
dan Melatih Process: suatu dokumentasi pimpinan divisi lain setelah merasakan manfaat
pemakai kebutuhan akan
-Program pelatihan. yang diberikan TI. Penerapan Good Public
edukasi dan Governance pun secara tidak langsung mendorong
pelatihan telah -Menyediakan Bappenas untuk meningkatkan tata kelola TI-nya.
melembaga, suatu program Gambar 17 merupakan faktor pendukung dan
dikomunikasika edukasi dan
n serta sudah pelatihan yang penghambat yang ada pada Bappenas.
terstandardisasi menyeluruh
dan
terdokumentasi -Membuat
kan kebijakan
organisasi yang
-Adanya mensyaratkan
pelatihan formal bahwa seluruh
bagi pegawai pegawai
dalam hal etos mendapatkan
kerja, security pelatihan security
awareness, dan menyangkut etika,
langkah- tata cara security
langkah dan ijin
security. penggunaan
sumber daya TI
Mengelola DS10 3 Define -
Masalah Process: Mengimplementas
ikan proses untuk
-Adanya suatu melaporkan
tracking masalah yang
masalah agar telah didefinisikan
dapat diberikan Gambar 17. Faktor penghambat dan pendukung
suatu solusi -Membuat suatu pada Bappenas
prosedur dalam
-Pemecahan penanganan
problem yang masalah
5. Penutup
standar
Mengadakan ME4 3 Define -Membentuk suatu 5.1. Kesimpulan
suatu Tata Process: kerangka kerja tata Penelitian ini merancang suatu model tata kelola
Kelola TI kelola TI TI pada Bappenas dari model yang dirancang
-Pengertian atas
kebutuhan tata -Menciptakan kemudian dilakukan pemetaan bagaimana Badan
kelola TI dan keselarasan antara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
mengkomunikas TI dan Bisnis dapat mengimplementasikan tata kelola TI
ikannya
menggunakan campuran model diantaranya
-Prosedur sudah Peterson, Weill & Ross, ITGI, dan AS 8015,
standar dan kemudian dari model-model tersebut dapat
terdokumentasi diketahui permasalahan yang ada dalam proses TI-
nya kemudian dilakukan solusinya menggunakan
4.8. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat COBIT. Selain itu menurut penulis tata kelola TI
Setelah pembahasan di atas dapat dilihat bahwa pada Bappenas kurang mendapat perhatian dengan
posisi struktural Bappenas merupakan suatu faktor baik, dikarenakan masing-masing unit kerja/bagian
penghambat mengapa invetasi TI berjalan kurang sudah melakukan pengembangan aplikasi dan
baik, selain itu keinginan masing-masing untuk database sesuai dengan kepentingannya. Sehingga
mengembangkan TI-nya dirasakan menjadi suatu jika ingin dibangun sistem yang terintegrasi
masalah ketika Pusdatinrenbang ingin membutuhkan biaya, waktu serta sumber daya

24 ______________________________________ Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896


Risma Bayu Putra dan Dana Indra Sensuse

lainnya yang tidak sedikit. Belum lagi untuk proses REFERENSI


pengajuannya yang melibatkan pihak-pihak tertentu
dan tidaklah mudah, namun Bappenas pun [1] IT Governance Institute, www.itgi.org, 2003.
berencana untuk berbenah diri dalam tata kelola TI [2] Van Grembergen, Wim, et al, Structures,
dan juga melakukan integrasi sistem tersebut pada Processes and Relational Mechanisms for IT
tahun 2008. Governance” in Strategies for Information
Pusdatinrenbang pun dirasa kurang berperan Technology Governance, Idea Group
aktif selama ini, sehingga jika ingin menerapkan Publishing , 2004.
tata kelola TI dengan baik, Bappenas harus dapat [3] Weill, P. and Vitale, M., “What IT
memberdayakan Pusdatinrenbang dengan lebih infrastructural capabilities are needed to
optimal. implement e-business models”, MIS
Penulis berharap agar paper ini akan bermanfaat Quarterly Executive, 1(1): 17-34, 2002.
untuk penelitian berikutnya, dan sebagai [4] Peterson, R.R., “Configurations and
pembanding tentang penerapan tata kelola TI di coordination for global information
Indonesia pada umumnya dan di organisasi governance: Complex designs in a
pemerintahan pada khususnya. transnational European context”,
Proceedings of the 34th HICSS Conference,
5.2. Saran Hawaii, 2001.
Dari pemetaan yang dilakukan, penulis [5] Sambamurthy, V. and Zmud, R.W.,
mempunyai beberapa saran, diantaranya agar posisi “Research commentary. The organizing
divisi TI dapat setara dengan posisi direktur, logic for an enterprise’s IT activities in the
sehingga akan lebih cepat dalam proses digital era: A prognosis of practice and a call
pengambilan keputusan dari proyek TI. Hal ini for research, Information Systems
disebabkan begitu pentingnya TI pada Bappeas Research”, 11(2): 105-114, 2000.
untuk mendukung proses bisnis yang ada. Selain itu [6] Sambamurthy V. and Zmud R.W,
penulis menyarankan adanya suatu pengukuran “Arrangements for Information Technology
kinerja bagi TI, dan hasil yang telah dicapai Governance: a theory of multiple
terdokumentasi. Hal ini akan baik apabila contingencies”, MIS Quarterly, 23(2): 261-
direalisasikan di Bappenas agar Bappenas sebagai 290, 1999.
institusi perencana pemerintah yang ikut serta [7] Luftman, J., Competing in the Information
dalam program mempercepat penggunaan TI di Age: Practical Applications of the Strategic
Indonesia dapat meningkatkan kemampuan TI di Alignment Model, New York: Oxford
organisasinya agar bisa berkoordinasi dengan University Press, 1996.
departemen lainnya dengan suatu mekanisme yang [8] Brown, C.V. and Magill, S.L., “Alignment of
lebih baik. the IS function with the enterprise: Toward a
model of antecedents”, MIS Quarterly,
8(4):371-403, 1994.

Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Volume 4, Nomor 1, ISBN 1412-8896 ______________________________________ 25

Anda mungkin juga menyukai